mekanisme kelelawar
Kelelawar adalah satu-satu mamalia yang bisa terbang. Namun persoalannya adalah dengan aktivitasnya
kenapa dan bagaimana kelelawar dapat bergerak leluasa di malam gelap gulita. Ternyata hal ini sangat
dipengaruhi oleh sistem pendengaran yang kelelawar miliki. Kelelawar terbang dan memandu arah
menggunakan gelombang bunyi yang tidak dapat didengar oleh manusia, yaitu gelombang ultrasonik.
Jadi berikut kita bahas bagaimana proses pendengaran pada kelelawar ini digunakan dalam mencari sumber
suara atau mangsanya.
Menurut hasil penelitian lanjut dapat diketahui bahwa kelelawar mengeluarkan pulsa gelombang
ultrasonik dengan frekuensi sekitar 40-50 kHz. Bentuk telinga kelelawar yang seperti corong berfungsi
sebagai penerima gelombang ultrasonik yang dibalikkan seperti cara kerja alat radar penerima. Kemudian
kelelawar akan meninggikan Frekuensi ultrasonik apabila hendak menangkap mangsa secara memintas.
Lalu denyut ultrasonik yang dipancarkan oleh kelelawar akan dipantulkan apabila terkena mangsanya.
Fenomena ini seperti gema dimana bunyi dipantulkan apabila tiba di satu media. Kemudian pulsa dianalisis
oleh sistem otak kelelawar yang agak kompleks untuk menginterpretasi dan mengetahui posisi mangsanya
atau objek lain yang akan diterkam.
Kelelawar menggunakan kantung jaringan (web-pocket) yang terletak di bahagian ekor dan dengan bantuan
sayapnya untuk memerangkap mangsanya. Lingkungan dengan tingkat kebisingan tinggi tidak akan
melemahkan sistem radar yang ada pada kelelawar tetapi jika rekaman gelombang bunyi dirinya sendiri
maka akan berpengaruh kepada kemampuan kelelawar untuk menganalisis pantulan denyut pulsa yang
diterimanya. Rekaman gelombang bunyi tersebut sebenarnya telah mewujudkan tingkat kebisingan yang
hampir sama dan menyerupai gelombang ultrasonik.
https://www.utakatikotak.com/kongkow/detail/18010/Mekanisme-Pendengaran-Pada-Manusia-dan-
Hewan
2. Bunyi audiosonik
3. Bunyi ultrasonik
https://brainly.co.id/tugas/15596067
Salah satu jenis gelombang yang sering kita jumpai dalam aktivitas keseharian
adalah bunyi. Dunia tanpa bunyi/suara akan terasa sunyi. Senyap seperti di
tengah kuburan. Bunyi berguna sebagai media komunikasi antar individu.
Bayangkan jika tidak ada suara, kita akan kesulitan menangkap pesan yang
hendak disampaikan. Meskipun bagi orang tuna rungu kendala tersebut dapat
diatasi dengan bahasa isyarat, namun tetap ada kekurangan yang tidak
tergantikan dengan ketidakhadiran bunyi/suara.
Menurut frekuensinya, bunyi terbagi atas : ultrasonik, audiosonik, dan
infrasonik. Daerah audisonik berada pada rentang frekuensi 20 Hz sampai
dengan 20.000 Hz. Dibawah 20 Hz masuk infrasonik, dan lebih dari 20.000 Hz
masuk dalam ultrasonik. Audiosonik merupakan daerah yang berada pada
wilayah pendengaran telinga manusia. Sedangkan untuk gelombang bunyi
infrasonik dan ultrasonik telinga manusia tidak dapat mendengarnya. Beberapa
hewan memiliki kemampuan untuk mendeteksi gelombang infrasonik maupun
ultrasonik.
Salah satu contoh adalah kelelawar. Hewan ini dapat terbang dalam kegelapan.
Mereka tidak menggunakan mata untuk melihat dalam gelap, tetapi
memanfaatkan suara dengan frekuensi tinggi atau yang lebih dikenal sebagai
gelombang ultrasonik. Ketika terbang kelelawar memancarkan gelombang
ultrasonik yang kemudian diterima kembali setelah dipantulkan oleh benda atau
dinding yang berada dihadapannya. Dengan merasakan lamanya jeda waktu
antara pengiriman gelombang dengan penerimaan kembali, kelelawar dapat
menentukan seberapa jauh jarak tubuhnya dengan benda tersebut. Itu
sebabnya mereka tidak akan menabrak dinding atau benda dihadapan mereka
walaupun keadaan gelap. Teori ini sekarang sudah dimanfaatkan oleh manusia
untuk mengukur jarak suatu benda, seperti pada pengukuran jarak kedalaman
laut dan pendeteksi dinding penghalang pada aplikasi robot. Batas frekuensi
yang bisa didengar oleh kelelawar adalah 3.000 Hz sampai dengan 120.000 Hz.
Frekuensi ini jauh diatas frekuensi suara yang bisa didengar oleh manusia yakni
20 Hz sampai dengan 20.000 Hz.
Selain kelelawar, kucing juga bisa mendengar suara dengan frekuensi diatas
pendengaran manusia yaitu 100 Hz sd 60.000 Hz. Gajah dapat mendengarkan
suara dengan frekuensi infrasonik karena batas pendengaran gajah 1 Hz sampai
dengan 20.000 Hz. Tikus memiliki rentang batas pendengaran 1.000 Hz sampai
dengan 100.000 Hz. Makanya ada alat pengusir tikus elektronik yang bekerja
berdasarkan frekuensi gelombang ultra. Anjing merupakan binatang yang sering
digunakan sebagai penjaga keamanan dan sebagai pelacak jejak karena
mempunyai penciuman yang sangat tajam. Hewan ini juga bisa mendengarkan
suara dengan frekuensi di atas frekuensi pendengaran manusia. Anjing bisa
mendengar suara dengan frekuensi hingga 40.000 Hz. Lumba-lumba
merupakan mamalia yang banyak disukai orang karenan mereka sangat pintar
dan bisa bersahabat dengan manusia. Lumba-lumba bisa mendengar suara
dengan frekuensi hingga 100.000 Hz, dan mereka menggunakan gelombang
ultrasonic sebagai media komunikasi antara satu dengan lainnya. Yang terakhir
belalang. Binatang ini sering dibuat mainan anak-anak dan banyak terdapat di
sawah. Belalang ternyata dapat mendengarkan suara dengan frekuensi hingga
50.000 Hz.
https://blog.igi.or.id/serba-serbi-bunyi.html
Manusia adalah makhluk sempurna yang diciptakan Tuhan. Namun bagaimanapun sempurnanya, manusia
tetap memiliki batasan-batasan yang menghalanginya. Manusia tidak bisa terbang karena tidak bersayap, tidak
bisa hidup di dalam air karena tidak memiliki insang, tidak bisa lari secepat cheetah dan berbagai batasan-
batasan lain yang tidak bisa dilanggar. Walau ada beberapa manusia yang melewati ‘sedikit’ batasannya dan
menjadikannya berbeda dari lainnya, seperti Suku Bajo yang mampu menyelam selama 13 menit tanpa alat
bantu pernafasan dan Ben Underwood yang mampu mendengar bunyi Ultrasonik, manusia pada umumnya
terkekang pada batasan-batasan.
Manusia tidak bisa melihat sebaik burung elang melihat, tidak mencium sebaik penciuman anjing, tidak bisa
memanjat sebaik monyet memanjat, tidak bisa berlari secepat cheetah berlari, tidak bisa mendengar sebaik
pendengaran kelelawar atau anjing. Dalam indra pendengaran manusia, kita hanya mampu mendengar bunyi
berkisar antara frekuensi 20 Hz sampai 20.000 Hz, bunyi ini disebut audiosonic.
Audiosonic adalah range frequency dari bunyi yang dapat kita dengar. Hanya beberapa jenis makhluk saja
yang mempu mendengar frekuensi bunyi di bawah 20 Hz, atau lebih tinggi dari 20.000 Hz. Untuk frekuensi
bunyi di bawah 20 Hz disebut sebagai bunyi infrasonic, sedangkan untuk bunyi di atas 20.000 Hz disebut
bunyi Ultrasonic.
Uniknya, bunyi-bunyi di luar batas normal pendengaran manusia ini hanya dapat didengar oleh beberapa jenis
hewan saja. Bunyi Infrasonic hanya dapat didengar oleh Jangkrik dan Anjing, sedangkan bunyi ultrasonic
hanya dapat didengar oleh Kelelawar dan Lumba-Lumba. Lalu, apa saja macam-macam bunyi infrasonic dan
ultrasonic?
Bunyi-Bunyi Infrasonic
Bunyi Infrasonik adalah bunyi yang frekuensinya terlalu rendah untuk dapat ditangkap pendengaran manusia,
di bawah 20 Hz sampai dengan 0,0001 Hz. Namun ada beberapa hewan yang mampu mendengar bunyi
infrasonik, yaitu Gajah, Kuda, Nil, Anjing, Burung Merpati, Laba-Laba dan hewan lainnya. Lalu, bunyi yang
masuk ke dalam kategori infrasonik adalah Getaran Gempa Bumi dan Aktifitas Gunung Berapi
Bunyi-Bunyi Ultrasonic
Bunyi Ultrasonik adalah bunyi yang frekuensinya terlalu tinggi untuk dapat ditangkap
pendengaran manusia, di atas 20.000 Hz. Ada beberapa hewan yang mampu
menangkap bunyi ultrasonik, yaitu Lumba-lumba, Anjing, Kelelawar, Tikus, Kucing, Katak, dan
hewan lainnya.
Anjing termasuk hewan yang memiliki pendengaran paling baik karena mampu mendengar bunyi infrasonik,
audiosonik serta ultrasonik.
https://alatbantudengar.co.id/audiosonik-infrasonik-dan-ultrasonik/
Gelombang ultrasonik mamalia laut yang masuk dalam ordo Cetacea ini, muncul dari organ
bernama Melon, terletak di bagian paling depan tengkorak, berbentuk seperti bulatan sempurna mirip
buah melon, yang terbuat dari jaringan adiposa, lemak dan lapisan lilin alami. Beberapa jenis Paus
Bergigi seperti suku Delphinidae (Lumba-lumba, Paus Orca & Pesut) dan Physeteroidea (Paus Sperma)
memiliki lapisan lilin dan lemak yang banyak dalam organ Melon, sedangkan suku Monodontidae (Paus
Beluga dan Paus Narwhal) memiliki jumlah lapisan lilin dan lemak yang sedikit dalam organ Melon, dan
Paus Pilot (Globicephala) memiliki lapisan lilin 33% dan 5% lapisan lemak dalam organ Melon.
Sementara daya pancar gelombang ultrasonik, yang terlemah berasal dari suku Delphinidae,
Phocoenidae dan Monodontidae, sementara yang menengah adalah suku Ziphiidae (Paus berparuh),
dan yang terkuat berasal dari suku Physeteridae & Platanistidae (Lumba-lumba sungai Asia Selatan).
Letak organ Melon dalam tengkorak Paus Sperma Kerdil (Kogia breviceps)
(Kurzon/Wikimedia Commons)
Cara kerja organ Melon ini, adalah dengan memancarkan suara gema dengan frekuansi ultrasonik ke
arah yang diinginkan, lalu pantulan gema tersebut akan ditangkap oleh gendang telinga yang diteruskan
ke otak. Dari pantulan gema tersebut, mamalia laut raksasa ini mampu membedakan halang-rintang di
depannya, seperti bentang alam bawah laut, karang, bangkai kapal dan predator alami, berupa Hiu Putih
dan Buaya Muara. Selain itu, pantulan gema juga bisa membantu mamalia laut ini untuk membedakan
mangsa saat memburu. Kemampuan penglihatan ordo Cetacea sebenarnya relatif bagus, sehingga
hanya menggunakan ekolokasi saat berada di kedalaman laut yang gelap dan berpasir. Sementara
dalam berkomunikasi, anggota ordo Cetacea membedakan berdasarkan corak vokalisasi dan warna
suara ultrasonik.
Kehadiran organ Melon ini terlacak pertama kali dari fosil Zygorhiza kochii, spesies Paus bergigi purba
dari suku Basilosauridae, yang hidup sekitar 43.000.000-33.900.000 di Samudra Pasifik Purba yang
sekarang menjadi Selandia Baru. Paus purba berukuran panjang 520 centimeter ini memiliki bentuk
organ Melon dan gendang telinga, yang memiliki ciri antara lain pilin memanjang, pilin sekunder yang
pendek, jari-jari gendang telinga yang lebar, tumpang tindih dan jamak, dirancang untuk memancarkan
dan menangkap frekuensi rendah. Kemudian seiring waktu dalam tempo 32.000.000 tahun, organ Melon
dan gendang telinga berevolusi menjadi semakin ringkas dan semakin efisien dalam melakukan
ekolokasi, dari frekuensi rendah menjadi frekuensi tinggi dan menjadi semakin peka. Hal ini berdasarkan
analisa tengkorak Paus purba yang dilakukan oleh Travis Park , Erich M. G. Fitzgerald & Alistair R.
Evans dari Monash University, Australia, dalam jurnal berjudul "Ultrasonic hearing and echolocation in
the earliest toothed whales" yang terbit pada tanggal 1 April 2016.
Tahapan evolusi organ Melon dan gendang telinga ordo Cetacea
(Travis Park et al, 2016)
Kemampuan mamalia laut ini pertama kali ditemukan oleh Leonardo Da Vinci pada tahun 1490, saat
mendengarkan suara pekikan Lumba-lumba melalui tabung yang ditempelkan ke talinga saat s.
Kemudian diterapkan dalam mercusuar menggunakan bel besar, menyusul kemudian di tahun 1912,
purwarupa teknologi ekolokasi dibuat untuk melacak bangkai kapal Titanic, yang kemudian dipatenkan
oleh Lewis Fry Richardson, ahli cuaca dari Inggris. Lalu, di tahun 1913, Alexander Behm, ahli fisika
Jerman mematenkan echo-sounder. Teknologi ini kemudian dimutakhirkan dan dipasang ke kapal selam
Kerajaan Inggris di tahun 1914 oleh Reginald Fessenden, ahli teknik Kanada. Selama Perang Dunia I dan
II riset mengenai SONAR (Sound Navigation Ranging) semakin digiatkan dan kemampuannya
ditingkatkan. Setelah Perang Dunia II usai, teknologi SONAR kemudian diadaptasi oleh masyarakat sipil
dan dikembangkan dalam berbagai jenis.
VDS (Variable Depth Sonar) tipe DUBV43/DUBV43C yang terpasang di kapal fregat Perancis jenis
F70
(Jean-Michel Roche/Wikimedia Commons)
Di masa kini, SONAR digunakan untuk misi peperangan bawah laut, misi demolisi bawah laut, mencari
ikan, pemetaan bawah laut hingga untuk kebutuhan pencarian dan pertolongan kecelakaan laut. Namun
teknologi ini membawa dampak buruk bagi mamalia laut, karena dapat memusingkan pancaran gema
yang diterima dan mengaburkan suara yang dipancarkan oleh kawanan mamalia laut saat berburu atau
bermigrasi. Tentu, riset dibutuhkan agar tercipta SONAR yang ramah bagi mamalia laut namun tetap
efektif dan efisien saat digunakan dalam misi khusus.
Daftar pustaka
https://adoc.pub/bab-9-indera-pendengaran-dan-sistem-sonar-pada-makhluk-hidup.html
Ref.sem
https://go-pdf.online/a-membedakan-infrasonik-ultrasonik-dan-audiosonik.pdf
https://docplayer.info/31006651-A-membedakan-infrasonik-ultrasonik-dan-
audiosonik.html
https://www.kompas.com/skola/read/2021/03/22/111457169/jenis-jenis-bunyi
https://gaya.tempo.co/read/852333/kenali-5-jenis-gangguan-pendengaran-yang-sering-
mengganggu/full&view=ok
Frekuensi binatang
1. Laba-laba 80-130
2. Ular 80-600 hz
3. Gurita 400 -1000hz
4. Ikan tuna 50-1100 Hz
5. Kura-kura 50-1500 hz
6. Ayam 125-2000 Hz
7. Ikan mas 20-3000 Hz
8. Katak pohon 50 – 4000 Hz
9. Buaya 100-6000 Hz
10. Lark 350-7600 Hz
11. Burung hantu 500-10000 Hz
12. Merpati 0,5-10.000 Infrasonik
13. Gajah 17-10500 Infrasonik
14. Burung gereja 675-11500
15. Rubah 14000Hz
16. 20-20.000Hz manusia
17. Tikus 90-22800 chincila
18. Kuda 14-25000Hz Infrasonik
Hewan infrasonik:
- Cumi-cumi
- Burung merpati
- Ikan buntal
- Jerapah
- Sotong
- Gurita
- Paus
- Gajah
- Badak
- Kuda nil
- Alligator
- Ular
- Hiu
- Anjing
Hewan Audiosonik:
- Kucing
Macan
Ayam
Hewan Ultrasonik:
Kelelawar
Lumba-lumba
ngengat
https://materiipa.com/hewan-yang-dapat-mendengar-bunyi-infrasonik
Hewan audiosonik:
Hewan ultrasonik:
https://www.dw.com/id/teknik-pendengaran-menakjubkan-milik-hewan/g-54129531
HEWAN EKOLOKASIhttps://www.kafekepo.com/apa-itu-ekolokasi/
Link Video:
Hewan Ultrasonik:
1. Kelelawar 2000-110.000 hZ
2. lumba-lumba 20 -150.000 hZ
3. ngengat lilin 300.000 Hz
4. burung hantu 500 -10.000 Hz
5. paus
6. Tikus,
7. kelinci
8. serigala
9. rubah
10. katak