Anda di halaman 1dari 16

Kelelawar

Batas frekuensi yang bisa didengar oleh kelelawar adalah 3.000 HZ sd


120.000 Hz, dimana frekuensi ini jauh diatas frekuensi suara yang bisa
didengar oleh manusia yakni 20 Hz sd 20.000 Hz.
2. Kucing
Binatang yang satu ini juga bisa mendengar suara dengan frekuensi diatas
pendengaran manusia yaitu 100 Hz sd 60.000 Hz.
3. Gajah
Hewan berutubuh besar ini dapat mendengarkan suara dengan frekuensi
infrasonik atau suara dengan frekuensi di bawah frekuensi pendengaran
manusia. Batas frekuensi yang bisa didengar oleh gajah adalah 1 Hz sd
20.000 Hz.
4. Tikus
Batas frekuensi yang bisa didengar oleh tikus adalah 1.000 Hz sd 100.000
Hz.
5. Lumba-lumba
Lumba-lumba bisa mendengar suara dengan frekuensi hingga 100.000 Hz,
dan mereka menggunakan gelombang ultrasonic sebagai media komunikasi
antara satu dengan lainnya.
6. Belalang
Binatang kecil yang satu ini ternyata bisa mendengarkan suara dengan
frekuensi diatas frekuensi pendengan manusia yaitu hingga 50.000 Hz.
https://brainly.co.id/tugas/27828082

mekanisme kelelawar

Kelelawar adalah satu-satu mamalia yang bisa terbang. Namun persoalannya adalah dengan aktivitasnya
kenapa dan bagaimana kelelawar dapat bergerak leluasa di malam gelap gulita. Ternyata hal ini sangat
dipengaruhi oleh sistem pendengaran yang kelelawar miliki. Kelelawar terbang dan memandu arah
menggunakan gelombang bunyi yang tidak dapat didengar oleh manusia, yaitu gelombang ultrasonik.
Jadi berikut kita bahas bagaimana proses pendengaran pada kelelawar ini digunakan dalam mencari sumber
suara atau mangsanya.

Menurut hasil penelitian lanjut dapat diketahui bahwa kelelawar mengeluarkan pulsa gelombang
ultrasonik dengan frekuensi sekitar 40-50 kHz. Bentuk telinga kelelawar yang seperti corong berfungsi
sebagai penerima gelombang ultrasonik yang dibalikkan seperti cara kerja alat radar penerima. Kemudian
kelelawar akan meninggikan Frekuensi ultrasonik apabila hendak menangkap mangsa secara memintas.
Lalu denyut ultrasonik yang dipancarkan oleh kelelawar akan dipantulkan apabila terkena mangsanya.
Fenomena ini seperti gema dimana bunyi dipantulkan apabila tiba di satu media. Kemudian pulsa dianalisis
oleh sistem otak kelelawar yang agak kompleks untuk menginterpretasi dan mengetahui posisi mangsanya
atau objek lain yang akan diterkam.

Kelelawar menggunakan kantung jaringan (web-pocket) yang terletak di bahagian ekor dan dengan bantuan
sayapnya untuk memerangkap mangsanya. Lingkungan dengan tingkat kebisingan tinggi tidak akan
melemahkan sistem radar yang ada pada kelelawar tetapi jika rekaman gelombang bunyi dirinya sendiri
maka akan berpengaruh kepada kemampuan kelelawar untuk menganalisis pantulan denyut pulsa yang
diterimanya. Rekaman gelombang bunyi tersebut sebenarnya telah mewujudkan tingkat kebisingan yang
hampir sama dan menyerupai gelombang ultrasonik.

https://www.utakatikotak.com/kongkow/detail/18010/Mekanisme-Pendengaran-Pada-Manusia-dan-
Hewan

akhluk hidup memiliki indera pendengaran yang berfungsi sebagai penangkap


bunyi dari lingkungan. Mekanisme pendengaran makhluk hidup berbeda-beda
karena dipengaruhi oleh besaran frekuensi gelombag bunyi tersebut.
Perbedaan frekuensi bunyi terjadi pada manusia, kelelawar, dan lumba-lumba
meskipun ketiganya sama-sama kelompok mamalia. Pada manusia, frekuensi
bunyi yang dapat didengar adalah audiosonik. Adapun pada kelelawar dan
lumba-lumba adalah bunyi ultrasonik.  
Pembahasan
Bunyi yang dapat di dengar oleh makhluk hidup berbeda-beda tergantung dari
besarnya frekuensi. Berdasarkan frekuensi tersebut, bunyi dibedakan
menjadi:
1. Bunyi infrasonik

 Adalah bunyi dengan frekuensi <20Hz.  


 Bunyi ini tidak mampu di dengar oleh manusia karena tidak dapat
ditangkap oleh indera pendengaran.  
 Makhluk hidup yang mampu seperti anj*ng, gajah, kuda dan jangkrik.  

2. Bunyi audiosonik

 Adalah bunyi dengan frekuensi antara 20-20.000Hz .


 Bunyi ini dapat didengar oleh manusia karena sesuai dengan batas
pendengaran telinga manusia.  

3. Bunyi ultrasonik  

 Adalah bunyi dengan frekuensi >20.000Hz.


 Bunyi ini dapat didengar oleh kelelawar dan lumba-lumba.  

Pelajari lebih lanjut tentang jenis-jenis bunyi di: brainly.co.id/tugas/9253390.  


Berikut akan dijelaskan mekanisme pendengaran oleh kelelawar dan
lumba-lumba.  
Proses pendengaran pada hewan kelalawar dan lumba lumba
memanfaatkan sistem sonar dan kemampuan ekolokasi. Sistem sonar
atau sound navigation and ranging adalah metode penggunaan gelombang
ultrasonik untuk memperkirakan ukuran, bentuk dan kedalaman benda di
lingkungan oleh hewan-hewan ultrasonik.
Adapun ekolokasi adalah kemampuan biosonar/sonar biologi yang
digunakan oleh hewan tertentu dalam mengeluarkan bunyi dan
mendengarkan pantulan bunyi tersebut yang merupakan hasil dari pantulan
objek-objek di sekitarnya.
Kemampuan ekolokasi selain dimiliki oleh kelelawar dan lumba-lumba, juga
dimiliki oleh ikan puas, celurut, dan beberapa jenis burung.  
Ekolokasi yang dilakukan hewan-hewan tersebut adalah dengan
mengeluarkan gelombang ultrasonik saat terbang, lalu gelombang tersebut
akan dipantulkan kembali oleh benda atau hewan lain disekitarnya dan akan
diterima oleh alat yang berada di tubuh hewan-hewan ultrasonik. Ekolokasi
digunakan oleh beberapa hewan sebagai alat penentu arah atau navigasi
dalam berburu mangsa dan berkelana.  
Proses pendengaran pada kelelawar sebagai berikut:
1. Pada saat terbang, kelelawar mengeluarkan bunyi ultrasonik.
2. Bunyi tersebut mengenai benda atau serangga di sekitarnya lalu
dipantulkan kembali dan diterima oleh kelelawar.
3. Kelelawar mengeluarkan sinyal lagi sehingga mengetahui posisi
mangsanya dengan cepat.  
4. Kelelawar mendekati mangsa dengan mengikuti jalur pantulan suara
dan mangsa pun berhasil didapat.  

Proses pendengaran pada lumba-lumba sebagai berikut:

1. Lumba-lumba mengeluarkan bunyi ultrasonik melalui lubang di atas


kepala yang berisi kantung-kantung kecil berisi udara.
2. Bunyi yang keluar dari lubang ini akan dipancarkan ke daerah
sekitarnya secara terputus.
3. Bunyi tersebut mengenai benda di sekitarnya lalu dipantulkan kembali
dan diterima oleh lumba-lumba pada bagian rahang bawah.
4. Setelah diterima, bunyi diteruskan oleh telinga tengah dan menuju otak.
5. Pantulan bunyi yang diterima lumba-lumba memberikan informasi jarak,
ukuran dan pergerakan mangsa yang akhirnya dapat diketahui oleh lumba-
lumba.
6. Melalui pantulan bunyi ini pula, lumba-lumba dapat saling
berkomunikasi dalam komunitasnya untuk mencari pasangan dan mengetahui
adanya bahaya.  

Gelombang ultrasonik atau sistem sonar juga dapat dimanfaatkan oleh


manusia antara lain untuk:

1. USG (ultrasonografi) janin dalam kandungan sehingga dapat diketahui


detak jantung janin.  
2. Menentukan kedalaman dasar laut.
3. Mendeteksi adanya penyakit pada manusia.  

https://brainly.co.id/tugas/15596067
Salah satu jenis gelombang yang sering kita jumpai dalam aktivitas keseharian
adalah bunyi. Dunia tanpa bunyi/suara akan terasa sunyi. Senyap seperti di
tengah kuburan. Bunyi berguna sebagai media komunikasi antar individu.
Bayangkan jika tidak ada suara, kita akan kesulitan menangkap pesan yang
hendak disampaikan. Meskipun bagi orang tuna rungu kendala tersebut dapat
diatasi dengan bahasa isyarat, namun tetap ada kekurangan yang tidak
tergantikan dengan ketidakhadiran bunyi/suara.
Menurut frekuensinya, bunyi terbagi atas : ultrasonik, audiosonik, dan
infrasonik. Daerah audisonik berada pada rentang frekuensi 20 Hz sampai
dengan 20.000 Hz. Dibawah 20 Hz masuk infrasonik, dan lebih dari 20.000 Hz
masuk dalam ultrasonik. Audiosonik merupakan daerah yang berada pada
wilayah pendengaran telinga manusia. Sedangkan untuk gelombang bunyi
infrasonik dan ultrasonik telinga manusia tidak dapat mendengarnya. Beberapa
hewan memiliki kemampuan untuk mendeteksi gelombang infrasonik maupun
ultrasonik.
Salah satu contoh adalah kelelawar. Hewan ini dapat terbang dalam kegelapan.
Mereka tidak menggunakan mata untuk melihat dalam gelap, tetapi
memanfaatkan suara dengan frekuensi tinggi atau yang lebih dikenal sebagai
gelombang ultrasonik. Ketika terbang kelelawar memancarkan gelombang
ultrasonik yang kemudian diterima kembali setelah dipantulkan oleh benda atau
dinding yang berada dihadapannya. Dengan merasakan lamanya jeda waktu
antara pengiriman gelombang dengan penerimaan kembali, kelelawar dapat
menentukan seberapa jauh jarak tubuhnya dengan benda tersebut. Itu
sebabnya mereka tidak akan menabrak dinding atau benda dihadapan mereka
walaupun keadaan gelap. Teori ini sekarang sudah dimanfaatkan oleh manusia
untuk mengukur jarak suatu benda, seperti pada pengukuran jarak kedalaman
laut dan pendeteksi dinding penghalang pada aplikasi robot. Batas frekuensi
yang bisa didengar oleh kelelawar adalah 3.000 Hz sampai dengan 120.000 Hz.
Frekuensi ini jauh diatas frekuensi suara yang bisa didengar oleh manusia yakni
20 Hz sampai dengan 20.000 Hz.
Selain kelelawar, kucing juga bisa mendengar suara dengan frekuensi diatas
pendengaran manusia yaitu 100 Hz sd 60.000 Hz. Gajah dapat mendengarkan
suara dengan frekuensi infrasonik karena batas pendengaran gajah 1 Hz sampai
dengan 20.000 Hz. Tikus memiliki rentang batas pendengaran 1.000 Hz sampai
dengan 100.000 Hz. Makanya ada alat pengusir tikus elektronik yang bekerja
berdasarkan frekuensi gelombang ultra. Anjing merupakan binatang yang sering
digunakan sebagai penjaga keamanan dan sebagai pelacak jejak karena
mempunyai penciuman yang sangat tajam. Hewan ini juga bisa mendengarkan
suara dengan frekuensi di atas frekuensi pendengaran manusia. Anjing bisa
mendengar suara dengan frekuensi hingga 40.000 Hz. Lumba-lumba
merupakan mamalia yang banyak disukai orang karenan mereka sangat pintar
dan bisa bersahabat dengan manusia. Lumba-lumba bisa mendengar suara
dengan frekuensi hingga 100.000 Hz, dan mereka menggunakan gelombang
ultrasonic sebagai media komunikasi antara satu dengan lainnya. Yang terakhir
belalang. Binatang ini sering dibuat mainan anak-anak dan banyak terdapat di
sawah. Belalang ternyata dapat mendengarkan suara dengan frekuensi hingga
50.000 Hz.

https://blog.igi.or.id/serba-serbi-bunyi.html

Manusia adalah makhluk sempurna yang diciptakan Tuhan. Namun bagaimanapun sempurnanya, manusia
tetap memiliki batasan-batasan yang menghalanginya. Manusia tidak bisa terbang karena tidak bersayap, tidak
bisa hidup di dalam air karena tidak memiliki insang, tidak bisa lari secepat cheetah dan berbagai batasan-
batasan lain yang tidak bisa dilanggar. Walau ada beberapa manusia yang melewati ‘sedikit’ batasannya dan
menjadikannya berbeda dari lainnya, seperti Suku Bajo yang mampu menyelam selama 13 menit tanpa alat
bantu pernafasan dan Ben Underwood yang mampu mendengar bunyi Ultrasonik, manusia pada umumnya
terkekang pada batasan-batasan.

Manusia tidak bisa melihat sebaik burung elang melihat, tidak mencium sebaik penciuman anjing, tidak bisa
memanjat sebaik monyet memanjat, tidak bisa berlari secepat cheetah berlari, tidak bisa mendengar sebaik
pendengaran kelelawar atau anjing. Dalam indra pendengaran manusia, kita hanya mampu mendengar bunyi
berkisar antara frekuensi 20 Hz sampai 20.000 Hz, bunyi ini disebut audiosonic.

Audiosonic adalah range frequency dari bunyi yang dapat kita dengar. Hanya beberapa jenis makhluk saja
yang mempu mendengar frekuensi bunyi di bawah 20 Hz, atau lebih tinggi dari 20.000 Hz. Untuk frekuensi
bunyi di bawah 20 Hz disebut sebagai bunyi infrasonic, sedangkan untuk bunyi di atas 20.000 Hz disebut
bunyi Ultrasonic.
Uniknya, bunyi-bunyi di luar batas normal pendengaran manusia ini hanya dapat didengar oleh beberapa jenis
hewan saja. Bunyi Infrasonic hanya dapat didengar oleh Jangkrik dan Anjing, sedangkan bunyi ultrasonic
hanya dapat didengar oleh Kelelawar dan Lumba-Lumba. Lalu, apa saja macam-macam bunyi infrasonic dan
ultrasonic?
Bunyi-Bunyi Infrasonic
Bunyi Infrasonik adalah bunyi yang frekuensinya terlalu rendah untuk dapat ditangkap pendengaran manusia,
di bawah 20 Hz sampai dengan 0,0001 Hz. Namun ada beberapa hewan yang mampu mendengar bunyi
infrasonik, yaitu Gajah, Kuda, Nil, Anjing, Burung Merpati, Laba-Laba dan hewan lainnya. Lalu, bunyi yang
masuk ke dalam kategori infrasonik adalah Getaran Gempa Bumi dan Aktifitas Gunung Berapi

Bunyi-Bunyi Ultrasonic
Bunyi Ultrasonik adalah bunyi yang frekuensinya terlalu tinggi untuk dapat ditangkap
pendengaran manusia, di atas 20.000 Hz. Ada beberapa hewan yang mampu
menangkap bunyi ultrasonik, yaitu Lumba-lumba, Anjing, Kelelawar, Tikus, Kucing, Katak, dan
hewan lainnya.
Anjing termasuk hewan yang memiliki pendengaran paling baik karena mampu mendengar bunyi infrasonik,
audiosonik serta ultrasonik.

https://alatbantudengar.co.id/audiosonik-infrasonik-dan-ultrasonik/

Kelinci bisa putar telinga hingga 270 derajat


Kelinci mengarahkan telinga mereka ke sumber suara. Gerakan ini membantu
kelinci terlepas dari pemangsa dan bantu manusia pelajari perilaku kelinci.
Telinga tegak berarti kelinci mendengarkan penuh perhatian. Satu telinga naik dan
satu turun, kelinci mendengarkan secara pasif. Telinga ke arah belakang, jika saling
bersentuhan, berarti mereka rileks, tapi jika tidak artinya mereka takut.
 
2. Pendengaran kucing dan anjing sangat sensitif
Anjing dapat mendengar frekuensi yang lebih tinggi daripada manusia. Itulah
sebabnya anjing cepat bereaksi. Anjing juga bisa membedakan langkah kaki
pemiliknya dengan langkah orang asing. Sedangkan kucing, telinganya bahkan
lebih sensitif.
Jika anjing punya 18 otot telinga, kucing punya 30 otot dan dapat memutarnya
hingga 180 derajat.
 
3. Kelelawar gunakan gelombang suara ultrasonik
Kelelawar andalkan ekolokasi untuk navigasi terbang di malam hari. Mereka
mengirimkan gelombang suara ultrasonik dari mulut yang memantul kembali
sebagai gema. Cara ini digunakan untuk menentukan ukuran dan lokasi objek di
sekitar, serta untuk menemukan makanan dalam kegelapan.
Kelelawar memiliki 20 otot telinga dan dapat mengubah bentuk serta arah telinga
untuk menyempurnakan penerimaan gema.
 
4. Ngengat lilin, pendengar terbaik di dunia
Ngengat lilin dapat melarikan diri dari kejaran kelelawar berkat pendengaran yang
sensitif terhadap gelombang ultrasonik.
Di dunia hewan, ngengat lilin punya sensitivitas tertinggi terhadap frekuensi.
Pendengarannya 150 kali lebih baik dibanding manusia. Mereka bisa mendengar
frekuensi 100 hertz lebih tinggi daripada kelelawar.
 
5. Paus: kapal selam hidup
Sonar bawah air yang dipakai paus untuk navigasi di malam hari atau di laut dalam
prinsipnya serupa dengan teknik ekolokasi pada kelelawar.
Seperti kapal selam, paus dapat menavigasi dan menemukan makanan
menggunakan gelombang suara dan refleksi suara. Bunyi peluit dan klik yang
dihasilkan oleh paus dianggap memberi mereka perspektif 3D dan penting dalam
komunikasi antarindividu.
 
6. Lumba-lumba mendengar lewat rahang
Lumba-lumba memang punya telinga. Namun, mereka juga punya sistem navigasi
yang mirip dengan ekolokasi kelelawar.
Mereka menghasilkan getaran sonik dari dahi yang kemudian dicerminkan oleh
lingkungan dan diterima oleh reseptor suara di rahang dan gigi mereka. Ternyata,
mendengar tidak harus dengan telinga.
 
7. Gajah bisa merasakan datangnya badai
Dengan telinga yang besar, gajah mampu mendengar suara berkumpulnya awan
sebelum hujan. Gajah dapat menangkap gelombang infrasonik, yakni frekuensi
rendah yang tidak dapat didengar manusia.
Mereka juga mendengar dengan kaki, menggunakan ujung saraf yang mendeteksi
getaran tanah. Beberapa hewan memiliki reseptor pada bagian tubuhnya yang
menyampaikan getaran dan gelombang suara ke sistem saraf.
 
8. Burung hantu, kamera pengintai alami
Tidak hanya punya penglihatan malam yang hebat dan dapat memutar kepala 360
derajat, burung hantu juga miliki pendengaran luar biasa. Telinganya berbentuk
asimetris.
Jadi sewaktu terbang, satu telinga mendengarkan suara yang datang dari atas,
telinga lain mendengarkan suara dari bawah. Sistem ini bekerja bersama dengan
penglihatan malam. Ini berarti mangsa kemungkinan besar akan tertangkap.
https://faktualnews.co/2020/07/14/8-hewan-ini-memiliki-pendengaran-luar-
biasa/223712/

Ekolokasi Paus dan Sonar Manusia


Salah satu pencapaian terbesar dalam evolusi Paus adalah keberadaan organ pemancar gelombang
ultrasonik alami, yang berguna sebagai ekolokasi untuk memburu mangsa, berkomunikasi dan
menghindari halang-rintang bawah laut, yang gelap dan memiliki jarak pandang terbatas. Bagaimana
organ ekolokasi ini tercipta dalam tubuh mamalia laut raksasa ini, dan berevolusi sedemikian rupa hingga
ditiru manusia untuk diterapkan dalam teknologi modern?.

Paus Bungkuk (Megaptera novaeangliae) terkenal akan suara ekolokasi yang khas


(Wikimedia Commons)

Gelombang ultrasonik mamalia laut yang masuk dalam ordo Cetacea ini, muncul dari organ
bernama Melon, terletak di bagian paling depan tengkorak, berbentuk seperti bulatan sempurna mirip
buah melon, yang terbuat dari jaringan adiposa, lemak dan lapisan lilin alami. Beberapa jenis Paus
Bergigi seperti suku Delphinidae (Lumba-lumba, Paus Orca & Pesut) dan Physeteroidea (Paus Sperma)
memiliki lapisan lilin dan lemak yang banyak dalam organ Melon, sedangkan suku Monodontidae (Paus
Beluga dan Paus Narwhal) memiliki jumlah lapisan lilin dan lemak yang sedikit dalam organ Melon, dan
Paus Pilot (Globicephala) memiliki lapisan lilin 33% dan 5% lapisan lemak dalam organ Melon.
Sementara daya pancar gelombang ultrasonik, yang terlemah berasal dari suku  Delphinidae,
Phocoenidae dan Monodontidae, sementara yang menengah adalah suku Ziphiidae (Paus berparuh),
dan yang terkuat berasal dari suku Physeteridae & Platanistidae (Lumba-lumba sungai Asia Selatan).
Letak organ Melon dalam tengkorak Paus Sperma Kerdil (Kogia breviceps)
(Kurzon/Wikimedia Commons)

Cara kerja organ Melon ini, adalah dengan memancarkan suara gema dengan frekuansi ultrasonik ke
arah yang diinginkan, lalu pantulan gema tersebut akan ditangkap oleh gendang telinga yang diteruskan
ke otak. Dari pantulan gema tersebut, mamalia laut raksasa ini mampu membedakan halang-rintang di
depannya, seperti bentang alam bawah laut, karang, bangkai kapal dan predator alami, berupa Hiu Putih
dan Buaya Muara. Selain itu, pantulan gema juga bisa membantu mamalia laut ini untuk membedakan
mangsa saat memburu. Kemampuan penglihatan ordo Cetacea sebenarnya relatif bagus, sehingga
hanya menggunakan ekolokasi saat berada di kedalaman laut yang gelap dan berpasir. Sementara
dalam berkomunikasi, anggota ordo Cetacea membedakan berdasarkan corak vokalisasi dan warna
suara ultrasonik. 

Cara kerja organ Melon dalam memancarkan gelombang ultrasonik


(Wikimedia Commons)

Kehadiran organ Melon ini terlacak pertama kali dari fosil Zygorhiza kochii, spesies Paus bergigi purba
dari suku Basilosauridae, yang hidup sekitar 43.000.000-33.900.000 di Samudra Pasifik Purba yang
sekarang menjadi Selandia Baru. Paus purba berukuran panjang 520 centimeter ini memiliki bentuk
organ Melon dan gendang telinga, yang memiliki ciri antara lain pilin memanjang, pilin sekunder yang
pendek, jari-jari gendang telinga yang lebar, tumpang tindih dan jamak, dirancang untuk memancarkan
dan menangkap frekuensi rendah. Kemudian seiring waktu dalam tempo 32.000.000 tahun, organ Melon
dan gendang telinga berevolusi menjadi semakin ringkas dan semakin efisien dalam melakukan
ekolokasi, dari frekuensi rendah menjadi frekuensi tinggi dan menjadi semakin peka. Hal ini berdasarkan
analisa tengkorak Paus purba yang dilakukan oleh Travis Park , Erich M. G. Fitzgerald  & Alistair R.
Evans dari Monash University, Australia, dalam jurnal berjudul "Ultrasonic hearing and echolocation in
the earliest toothed whales" yang terbit pada tanggal 1 April 2016.
Tahapan evolusi organ Melon dan gendang telinga ordo Cetacea
(Travis Park et al, 2016)

Kemampuan mamalia laut ini pertama kali ditemukan oleh Leonardo Da Vinci pada tahun 1490, saat
mendengarkan suara pekikan Lumba-lumba melalui tabung yang ditempelkan ke talinga saat s.
Kemudian diterapkan dalam mercusuar menggunakan bel besar, menyusul kemudian di tahun 1912,
purwarupa teknologi ekolokasi dibuat untuk melacak bangkai kapal Titanic, yang kemudian dipatenkan
oleh  Lewis Fry Richardson, ahli cuaca dari Inggris. Lalu, di tahun 1913, Alexander Behm, ahli fisika
Jerman mematenkan echo-sounder. Teknologi ini kemudian dimutakhirkan dan dipasang ke kapal selam
Kerajaan Inggris di tahun 1914 oleh Reginald Fessenden, ahli teknik Kanada. Selama Perang Dunia I dan
II riset mengenai SONAR (Sound Navigation Ranging) semakin digiatkan dan kemampuannya
ditingkatkan. Setelah Perang Dunia II usai, teknologi SONAR kemudian diadaptasi oleh masyarakat sipil
dan dikembangkan dalam berbagai jenis.

VDS (Variable Depth Sonar)  tipe DUBV43/DUBV43C yang terpasang di kapal fregat Perancis jenis
F70
(Jean-Michel Roche/Wikimedia Commons)

Di masa kini, SONAR digunakan untuk misi peperangan bawah laut, misi demolisi bawah laut, mencari
ikan, pemetaan bawah laut hingga untuk kebutuhan pencarian dan pertolongan kecelakaan laut. Namun
teknologi ini membawa dampak buruk bagi mamalia laut, karena dapat memusingkan pancaran gema
yang diterima dan mengaburkan suara yang dipancarkan oleh kawanan mamalia laut saat berburu atau
bermigrasi. Tentu, riset dibutuhkan agar tercipta SONAR yang ramah bagi mamalia laut namun tetap
efektif dan efisien saat digunakan dalam misi khusus.

Daftar pustaka

Sistem sonar: https://studylibid.com/doc/1214658/unit-7-sistem-sonar

https://adoc.pub/bab-9-indera-pendengaran-dan-sistem-sonar-pada-makhluk-hidup.html

Ref.sem

https://go-pdf.online/a-membedakan-infrasonik-ultrasonik-dan-audiosonik.pdf

https://docplayer.info/31006651-A-membedakan-infrasonik-ultrasonik-dan-
audiosonik.html

https://www.kompas.com/skola/read/2021/03/22/111457169/jenis-jenis-bunyi

https://gaya.tempo.co/read/852333/kenali-5-jenis-gangguan-pendengaran-yang-sering-
mengganggu/full&view=ok

Frekuensi binatang

1. Laba-laba 80-130
2. Ular 80-600 hz
3. Gurita 400 -1000hz
4. Ikan tuna 50-1100 Hz
5. Kura-kura 50-1500 hz
6. Ayam 125-2000 Hz
7. Ikan mas 20-3000 Hz
8. Katak pohon 50 – 4000 Hz
9. Buaya 100-6000 Hz
10. Lark 350-7600 Hz
11. Burung hantu 500-10000 Hz
12. Merpati 0,5-10.000 Infrasonik
13. Gajah 17-10500 Infrasonik
14. Burung gereja 675-11500
15. Rubah 14000Hz
16. 20-20.000Hz manusia
17. Tikus 90-22800 chincila
18. Kuda 14-25000Hz Infrasonik

19. Serigala 25000Hz


20. Domba 100 -30000Hz
21. Sapi 23-35000
22. Rakun 100-40000
23. Ferret 16-44000 Infrasonik
24. Anjing 67-45000 Hz/16-20 Hz
25. 250Hz-45000
26. Kelinci 49.000
27. Tikus belanda 54-50.000
28. Tupai 53-63.000
29. Kucing64.000
30. Tikus got 200-76000
31. Tikus 1000 -91000
32. Kelelawar 2000-110.000
33. Paus beluga 1000-123.000
34. Porpoise 75-150.000
35. Lumba-lumba 20-150.000 Hz
36. Ngengat lilin 300.000Hz

Hewan infrasonik:
- Cumi-cumi
- Burung merpati
- Ikan buntal
- Jerapah
- Sotong
- Gurita
- Paus
- Gajah
- Badak
- Kuda nil
- Alligator
- Ular
- Hiu
- Anjing

Hewan Audiosonik:
- Kucing
Macan
Ayam

Hewan Ultrasonik:
Kelelawar
Lumba-lumba
ngengat

https://materiipa.com/hewan-yang-dapat-mendengar-bunyi-infrasonik
Hewan audiosonik:
Hewan ultrasonik:
https://www.dw.com/id/teknik-pendengaran-menakjubkan-milik-hewan/g-54129531

HEWAN EKOLOKASIhttps://www.kafekepo.com/apa-itu-ekolokasi/

Mekanisme pendengaran hewan

Link Video:

A. Jenis hewan berfrekuensi pendengaran infrasonic,audiosonik dan ultrasonic


Hewan infrasonik:
1. Gajah 1 -20.000 Hz
2. ,kuda 14-25.000 Hz
3. ,burung merpati 0.5 – 10.000 Hz
4. ,burung ferRet 16-44.000 Hz
Hewan Audiosonik:
1. ayam 125-2000 Hz
2. macan,
3. orang utan
4. Cumi – cumi 400- 1500 Hz
5. Gurita 400 – 1000 hZ

Hewan Ultrasonik:
1. Kelelawar 2000-110.000 hZ
2. lumba-lumba 20 -150.000 hZ
3. ngengat lilin 300.000 Hz
4. burung hantu 500 -10.000 Hz
5. paus
6. Tikus,
7. kelinci
8. serigala
9. rubah
10. katak

Anda mungkin juga menyukai