Anda di halaman 1dari 12

Nama : Muhammad Muzaki (21.03.

2900)

Kelas : PAI 6 D IAIPI Bandung

Mata Kuliah : Ushul Bida Wa Sunnah

Dosen Pengampu : Drs. Anwaruddin M.Ag.

Tugas : Resume Materi Online

Latar Belakang Munculnta Bid'ah

Setiap orang muslim yang berpegang teguh pada al-curan dan sunnah dijamin
selamat diduna dan akhirat. tarena itu adalah kunci keselamatan clan mereka ticlak akan
terjerumus dalam kesesatąn.

lbnu Katsir menyampaikan suaty hadis yung menjelasan bahwa pada saat ity
Rasulullah membuat satu garış Feclepan kaedan yang maksudnya Shirothol Mustakim.
Kemudian Kasul menggaris ke tanan dan te tiri dan seterusnya, dimana jalan itu adalah
jalan yang dlitunggangi oleh setan (yang tidak mengituti al-Quran & sunnah)

Maka agama lslam yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah itu adarlah
Shirothol Mustnæim (jalan yang lurus)

Lalu Kenapa Muncul Jalan yang Sesat? Apa penyebabnya?

1. Karena kebodohan tentang hutum-hukum lslam. Terjadinya tebodohan itu


menurut hadıs Rasulullah yaitu dengan mewafatkan orang -orang yang memiliki
ilmu. Sehingga ketika para ulama sudah wafat, orang akan mengangkat
pemimpin diantara orang bodoh. Maka pemimpin itu akan ditanya dan mereka
menjawab / berfatwa tanpa dibarengi ilmu, akhirnya sesat & menyesatkan.

2. Mengikuti hawa nafsu. (Q.s Al-Qashas : 50) Jika seseorang tidak mengikuti
aturan dan sunnah berarti mereka mengikuti hawa nafsunya. Ketika akar
persoalan muncul atas dasar hawa nafsu maka sesuatu itu sesat.

3. Ashobiyah terhadap orang laliran tertentu. (Al-baqarah : 170). Mereka yang


tidak mengikut alquran dan sunnah dan senantiasa berhujjah bahwa itu adalah
tradisi dari nenek moyang atau itu adalah mazhab mereta
4. Tasyabbuh / Menyerupai orang kafir, lni penyebab paling banyak dilakukan
seperti melakukan ulang tahun, perayaan tahun baru, natal, maulid nabi,
upacara kematian dll. Padahal sudah jelas sabda Rasul “Barang siapa yang
menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk pada golongan mereka”
Ushul Bida Wa Sunnah

(Qs Al- Maidah : 3)

Palam ayat ini Islam sudah sempurna dan pari purna dengan penyebutan
‫اْلَيْو َم َأَمْكْلُت َلْمُك ِد يَنْمُك‬
Yang Menunjukan kesempurnaanya yaitu:

1 Dilihat dari perintah yang Rosul dan Allah beri

2. Ketentuan syarat yang Allah beri

3. Yang telah di sempurkan dan diwujudkan Rosul

Apa itu Bid'ah?

 Bid'ah yaitu melakukan sesuatu tanpa Contoh sebelumnya (mengada-ngada)


 QS. Al-baqarah: 117 kata bid’ah disebutkan sebagai membuat sesuatu
mengadakan sesuatu tanpa ada contoh sebelumnya.
 Setiap yang diada-adakan adalah dhalalah (sesat), maka sikap yang menyesatkan
ini adalah masuk neraka.

Definisi Bid’ah : “Setiap bid'ah itu Sesat dan setiap yang sesat Itu kedalam neraka"

Bid'ah adalah sesuatu istilah untuk jalan dalam agama yang dibuat-buat yang
menyerupai syari’at. Yang dimaksudkan ketika menempuh jalan itu untuk berlebih-
lebihan dalam beribadah pada Allah SWT.

Bid’ah > Dhalalah : Tidak baik

> Hasanah : Baik

 Bid’ah Hasanah :
Bagian dari kehidupan kita di dunia melakukan sesuatu membuat terobosan-
terobosan baru (berkaitan dengan urusan dunia).
 Bid’ah Dhalalah :
Bertentangan dengan agama. Melakukan suatu hal tanpa ada contohnya dari
Rasulullah saw.

Yang mengada-ngada islah setelah sempurna : Bid’ah > Sesat > Neraka.
Nama : Muhammad Muzaki (21.03.2900)
Kelas : PAI 6 D IAIPI Bandung
Mata Kuliah : Fiqih Aktual
Dosen Pengampu : Dr. Latief Awaludien MA.
Tugas : Resume Materi Online

Tharah

Dalam Fiqh tharah ini akan membahas 3 tema


1. Bagaimana hukum beristinja dengan menggunakan tissue?
Pada zaman Rasulullah untuk membersihkan itu ada alat, yaitu dengan
air dan batu. Nah dizaman sekarang ada penemuan baru yaitu dengan
menggunakan tissue, bagaimana hukumnya? Dalam hadis-hadis yang berkaitan
dengan beristinja, syaratnya harus membersihkan tempat najis itu tidak tersisa,
jumlah batunya minimal 3 buah. Adapun membersihkan najis dengan tissue itu
tidak masalah, tapi jika ada air maka air sangat dianjurkan untuk membersihkan
najis namun jika tidak ada air dapat menggunakan kain yang bersih ataupun
tissue. Kesimpulannya beristinja atau membersihkan najis dengan menggunakan
tissue itu diperbolehkan. Tetapi lebih dianjurkan membersihkan menggunakan
air.

2. Bagaimana hukum mengusap jilbab saat berwudlu bagi muslim?


Dalam hal ini, para ulama berbeda pendapat jumhur ulama mengatakan
hal ini tidak dibenarkan karena dalilnya ada dalam QS Al-Maidah (5) : 6 yang
berbunyi ‫( ُاْمَس ُحوْاِبُرُء وِس ُك ْم‬sapulah kepalamu), artinya tidak dibenarkan mengusap
selain kepala. Tidak pula ada kesulitan bagi seorang muslimah melepas jilbabnya
untuk berwudlu dan mengusap kepalanya. Nah adapun pendapat ulama
Hambali mengenai hal ini diperbolehkan dan dibenarkan bagi seorang
perempuan mengusap jilbabnya saat berwudlu karena ada sebuah riwayat dari
ummu salamah bahwa ia pernah mengusap jilbabnya ketika berwudlu tapi demi
kehati-hatian seorang muslimah, hendaknya tetap mengusap kepalanya, kecuali
ada keperluan /keadaan yang mendesak. Ibnu Taimiyah pernah ditanya tentang
hal ini, jika sorang muslimah kedinginan, maka ia boleh mngusap jilbabnya saat
berwudlu sebagaimana riwayat yang di sandarkan kepada ummu salamah.
Namun diupayakan agar tetap sebagian rambutnya terkena air wudlu.

3. Bagaimana hukum mengusap khuf (sepatu) dan kaoskaki saat berwudlu?


Jika seseorang berwudlu dan memakai sepatu tanpa menggunakan kaos
kaki, maka ia tidak sah mengusap sepatu saat berwudlu karena sepatu tersebut
tidak menutupi bagian minimal kaki yg harus dicuci saat berwudlu. Adapun jika
seseorang memakai sepatu dan menggunakan kaos kaki, maka sepatu itu sama
dengan kaos kaki, dan tentu saat berwudlu ia boleh mengusap sepatu dengan
catatan kakinya harus bersih dulu. Rasulullah saw menetapkan khuf ini bagi
seorang musafir selama 3 hari 2 makam, sedangkan bagi yang muqim 1 hari
semalam, sejak pertama kali mengusap.
Fiqih Nawasil (Aktual)

Pengertian Fiqh:
Secara bahasa beratrti al-fahm > faham dan mengerti. Menurut istilah:
‫الِع ُمْل اِب َألْح اَك ِم الْرَّش ِع َّيِة اْلَع َم ِلَّيِة اْلُم ْك َتَس ِب ِم ْن َأِد َّلَهِتا الَّتْفِص ْي ِلَّيِة‬
“Pengetahuan tentang hukum syarak yang berhubungan dengan amal perbuatan, yang
digali dari dalil yang terperinci.”
Fiqih ialah spesifikasi ilmu yang menghasilkan sejumlah cabang hukum syari’ah
melalui nazhar (teori) dan istidlal (argumen) para ulama yang bersumber dari al-quran
dan as-sunnah.

Pengertian Nawazil:
Nawazil merupakan bentuk jama’ dari kata nazilah. Secara bahasa berarti yg
turun/ yang hinggap, tapi kata nazilah ini sudah menjadi istilah umum untuk suatu
kejadian atau peristiwa bencana dan musibah yg menimpa masyarakat.
Secara terminologi berarti untuk berbagai masalah dan peristiwa baru yang
membutuhkan ijtihad untuk menetapkan hukumnya secara syar’i.

Kriteria fiqh nawazil:


1. Peristiwanya benar-benar sudah terjadi
2. Masalah yg terjadi berhubungan dengan hukum syariat
3. Masalahnya baru
4. Hukumnya diperlukan

Bentuk-bentuk Nawazil:

1. Nawazil Ibadat: permasalahan baru dalam bab ibadah


Contoh : Mengubah status air limbah yang kotor bahkan najis menjadi kembali
bersih dengan menggunakan teknologi modern, apakah bisa disebut air suci dan
atau mensucikan?
2. Nawazil Muamalat: Problematika kontemporer dalam bab muamalah maaliyah,
contoh : bunga bank, saham, dll.
3. Nawazil Ahkam al-Usrah: Permasalahan baru dalam hukum keluarga, seperti
dalam proses transaksi, pernikahan atau perceraian.
4. Nawazil Al-Jinayat: Permasalahan baru yg berbaikan dengan hukum pidana dan
berbagai konsekuensi dari penegakan hukum. Seperti dalam masalah bukti dan
saksi.
5. Nawazil Al-Siyasah: permasalahan baru dalam persoalan keragaman. Seperti
persoalan demokrasi, pemilu, partai politik, dan kepemimpinan perempuan.
 Ijtihadi Istinbathi: Upaya untuk meneliti illah yang dikandung oleh nash sehingga illah
itu bisa di verifikasi melalui :
a. Tanqihul manaat: Mengungkapkan sifat-sifat yang berpengaruh pada hukum,
maka menemukan sifat yang cocok.
b. Takhrijul manaat: Menggali hukum syariat dari sumbernya langsung (Quran &
Sunnah) baik bersifat pasti (qathi) maupun dugaan (zhanni)
Disebut juga ijtihad Qiyasi: memindahkan hukum/ menghubungkan furu’ yang
tidak ada pada nash-nya dengan furu’ yang ada nash-nya, karena kesamaan
illat/ hukum. Contoh: kenapa khamr diharamkan? Karena illatnya adalah
khamr itu memabukkan, maka furu’nya sesuatu yang memabukkan (apapun
itu) hukumnya adalah haram.
 Ijtihad Tathbiqi: Upaya untuk menelaah seuatu masalah dimana hukum hendak
diidentifikasikan dan ditetapkan sesuai dengan ide yang diterapkan oleh nash.
a. Tahqiq al-Manaat : Cara yang ditawarkan para ulama untuk menemukan illat
dengan meneliti kembali hakikat suatu illat baik illat mansushah (yang tertulis)
maupun mustanbatahah (yang bisa digali/ disimpulkan).
b. Al-Nadzar fi ma’alat al-af’al (mencermati akibat/ hasil akhir sebuah perbuatan)
jadi harus melihat dampaknya juga.
 Tahapan Ijtihad:
1. Tashawwur (memahami objek masalah atau realitas) untuk memudahkan
mengambil keputusan hukum.
2. Taksyif fiqh (mencari solusi fiqh)
3. Istinbath (menyimpulkan)
4. Ijtihad Tathniq (menerapkan dilapangan)
Fiqih menurut bahasa artinya pemahaman, Sedangkan fiqih menurut istilah
Adalah ilmu tentang hukum syariat

Hukum ada tiga hukum ada 3

1. Hukum berdasarkan akal


2. Hukum berdasarkan kebiasaan
3. Hukum berdasarkan agama
Kata kunci dari fiqih yang pertama itu yaitu sebagai ilmu Terkait dengan hukum
syariat Yang sifatnya Amaliah praktis, Fiqih ini digali dari dalil Dalil yang
sifatnya terperinci Karena ada dalil yang disebut ijmali, sifatnya global Itulah
disebut dengan Ushul fiqih.

Ada tiga objek fiqih secara besar

1. Fiqih ibadah Seperti ibadah tentang salat


2. Fiqih muamalah Terkait dengan hablum minannas
3. fiqih jinayah, Fiqih yang terkait dengan hukuman
Nazil, sesuatu yang turun atau hinggap

Fiqih nawajil diartikan masalah peristiwa baru yang membutuhkan ijtihad untuk
menetapkan hukumnya secara syariat.

Nawajil itu Artinya sesuatu yang baru persoalan hukum itu dan belum ditemukan
jawabannya secara explisit dalam alquran dan assunnah, Dia butuh ijtihad hukum.

Setiap perkara itu memenuhi unsur nawajil kalo memenuhi kriteria sebagai
berikut.

1. Peristiwa itu benar-benar telah terjadi


2. Masalah yang terjadi berhubungan dengan hukum syariat
3. Masalah yang baru
4. Hukumnya diperlukan oleh umat Islam
Bentuk-bentuk nawajil.
1. nawajil fil ibadah, Permasalahan baru yang ada di dalam ibadah
2. nawajil fil muamalat, permasalahan baru dalam muamalat
3. nawajil ahkamul usroh, hukum baru dalam urusan keluarga
4. nawajil jinayat. permasalahan baru dalam penegakan hukum
5. nawajil filsiyasah. permasalahan baru dalam politik
IJTIHAD
Ijtihad adalah usaha seorang mustahid dalam menemukan hokum syariat yang
syifatnya prasangka berat.

Kapan seseorang itu berijtihad

1. ketika berhadapan dengan nash, hadits atau ayat alquran yang sifatnya
dhonni baik secara riwayat kalua hadits maupun secara dilalah
(petunjuk).
2. ketika tidak adanya nash yang tegas.
Tahapan berijtihad

3. Tasowur, substansi dari permasalahan, bagaimana memahami realita


dilapangan
4. Taqyid, dalam menetapkan hukum taqyid atau model yang pas itu apa
5. Istinbat, kesimpulan hukum
6. taqdikul hukmi, seorang mujtahid mengaplikasikan hukum yang telah
dihasilkan
Pengantar ilmu ushul fiqih
Kata kunci dari ushul fikih adalah metode atau cara dalam menggali
hukum dari alquran dan hadits.
Ushul fikih menurut imam al-badruwi
Ada 3 kata kunci
1. Usbika adalah marifat, pengetahuan. Pengetahuan tentang dalil-dalil
fikih secara global
2. Kaifiyah, tata cara kaifiyah, bagaimana cara menggali hukum dari al-
quran dah hadits
3. Wahalul mustafidz, bagaimana hal ihwal yang mustafidz, orang yang
mengambil kesimpulan itu.
Target dari ushul fiqih
1. Menemukan ketentuan hukum dalam suatu masalah
2. Ijtihad berlaku ketika tidak ada dalil yang eksplisit menjelaskan

Mempelajari ushul fiqih bagi mustahim adalah wajib, bagi pelajar


hukumnya sunnah.

Hikmah mempelajari ushul fikih, bagi mustahim ketika dia berijtihad tidak
akan liar, akan mengikuti aturan. Bagi orang yang tidak masuk kriteria mustahim
dia tidak akan taklid.

Ada dua aliran manhaj ushull fikih


1. Ulama ushul fikih madzhab Hanafi
2. Ulama jumhur (malikiyyah, safi’iyyah,hanabilah)

Sumber ilmu ushul fikih


1. Ilmu Bahasa arab
2. Ilmu kalam
3. Ilmu mantik

Perbedaan hanaf dengan jumhur.


1. Hanafi membangun kaidah ushul berdasarkan kasus
2. jumhur membangun kaidah, dan kaidah itu bisa menganalisa kasus
kasus fikih.
ALMASLAHAH MURSALAH
Pembagian maslahat
1. Masalahatun mu.tabaroh (kemasalahatan yang diakui oleh nash, alquran
dan hadits sohih).
2. Maslahatan bulgoh (kemaslahatan yang ditolak oleh nash)
3. Maslahatun mursalah (baik menurut akal kita, tetapi ketika di
konfirmasi kepada alquran dah hadits tidak ada dalil yang menerangkan
tentang hal tersebut.

Kriteria maslahat mursalah


1. Maslahat itu harus berdampak pada kemaslahatan umat
2. Tidak bertentangan dengan syariat
3. Masuk akal

Anda mungkin juga menyukai