Anda di halaman 1dari 5

Tugas 2: Pendidikan Agama Islam

Nama: Nova Sari

Nim: 050234728

Prodi: Sistem Informasi

Kepada Yth Ibu Tutor Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI), kali ini saya akan
menjawab beberapa pertanyaan yang telah ibu berikan kepada saya. Terima kasih.

1. Jelaskan pengertian hukum syariat menurut isi kandungan Q.S.


Al-’Ankabut/29: 45!

Jawab:

Isi kandungan surah Al-Ankabut ayat 45 yaitu:

1. Kita diwajibkan membaca Al-Qurán dan juga membaca ayat-ayat kauniyah yang
telah diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad SAW.
2. Perintah untuk mendirikan Sholat karena sesungguhnya sholat itu dapat mencegah
dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar.
3. Mengingat Allah lebih baik dan lebih besar keutamaannya dibanding dengan ibadah-
ibadah yang lain.

2. Sebutkan dan jelaskan lima macam hukum Islam!

Jawab:

1) wajib

Wajib adalah suatu perkara yang dimana orang akan mendapatkan sebuah pahala jika
orang tersebut mau melakukan pekerjaan atau perbuatan yang diperintahkan. Dan
orang itu akan mendapat siksa atau dosa bila tidak mengerjakan suatu hal yang
diperintahkan.

2) sunnah

Sunnah adalah suatu perkara yang dimana orang akan mendapatkan sebuah pahala
jika orang tersebut mau melakukan pekerjaan atau perbuatan yang diperintahkan dan
tidak akan mendapat siksa atau dosa bila tidak mengerjakan suatu hal yang
diperintahkan.

3) makruh
Makruh adalah suatu perkara yang dimana orang akan mendapat pahala apabila dia
meninggalkannya namun apabila dia melaksanakannya dia tidak mendapat dosa tetapi
orang itu akan di benci oleh ALLAH.

4) mubah
Mubah adalah suatu perkara yang bebas unttuk kita lakukan, kita boleh melakukannya
boleh juga meninggalkannya, tidak ada pahala dan dosa didalamnya

5) haram
Haram adalah sesuatu perkara yang apabila seseorang melakukannya justru dia akan
mendapat dosa, dan apabila seseorang itu meninggalkannya dia akan mendapat
pahala.

3. Sebutkan dan jelaskan tujuh macam prinsip-prinsip umum hukum Islam!

Jawab:

1. Prinsip Tauhid: Yaitu Mengesakan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, dengan tidak


menyembah sesuatu pun denganNya.
2. Prinsip Keadilan: Yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya.
3. Prinsip Amar Ma'ruf Nahi Munkar: Yaitu saling mengingatkan di dalam kebaikan.
4. Prinsip Kebebasan: Yaitu Islam datang sebagai Rahmat bagi seluruh alam dan tidak
ada paksaan di dalamnya. Sehinga Islam disebarkan dengan dakwah (Argumentasi).
5. Prinsip Persamaan: Yaitu di dalam pandangan Islam, semua sama. Yang
membedakan hanyalah ketakwaannya saja.
6. Prinsip Taawun: Yaitu prinsip saling tolong menolong di dalam kebaikan.
7. Prinsip Toleransi: Yaitu prinsip di mana Islam menghormati perbedaan yang ada.

4. Jelaskan posisi dan fungsi sunnah terhadap Al-Qur’an!

Jawab:

> Konsepsi Sunnah menurut Abû Zayd


Abû Zayd melakukan redefinisi istilah sunnah dan mengembaikan pengertian sunnah
kembali pada kandungan isinya di masa awal. Ia menolak melakukan pembebanan
terminologi sunnah dengan kandungan konseptual sebagaimana ditemukan pada
periode berikutnya. Tambahan makna atas term Sunnah dengan demikian terjadi pasca
Nabi yaitu ketika kata sunnah mengalami transformasi makna dari pengertian bahasa
(dalâlah lughawiyyah) ke dalam istilah teknis yang digunakan para ulama ushul fiqh
(Brown, n.d., hal. 6–7). Abū Zayd membagi sunnah dalam dua klasifikasi yaitu sunnat
al-wahyi dan sunnat al- ‘adat wa taqâlîd (Mahmudah, 2012, hal. 289). Klasifikasi yang
pertama adalah sunnah yang bersifat tetap yaitu sunnah yang harus diikuti dari diri
Muhammad saw sebagai Rasulullah. Sunnah yang wajib diikuti adalah perilaku,
pernyataan dan ketetapan Nabi Muhammad dalam menjelaskan hal yang masih global
dalam al-Quran. Abû Zayd tidak menyebut secara eksplisit contoh sunnah yang
dikategorisasikannya sebagai sunnat al-wahyi tersebut, tetapi terdapat sejumlah
indikasi bahwa sunnah Nabi tentang persoalan ritual (peribadatan) adalah bagian yang
dapat dipastikan dari sunnah jenis ini. Sementara jenis sunnah kedua yang berasal dari
kebiasaan dan pengalaman Nabi Muhammad saw tidaklah memiliki ikatan bagi
komunitas di luar masyarakat pewahyuan saat itu. Pemahaman tentang konteks
munculnya sunnah dalam penggal waktu sosio historis masyarakat Arab abad ke-7
diperlukan untuk dapat memaknai sunnah secara tepat. Sunnat al-‘adah ini
mencerminkan dimensi kemanusiaan Nabi Muhammad dalam menciptakan aturan-
aturan yang bersifat kemasyarakatan, (Mahmudah, 2012, hal. 290). seperti yang
terekam dalam hadis tentang harta yang dimiliki seorang hamba sahaya beralih menjadi
milik majikan ketika budak tersebut diperjualbelikan kecuali ditentukan lain oleh penjual
dalam transaksi sebagai berikut:

Tindakan Nabi Muhammad ini, menurut Abû Zayd, mewakili pandangan seorang pelaku
bisnis tentang sejumlah ketentuan kebiasaan dalam praktik transaksi bisnis yang lazim
dikenal pada masanya. Ketentuan ini muncul berlatar nalar dan kebiasan masyarakat
Arab masa pewahyuan. Dengan demikian, hadis ini harus dipahami dalam konteks
tersebut (siyaqun khass) dan tidak dipandang sebagai sebuah sunnah yang bersifat
universal dan mengikat generasi pasca Nabi Muhammad saw. Pandangan ini
mengantarkan Abū Zayd pada kritik terhadap sunnah yang diwadahi dalam sejumlah
kitab kompilasi hadis dan menyataan sunnah dalam kitab-kitab tersebut lebih tepat
disebut sebagai informasi tentang kehidupan Nabi (as-sîrah an-nabawiyyah) yang
diklasifikasi dalam bentuk topik-topik hukum karena merangkum seluruh tindakan Nabi
tanpa melakukan kategorisasi. Percampuradukkan kedua jenis sunnah berdampak
pada posisi sunnah yang rawan dikultuskan dan dianggap identik dengan agama ( Abu
Zayd, 1995, hal. 17)
Upaya kategorisasi terhadap hadis ini, menurut Abû Zayd, pada masa awal telah
dilakukan oleh kelompok pendukung nalar (ahl al-ra’y) yang berupaya mengedepankan
nalar untuk menemukan semangat dan kepentingan umum (maslahah). Sementara
kalangan pendukung hadis (ahl al-hadiṡ) lebih condong pada upaya menerima otoritas
teks yang tak terbatas (hakimiyyah) dan ide keserbamencakupan (syumuliyyah) sunnah
(Abu Zayd, 1992, hal. 58). Akibatnya, kalangan ini mengabaikan kategorisasi terhadap
sunnah sehingga terjadi percampuradukkan antara sunnat al-wahy dan sunnat al-‘adat
wa al-taqalid. Mengabaikan kateogorisasi sunnah bagi Abû Zayd adalah sebuah
paradoks.

Pembacaan kontemporer terhadap sunnah sebagai teks sekunder perlu melengkapi


penilaian selain sanad dan matan, juga perlu memanfaatkan linguistik modern atau
kontemporer. Kemungkinan kritik teks dan validitas hadis termasuk membuka ijtihad
dalam kategorisasi hadis dalam kapasitas Muhammad saw sebagai Rasul sehingga
wajib diikuti atau sunnah al-‘adiyah yang mencerminkan dimensi kemanusiaan Rasul
sehingga menungkinkan untuk diambil atau ditinggalkan. Abû Zayd mengkritik
ketiadaan pertimbangan konteks hadis yang disampaikan oleh perawi dalam proses
pemahaman hadis.

> Hubungan Sunnah dan al-Qur’an dalam Pandangan Nar Hamid Abû Zayd
Hubungan sunnah dan al-Qur’an menurut Abû Zayd ditandai dengan fungsi sunnah
sebagai penjelas, dan pengurai sehingga berperan secara komplementer terhadap al-
Quran. Abû Zayd menyebut sunnah sebagai teks kedua (nassan al-thanawi) yang
menjelaskan teks dasar (al-nass al-asli) yaitu Al-Quran. Sebagai teks kedua, maka
fungsi sunnah merupakan pelengkap terhadap al-Quran (Abu Zayd, 1992, hal. 56–57)
yaitu dalam hal menguraikan dan menjelaskan al-Quran. Dalam perspektif analisis
wacana, sebuah teks dipandang sebagai teks dasar jika menjadi pusat bagi teks lain.
Teks utama yang menjadi poros dalam Islam adalah al-Quran, sehingga sunnah yang
bergerak dalam lingkaran orbit (falak) al-Quran sebagai teks penjelas atau pengurai
dapat disebut sebagai teks kedua. Penyebutan ini tidak dimaksudkan untuk menafikan
urgensi sunnah dan mereduksi posisinya, tetapi menyatakan penyebutan teks kedua
bagi sunnah hanya bagian dari keniscayaan dalam melakukan kategorisasi terhadap
teks (Abu Zayd, 1995, hal. 135, 283).
5. Jelaskan perbedaan moral, susila, budi pekerti, etika, dan akhlak, dan
kaitan antara semuanya!

Jawab:

 Moral: Moral merujuk pada aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang mengatur perilaku
manusia dalam masyarakat. Moral mencakup nilai-nilai yang dianggap benar atau
salah, baik atau buruk, dan membentuk dasar dari tindakan dan keputusan seseorang.
Moral bersifat subjektif dan dapat berbeda antara individu, budaya, atau agama.
 Susila: Susila adalah istilah yang digunakan dalam budaya Indonesia untuk merujuk
pada perilaku yang baik, sopan, dan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat. Susila mencakup nilai-nilai seperti kejujuran, kesopanan, dan tanggung
jawab.
 Budi Pekerti: Budi pekerti adalah istilah yang digunakan dalam budaya Indonesia
untuk merujuk pada sikap dan perilaku yang baik, terutama dalam hubungan sosial.
Budi pekerti mencakup nilai-nilai seperti keramahan, kesopanan, dan kebaikan hati.
 Etika: Etika adalah studi tentang apa yang dianggap benar atau salah, baik atau buruk,
dalam konteks moral. Etika mencakup prinsip-prinsip dan teori-teori yang digunakan
untuk memahami dan mengevaluasi tindakan manusia. Etika berfokus pada
pertimbangan rasional dan refleksi moral.
 Akhlak: Akhlak adalah istilah yang digunakan dalam Islam untuk merujuk pada perilaku
yang baik dan moralitas yang tinggi. Akhlak mencakup nilai-nilai seperti kejujuran,
keadilan, dan kasih sayang. Akhlak juga mencakup aspek spiritual dan hubungan
manusia dengan Tuhan.

- Terima kasih -

Anda mungkin juga menyukai