Anda di halaman 1dari 8

FACTOR- FACTOR YANG MEMPENGARUHI SUPERVISI

PENDIDIKAN

A. Pendahuluan
Memang pekerjaan supervisi merupakan pekerjaan yang sifatnya sangat
individual. Untuk dapat melakukan pekerjaan ini, supervisor harus menguasai
ilmu jiwa, teknik berinteraksi, berbagai orientasi di dalam supervise dan lain-lain.
Jika seorang supervisor hanya menguasai satu atau dua pandangan tentang
orientasi supervisor, maka ia akan menjumpai banyak kesulitan, bukan hanya
yang bersangkutan dengan guru yang dilayani, tetapi juga bagaimana guru yang
disupervisi dapat melayani muridnya. Muridnya itu sendiri bukan tunggal, tetapi
banyak sekali yang masing-masing mempunyai karakteristik sendiri-sendiri.
Dan seorang supervisor harus mempunyai kemampuan yang diberi istilah
“flex” yaitu tingkat kemampuan seseorang atau supervisor untuk dapat bertindak
dalam berbagai bentuk sesuai dengan orang yang dihadapi.
Bekerja dengan orang lain merupakan hal yang sangat kompleks. Setiap
guru mempunyai pengalaman yang berbeda-beda. Disamping itu, sifat,
pembawaan, ciri-ciri fisik dan lain-lain akan sangat mempengaruhi bagaimana
bentuk interaksi yang terjadi. Selain itu pergaulan antara guru dengan muridnya
sudah akan mengubah karakteristik guru jika berhadapan dengan supervisor.
Supervisor yang bertugas untuk memberikan bantuan kepada guru di dalam
meningkatkan kualitas pengajarannya, akan mempunyai efek yang belum tentu
sama bagi guru yang berbeda, bagi guru yang sama dalam situasi berbeda, atau
guru yang sama, situasi yang sama tetapi untuk kasus yang berbeda.

B. Prinsip-prinsip Supervisi
Besarnya tanggung jawab kepala sekolah sebagai supervisor, seperti
dikatakan oleh Moh.Rifai, M.A, dalam Ngalim purwanto, (2008),117. untuk
menjalankan tindakan-tindakan supervise sebaik-baiknya kepala sekolah
hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip berikut:

1
1. Supervisi hendaknya bersifat konstruktif dan kreatif, yaitu pada yang
dibimbing dan diawasi harus dapat menimbulkan dorongan untuk bekerja.
2. Supervisi harus didasarkan atas keadaan dan kenyataan yang sebenar-
benarnya (realistis, mudah dilaksanakan).
3. Supervisi harus sederhana dan informal dalam pelaksanaaannya
4. Supervisi harus dapat memberikan perasaaan aman pada guru-guru dan
pegawai-pegawai sekolah yang disupervisi.
5. Supervisi harus didasarkan atas hubungan professional , bukan atas dasar
hubungan pribadi,
6. Supervisi harus selalu mem[erhitungkan kesanggupan, sikap, dan mungkin
prasangkaguru-guru dan pegawai sekolah.
7. Supervisi tidak bersifat mendesak (otoriter) karena dapat menimbulkan
perasaan gelisah atau bahkan antipasti dari guru-guru.
8. Supervisi tidak boleh didasarkan atas kekuasaan pangkat, kedudukan, atau
kekuasaan pribadi.
9. Supervisi tidak boleh bersifat mencari-cari kesalahan dan
kekurangan.(ingat bahwa supervise berbeda dengan inspeksi !).
10. Supervisi tidak dapat terlalu cepat mengharapkan hasil, dan tidak boleh
lekas merasa kecewa.
11. Supervisi hendaknya juga bersifat preventif, korektif koorperatif.
Preventif berarti berusaha mencegah jangan sampai timbul hal-hal yang
negative; mengusahakan/memenuhi syarat-syarat sebelum terjadinya sesuatu yang
tidak kita harapkan.
Korektif berarti memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat.
Kooperatif berarti bahwa mencari kesalahan-kesalahan atau kekurangan-
kekurangan dan usaha memperbaikinya dilakukan bersama-sama oleh supervisor
dan orang-orang yang diawasi. (Ngalim purwanto,2008,117 “Administrasi dan
Supervisi Pendidikan”)
Prinsip Supervisi yang dikemukakan oleh Oteng Stisna(1983) Dalam
Arikunto(2004), 23 yaitu:

2
a. Supervisi merupakan bagian integral dari program pendidikan, supervisi
adalah layanan yang bersifat kerja sama.
b. Pada dasarnya semua personil pelaksana pendidikan di sekolah
memerlukan dan berhak atas bantuan supervise
c. Supervisi hendaknya disesuaikan dengan kondisi setempat karena berguna
untuk memenuhi kebutuhan perseorangan dari personil.
d. Supervisi adalah layanaan yang tidak mungkin dapat berjalan satu pihak
yaitu supervise saja tetapi merupakan kegiatan yang bersifat kerjasama.
e. Supervisi hendaknya membantu menjelaskan tujuan-tujuan dan sasaran–
sasaran pendidikan, dan hendaknya menerangkan implikasi-implikasi dari
tujuan-tujuan dan sasaran–sasaran tersebut.
f. Supervisi hendaknya membantu memperbaiki sikap dan hubungan dari
semua anggota staf sekolah dengan orang tua siswa dan masyarakat
setempat, serta pihak-pihak yang terkait dengna kehidupan sekolah.
g. Tanggung jawab program seperti berada pada dua pejabat, pertama
supervise sekolah menjadi tanggung jawab kepala sekolah sedangkan
pengawas bertanggung jawab atas supervise semua sekolah yang menjadi
wewenang pembinaannya.
h. Supervisi yang merupakan bantuan dan pembinaan untuk guru dan staf
TU. Bagi pengawas, kegiatan tersebut merupakan kegiatan mobile yaitu
tugasnya memerlukan perjalanan keliling setiap hari. Untuk itu maka
supernvisi hanya dapat berjalan apabila dilengkapi dengan dana yang
mencukupi.
i. Dana pendidikan yang berlnagsung di sekolah tampaknya kepala sekolah
merupakan penanggungjawab utama keberlangsungan pendidikan di
sekolah yang ia pimpin.Selanjutnya pengawas merupakan pejabat yang
berada lebih tinggi untuk melakukan supervise. Pertanyaan sekarang
adalah apakah supervise itu sendiri perlu dievaluasi ? Jika perlu, lalu
siapakah yang berhak dan berkewajiban menili kegiatan supervise ?
Sistem yang berlaku sekarang adalah bahwa para pengawas dikoordinir
oleh koordintor pengawas. Orang ini bukan atasan pengawas tetapi hanya

3
coordinator. Dengan demikian perlu diciptakan model evakuasi diri dan
evaluasi silang antar supervisor.
j. Supervisi hendaknya merupakan wahana untuk menjelaskan dan
berdiskusi tentang hasil-hasil penelitian pendidikan yang mutakhir tetapi
belum ada wadah untuk mengkomunikasikan., apalagi menerapkan.(
Arikunto ,2004, 24)

C. Faktor-Faktor Mempengaruhi Supervisi


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berhasil tidaknya supervisi yaitu:
1. Lingkungan masyarakat setempat sekolah itu berada. Apakah sekolahn itu
dikota besar, di kota kecil, atau di pelosok. Di lingkungan masyarakat orang-orang
kaya atau di lingkungan orang-orang yang pada umumnya kurang mampu. Di
lingkungan masyarakat intelek, pedagang atau petani, dan lain-lain.
2. Besar-kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah.
Apakah sekolah itu merupakan kompleks sekolah yang besar, banyak jumlah guru
dan muridnya, memiliki halaman dan tanah yang luas, atau sebaliknya.
3. Tingkatan dan jenis sekolah. Apakah sekolah yang dipimpin itu TK,SD atau
sekolah lanjutan,SMP, STM,SMEA, SKKA, dsb, semuanya memerlukan sikap
dan sifat supervise tertentu.
4. Keadaan guru-guru dan pegawai yang tersedia. Apakah guru-guru di
sekolah itu pada umumnya sudah berwewenang, bagaimana kehidupan social-
ekonomi, hasrat kemampuannya, dsb.
5. Kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu sendiri. Yang terakhir ini adalah
faktor yang terpenting. Bagaimanapun baiknya situasi dan kondisi yang tersedia,
jika kepala sekolah itu sendiri tidak mempunyai kecakapan dan keahlian yang
diperlukan, semuanya itu tidak akan ada artinya, sebaliknya, adanya kecakapan
dan keahlian yang dimiliki kepala sekolah, segala kekurangan yang ada akan
menjadi perangsang yang mendorongnya untuk selalu berusaha memperbaikinya
dan menyempurnakannya.
Secara umum, kegiatan atau usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh kepala
sekolah sebagai supervisor antara lain :

4
1. Membangkitkan dan merangsang guru-guru dan pegawai sekolah di dalam
menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya
2. Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan sekolah
termasuk media intruksional yang diperlukan bagi kelancaran dan
keberhasilan proses belajar mengajar.
3. Bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari, dan
menggunakan metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan tunuttan
kurikulum yang sedang berlaku.
4. Membina kerja sama yang baik dan harmonis di antara guru-guru dan
pegawai sekolah lainnya.
5. Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai
sekolah, antara lain dengan mengadakan diskusi-diskusi kelompok,
menyediakan perpustakaaan sekolah, dan atau mengirim mereka untuk
mengikuti penataran-panataran, seminar, sesuai dengan bidangnya masing-
masing.
6. Membina hubungan kerja sama antara sekolah dengan BP3 atau POMG
dan instansi-instansi lain dalam rangka peningkatan mutu pendidikan para
siswa.
Secara khusus dan lebih konkrit lagi , kegiatan yang mungkin dilakukan
oleh kepala sekolah sebagai supervisor dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Menghadiri rapat atau pertemuan organisasi- organisasi professional, seperti
PGRI, Ikatan Sarjana Pendidikan, dsb.
b. Mendiskusikan tujuan-tujuan dan filsfat pendidikan dengan guru-guru.
c. Mendiskusikan metode-metode dan teknik-teknik dalam dalam rangka
pembinaan dan pengembangan proses belajar mengajar.
d. Membimbing guru-guru dalam penyusunan program semester dan program
satuan pelajaran.
e. Membimbing guru-guru dalam memilih dan menilai buku-buku untuk
perpustakaan sekolah dan buku-buku pelajaran bagi murid-murid.
f. Membimbing guru-guru dalammenganalisis dan menginterprestasi hasil tes
dan penggunaannya bagi perbaikan proses belajar-mengajar.

5
g. Melakukan kunjungn kelas atau classroom visitation dalam rangka
supervise klinis.
h. Mengadakan kunjungan observasi atau observation visit bagi guru –guru
demi perbaikan cara mengajarnya.
i. Mengadakan pertemuan-pertemuan individual dengan guru-guru tentang
masalah-masalah yang mereka hadapi atau kesulitan-kesulitan yang mereka
alami.
j. Menyelenggarakan manual atau bulletin tentang pendidikan dalam ruang
lingkup bidang tugasnya.
k. Berwawancara dengan orang tua murid dan pengurus BP3 atau POMG
tentang hal-hal yang mengenai pendidikan anak-anak mereka.

D. Kesimpulan
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi supervisi sebagai berikut:
. Lingkungan masyarakat sekitar sekolah
. Besar kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawabnya
 Tingkatan sekolah
 Keadaan/kondisi guru dan pegawai yang ada
 Kecakapan dan kemampuan kepala sekolah sendiri dalam tugasnya
sebagai supervisor.
Untuk menjalankan tindakan-tindakan supervise sebaik-baiknya kepala
sekolah hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
1. Supervisi hendaknya bersifat konstruktif dan kreatif,
2. Supervisi harus didasarkan atas keadaan dan kenyataan yang sebenar-benarnya
3. Supervisi harus sederhana dan informal dalam pelaksanaaannya
4. Supervisi harus dapat memberikan perasaaan aman pada guru-guru dan
pegawai-pegawai sekolah yang disupervisi.
5. Supervisi harus didasarkan atas hubungan professional , bukan atas dasar
hubungan pribadi,
6. Supervisi harus selalu memperhitungkan kesanggupan, sikap, dan mungkin
prasangka guru-guru dan pegawai sekolah.

6
7. Supervisi tidak bersifat mendesak (otoriter)
8. Supervisi tidak boleh didasarkan atas kekuasaan pangkat, kedudukan, atau
kekuasaan pribadi.
9. Supervisi tidak boleh bersifat mencari-cari kesalahan dan kekurangan
10. Supervisi tidak dapat terlalu cepat mengharapkan hasil, dan tidak boleh lekas
merasa kecewa.
11. Supervisi hendaknya juga bersifat preventif, korektif koorperatif.

7
REFERENSI

(Ngalim purwanto,2008,120 “Administrasi dan Supervisi Pendidikan”)

Anda mungkin juga menyukai