Pendidikan yang holistik komprehensif adalah pendidikan yang bertujuan memberi kebebasan
siswa didik untuk mengembangkan diri tidak saja secara intelektual, tetapi juga memfasilitasi
perkembangan jiwa dan raga secara keseluruhan sehingga tercipta manusia Indonesia yang
berkarakter kuat yang mampu mengangkat harkat bangsa, mewujudkan manusia yang merdeka
sebagaimana diungkapkan Ki Hadjar Dewantara, yaitu manusia utuh merdeka yang hidup lahir
batinnya tidak tergantung pada orang lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri.
Sedangkan pendidikan holistik komprehensif adalah pendidikan holistik yang berbasis pada
multi pendekatan.
Pendidikan holistik komprehensif adalah pendidikan yang bertolak dari filsafat tentang
Tuhan, manusia, masyarakat, alam jagat raya, ilmu pengetahuan dan akhlak mulia yang
didasarkan pada nilai-nilai agama. Hasil kajian terhadap semua aspek ini selanjutnya digunakan
untuk merumuskan berbagai komponen pendidikan, yakni visi, misi, tujuan, kurikulum, tenaga
pendidik dan kependidikan, peserta didik, proses belajar mengajar, sarana prasarana, pengelola,
pembiayaan, lingkungan, kerjasama dan penilaian.
Dengan demikian, pendidikan holistik komprehensif memiliki ciri-ciri dan corak yang bersifat
reflektif, integrasi kurikulum, mengutamakan pembelajaran yang menyenangkan, pengembangan
Sumber Daya Manusia (SDM), dan memanfaatkan seluruh pendekatan dan metode pembelajaran
yang memadukan antara yang berbasis pada guru dengan berbasis pada siswa.
Pendidikan holistik lahir sebagai respons positif dan bijaksana atas krisis ekologi, budaya dan
tantangan moral abad ini, yang bertujuan untuk mendorong kaum muda sebagai generasi
penerus agar dapat hidup dengan bijaksana dan bertanggung jawab dalam suatu masyarakat yang
paling pengertian dan secara berkelanjutan serta ikut berperan dalam pembangunan masyarakat.
Pendidikan holistik berkembang sekitar tahun 1960-1970 sebagai akibat dari keprihatinan
merebaknya krisis ekologis, dampak nuklir, polusi kimia dan radiasi, kehancuran keluarga,
hilangnya masyarakat tradisional, hancurnya nilai-nilai tradisional serta institusinya. Namun,
sampai saat ini banyak model pendidikan yang berdasarkan pandangan abad ke-19 yang
menekankan pada reductionism (pembelajaran yang terkotak-kotak), linear thinking
(pembelajaran non sistematik), dan positivism (pembelajaran dimana fisik yang diutamakan)
yang membuat siswa sulit untuk memahami relevansi dan nilai (meaning relevance and values)
antara yang dipelajari di sekolah dengan kehidupannya. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan
adanya sisitem pendidikan yang terpusat pada siswa yang dibangun berdasarkan asumsi
komunikatif, menyeluruh dan demi pemenuhan jati diri siswa dan guru. Sistem pendidikan
holistik inilah yang mampu memenuhi cita-cita pendidikan ini.
Perkembangan gagasan pendidikan holistik komprehensif mulai mengalami kemajuan yang
signifikan terjadi ketika dilaksanakan konferensi pertama pendidikan holistik nasional yamh
diselenggarakan oleh Universitas California pada Juli 1979, dengan menghadirkan The Mandala
Society and The National Center for the Exploration of Human Potential. Enam tahun kemudian,
para penganut pendidikan holistik mulai memperkenalkan tentang dasar pendidikan holistik
dengan sebutan 3Rs, yaitu akronim dari relationship, responsibility,dan reverence. Berbeda
dengan pendidikan pada umumnya, dasar pendidikan 3 Rs ini lebih diartikan sebagai writing
(menulis), reading (membaca), dan arithmetic (menghitung), yang selanjutnya di Indonesia
dikenal dengan sebutan calistung (membaca, menulis, dan menghitung).
Desain konsep pendidikan islam holistik komprehensif pada dasarnya adalah upaya
mengonstruksi seluruh komponen pendidikan : visi, misi, tujuan, kurikulum, proses belajar
mengajar, pendidik dan tenaga kependidikan, lulusan, pengelolaan, saranaprasarana,
pembiayaan, lingkungan, kerjasama dan evaluasi dengan berdasarkan pada akar-akar landasan
normatif, psikologis, sosiologis, kultural, filsafat keilmuan, manajemen, ideologi, dan tasawuf,
sehingga konsep pendidikan tersebut mampu melahirkan manusia seutuhnya.
Kajian yang bersifat akademis terhadap pendidikan holistik komprehensif ini sesungguhnya
telah lama dilakukan di Barat. Sedangkan di Indonesia kajian tersebaut secara akademik belum
banyak dilakukan, walaupun dalam ucapan dan kebijakan sering disinggung.
Dilihat dari segi sifatnya yang holistik, komprehensif dan integralistik, agama dan filsafat
tampaknya memiliki peran dan fungsi yang amat strategis dalam ikut serta membangun desain
pendidikan holistik komprehensif.