Anda di halaman 1dari 2

Faktor Pendukung Dan Penghambat Proses Pendidikan

A. Faktor Pendukung
Menurut Nawawi (1989: 116) faktor yang mendukung pengelolaan kelas antara lain: 1.
kurikulum, 2. bangunan dan sarana, 3. guru, 4. murid, dan 5. dinamika kelas.
1. Kurikulum
Sekolah dan kelas diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
mendidik anak-anak yang tidak hanya harus didewasakan dari segi intelektualitasnya
saja, akan tetapi dalam seluruh aspek kepribadiannya. Untuk itu bagi setiap tingkat dan
jenis sekolah diperlukan kurikulum yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang
semakin kompleks dalam perkembangannya. Kurikulum yang dipergunakan di sekolah
sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas kelas dalam mewujudkan proses belajar
mengajar yang berdaya guna bagi pembentukan pribadi siswa.
Di SMA Kristen 1 Surakarta telah menerapkan kurikulum k-13 sejak tiga tahun lalu.
kurikulum 2013 ini berbasis karakter dan kompetensi yang mewajibkan anak untuk aktif
dalam pembelajaran. Dalam penerapannya, semua pendekatan dan metode yang
digunakan dalam proses pembelajaran disesuaikan dengan kurikulum k13 yaitu dengan
pendekatan saintifik. Metode yang digunakan untuk penerapan kurimkulum k13 di SMA
Kristen 1 Surakarta ini adalah metode berdiskusi atau metode ketrampilan proses.
Dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator sehingga diharapkan murid yang akan
aktif dikelas.
2. Sarana dan Prasarana Kelas
Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam belajar. Hal
ini menunjukkan bahwa peranan sarana dan prasarana sangat penting dalam menunjang
kualitas belajar siswa. Misalnya saja sekolah yang berada di kota yang sudah memiliki
faslitas laboratorium komputer, maka anak didiknya secara langsung dapat belajar
komputer sedangkan sekolah yang berada di desa tidak memiliki fasilitas itu dan tidak
tahu bagaimana cara menggunakan komputer kecuali mereka mengambil kursus di luar
sekolah.
Di SMA Kristen 1 Surakarta telah berupaya untuk memfasilitasi semua yang
dibutuhkan dalam proses pendidikan. Di setiap kelas telah disediakan satu buah LCD
Proyektor untuk kegiatan belajar dan laborotorium siswa untuk menunjang siswa dalam
kegiatan praktikum.
3. Guru
Program kelas tidak akan berarti bilamana tidak diwujudkan menjadi kegiatan.
Untuk itu peranan guru sangat menentukan karena kedudukannya sebagai pemimpin
pendidikan diantara murid-murid dalam suatu kelas.
Di SMA Kristen 1 Surakarta, guru-guru berusaha menjadi contoh yang baik bagi
murid-muridnya dengan bersikap baik kepada setiap murid.
4. Dinamika Kelas
Kelas adalah kelompok sosial yang dinamis yang harus dipergunakan oleh setiap
guru kelas untuk kepentingan murid dalam proses kependidikannya. Dinamika kelas
pada dasarnya berarti kondisi kelas yang diliputi dorongan untuk aktif secara terarah
yang dikembangkan melalui kreativitas dan inisiatif murid sebagai suatu kelompok.
Untuk itu setiap wali atau guru kelas harus berusaha menyalurkan berbagai saran,
pendapat, gagasan, keterampilan, potensi dan energi yang dimiliki murid menjadi
kegiatan-kegiatan yang berguna. Dengan demikian kelas tidak akan berlangsung secara
statis, rutin dan membosankan.
Di SMA Kristen 1 Surakarta, guru-guru berusaha tidak menggunakan metode
ceramah dalam proses mengajar. Guru tersebut mencoba menerapkan metode diskusi
dan praktikum dilaboratorium sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan statis dan
tidak membosankan
B. Faktor Penghamabat
a. Keterbatasan waktu di sekolah
Keterbatasan waktu adalah hal utuma dalam menghambat proses pendidikan. Hal
ini terjadi karena banyak materi-materi yang harus dijelaskan dengan suatu metode
tertentu dengan waktu dibutuhkan yang relatif lama tapi harus diselesaikan dalam
waktu satu semester.
Di SMA Kristen 1 Surakarta, Keterbatasan ini mengakibatkan perubahan metode.
Misalnya dalam proses pembelajaran seharusnya menggunakan metode
praktikum(ketrampilan proses) agar siswa paham tapi karena keterbatasan waktu
sehingga digunakan metode ceramah. Hal ini sangat menghambat dalam proses
pendidikan.
b. Pemahaman guru tentang peserta didik
pengelolaan pusat belajar harus disesuaikan dengan minat, perhatian, dan bakat
para siswa, maka siswa yang memahami pelajaran secara cepat, rata-rata, dan lamban
memerlukan pengelolaan secara khusus menurut kemampuannya. Semua hal di atas
memberi petunjuk kepada guru bahwa dalam proses belajar mengajar diperlukan
pemahaman awal tentang perbedaan siswa satu sama lain.
Di SMA Kristen 1 Surakarta, Guru-guru belum memperhatikan tentang perbedaan
siswa satu sama lainnya sehingga dalam pelaksanaan nya siswa yang bisa belajar dengan
cepat akan bisa menerima pelajaran sedangkan siswa yang lamban akan ketinggalan
pelajaran.

Anda mungkin juga menyukai