Anda di halaman 1dari 5

Pendahuluan

Nokturnal adalah istilah yang digunakan yang berasal dari kata Latin “nocturnus”
yang berarti “milik malam.” Ini adalah kata yang menggambarkan organisme yang aktif di
malam hari. Pada hewan, “Nokturnalitas” adalah kata yang menggambarkan perilaku mereka
untuk makhluk-makhluk ini yang aktif selama waktu malam dan tidur siang hari. Hewan
nokturnal merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk jenis hewan yang aktif pada
malam hari daripada saat siang harinya. Hewan-hewan tersebut akan tertidur pada siang hari,
beberapa di antaranya akan berada di dalam lubang atau sarang (Nugraha, 2019).

Hewan ini memiliki indera penciuman, pendengaran dan penglihatan yang tinggi.
Beberapa hanya dapat melakukan tugas-tugas mereka di malam hari, seperti kelelawar.
Banyak hewan nokturnal biasanya memiliki mata yang lebih besar dari kepala dan tubuh
mereka. Nokturnalisi (perilaku nokturnal) yang dilakukan hewan mempunyai tujuan sebagai
adaptasi untuk menghindari dan meningkatkan predasi atau proses mangsa memangsa.
Dengan menjadi hewan nokturnal sebagian binatang berusaha menghindari diri dari para
pemangsa (predator). Selain itu bagi sebagian jenis hewan lainnya, bermanfaat untuk
meningkatkan kemampuan dalam memburu mangsa. Karena hewan nokturnal mencari
mangsa di saat malam hari, mereka tidak perlu bersaing dengan banyak hewan lain, karena
tidak banyak yang mencari mangsa di saat malam hari. Selain itu hewan menjadi nokturnal
sebagai adaptasi terhadap cuaca siang yang panas. Dengan menjadi binatang malam, seekor
spesies berusaha mengurangi pengapan cairan tubuh. Ini biasa terjadi di daerah gurun.

Hewan nokturnal biasanya mengembangkan kemampuan pendengaran dan


penciuman, serta mempunyai adaptasi khusus pada mata 40 untuk dapat melakukan aktivitas
pada kondisi yang minim cahaya. Hewan nokturnal menggunakan indera mereka yang tajam
untuk bertahan hidup dan mencari mangsa. Tetapi beberapa hewan nokturnal punya
kemampuan khusus, seperti kemampuan ekolokasi milik kelelawar, Burung hantu punya
lapisan bulu yang unik pada pinggir sayap mereka, bulu unik itu dapat meredam suara ketika
burung hantu menyambar mangsanya, tarsius dan burung hantu memiliki mata yang relatif
besar dibandingkan ukuran tubuh mereka untuk mengkompensasi tingkat cahaya yang minim
pada malam hari. Contoh hewan-hewan nokturnal lainnya yaitu Berang berang, Burung
hantu, Burung Kiwi, Ular Viper, Hyena, Kalajengking, Katak, Kelelawar, Kukang, Landak,
Rubah Merah, Tarsius, Tikus dan lain-lain.
1. Indera Penglihatan Pada Hewan Nokturnal

Hewan nocturnal umumnya memiliki bola mata yang lebar. Oleh karena itu,
mereka memiliki mata dan kualitas penglihatan yang sangat tajam. Seperti burung hantu
yang mampu melihat pergerakan tikus sebagai mangsanya meskipun pada malam hari.
Mata hewan nokturnal dirancang untuk bisa memberikan mereka kemampuan lebih yaitu
untuk merasakan jumlah cahaya meskipun sangat sedikit.Fitur yang dimiliki hewan
nokturnal ini seperti ukuran mata yang besar dan sensitif. Hewan nokturnal tidak
mempunyai kemampuan untuk menggerakkan mata mereka dengan leluasa. Hewan
nokturnal juga memiliki lapisan jaringan tambahan di belakang mata mereka yang
disebut tapetum lucidum. Jaringan tersebut dapat memantulkan cahaya kembali melalui
retina.Ini membuat jumlah cahaya yang masuk ke retina atau mata mereka menjadi lebih
banyak. Hewan nokturnal itu menggunakan cahaya tersebut untuk melihat pada malam
hari. tapetum lucidum ini membuat mata hewan bersinar di malam hari.

Gambar 1.1 Struktur mata hewan nokturnal Gambar 1.2 Penampang retina

– Pada Retina, terdapat 2 sel penting yang berperan dalam penglihatan yakni Sel batang
dan Sel Kerucut. Sel Batang adalah sel fotoreseptor yang sangat sensitif terhadap cahaya
dan berfungsi pada kondisi cahaya yang gelap.  Berlawanan fungsi dengan sel kerucut.

– Hewan Nocturnal memiliki jumlah sel batang pada retina yang lebih banyak karena
aktivitasnya kebanyakan dilakukan saat malam.
2. Indera Pendengaran Pada Hewan Nokturnal

Hewan nocturnal pada umumnya memiliki pendengaran yang berbeda dari hewan
hewan biasa. Hal itu membantu mereka dalam melakukan aktivitas pada malam hari.
Pendengaran yang unik ini terdapat pada hewan kelelawar. Mereka mampu terbang di gua
yang gelap tanpa terbentur dinding gua karena mereka mendengar dengan menggunakan
gelombang ultrasonik.

Telinga kelalawar mampu menerima getaran ultrasonik lebih dari 20.000 Hz, yang
dikeluarkan pangkal tenggorokannya. Apabila getaran ultrasonik ini menyentuh suatu benda,
maka gema yang ditimbulkan akan diterima oleh telinganya. Semakin cepat gema yang
diterima oleh kelalawar, maka jarak kelalawar dengan benda semakin dekat. Jika gema
semakin lama diterima, maka jarak kelalawar dengan benda masih jauh. Suara yang
dikeluakan kelelawar berada di atas frekuensi 20.000 Hz dan volume suara 50-120 dB
(decibel). Suara ini sebenarnya sangat keras bagi pendengaran manusia, bahkan bisa merusak
sistem pendengaran. Untungnya, suara yang diproduksi kelalawar bukan pada rentang
frekuensi yang bisa didengar manusia (20-20.000 Hz).

Gambar 2.1 Mekanisme Ekolokasi Kelelawar

Ekolokasi adalah sonar mahluk hidup yang digunakan oleh beberapa jenis binatang untuk
mengeluarkan bunyi dan mendengarkan pantulan bunyi tersebut yang dipantulkan oleh objek-
objek yang ada di sekitarnya. Dengan menggunakan bunyi pantulan tersebut, binatang itu
bisa mengidentifikasi keberadaan objek.
3. Indra Pengecap (Rasa) Pada Hewan Nokturnal

Hewan nokturnal yang terbantu dengan indera pengecap contohnya adalah hewan ular
nokturnal, sebagian ular beraktifitas pada malam hari dengan menggunakan bantuan lidahnya
yang menjulur untuk membantu navigasi dan mendeteksi panas tubuh mangsanya. saat
melakukannya, ular sedang menangkap partikel aroma di udara. Kemudian, saat lidahnya
kembali masuk, partikel udara itu dikirimkan ke organ vomeronasal. Organ vomeronasal
akan mendeteksi aroma dan mengirimkan sinyal ke otak, sehingga ia bisa mencium bau.

Gambar 3.1 Mekanisme Indera Penciuman Pada Ular

3. Indra Penciuman Pada Hewan Nokturnal

Ada juga hewan nokturnal yang beraktivitas di malam hari dengan bantuan indra penciuman.
Biasanya mereka menggunakan indra penciumannya untuk membantu mencari, mengikuti
dan juga melacak mangsanya pada malam hari.
DAFTAR PUSTAKA

Pamira, Icha. dkk. 2020. Strategi Adaptasi Retina Mata Hewan Nokturnal Terhadap
Kemampuannya Melihat dalam Gelap. Nectar: Jurnal Pendidikan Biologi, Vol. 1, No.
2, 2020, pp: 14-20. Di akses dari file:///C:/Users/acer/Downloads/1356-3977-1-PB.pdf
Pada 25 Mei 2021

Anggara, Agus Wahyana. dkk. 2014. Vokalisasi Bioakustik Tikus Sawah (Rattus
argentiventer Robinson and Kloss, 1916) Pada Rentang Suara Terdengar Di
Agroekosistem Sawah Irigasi Sukamandi, Subang, Jawa Tengah. Zoo Indonesia:
Jurnal Fauna Tropika. Vol.23, No 02, 2014. Di akses dari
file:///C:/Users/acer/Downloads/347-1266-1-PB.pdf Pada 25 Mei 2021

https://www.slideshare.net/fdalhz/kelelawar-dan-gelombang-ultrasoniknya

Anda mungkin juga menyukai