Anda di halaman 1dari 14

Konsep Supervisi Pendidikan Sebagai Tindakan

Moral

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kepemimpinan


dan Supervisi Pendidikan Islam
Dosen Pengampu Dr. Adri Efferi, M.Ag.

disusun oleh :
Saifuddin Zuhri, S.Pd.I
Suwito, SE

: MP 13124
: MP 13127

Shofyan, S.Pd.I

: MP 13140

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

2015
Konsep Supervisi Pendidikan Sebagai Tindakan Moral

Pendahuluan
Kepemimpinan
mencakup

kesadaran

pendidikan
moral

dan

dipandang

juga

harus

komitmen

moral.

Artinya, pekerjaan supervisor dianggap perlu melibatkan


berbagai

dimensi

moral.

Aktivitas

moral

dari

seorang

supervisor meliputi hubungannya dengan lingkungan; seperti


hubungan

dengan

para

guru

yang

terpenting

serta

hubungannya dengan para siswa dan secara intrinsik aktivitas


moral proses pembelajaran supervisor tersebut.
Jika

pekerjaan

supervisor

dilekatkan

pada

kelangsungan moral yang beragam di sekolah, mungkin


disebabkan dalam rangka menjawab dan mendukung karakter
moral

dari

pembelajaran

itu

sendiri

dimana

pekerjaan

supervisor dilihat paling konsisten untuk menerapkannya.


Dalam pembahasan makalah ini akan mengkaji mengenai
konsep supervisi pendidikan sebagai tindakan moral, definisi
tindakan

moral,

arti pennting

tindakan

moral,

prosedur

tindakan moral dalam supervisi serta strategi peningkatan


moral.

A. Pengertian Tindakan Moral


Kata moral berasal dari bahasa latin yakni: mos
(singularis) dan ,mores (plural), yang artinya adat, kebiasaan.
Jadi

norma

moral

dapat

dikatakan
2

sebagai

adat

atau

kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat yang berfungsi


sebagai

pegangan,

kehidupan

tolak

bersama.

ukur

Norma

dalam

moral

ini

bertindak

dalam

dalam

dirinya

menyentuh semua orang atau dengan kata lain semua orang


menerimanya sebagai sesuatu yang berguna dan layak untuk
diikuti. Anda menggaruk kepala dengan tangan kiri, tidak ada
kaitannya

dengan

moralitas.

Anda

menerima

gaji,

menggunakannya terlebih dahulu untuk hobi atau kesenangan


bersama teman-teman dan baru memberi sisanya pada isteri,
ini terkait moral. Karenanya, disebut tindakan moral.
Pengertian Moral Menurut para Ahli:

Pengertian Moral Menurut Chaplin (2006): Moral mengacu pada


akhlak yang sesuai dengan peraturan sosial, atau menyangkut hukum
atau adat kebiasaan yang mengatur tingkah laku.

Pengertian Moral Menurut Hurlock (1990): moral adalah tata cara,


kebiasaan, dan adat peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan
bagi anggota suatu budaya.

Pengertian Moral Menurut Wantah (2005): Moral adalah sesuatu


yang berkaitan atau ada hubungannya dengan kemampuan menentukan
benar salah dan baik buruknya tingkah laku.
Jadi, tindakan moral adalah perbuatan manusia

yang

dilakukan

dengan

sengaja

penilaian baik dan buruk.

dan

terkait

dengan

Inilah yang dipersoalkan oleh

etika.1

1 http://filsafatilmukomunikasi.blogspot.com/2012/11/47-tindakanmoral.html diakses pada 10 april 2015

Sejauh ini kesimpulan kita adalah:


menentukan tindakan, ia

manusia dapat

dapat memilih tindakannya.

Namun,

yang dinilai etika hanya tindakan yang terkait

moral,

dan disebut sebagai tindakan moral.

Manusia

dengan kehendak bebas dapat melakukan pilihan moral.

B. Arti Penting Tindakan Moral


Moral atau akhlaq merupakan suatu hal yang sangat
penting sekali bagi kehidupan manusia. Sebab tanpa moral
yang baik, maka kehidupan tak akan berarti lagi bagi
masyarakat. Bila suatu masyarakat telah rusak moralnya, ia
tidak akan berarti lagi bagi masyarakat dunia.
Sebuah tindakan yang baik dari segi moral ialah
tindakan bebas manusia yang mengafirmasi nilai moral
objektif dan mengafirmasi hukum moral, buruk secara moral
ialah sesuatu yang bertentangan dengan nilai moral dan
hukum moral. Sumber dari kepatutan dan ketidakpatutan
moral terletak pada keputusn bebas kehendak, sikap bijak
yang timbul dari keputusan bebas tersebut dan pribadi atau
subjek moral.
Mengapa moral begitu penting bagi kehidupan kita dan
bagi kehidupan masyarakat? Berikut ini akan diuraikan
beberapa alasan kenapa moral atau akhlaq itu sangat penting
bagi kehidupan kita.
Pertama, dengan akhlaq maka kehidupan manusia akan
menjadi

makmur.

Suatu masyarakat

yang penduduknya

berakhlaq, mereka akan selalu berbuat sebaik-baiknya untuk


diri dan masyarakatnya. Mereka akan senantiasa menjalankan
4

amanah yang dipercayakan masyarakat kepadanya sesuai


dengan haknya. Mereka akan bekerja dan berusaha untuk
sebesar-besar kemakmuran masyarakat secara nyata.
Nilai-nilai moral biasanya diekspresikan sebagai pernyataan yang
mendeskripsikan objek-objek atau ciri-ciri objek yang bernilai, semacam
kejujuran itu baik dan ketidakadilan itu buruk. Standar moral pertama kali
terserap

ketika

masa

kanak-kanak

dari

keluarga,

teman,

pengaruh

kemasyarakatan seperti gereja, sekolah, televisi, majalah, music dan


perkumpulan.
Hakekat standar moral :
1. Standar moral berkaitan dengan persoalan yang kita anggap akan
merugikan secara serius atau benar-benar akan menguntungkan manusia.
2. Standar moral tidak dapat ditetapkan atau diubah oleh keputusan dewan
otoritatif tertentu.
3. Standar moral harus lebih diutamakan daripada nilai lain termasuk
(khususnya) kepentingan diri.
4. Standar moral berdasarkan pada pertimbangan yang tidak memihak.
5. Standar moral diasosiasikan dengan emosi tertentu dan kosa kata tertentu.
Standar moral, dengan demikian, merupakan standar yang berkaitan
dengan persoalan yang kita anggap mempunyai konsekuensi serius,
didasarkan pada penalaran yang baik bukan otoritas, melampaui
kepentingan diri, didasarkan pada pertimbangan yang tidak memihak, dan
yang pelanggarannya diasosiasikan dengan perasaan bersalah dan malu
dan dengan emosi dan kosa kata tertentu.2
2 http://ungguhprasetiadi.blogspot.com/2012/04/etika-dan-moraldalam-bisnis.html diakses pada 10 april 2015

C. Prosedur Tindakan moral dalam Supervisi


Kepemimpinan

pendidikan

dipandang

harus

mencakup kesadaran moral dan juga komitmen moral.


Artinya, pekerjaan supervisor dianggap perlu melibatkan
berbagai dimensi moral. Aktivitas moral dari seorang
supervisor

meliputi

hubungannya

dengan

lingkungan;

seperti hubungan dengan para guru yang terpenting serta


hubungannya dengan para siswa dan secara intrinsik
aktivitas moral proses pembelajaran supervisor tersebut.
Tanpa disadari, terkadang proses pengawasan
yang dilakukan oleh seorang supervisor telah memiliki
unsur moral di dalamnya; suatu dasar dimana dimensi
moral harus lebih jelas terlihat atau tegas diterapkan.
Selanjutnya, perlu digali posisi institusional para supervisor
dan

kontribusi

mereka

dalam

menciptakan

sebuah

komunitas moral di sekolah. Jika pekerjaan supervisor


dilekatkan pada kelangsungan moral yang beragam di
sekolah, mungkin disebabkan dalam rangka menjawab dan
mendukung karakter moral dari pembelajaran itu sendiri
dimana pekerjaan supervisor dilihat paling konsisten untuk
menerapkannya.
Para guru merasa berada di situasi win-loose
saat disupervisi; mengalami ketidakberdayaan, manipulasi,
kekerasan seksual, dan stereotype sosial serta etnis.
Puncaknya, perselisihan mereka dengan para supervisor
cenderung

mengarah

kepada

keputusan

evaluatif

berdasarkan bukti yang sangat sedikit. Akibatnya, silang


pendapat antara supervisor dengan bawahannya dapat
6

menghancurkan otonomi, kepercayaan diri sendiri dan


integritas personal. Supervisi sering dipraktekkan oleh
sejumlah supervisor sebagai sebuah tindakan yang tidak
profesional, tidak manusiawi dan tidak etis.
Jika

isu-isu

negatif

ini

mendominasi

aktivitas

supervisi, akan menumbangkan berbagai kemungkinan


komunikasi yang terbuka, dapat dipercaya dan profesional
serta dapat memicu kata-kata manipulatif dari supervisor
dan guru. Kadang-kadang supervisor dan guru tidak sadar
bahwa

mereka

Seseorang

bersifat

secara

menyerang

tidak

sadar

satu

sama

ingin

lain.

berkuasa,

mendominasi, atau mengintimidasi orang lain. Acapkali


guru memandang pekerjaan supervisor sebagai hal yang
tidak dapat dimengerti. Parahnya lagi, baik guru maupun
supervisor

tidak

pernah

mendiskusikannya.

Akibatnya,

pekerjaan supervisi menjadi bertentangan dengan tindakan


moral, mengimplikasikan bermuka dua, ketidakjujuran,
ketidakloyalan,

licik

atau

mengklasifikasikan

manusia.

Supervisi dipandang tidak bermoral karena membuang


waktu banyak orang.
Heuristik Moral Dari Praktek Supervisi
Jika supervisi menjadi tindakan moral, maka harus
memperhatikan
disupervisi.

integritas

Artinya,

dari

hubungan

supervisor
timbal

dan

balik

yang
antara

supervisor dan guru mencerminkan sikap saling percaya,


terbuka dan fleksibel dalam rangka memberi kesempatan
kepada kedua orang tersebut untuk berbicara berdasarkan
integritas yang dimiliki dan mendorong masing-masing
orang untuk menghargai integritas orang lain. Hubungan

timbal balik tersebut harus dimulai dengan sebuah diskusi


yang jujur mengenai hal-hal apa saja yang sepenuhnya
akan membantu para guru dan siswa.
Agar hal ini dapat terjadi, para supervisor harus
mencari jalan bagaimana menggali kondisi dalam rangka
membangun dan mempertahankan kepercayaan, kejujuran
dan komunikasi yang terbuka. Artinya, supervisor harus
berdiskusi dengan para guru mengenai prosedur yang
harus dipatuhi, hak dan kewajiban yang harus dijabarkan,
siapa

mengontrol

apa,

kebutuhan

siapa

yang

harus

dilayani, tujuan dari hubungan timbal balik, dan lain


sebagainya. Diskusi ini dengan sendirinya adalah sebuah
bentuk tindakan moral, sebuah negosiasi dari tuntunan
yang harus diikuti sehingga keadilan dan kejujuran dapat
diperhatikan dengan seksama.
Selain menetapkan parameter dan panduan, hal
yang harus diperhatikan oleh supervisor adalah hubungan
timbal balik itu sendiri yang meliputi moral menerima dan
menghormati

keberadaan

orang

kepedulian. Aspek ini mencakup

lain,

kejujuran

aktivitas

moral

dan
dari

pemberdayaan, keinginan untuk membiarkan orang lain


menjadi dirinya sendiri, dan penghargaan atas kontribusi
orang lain. Bila dilengkapi dengan refleksi, baik supervisor
dan guru dapat memahami aspek moral dari respon-respon
tersebut.

D. Strategi Peningkatan Moral di Sekolah/Madrasah

Disamping fokus dalam pemberdayaan para guru,


supervisor memiliki tanggung jawab atas pendewasaan
lingkungan moral dari sekolah tersebut. Kegiatan seharihari di sekolah penuh dengan tantangan moral yang
terkadang supervisor tidak dapat menyebutkannya satu
persatu.

Komunikasi

pengumuman

ke

hanya

siswa

melalui

melalui

memo

intercom,

fakultas,
perubahan

administrasi dalam berbagai kebijakan dapat dipandang


mengandung unsur paternalistik, otoritatif, atau padangan
yang lebih luas.
Praktek sekolah dalam penilaian dan ujian,
pemilihan textbook atau pemilihan pembicara dapat
dipertanyakan dari segi keadilan, kesamaan, penghargaan
terhadap pluralisme budaya, atau kriteria moral lain. Akibat
dari

kebijakan

berbakat

pemakaian

atau

anak

seragam,

yang

penamaan

memiliki

anak

keterbatasan,

ketidakhadiran topik penting dan beberapa hal di textbook,


proses penghitungan rangking, ketidakhadiran berbagai
alternatif

penilaian

siswa,

dan

berbagai

prosedur

institusional lainnya dapat memberi implikasi moral.


Ketika prosedur institusional menjadi hal yang
lebih penting daripada aspek manusia yang dilayani oleh
institusi

tersebut,

bahaya

ancaman

moral

muncul.

Lingkungan institusional menjadi ancaman bagi kehidupan


manusia.

Nilai-nilai

seperti

keseragaman,

kemampuan

memprediksi, efisiensi, kepatuhan dan ketegasan dapat


cenderung menghapus nilai-nilai lain seperti kebebasan
dari

kesadaran,

kreativitas,

keragaman,

inovasi,

pengambilan resiko, dan kemampuan individu. Padahal,

prosedur

institusional

seharusnya

mampu

melayani

kebutuhan manusia.
Posisi supervisor berbeda dari posisi institusional
guru. Tanggung jawab utama guru terhadap siswa adalah
mengamati siswa apakah mereka telah mempelajari apa
yang telah ditetapkan oleh guru dan komunitas sekolah.
Tanggung jawab supervisor lebih besar bagi keseluruhan
komunitas yaitu melihat apakah tujuan umum sekolah
telah

tercapai.

Supervisor

biar

bagaimanapun

harus

menikmati berbagai kesempatan untuk menciptakan dan


mempertahankan

pembicaraan

dengan

berbagai

grup

dalam komunitas sekolah.


Ada baiknya bila kita memahami dimensi moral
supervisi dengan melihat lebih dekat dimensi moral yang
tercakup dalam pengajaran yang ideal. Para guru sepakat
bahwa pengajaran yang ideal berarti memahami konsep
umum

profesionalisme.

profesionalisme,
Namun,

Saat

perhatian

profesional

tidak

berbicara

tertuju

ke

isu

berarti

hanya

mengenai
kompetensi.

kompeten

di

bidangnya tetapi juga banyak hal lain, seperti seorang


profesional menikmati kepuasan batin karena mereka
dipercaya. Kepercayaan tidak bisa didapat dengan mudah
hanya dengan kompetensi.
Setidaknya terdapat empat hal yang dikaitkan
dengan sifat profesional :
a. Komitmen untuk mempraktekkan pengajaran yang patut
dicontoh.
b. Komitmen untuk mempraktekkan pengajaran menuju hasil
akhir yang bernilai sosial.
10

c. Komitmen yang tidak hanya melekat dalam individu namun


juga bagi praktek pengajaran itu sendiri.
d. Komitmen untuk etika kepedulian.
Empat

dimensi

sifat

profesional

tersebut

menyediakan dasar pengembangan sistem norma yang


sangat

kuat

sehingga

mampu

mentransformasikan

supervisi seperti yang saat ini sering digunakan. Untuk


alasan

ini,

pembentukkan

sisi

kebaikan

dari

profesionalisme harus menjadi prioritas utama dalam


supervisi.
Sebagai contoh, komitmen untuk mempraktekkan
pengajaran

yang

patut

dicontoh

berarti

menerapkan

penghapusan cara pengajaran yang tidak tepat, mengikuti


perkembangan
pengajaran
eksperimen
mengenai

praktek

praktek

pengajaran,
milik

pendekatan
pendapat

meneliti

seseorang,

baru,

dan

seseorang

cara

melakukan

berbagi

tentang

informasi

pengajaran.

Dimensi ini akan membuat guru bertanggungjawab atas


pengembangan profesionalisme mereka sendiri, kemudian
mengurangi peran orang lain dalam merencanakan dan
mengimplementasikan

program

pengembangan

bagi

mereka.
Dimensi kedua, komitmen untuk mempraktekkan
pengajaran

menuju

melambangkan

hasil

akhir

yang

bernilai

komitmen

untuk

melayani

sosial

siswa

dan

orangtua serta setuju terhadap nilai-nilai dan tujuan


sekolah.

melekat

Dimensi

ketiga,

dalam

individu

komitmen yang tidak hanya


namun

11

juga

bagi

praktek

pengajaran

itu

memperluas

sendiri,

mendorong

pengetahuannya.

mengisyaratkan

pengajaran

para

Komitmen

guru

untuk

seperti

ditransformasikan

itu
dari

praktek individual menjadi praktek kolektif. Contoh praktek


kolektif adalah tidak diperbolehkan seorang guru mengajar
siswa yang mengalami kesulitan belajar tanpa disertai rasa
kepedulian atau tanpa menawarkan bantuan. Atau, tidak
diperbolehkan seorang guru memiliki pendangan baru
tentang pengajaran tapi tidak membaginya ke orang lain.
Sebuah pandangan mendalam mengenai sifat
profesional pengajaran membawanya menuju eksplorasi
terhadap karakter moral dalam pempelajaran itu sendiri.
Dalam rangka menyelidiki karakter moral, kita harus
selangkah lebih maju dalam memahami hal-hal yang
sudah tidak asing lagi dalam belajar. Proses belajar
dipandang sebagai dialog antara peserta didik dan realitas
dalam belajar. Dari hal ini, kita beranjak ke pandangan
mengenai

gelar

sarjana

atau

proses

pencarian

ilmu

pengetahuan, sebagai aktivitas intelektual dan moral.


Berikutnya kita mempertimbangkan moralitas dari aplikasi
ilmu pengetahuan, atau moralitas penggunaan sosial ilmu
pengetahuan.
Jika seluruh pihak memahami bahwa supervisor
secara intrinsik mengalami proses belajar yaitu aktivitas
moral, maka keterlibatan supervisor dengan para guru
secara intrinsik juga membentuk karakter moral para guru.

12

Kesimpulan

Supervisor

lingkungan moral sekolah/Madrasah


Dalam karakter moral terhadap

bertanggungjawab

atas

pendewasaan

pembelajaran

dan

pengajaran, proses pencarian ilmu pengetahuan harus


menjadi aktivitas intelektual dan moral.

Supervisor butuh pengakuan aktivitas moral dari para guru,


tidak hanya latihan visualisasi profesionalime, namun juga
penataan visual tersebut ke dalam karakter moral dari
proses belajar dan mengajar.

Supervisor

harus

memberdayakan

guru

dalam

merefleksikan karakter moral pengajaran mereka sebagai


gambaran ideal dari pengalaman guru atas pekerjaan
mereka serta integritasnya sebagai umat manusia.

Mengingat proses belajar-mengajar merupakan aktifitas


moral supervisi dalam mengambil bagian dari berbagai
kualitas

moral,

supervisi

dilakukan

untuk

mendukung

pendewasaan moral yang ideal

Supervisor

diwajibkan

berpartisipasi

membantu

guru

menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan agar


terbentuk tanggung jawab moral guru, yaitu menjadi
teladan bagi para siswa.

Daftar Pustaka
http://filsafatilmukomunikasi.blogspot.com/2012/11/47-tindakanmoral.html diakses pada 10 april 2015

13

http://ungguhprasetiadi.blogspot.com/2012/04/etika-dan-moral-dalambisnis.html diakses pada 10 april 2015

http://xa.yimg.com/kq/groups/23183612/1729984619/name/TUGAS

14

Anda mungkin juga menyukai