Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup manusia untuk memahami diri dan lingkungannya.
Manusia diciptakan di bumi untuk menjadi khalifah, tanpa adanya Al-Qur’an, manusia tidak
akan bisa mengatur kehidupan mereka yang demikian kompleks dengan daya nalar mereka
sendiri.1

Menurut Ahsin Sakho Muhammad:

“Al-Qur’an itu ibarat berlian yang mempunyai banyak sisi. Jika dipandang dari satu
sisi akan menampakkan keindahan tersendiri. Dilihat dari sisi yang lain akan tanpak
keindahan yang lain. Tidak pernah membosankan jika terus dilihat, Berlian itu
sendiri selalu berkelipan sepanjang zaman. Hanya mereka yang mempunyai hati
yang tulus, bersih, haus akan nilai-nilai Al-Qur’an akan bisa menikmati keindahan
itu.2
Menurut Quraish Shihab,“Al-Qur’an selalu bisa dipakai sepanjang zaman itulah tanda Al-
Qur’an mengandung keberkahan. Al-Qur’an kelihatan diam, tapi jika diteliti, dipelajari, serta
dikaji dengan seksama, didalamnya penuh dengan keberkahan dan kekuatan sangat dahsyat yang
bisa menciptakan revolusi kemanusiaan dari sudut pandangnya.”3
Agama Islam mengajarkan kepada manusia untuk selalu pasrah kepada Allah Swt, sikap
pasrah ini merupakan hasil dari pengakuan atas keyakinannya kepada Allah swt. Sikap pasrah
diaplikasikan dengan pengamalan yang diajarkan nabi Saw dalam kehidupan sehari-hari.Inilah
prinsip keimanan. Muslim yang percaya tentang kenabian Muhammad Saw. tentu tunduk dan
patuh terhadap pesan yang disampaikannya. Allah memuji Islam sebagaimana ia memuji
keimanan dan menjadikannya sebagai nama pujian dan pensucian dengan katanya yang
menggambarkan orang Islam mendapatkan cahaya dan petunjuk dari tuhan mereka, juga
mengatakan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang diridhai-Nya.4 Beberapa ulama

1
Ahsin Sakho Muhammad, Keberkahan Al-qur’an, (Jakarta: QAF Media Kreativa, 2017). hlm. 22
2
Ahsin Sakho Muhammad, Oase Al-qur’an, (Jakarta: QAF Media Kreativa, 2017). hlm. 14
3
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Quran: Tafsir Maudu’i atas Pelbagai Persoalan Umat, cet 9 (Bandung:
Mizan, 1999), hlm 13
4
Harapandi dahri, PemikirianTtheology Sufistik Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani (Jakarta: Wahyu Press,
2014). hlm. 35-36

1
2

mendefinisikan iman menurut bahasa berarti pembenaran hati. Sedangkan secara terminologi
atau dalam istilah syar’i para ulama mempunyai pendapat yang beragam tentang pengertian
iman, antara lain:
Imam muhyiddin ibnu syarafal Al-nawawi dalam kitabnya menjelaskan Iman dalam istilah
syar’i adalah pembenaran dengan hati dan perbuatan dengan anggota tubuh”.5

Kemudian Imam Ibnu ‘Abdul Bar berkata para ahli fiqih dan hadits telah sepakat
bahwasannya iman itu perkataan dan perbuatan. Dan tidaklah ada perbuatan kecuali dengan
niat”.6

Agama islam mengajarkan kepada manusia untuk selalu pasrah kepada allah Swt, sikap
pasrah ini merupakan hasil dari pengakuan atas keyakinannya kepada allah swt. Sikap pasrah
diaplikasikan dengan pengamalan yang diajarkan nabi Saw dalam kehidupan sehari-hari. Inilah
prinsip keimanan. Muslim yang percaya tentang kenabian Muhammad Saw. tentu tunduk dan
patuh terhadap pesan yang disampaikannya. Begitu pula sikap seseorang yang patuh terhadapnya
pasti didasari keyakinan dan kepercayaan tentang kebenaran ajaran yang dibawanya.

               

            

Artinya : “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih
orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada
mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir
terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.7”

Dalam ayat tersebut betapa allah memuji islam sebagaimana ia memuji keimanan dan
menjadikannya sebagai nama pujian dan pensucian dengan katanya yang menggambarkan orang

Muhy Al-Din yahya ibn Syarafal- Nawawi, Syarh Sohih Muslim, juz I (Saudi ‘Arabiyah Wizarah Al-
5

Syu’un Al-Islamiyah, 1420H). hlm.146


6
Yusuf ibn Abdullah bin Muhammad ibn Abd Al-Barr Al-Namri Al-Andalusi Abu Umar, Al Tamhid, juz
IX (Saudi Arabiyyah: al-ra’asahal al-ammahli idaratal al-buhus/al-ilmuyyah, 1405 H), hlm. 238
7
QS. Ali-Imran, ayat 9
3

islam mendapatkan cahaya dan petunjuk dari tuhan mereka, juga mengatakan bahwa islam
adalah satu-satunya agama yang diridhai-Nya.8
Dengan keyakinan manusia kepada tuhannya mendorong hatinya melakukan pergolakan
iman terjadi pada presiden Iran Mahmoud Ahmadi Nejad memberikan ancaman mati terhadap
Salman Rushdie yang menghina Al-Quran dengan menulis novel ayat-ayat setan, walaupun
diancam serangan oleh zionis. Pada pidatonya dalam acara PBB di New York. Dan terbukti
Ahmadi Nejad membuat dilegasi barat walk-out ketika menyinggung hal tersebut.9

Agenda persoalan yang pertama timbul dalam teologi Islam adalah masalah iman.
(keyakinan) Persoalan ini terjadi hingga saat ini dari kedua aliran yang memiliki banyak
penganut yaitu aliran Sunni dan Syi’ah. Dalam perbincangan tentang konsep iman, menurut
Hasan Hanafi, istilah kunci yang biasanya dipergunakan oleh para teologi Muslim adalah amal
(perbuatan baik atau patuh), ikrar (pengakuan dengan lisan), dan tasdiq (membenarkan dengan
hati), termasuk di dalamnya ma’rifah bi al-qalb (mengetahui dengan hati).10
Salah satu ulama Syi’ah Sayyid kasyif al-ghita’ menyatakan, sesungguhnya perbedaan
antara Sunni dan Syi’ah hanyalah bersifat furu’iyah perkara ini biasa terjadi dalam persaudaraan.
Namun pada hakikatnya, Syi’ah memiliki rukun iman tersendiri yang berbeda dengan rukun
iman Sunni Uraian di bawah ini merupakan pemaparan singkat tentang konsep iman menurut
aliran masing-masing kedua aliran dalam teologi Islam, sebagai berikut:

a. Rukun iman Sunni


Bagi akidah Sunni, seorang muslim diwajibkan mempercayai enam rukun iman, yang terdiri
pada:
1. Iman kepada Allah
2. Iman kepada para Malikat.
3. Iman kepada Kitab-Kitab.
4. Iman kepada para Rasul.
5. Iman kepada hari Kiamat.

8
Harapandi dahri, pemikirian theology sufistik syekh abdul qodir al-jaelani (Jakarta:Wahyu Press, 2014).
hlm. 35-36
9
https://news.okezone.com/read/2012/09/25/414/694570/di-new-york-ahmadinejad-suarakan-kehancuran-
israel#lastread. Diposting pada hari selasa 25 september 2012, dikutip pada tanggal 06-februari-2018 pukul 08.08
PM
10
Hasan Hanafi, Min al-’Aqidah ila a---aurah (t.tp: Maktabah al-Madbula, t.th.), hlm. 11.
4

6. Iman kepada Qada’ dan Qadar.11

Dalil untuk keenam-enam rukun ini adalah bersumberkan al-qur’an dan Hadits:

               

              

Artinya: “Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami
tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-
Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami taat." (mereka berdoa):
"Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." (al-
baqarah ayat 285)
b. Rukun iman syi’ah

Adapun pembagian antara rukun iman Syi’ah begitu berbeda dengan rukun iman sunni. Namun,
pembagiannya hampir sama dengan konsep tauhid muktazilah. Syiah membagikan rukun iman
kepada lima perkara:

1. At-tauhid (iman kepada Allah).


2. Al-adl (iman kepada keadilan Allah).
3. An-nubuwah (iman kepada kenabian).
4. Al-ma’ad (iman kepada hari kiamat).
5. Al-imamah (imam)12

Pada hakikatnya mereka percaya kepada para malaikat, kitab-kitab serta qadha dan qadar.
Namun tidak dinyatakan secara tertulis dalam rukun iman mereka seperti rukun iman sunni yang
jelas dapat dilihat dalil yang diajukan oleh syi’ah dalam perbincangan keimanan tentang
malaikat, kitab, serta qadha dan qodar adalah dalil-dalil al-qur’an yang terdapat dalam surat al-
baqarah ayat 285.

11
Kamaluddin, Murjani, Nurdin.Adakah Kawanku Syi’ah, (Malaysia, PTS Islamika, 2014). hlm. 62
12
Ibid, hlm. 64
5

               

              

Artinya: “Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman semuanya beriman kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami
tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-
Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami taat." (mereka berdoa):
"Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.
Aliran syi’ah juga memasukan imam (imamah) ke dalam rukun iman, keyakinannya
tehadap imam atau pemimpin, bisa dilihat pada tahun 2010, umat muslim dikejutkan dengan
berita pengarang Ayat-ayat setan yang dituding menghina Islam yang dikarang oleh Salman
Rushdie. Dalam buku itu, penulis 65 tahun ini menuduh Nabi Muhammad tukang kawin dan
menyebut istri-istri Rasulullah pelacur Karena itulah, pemimpin Revolusi Islam Iran Ayatullah
Khomeini13 mengeluarkan fatwa mati untuk Rushdie pada 1989. Pemimpin spiritual Iran
Ayatullah Ali Khameine tujuh tahun lalu menegaskan lagi kewajiban untuk membunuh Rushdie
karena dia dianggap murtad.14 Dalam konteks ini, penulis ingin meneliti lebih dalam keimanan
golongan Syi’ah. Apakah di dalam tafsirnya juga disebutkan berkewajiban membunuh orang
yang menghina nabi atau menghina keluarga nabi (ahlul bait).

Sejarah perkembangan tafsir, telah dikenal berbagai bentuk tafsir, ada tafsir (bil-mat’sur)
merujuk kepada riwayat,(Bil-Ra’y) menggunakan nalar dan tafsir (isyari). mengandalkan pesan
yang diperoleh dari teks15 Dalam kajian ini, bentuk tafsir bil-ma’tsur atau disebut tafsir bil-
riwayah adalah penafsiran Al-Qur’an yang mendasarkan pada penjelasan Al-Qur’an sendiri,
penjelasan rosul, penjelasan para sahabat melalui ijtihadnya, dan aqwal tabi’in.16 Dalam

13
Ayatollah Humaini adalah seorang revolusioner berasal dari Iran pemimpin keagamaan dalam Islam
Syi’ah.
14
https://m.merdeka.com/dunia/harga-kepala-salman-rushdie-naik-menjadi-rp-314-miliar.html
15
M. Quraish Shihab, KaidahTtafsir, cet 2 (Jakarta: Lentera Hati, 2013). hlm. 349
16
Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an, Cet III, (Bandung: Pustaka Setia, 2012). hlm. 214
6

menafsirkan Al-Qur’an tidak hanya mendasar pada riwayat yang diterimanya dari sahabat dan
tabi’in. Terkadang penafsir melakukan ijtihad dan memberi interpretasi sendiri terhadap Al-
Qur’an.17Dengan bentuk ini, tafsir dapat dijadikan sebagai “disiplin paling dasar dan pokok bagi
ilmu keagamaan lainnya kemudian menjadi dasar bagi kaidah-kaidah syara”.18

Berkaitan dengan tafsir bil-ma’tsur ini, terdapat kitab tafsir monumental dari kalangan
syi’ah zaidiyah yaitu Imam Abdullah al-Syaukani berjudul fathul qodir al-jaami’ bayna fannay
ar-riwayah wa ad-dirayah min ‘ilm at-tafsir,19 Metode yang dipakai Al-Syaukani dalam kitab
tafsirnya adalah metode tahlili, karena ia berupaya menjelaskan seluruh aspek yang terkandung
dalam al-Quran dan mengungkapkan segenap pengertian yang dituju. Dalam penulisan kitab
tafsir ini, al-syaukani menggunakan sistematika Mushafi yaitu penyusunan kitab tafsir dengan
berpedoman pada tertib susunan ayat-ayat dan surat-surat dalam mushaf, dengan dimulai dari
surat Tafsiral Fatihah, al Baqarah dan seterusnya sampai surat an Nas.20

Karya tafsir yang dikenal monumental dan padat isinya. tafsir ini terbentuk melalui jalan
ijtihad, sementara ijtihad itu sendiri membuka ruang bagi pemahaman yang berbeda, maka tafsir
ini dapat melahirkan kritik, wacana-wacana baru atau bahkan lebih dari itu, mendekontruksi
pemahaman lama baik di bidang ushuluddin dan Ushul Fikih maupun ilmu keagamaan lainnya.

Semenjak kecil al-Syaukani telah diarahkan oleh ayahnya yaitu 'Ali al-Syaukani, beliau
adalah seorang Zaidi terkemuka, untuk menjadi seorang ulama yang Zaidi beberapa literatur
penting mazhab ini telah sejak dini diajarkan kepada putra tersayangnya.Namun demikian, al-
Syaukani juga mempelajari beberapa buku di luartradisi mazhab Zaidi. Disebutkan bahwa ia
mempelajari kitab ushul fiqh Syafi'i,Syarh Jam' al-Jawami' karya Jalal al-Din al-Mahalli
bimbingan al-Hasan Ibnu Isma'il al-Maghribi. Ia juga belajar kitab hadis hukum Bulugh al-
Maram karya Ibnu Hajar al-Asqalani dan masih banyak lagi kitan-kitab Sunni yang dilalap habis
oleh al-Syaukani baik melalui pengajaran gurunya maupun yang dibaca secara otodidak. Ini

17
Ibid., hlm. 215
18
Al-Baidawi, Abdullah bin ‘Umar, Anwar at-Tanzil wa Asrar at-Ta’wil, (Beirut: Dar Ihya’ at-Turats al-
‘Arabi, 1418 H) Jld. I, II, III, & V. hlm 23 diTahqiq oleh Aburrahman al-Mir’asyly,
19
Imam Muhammad bin ‘Ali al-Syaukani, Fathul Qadir Al-Jami’ bayna Fannay al-Riwayah wal Diarayah
min al-Ilm al-Tafsir, (Beirut: Darul Ma’rifah, 2007). jilid I, hlm. 5
20
Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN SUKA, Studi Kitab Tafsir, (Yogyakarta, Teras, 2004), hlm.
68
7

menjadi salah satu keunikan dari mufasir itu sendiri bahwa al-Syaukani memiliki pendapat yang
lebih luas dibandingkan dengan ulama Syi’ah yang lain, bahkan kebanyakan dari mereka lebih
jumud atau taqlid dan menolak mempelajari kitab-kitab karangan ulama sunni. Maka berkaitan
dengan kecenderungan teologisnya tersebut.21

Dalam penafsiran imam al-Syaukani yang bermadzhab Syi’ah Zaidiyah dalam


penafsirannya al-Syaukani banyak mengutip pendapat al-Qurtubi yang bermadzhab Sunni dalam
salah satu ayat Al-Qur’an surat al baqarah ayat 3 al-Syaukani menafsirkan iman sebagai berikut:

        

Artinya: “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. (QS al-
baqarah, ayat 3).

Penafsiran Al-Syaukani dalam tafsir Fathul Qodir


“Dia merupakan sifat yang menyingkapkan terhadap orang-orang yang bertaqwa,
iman secara bahasa adalah tasdiq dengan pembenaran. Sedangkan secara syar’i
akan kita terangkan nanti, lafadz ghoib dalam kalam Arab adalah segala sesuatu
yang tidak terlihat oleh kamu, imam al-Qurtubi berkata tentang perbedaan mufassir
dalam menjelaskan tentang ghoib, maka sebagian mufasir berpendapat bahwa yang
dimaksud al-ghoibu dalam ayat ini adalah Allah SWT. Dan demikian pula pendapat
ibnu Arabi, dan berkata ulama akhir, yang dimaksud ghoib adalah Al-Qur’an dan
apa yang ada di dalamnya tentang perkara ghoib, dan mereka berpendapat bahwa
ghoib adalah semua perkara yang sudah dikabarkan oleh rosul dari sesuatu yang
tidak bisa dijangkau oleh akal dari sebagian tanda hari kiamat, seperti adzab kubur,
padang makhsyar, jembatan syirot, mizan, syurga dan neraka”.

Al-Syaukan dalam menafsirkan ayat ini tidak mencantumkan pendapatnya tetapi dalam
teks tafsir tersebut bisa disimpulkan kecenderungan al-Syaukani terhadap al-Qurtubi sebagai
ulama sunni madzhab Maliki. Dalam keterangan tersebut dijelaskan konsepsi imannya adalah
konteks dengan at-tasdiq, bukan dengan amal, maka memunculkan pemahaman yang lain bahwa
ia justru tidak sejalan dengan Syi’ah Zaidaiyah dan definisinya sendiri dalam konteks ini, atau
memang ada pemikiran al-Syaukani yang mandiri dan berbeda dengan pendahulunya di bidang
teologi. Artinya, meskipun, kecenderungan yang beredar bahwaia Syi’ah Zaidiyah tetapi karena

21
Muhammad ibn Ali Muhammad Al-Syaukani, Nail alAuthar, Muntaqa al-Akhbar, cet III (Beirut: Dar al-
Fikr, 1961).juz 1, hlm. 215
8

hal tersebut, diperlukan penelusuran lebih mendalam mengenai konsistensi berfikirnya dalam
penafsirannya tentang iman.

Oleh sebab itu, tidak mengherankan kalau pendapat-pendapat al-Syaukani terlihat lebih
luas dan merdeka. Meskipun ia dibesarkan dalam tradisi mazhab Zaidi, ia tidak merasa terikat
dengan mazhab tersebut, terutama ketika ia telah merasa bisa berijtihad secara mandiri.22 Di
antara indikator kemerdekaan dan keluasan pandangan al –Syaukani dari kungkungan mazhab
leluhurnya seperti masalah teologi misalnya, al-Syaukani banyak menentang paham Mu'tazilah
yang setia dipegang mazhab Zaidi, justru al–Syaukani memiliki paham yang lebih dekat kepada
aliran Salaf. Contoh, dalam persoalan ayat-ayat mutasyabihat, dalam hal ini, cenderung
memegang makna lahir dari ayat, tanpa menakwilkannya. Demikian juga dengan persoalan pro-
kontra Al-Qur’an makhluk atau bukan.Al-Syaukani tidak sepaham dengan pendapat para pihak
yang berseteru, yakni Mu'tazilah yang memandang Al-Qur’an sebagai makhluk.Bagi al-
Syaukani, persoalan ini tidak pernah menjadi wacana pada masa Rasulullah Saw dan para
sahabatnya, oleh karenanya al-Syaukani memilih jalan tawaqquf, dalam rangka memelihara
kehati-hatian.23

Berdasarkan konteks di atas penulis tertarik untuk menganalisis dan menggali lebih dalam
kecenderungan al-Syaukani dalam menafsirkan Al-Qur’an lebih cenderung kepada Syi’ah
Zaidiyah atau Sunni, melihat dari penafsiran imam al-Syaukani terhadap ayat-ayat Al-Qur’an
yang membahas tentang iman, untuk itu peneliti mengangkatnya dalam sebuah penelitian yang
bejudul “konsep iman dalan tafsir Fathul Qodir karya imam al-Syaukani” hal ini berasal dari
asumsi penulis bahwa penafsiran tentang iman kemungkinan dipengaruhi latar belangkang al-
Syaukani yang bermadzhab Syi’ah Zaidiyah, kondisi sosial, kelimuan, dan adanya sebuah
kesenggangan sosisal.

Dalam usaha menemukan pengertian tentang iman menurut penafsiran al-syaukani, pada
bagian ini, penulis tidak menyebutkan satu persatu penafsiran dari keseluruhan ayat yang
berhubungan dengan iman, melainkan terbatas pada ayat-ayat yang menjelaskan tentang
pengertian iman, keriterianya, dan hal-hal lain yang berkaitan dengannya. Kemudian dengan

22
Ibid,. hlm 262-263
23
Imam Muhammad bin ‘Ali Al-Syaukani, Irsyadul Fuhul ila Tahqiq min Ilm al-Ushul, (Beirut: Dar al-
Fikr, t,th). hlm. 250.
9

mengumpulkan ayat-ayat yang bertema iman diharapkan dapat mengungkapkan pandangan al-
Syaukani sendiri tentang konsep orang-orang yang beriman yang dikehendakinya.
a. Iman dengan pengertian membenarkan (tasdiq) Q.S. al-Baqarah ayat 3, Q.S al-Mujadalah
ayat 22, Q.S an-Nahl ayat 106, Q.S al-Maidah ayat 41.24
b. Iman dengan pengertian amal atau ber’iltizam (komitmen) Q.S al-Baqarah ayat 143, Q.S al-
Hujarat ayat 14.25
c. Karakteristik orang yang beriman dalam Al-Qur’an. Q.S al-Mu’minun ayat 1-11, Q.S al-
Anfal ayat 2-4.26

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, yang menjadi permasalahan pokok adalah
iman dalam tafsir al-Syaukani. Masalah pokok ini dijabarkan dalam dua sub masalah, yaitu:
1. Bagaimana metode penulisan tafsir Fathul Qodir?
2. Bagaimana penafsiran imam al-Syaukani tentang iman?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


Adapun tujuan dan kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan metode penulisan tafsir al-Syaukani, mulai dari biografi imam
al-Syaukani sampai tafsirnya.
2. Untuk mendeskripsikan penafsiran imam al-Syaukani dalam menafsirkan ayat-ayat
iman.
D. Kajian Pustaka (Literatur Review)
Berdasarkan penelusuran penulis, terkait judul konsep iman dalam tafsir Fathul Qodir
(studi Tentang Penafsiran imam al-Syaukani).Sejauh pengamatan penulis belum ada penelitian
secara Segnifikan membahas tentang konsep iman dalam tafsir fathul qodir. Baru terdapat
Beberapa penelitian, yaitu sebagai berikut:

24
Nurul Huda, Konsepsi Iman Menurut Al-Baidhowi dalam Tafsir Anwar At-tanzil Wa-asrar At-Ta’wil,
(Semarang, Badan Penelitian dan Pengembangan Agama, 2013) . hlm. 70
25
Abdur Rahman Abdul Kholid, Garis Pemisah Antara Kufr dan Iman (Yogyakarta, Bumi Aksara, 2004)
hlm.1
26
Kitab tauhud/Tim ahli tauhid, terj. Agus hasan basori, Al-Tauhid lis shaffus tsani al ali(Jakarta: Darul
Haq, 1998). hlm. 2
10

Pertama, penelitian yang dilakukan saudara Saprialman, Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
Jurusan Kependidkan Islam, tahun 2015, tentang Konsep Iman dalam Al-Qur’an Surah Al-
Baqarah ayat 177 Dalam Tafsir Al-Misbah Karya M. Quraish shihab dan relavasinya dengan
tujuan pendidikan islam. Skripsi ini menjelaskan penafsiran Quraish Shihab tentang konsep iman
dalam surat Al-Baqarah ayat 177 efek dan fungsinya terhadap pembelajaran agama islam. 27

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Achmad Dailami, Fakultas Ushuluddin, Jurusan
Tafsir Hadits, Tahun 2012, tentang iman dalam perspektif tafsir al-Ghazali, skripsi ini
menjelaskan pendapat al Ghazali tentang keimanan sebagai karakteristik manusia bertaqwa dan
meyakini kebenaran agama islam. Efek keimanan terhadap ritual peribadatan atau hubungan
sosial kemasyarakatan.28

Ketiga, penelitian dari saudara Idrus Habsyi, Fakultas Ushuluddin, Jurusan Aqidah Filsafat,
Tahun 2010, berjudul Konsep Iman Menurut Ibnu Taimiyyah, skripsi ini menjelaskan tentang
hakikat iman seorang hamba terhadap tuhannya, bukan hanya sekedar pembenaran hati dan lisan,
tetapi juga harus disertai amal perbuatan, jika seorang hamba meninggalkan perbuatan sunnah
maka demikian tidak mempengaruhi imannya. Tetapi jika meninggalkan perintah yang wajib
maka sangat mempengaruhi keimanannya.29

Keempat, penelitian dari saudara Edi Kurniawan, Fakultas Syari’ah dan Ilmu Hukum,
jurusan Ahwal Al-Syakhshiyyah, Tahun 2011, berjudul Konsep dan Metode Ijtihad al-Syaukani,
skripsi ini menjelaskan tentang ijtihad imam al-Syaukani dalam membangkitkan kembali Islam
yang pada masa itu mengalami kemunduran. Bertolak dari pandangan demikian, al-Syaukani
melihat bahwa ijtihad secara umum memang memiliki makna yang begitu luas, mencakup
segenap pencurahan daya intelektual dan bahkan spiritual dalam menghadapi suatu kegiatan atau
permasalahan yang sukar. Dari itu, upaya pengerahan kemampuan dalam berbagai lapangan

27
Lihat di Skripsi Saprialman, Konsep Iman dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 177 Dalam Tafsir Al-
Misbah Karya M. Quraish Shihab dan relavasinya dengan tujuan pendidikan Islam,(Yogyakarta, UIN sunan
kalijaga, 2015)
28
Lihat di Skripsi Achmad Dailami, iman dalam perspektif tafsir al-ghazali,(Jakarta, UIN syarif
hidayatullah, 2012).
29
Lihat di Skripsi Idrus Habsyi, Konsep Iman Menurut Ibnu Taimiyyah, (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah,
2010)
11

ilmu, seperti ilmu kalam, falsafah, tasawuf, fikih, dan sebagainya merupakan suatu bentuk
ijtihad, dan pelakunya disebut mujtahid.30

Kelima, penelitian dari saudara Muhammad Hablillah, fakultas Dakwah, jurusan


Bimbingan dan Konseling Islam, Tahun 2006, berjudul Fungsi iman terhadap kesehatan mental
menurut Dzakiyah Daradjat dan implementasinya dalam kepribadian muslim, skripsi ini
menjelakan pemikiran Dzakiyah Daradjat tentang fungsi iman terhadap kesehatan mental dan
mengetahui implementasi mental yang sehat dalam kepribadian muslim ditinjau dari sudut
pandang bimbingan dan konseling Islam.31

Keenam, penelitian dari saudara Nurul Huda, balai penelitian dan pengembangan agama
semarang, tahun 2013, berjudul konsepsi iman menurut al Baidlowi dalam tafsir Anwar at-Tanzil
wa Asrar At-Ta’wil. Dalam penelitian ini menjelaskan konsep iman dalam perspektif baidhowi
selaku mufassir menjelaskan bahwa iman merupakan bagian dari aktivitas hati yang
dikonsepsikan sebagai membenarkan,yaitu mengakui dan mempercayai ajaran Nabi Saw yang
berkaitan dengan yang gaib, dan dijalankan secara tersamar.32

Ketujuh,penelitian dari saudara Ma’mun, program Pasca Sarjana Program Studi Agama dan
Filsafat, Tahun 2010, berjudul Konsep Iman Menurut KH Ahmad Rifa’I dalam kitab Ri’ayah Al-
Himmah, tesis ini menjelaskan tentang konsep iman Ahmad Rifa’i dalam kajian naskah dalam
hal ini menggunakan pendekatan filologi (Tahqiq)-(Makhtutat).33

Kedelapan, penelitian dari saudari Ayu Permatasari, fakultas Tarbiyah dan Keguruan,
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Tahun 2016 Berjudul Konsep Tauhid Bagi Anak Dalam Iman
Anakk kita Karya Mohammad Fauzil Adhim, Skripsi ini menjelaskan tentang pengaruh buku
segenggam iman anak kita karya Mohammad Fauzil Adhim kepada peserta didik untuk taqwa

30
Lihat di Skripsi Edi Kurniawan, Konsep dan Metode Ijtihad al-Syaukani,(Riau, UIN Syarif kasim riau,
2011).
31
Lihat di Skripsi Muhammad Hablillah, Fungsi Iman terhadap Kesehatan Mental Menurut Dzakiyah
Daradjat dan Implementasinya dalam Kepribadian Muslim (Semarang, IAIN Walisongo Semarang, 2006).
32
Lihat di artikel Nurul Huda, Konsepsi Iman Menurut Al-Baidhowi dalam Tafsir Anwar At-tanzil Wa-
Asrar At-Ta’wil, (Semarang, Badan Penelitian dan Pengembangan Agama, 2013)
33
Lihat di Tesis Ma’mun, Konsep Iman Menurut KH Ahmad Rifa’i dalam kitab Ri’ayah Al-Himmah,
(Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga, 2010).
12

kepada Allah, membekali rasa takut terhadap larangan Allah, berbicara dengan perkataan yang
benar, dan mendisiplinkan anak untuk mengajarkan sholat.34

Berdasarkan sekian banyak kajian riset yang tertera di atas, untuk pembahasan konsep iman
dalam perspektif tafsir Fathul Qodir ini belum ada yang membahas.Namun ada satu literatur
yang judul pokoknya sama, yaitu “Konsep iman menurut al-Baidhowi dalam tafsir Anwar At-
tanzil Wa-asrar At-ta’wil”. Namun pembahasan tentang iman ini berbeda, karena penafsiran
Baidlowi ditinjau dari sudut pandang penafsiran Ahlusunnah, sedangkan yang penulis pakai
adalah sudut pandang Syi’ah Zaidiyah.

E. Kerangka Teori

1. Tafsir
a. Menurut Syeikh Mana’ al-Qaththan, Tafsir secara bahasa mengikuti wazan “taf’il”
artinya menjelaskan. Kata kerjanya mengikuti wazan “dharaba-yadhribu” dikatakan
“fasara asy-syai’a-yafsiru” dan yafsuru, fasran, artinya “abanahu” (menjelaskannya).35
b. Menurut ath-Thusi. Penafsiran al-Qur’an tidak boleh dilakukan kecuali dengan atsar yang
sohih dari Rosulullah saw dan dari para Imam ra36
c. Menurut Quraish Shihab dalam mengartikan tafsir mengandung makna kesungguhan
membuka atau keberulang-ulangan melakukan upaya untuk membuka apa yang
tertutup/menjelaskan apa yang musykil. Penjelasan tentang maksud firman-firman Allah
sesuai dengan kemampuan manusia.37
2. Studi Tokoh
Studi tokoh adalah studi kajian secara mendalam, sistematis, kritis mengenai sejarah tokoh,
ide atau gagasan orisinal, serta konteks sosio-historis yang melingkupi sang tokoh.38

3. Tafsir bil-ma’tsur

34
Lihat di Skripsi Ayu Permatasari, Konsep Tauhid Bagi Anak Dalam Iman Anak Kita Karya Mohammad
Fauzil Adhim, (Semarang, IAIN Salatiga, 2016).
35
Syaikh Mana Al-Qhaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, terj. Aunur Rofiq El-Mazni, (Jakarta:
pustaka Al-Kautsar, 2013). hlm. 407
36
Muhammad bin Hasan ath-Thusi, al-Tibyan fi Tafsir Qur’an, (Dar Ihya’i at-Turats al-Arabi). hlm. 4
37
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, Cet.III (Jakarta, Lentera Hati, 2013) hlm. 9
38
Abdul Mustaqim, “Model Penelitian Tokoh: Dalam Teori dan Aplikasi”, dalam Jurnal Ilmiah Studi Ilmu-
Ilmu al-Qur‟an dan Hadis, Vol. 15, No. 2, Juli 2014, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, hlm. 264.
13

Menurut Rosihon Anwar mengutip dari al-Farmawy tafsir bil-ma’tsur atau disebut tafsir
bil-riwayah adalah penafsiran Al-Qur’an yang mendasarkan pada penjelasan Al-Qur’an sendiri,
penjelasan rosul, penjelasan para sahabat melalui ijtihadnya, dan aqwal tabi’in.39dalam
menafsirkan Al-Qur’an tidak hanya mendasar pada riwayat yang diterimanya dari sahabat dan
tabi’in. terkadang penafsir melakukan ijtihad dan memberi interpretasi sendiri terhadap Al-
Qur’an.40
4. Iman
a. Konsep iman dalam teologi Islam, dapat dijelaskan secara umum bahwa iman yang
merupakan aktivitas hati pada dasarnya bukan merupakan keseluruhan aktivitas hati.
Bahkan jika dikaitkan dengan Islam.41
b. Menurut al Baidhawi Iman secara bahasa merupakan ungkapan tentang membenarkan
sesuatu. Kata iman diambil dari kata al-amn, seperti bahwasannya orangyang
membenarkan sesuatu, maka dia (akan) mengamankanhal yang diyakini kebenarannya
itudari pendustaan dan ketidakcocokan/perbedaan.42
c. Menurut M. Quraish Shihab iman yang benar akan melahirkan aktifitas yang benar
sekaligus kekuatan menghadapi tantangan, bukannya kelemahan yang melahirkan angan-
angan dan mengantar kepada keinginan terjadinya sesuatu yang tidak sejalan dengan
ketentuan hukum-hukum Allah yang berlaku di alam raya, atau yang bertentangan
dengan akal sehat dan hakikat ilmiah43

F. Metode Penelitian
Penelitian pada dasarnya merupakan tindakan yang diterapkan manusia untuk memenuhi
rasa keingintahuan.Demikian keingintahuan manusia tentang segala aspek yang timbul dari
gejala-gejala masyarakat, sehingga menghasilkan penelitian.Dalam tindakan tersebut masyarakat
menggunakan berbagai macam metode.Dengan demikian penulis menggunakan metode sebagai
berikut.

39
Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an, Cet III, (Bandung: Pustaka Setia, 2012). hlm.214
40
Ibid., hlm. 215
41
Ali bin Ismail bin Abi al-Basyar Abu al-Ḥasan Al-Asy’ari, al-Iba’ nah fi Uṣul ad-Diyanah, Pentahqiq:
Fauqiyyah Husain Maḥmud, (Kairo: Dar al-Ansar 1397) hlm. 26 diunduh pada senin, 6 april 2015 dari:
http://shamela.ws/index.php/book/8178.
42
Al-Baydawi, Abdullah bin ‘Umar, Anwar at-Tanzil wa Asrar at-Ta’wil, Jld. I, ditahqiq oleh Aburrahman
al-Mir’asyly, (Beirut: Dar Ihya’ at-Turats al-‘Arabi 1418H). hlm. 38
43
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Memfungsikan Wahyu dalam Kehidupan, jilid II
(tangerang: Lentera Hati, 2010), hlm. 18
14

1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang termasuk ke dalam penelitian
kepustakaan (library research) dengan metode analisis tafsir dan studi tokoh. Untuk jenis objek
penelitian ini, bisa digali dari berbagai sumber kepustakaan(kutub at-tafsir, buku-buku,
ensiklopedia, jurnal ilmiah, dan dokumen “software”).

2. Sumber Data
Dalam kajian kepustakaan ini terdapat sumber primer dan sumber sekunder.Adapun
rinciannya sebagai berikut:

a. Sumber Data Primer


Adapun sumber data primer dalam penelitian ini menggunakan sumber dari kitabTafsir
Fathul Qodir dan kitab-kitab lain karya Imam Abdullah Al-Syaukani.

b. Sumber Data Sekunder


Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini menggunakan sumber dari Al-Qur’an
dan terjemahnya, kutub al-tafsir, kitab asbab al-Nuzul, buku-buku tentang iman, kamus-kamus
Al-Qur’an, artikel, jurnal, dan buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini.

3. Pengumpulan Data
Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini dikumpulkan dan diproses dengan cara
berikut ini:

a. Deskripsi
Mengumpulkan data tentang konsep iman dan mengelompokkan kata-kata iman yang
tedapat dalam Al-Qur’an.

b. Analisis
Adapun menganalisis data ini dengan menggunakan berbagai metode, yaitu:
1) Studi Tokoh, yaitu dengan menentukan tokoh yang dikaji; menentukan objek formal;
mengumpulkan data-data yang terkait dengan tokoh; melakukanidentifikasi bangunan
pemikiran tokoh; melakukan analisis dan kritis tentangpemikiran tokoh; dan melakukan
kesimpulan
15

2) Analisis Tafsir bil-ma’tsur, yaitu dengan menganalisis aspek teknis penulisan tafsir Al-
Qur’an dan aspek hermeneutik tafsir Al-Qur’an.
3) Menganalisis iman dalam Al-Qur’an menurut penafsiran al-Syaukani.
4) Menganalisis sosio-historis kehidupan imam al-Syaukani.

G. Sistematika Penulisan
Penelitian yang berjudul iman menurut penafsiran al-Syaukani dalam tafsir Fathul Qodir ini
akan dibagi menjadi lima bab, yaitu sebagai berikut:

Bab pertama, pendahuluan yang berisi uraian tentang latar belakang masalah kemudian rumusan
masalah. Dilanjutkan dengan tujuan dan kegunaan penelitian.Selanjutnya adalah kerangka teori,
lalu kajian riset sebelumnya setelah itu adalah metode penelitian.Dan yang terakhir adalah
sistematika penulisan.

Bab kedua, berisi tentang pengertian iman, iman dalam Al-Qur’an yang isi penjelasannya
pengertian iman menurut berbagai pendapat dan hal-hal yang berkaitan dengannya berisi tentang
penjelasan iman menurut ulama tafsir

Bab ketiga,berisi tentang biografi imam al-Syaukani dan deskripsi tafsir Fathul Qodir,

Bab keempat, penafsiran imam al-Syaukani tentang konsep iman terkait ayat-ayat iman yang ada
dalam Al-Qur’an.

Bab kelima, berisi penutup yang merupakan bagian akhir dari penelitian ini yang merumuskan
simpulan dan saran-saran.

Anda mungkin juga menyukai