Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

BIOFISIKA
TENTANG
BIOAKUSTIK DAN BIOOPTIK

Disusun oleh
Kelompok III :

JUFIANI ULFA 1714080052

Dosen Pembimbing:
Dr. Milya Sari, S.Pd., M.Si

JURUSAN TADRIS IPA KOSNSENTRASI FISIKA B


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
1441H/2019M

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sonar merupakan singkatan dari Sound Navigation Anda Ranging. Sistem sonar
adalah sistem yang digunakan untuk mendeteksi tempat dalam melakukan pergerakan
dengan deteksi suara rekuensi ttinggi (ultrasonik). Beberapa mamalia akan
menggunakan daun telinga mereka untuk mengarahkan suara ke dalam saluran
pendengarannya. Daun telinga attau bagian ttubuh yang lainnya membantu hewan
tersebut untuk menentukan arah dari mana suara tersebut datang dan akan dapat
mendeteksi suara samar.

Kelelawar merupakan hewan yang menggunakan sistem sonar. Kelelawar


mampu terbang di malam hari yang gelap gulita tanpa mengalami gangguan yang
berarti. Kelelawar menggunakan telinga untuk mengenali keadaan disekitarnya.
Dengan kata lain kelelawar menggunakan teknologi sonar dalam mengenali
lingkungan. Selain kelelawar, lumba-lumba juga menggunakan sistem sonar dalam
mecari mangsa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sonar?
2. Hewan yang menggunakan sistem sonar?
3. Bagaimana sistem kerja sonar pada hewan?
4. Bagaimana mata facet pada serangga?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sonar
2. Untuk mengetahui hewan yang menggunakan sistem sonar
3. Untuk mengetahui sistem kerja sonar pada hewan
4. Untuk menegtahui mata facet pada serangga

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian sistem sonar pada hewan


Sonar singkatan dari bahasa Inggris yaitu sound navigation and ranging.
Merupakan istilah Amerika yang pertama kali digunakan semasa perang dunia yyang
berarti penjarakan dan navigasi suara adalah sebuah teknik yang menggunakan
penjalaran suara dalam air untuk navigasi atau mendeteksi kendaraan air lainnya.
Sementara itu, Inggris punya sebutan lain untuk sonar yakni ASDIC (Anti-Submarine
Detection Investigation Committe). (Wikipedia.org)
Gelombang akustik merupakan sebuah gelombang mekanik longitudinal yaitu
gelombang yang dalam perambatan bunyinya memerlukan medium dan arah
rambatnya sejajar dengan arah getarnya. Salah sattu aplikasi yang bekerja dengan
gelombang akustik adalah sistem sonar. Sisem sonar merupakan sebuah teknik yang
menggunakan penjalaran suara untuk navigasi atau mendeteksi keberadaan suatu
objek .
B. Hewan yang menggunakan sistem sonar
a. Kelelawar
Kelelawar merupakan hewan yang mampu mendengarkan bunyi ultrasonik
dengan rekuensi diatas 20.000 Hz. Kelelawar dapat mengeluarkan gelombang
ultrasonik pada saat ia terbang. Gelombang yang dikeluarkan akan dipantulkan
kembali oleh benda-benda atau binatang lain yang akan dilewattinya dan diterima
oleh suatu alat yang berada di tubuh kelelawar, kemampuan kelelawar untuk
menentukan lokasi ini disebut dengan ekolokasi. Untuk terbang dan berburu,
kelelawar akan memanfaatkan bunyi yang frekuensinya tinggi, kemudian
mendengarkan gema yang dihasilkan. Pada saat kelelawar mendengarkan gema,
kelelawar tidak dapat mendengar suara lain selain dari yang dipancarkannya
sendiri. Lebar frekuensi yang mampu didengar oleh makhluk ini sangat sempit,
yang lazimnya menjadi hambatan besar untuk hewan ini karena adanya efek
doppler. (Sukabelajarsains.blogspot.com)
b. Lumba – lumba
Lumba – lumba terkdang dapat terlihat di permukaan laut, namun itu hanya
sebentar, sedangkan sebagian besar waktunya dihabiskan di kedalaman lautan
yang memiliki pencahayaan terbatas. Akibat dari cahaya yang ditangkap kurang,

4
penglihatan lumba-lumba tidak berfungsi dengan baik. Sehingga, sebagai gantinya
lumba-lumba memanfaatkan kemampuan sistem sonar secara alami untuk
mengindera benda-benda disekitarnya yang dikenal sebagai ekolokasi. Hal ini
dikarenakan akustik merupakan sarana yang paling efisien dan efektif untuk
berkomunikasi pada lingkungan perairan, hal ini dapat dilihat dari cepat rambat
suara pada medium air lebih cepat dibandingkan rambat suara pada medium padat
maupun gas. Ekolokasi merupakan kemampuan binatang untuk mentransmisikan
bunyi dan mendeteksi pantulan dari bunyi tersebut setelah berbenturan dengan
suatu objek. (Ula, 2017)
C. Cara kerja sistem sonar
a. Kelelawar
Ekolokasi atau disebut juga biosonar adalah sonar biologi yang digunakan
oleh beberapa jenis binatang. Binatang yang memiliki kemampuan ekolokasi
mengeluarkan bunyi dan mendengarkan pantulan bunyi tersebut yang dipantulkan
oleh objek-objek yang adadi sekitarnya. Dengan menggunakan bunyi pantulan
tersebut, kelelawar bisa mengidentifikasi keberadaan objek. Ekolokasi digunakan
kelelawar sebagai alat navigasi untuk berkelana attau berburu. Kelelawar
mengeluarkan gelombang ultrasonik pada saat ia terbang. Gelombang yang
dikeluarkan akan dipantulkan kembali oleh benda-benda atau binatang lain yang
akan dilewatinya dan diterima oleh suatu alat yang berada ditubuh kelelawar.
b. Lumba-lumba

Gambar 1. Cara kerja Sistem Sonar pada Lumba-Lumba

Lumba-lumba bernapas melalui lubang yang ada di atas kepalanya. Tepat


dibawah lubang terdapat kantung-kantung kecil berisi udara. Dengan

5
mengalirkan udara melalui kantung-kantung, lumba-lumba menghasilkan bunyi
dengan rekuensi tinggi. Kantung udara berperan sebagai cermin akustik yang
memokuskan bunyi yang dihasilkan gumpalan kecil jaringan lemak yang berada
tepat dibawah lubang pernapasan. Kemudian, bunyi ini dipancarkan ke arah
sekitarnya secara terputus-putus. Gelombang bunyi lumba-lumba segera
memantul kembali bila membentur suatu benda. Pantulan gelombang bunyi
tersebut ditangkap dibagian rahang bawahnya yang disebut jendela akustik. Dari
bagian tersebut, inormasi bunyi diteruskan ke telinga bagian tengah, dan akhirnya
ke otak untuk diterjemahkan. Pantulan bunyi dari sekelilingnya memberi inormasi
rinci tentang jarak benda-benda dari mereka, ukuran dan pergerakannya. Dengan
cara tersebut, lumba-lumba mengetahui lokasi mangsanya. Lumba-lumba juga
mampu saling berkirim pesan walaupun terpisahkan oleh jarak lebih dari 220 km.
Lumba-lumba berkomunikasi untuk menemukan pasangan dan saling
mengingatkan akan bahaya. (Kemdikbud.go.id)
D. Mata facet pada serangga
Serangga hidup didalam tanah, darat, udara maupun di air tawar, atau sebagai
parasit pada ttubuh makhluk hidup lain, akan tetapi mereka jarang yang hidup di air
laut. Serangga sering juga disebut Heksapodayang berarti mempunyai 6 kaki atau 3
pasang. (Aziz, 2008). Ciri- ciri umum serangga adalah mempunyai appendage atau
alat tambahan yang beruas, tubuhnya bilateral simetri yang terdiri dari jumlah ruas,
tubuh terbungkus oleh zat khitin sehingga merupakan eksoskeleton. Biasanya ruas-
ruas tersebut ada bagian yang tidak berkhitin, sehingga mudah untuk digerakkan.
System syaraf tangga tali, coelom pada serangga dewasa benuknya kecil dan
merupakan sutua rongga yang berisi darah.
Mata pada serangga terdiri dari mata majemuk (compound eyes) dan mata
tunggal (ocelli). Mata tunggal pada larva holometabola terletak dilateral kepala
disebut stemmata, jumlahnya ada 6 atau 8. Mata tunggal pada belalang terletak dirons.
Mata majemuk terdiri dari kelompok unit masing-masing tersusun dari sistem lensa
dan sejumlah kecil sensori. Sistem lensa ini fungsinya untuk memfokuskan sinar
menuju elemen fotosensistif dan keluar dari sel sensori berjalan kebelakang menuju
lobus optik dari tiap faset terdiri dari satu unit yang disebut ommatidia(Hadi.2009).
Menurut Jumar (2000), serangga dewasa memiliki 2 tipe mata, yaitu mata tunggal
dan mata majemuk. Mata tunggal dinamakan ocellus. Mata tunggal dapat dijumpai
pada larva, nimfa, maupun pada serangga dewasa. Mata majemuk sepasang dijumpai

6
pada serangga dewasa dengan letak masing-masing pada menampung semua
pandangan dari berbagai arah.

Gambar 2. Mata Serangga

Gambar 3. Struktur bagian mata serangga (faset Antrhopoda)

Dari gambar struktur tersebut bahwa tiap ommatidium serangga akan terdiri
dari bagian lensa tunggal dimana tampak dari depan membentuk masing-masing
single faset, kerucut kristal transparan atau crystalline cone, bagian sel visual dimana
sangat peka terhadap cahaya dan memiliki pola radial mirip bagian-bagian yang ada
pada buah jeruk, serta sel pigmen dimana memisahkan ommatidium satu dengan
ommatidium lainnya. Pigmen sel pada mata memliki fungsi sebagai alat untuk
memastikan cahaya masuk menuju ommatidium paralel terhadap lintasan panjang
untuk mencapai sel visual serta memicu impuls saraf. Sehingga bisa dikatakan bahwa

7
dalam tiap-tiap ommatidium tunggal hanya akan menunjukan satu area dalam ruang
dan memberikan kontribusi informasi mengenai satu area kecil dalam bidang
pandangan tersebut.

Ommatidia-ommatidia tadi ini akan saling menyusun membentuk mata dari


serangga. Selain itu, bagian mata jenis majemuk krustasea maupun serangga
(arthropoda) gabungan ommatidia tadi pada tiap-tiap serangga jumlahnya berbeda-
beda. Umumnya gabungan penglihatan tersebut akan menyerupai gambaran mosaik
(kepingan-kepingan yang menyatu) mirip ilustrasi dari halftone (gambaran titik-titik
yang biasanya ada dalam majalah maupun surat kabar). Semakin banyak pola titik
dalam satu bola mata maka serangga tersebut penglihatannya akan semakin halus
serta detail, sedangkan semakin sedikit titiknya maka daya penglihatan mereka akan
semakin kasar. Jika di umpamakan maka serangga memiliki mata yang sama dengan
pixel pada layar monitor komputer maupun laptop. Semakin tinggi pixelnya maka
semakin bagus resolusi gambar yang dihasilkan, begitu juga sebaliknya.

Dalam mendeteksi gerakan, mata jenis majemuk memiliki respon yang sangat
baik. Hal ini dikarenakan serangga memiliki kemampuan mematikan omatida mata
secara progresif sehingga kemampuan dalam merespon benda-benda bergerak akan
jauh lebih baik daripada benda yang diam. Sebagai contoh yaitu umumnya serangga
akan mendatangi bunga yang bergerak-gerak terkena tiupan angin dibandingkan
bunga-bunga yang diam tanpa adanya tiupan angin. (Saputra, hadi.2019.Arthropoda
Resolusi Mata Sensitivitas Penglihatan Faset Warna Efek Flicker dan Ultraviolet
Serangga. https://plengdut.com/2019/09/arthropoda-resolusi-mata-sensitivitas-
penglihatan-faset-warna-efek-flicker-dan-ultraviolet-serangga.html. (15 September
2019).

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sonar merupakan alat yang digunakan lumba-lumba maupun kelelawar dalam
mendeteksi keberadaan berbahaya atau tidak di sekitarnya. Dalam mencari makanan
dan mencegah terjadinya bahaya didekat keberadaan pada lumba-lumba maupun
kelelawar, mereka menggunakan ekolokasi. Ketika sesuatu berada didekat mereka
maka benda tersebut akan memantul dan suara tersebut akan di serap oleh kelelawar
maupun lumba-lumba.
Pada mata serangga terdiri dari mata majemuk dan mata tunggal. Mata
majemuk ini terdapat Ommatidia-ommatidia yang saling menyusun membentuk mata
dari serangga. Selain itu, bagian mata jenis majemuk krustasea maupun serangga
(arthropoda) gabungan ommatidia tadi pada tiap-tiap serangga jumlahnya berbeda-
beda.
B. Saran
Dengan membaca makalah ini kita menjadi paham konsep dari Sonar tersebut
dan mata facet serangga. Dan kepada pembaca agar mencari sumber-sumber lain agar
pengetahuannya lebih luas dalam pemaparan materi ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ula.2017.Jurnal Gelombang Akustik Pada Lumba-Lumba dengan Persamaan Helmholtz.

Aziz,Abdul, dkk. 2008.Alam pun Bertasbih.Jakarta : Balai Pustaka

Hadi, H.M., Udi, T., Rully, R. 2009.Biologi Insekta Entomologi.Yogyakarta : Graha Ilmu

Jumar, 2000. Entomologi Pertanian.Jakarta: PT Renika Cipta

(Saputra, hadi.2019.Arthropoda Resolusi Mata Sensitivitas Penglihatan Faset Warna Efek


Flicker dan Ultraviolet Serangga. https://plengdut.com/2019/09/arthropoda-resolusi-mata-
sensitivitas-penglihatan-faset-warna-efek-flicker-dan-ultraviolet-serangga.html. (15
September 2019).

http://sukabelajarsains.blogspot.com

Http://id.m.wikipedia.org

http://my.belajar.kemdikbud.go.id

10

Anda mungkin juga menyukai