NIM 6222121007
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
RahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas “Critical Book Report”. Penulis
berterima kasih kepada Bapak dan Ibu dosen yang bersangkutan yang sudah memberikan
bimbingannya.
Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itu penulis
minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga mengharapkan kritik dan
saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan bagi pembaca.
RIVAL FERRYANZAH
NIM 6222121007
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI...…………………………………………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang CBR …………………..……………………………………………………….....1
B. Tujuan Critical Book Report……………………………………………………………………1
C. Permasalahan CBR…………………………………………………………………………………1
BAB II IDENTITAS BUKU
A. Identitas Buku 1…………………………………………………………………………………....2
B. Identitas Buku 2……………………………………………………………………………….……2
C. Ringkasan Buku Pertama ………………………………………………………………………3
D. Ringkasan Buku kedua…………………………………………………………………………..9
BAB III PEMBAHASAN
A.KELEMAHAN BUKU PERTAMA........................................................................21
B. KELEMAHAN BUKU KEDUA ………..............................................................…..21
A. KELEBIHAN BUKU PERTAMA .................................................................….…21
B. KELEBIHAN BUKU KEDUA...............................................................……………21
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………….………22
B. Saran…………………………………………………………………………………………………...……22
Daftar Pustaka.................................................................................................. 23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang CBR
Menjadi seorang olahragawan berprestasi tinggi, dirasa menjadi sebuah keharusan untuk
memenuhi berbagai persyaratan dalam latihan.Latihan mutlak dilakukan dengan
mengdepankan berbagai prinsip dan kebutuhan sesuai dengan cabang olahraga. Fisik
merupakan factor dasar untuk mengembangkan variable latihan lainnya. Sedangkan latihan
adalah proses yang dilakukan secara sistematik dan berkelanjutan dengan menambah
jumlah beban untuk meningkatkan kinerja olahragawan dalam mencapai sasaran yang telah
ditentukan.
Oleh sebab itu latihan yang dilakukan harus disusun dan dilakukan secara tepat dan benar
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Semua pembinaan olahraga yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi yang
tinggi,memerlukan sarana penunjang yang memadai dan harus dipenuhi.
Sarana sarana tersebut antara lain adalah factor factor bakat, kesehatan, gizi , organisasi,
fasilitas seperti lingkungan seperti masyarakat sekolah , serta factor pembinaannya.
C. Permasalahan CBR
1. Macam macam daya tahan kekuatan tubuh menurut beberapa buku
2. Latihan kekuatan
3. Mengukur kapasitas fisik olahragawan
BAB II
Identitas Buku
A. Identitas Buku 1
BUKU
Penerbit
Universitas Negeri Makassar
Tahun Terbit 2019
Bahasa Indonesia
B. Identitas Buku 2
BUKU
Penerbit
Universitas Negeri Makassar
Bahasa Indonesia
C. Ringkasan Buku Pertama
a) Konsep Dasar Tentang Teori latihan
Dasar dasar melatih fisik olahragwan
Latihan adalah proses yang dilakukan secara sistematik dan berkelanjutan dengan
menambah jumlah beban untuk meningkatkan kinerja olahragawan dalam mencapai
sasaran yang telah ditentukan.
Di dalam latihan Bompa membagi pprinsip latihan kedalam
1. Prinsip partisipasi aktif
2. Prinsip perkembangan menyeluruh
3. Prinsip kekhususan
4. Prinsip individual
5. Prinsip variasi
6. Prinsip mode latihan
7. Prinsip peningkatan beban secara bertahap
Intensitas latihan juga dapat diartikan sebagai suatu porsi atau latihan yang harus
dilakukan oleh seseorang, menurut program yang telah ditentukan.
Adapun ukuran intensitas latihan, yaitu: denyut jatung per menit, 1 RM, kecepatan, jarak
tempuh, jumlah repetisi, rentang waktu recovery dan interval. Volume waktu adalah
waktu yang berhubungan dengan beberapa isi latihan yang diperlukan seseorang dalam
menjalankan program latihan sehingga dapat meningkatkna kemampuan fisiknya. Bompa
membagi volume latihan sebagai berikut:waktu atau lamanya latihan, jarak atau berat
beban per waktu atau per unit, repetisi dari latihan atau waktu yang ditampilkan atlet
dalam melakukan Teknik gerak.
anaerobik adalah aktivitas yang memecah glukosa menjadi energi tanpa menggunakan
oksigen. Akibatnya, tubuh akan menghasilkan energi lebih banyak dan menggunakan
sumber energi yang tersimpan di otot. Latihan ini dilakukan dengan durasi waktu yang
pendek namun intensitas tinggi.
jaringan otot rangka memperlihatkan tiga komponen dasar yang menyusun otot rangka,
yaitu: jaringan ikat, jaringan otot, dan sistem membran. Komponen jaringan ikat terdiri
atas (dari luar ke dalam) fasia superfisialis, fasia profunda, epimisium, perimisium, dan
endomisium.
Oto jantung berfungsi dan berperan penting untuk membantu jantung dalam memompa
darah ke seluruh tubuh. 2.) Sel otot jantung membantu kontraksi sel lainnya. 3.)
Meremas darah agar darah keluar dari jantung (kontrakai).
Otot polos adalah otot pada tubuh manusia yang melapisi bagian dalam pembuluh darah
dan organ, seperti perut, dan juga dikenal sebagai otot visceral. Ia adalah jenis otot
terlemah tetapi memiliki peran penting dalam memindahkan makanan di sepanjang
saluran pencernaan dan menjaga sirkulasi darah melalui pembuluh darah.
c) ENDURANCE
endurance (daya tahan ) adalah kemampuan seseorang melaksanakan gerak dengan
seluruh tubuhnya dalam waktu yang cukup lama .
Meningkatkan kebugaran tubuh secara keseluruhan.
Untuk menjaga peredaran darah tetap sehat .
Meningkatkan ketahan tubuh
d) STRENGTH
kekuatan (strength) atau kekuatan, yaitu suatu kemampuan kondisi fisik manusia
yang diperlukan dalam peningkatan prestasi belajar gerak
Meningkatkan kebugaran tubuh secara keseluruhan.
Untuk menjaga peredaran darah tetap sehat
Meningkatkan ketahan tubuh
e) FLEKSIBILITY
daya lentur (fleksibility ) Kelenturanadalah kemampuan tubuh untuk melakukan gerak
melalui ruang gerak sendi atau ruang gerak tubuh secara maksimal.Meningkatkan
kelentutan tubuh
f) COORDINATION
Koordinasi adalah kemampuan seseorang mengintegrasikan berbagai gerakan yang
berbeda ke dalam pola gerakan tunggal secara efektif.
g) AGILITY
kelincahan (agility) ada juga yang menggunakan istilah ketangkasan secara sederhana
dapat diartikan sebagai kemampuan dalam mengubah arah gerakan
1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang pelatih terutama pengetahuan tentang
cabang olahraga yang digeluti Selain harus mengetahui ilmu mengenai kecabangan
olahraganya, mereka juga harus mendalami ilmu penunjang seperti ilmu Periodisasi latihan,
Biomekanika, Faal olahraga, Gizi, Psikologi olahraga. Mendalami karakter cabang olahraga
adalah mutlak, sehingga tidak akan salah dalam membina karakter atlit yang tentunya akan
disesuaikan dengan kebutuhan kecabangannya.
2. Pengalaman (experience)
3. Karakter(caracter )
Dengan menyadari sepenuhnya bahwa didalam dunia kepelatihan unsur-unsur yang
mengandung nilai positif harus selalu diketengahkan, maka otomatis akan membentuk
kepribadian yang kuat dalam membina atlitnya . Mengerti akan sifat dan karakter anak
didiknya, tentunya akan membantu banyak dalam tugas kesehariannya menghadapi atlitnya
baik selama masa latihan maupun pertandingan . Hubungan yang kondusif ini dimana dia
mampu bertindak sebagai orang tua atlet maupun pelayan akan membuat nilai
kepribadiannya sebagai pelatih akan semakin tinggi. Adapun Hal penting yang harus
diketahui dalam kepelatihan yaitu :
a. Pengembangan Filosofi
Dalam membentuk filosofi dalam bentuk karakter yang kuat pada diri seorang pelatih
menggunakan berbagai cara, dan berlangsung terus menerus selama bertahun-tahun, dimulai
dengan pengalaman pribadi saat menjadi atlet, mengamati berbagai macam pertandingan, dan
akan berlanjut disaat mempelajari lebih dalam tentang sebuah permainan dan penerapannya
kepada atlit.
Seringkali kegagalan dalam melatih dan karier terjadi, karena kita gagal mengenali siapa
diri kita sebagai pelatih yang sesungguhnya. Tidak jarang kita mengalami konflik emosional
dan pertentangan batin karena apa yang dilakoni dan dikerjakan justru tidak sesuai dengan
minat dan ke mampuan yang dimiliki. Dalam menjalankan profesinya seorang pelatih perlu
memiliki self esteem atau harga diri yang tinggi. Self esteem atau harga diri yang tinggi
penting dimiliki karena taraf harga diri akan mempengaruhi perilaku kerja individu. self-
esteem akan nampak pada diri pelatih ditandai dengan:
2. Kemampuan berkomunkasi
3. Penampilan
Dalam menjalin komunikasi baik dengan atlet maupun dengan orang lain, pelatih pada
dasarnya melakukan pengungkapan diri sendiri. Namun, pengungkapan diri tersebut mungkin
saja baru sampai pada sisi-sisi terluar dari kemampuan dirinya.Ketika situasi komunikasi
antar pribadi terbentuk dan pelaku komunikasi berkeinginan mempengaruhi jalannya
komunikasi maka self-disclosure berlangsung.
2. Arti dan Definisi Kepelatihan.
Pelatihan adalah proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan prosedur yang
sistematis dan terorganisir. Selanjutnya, Udai menyatakan:“Training and development is
defined as the human recourse practice which focuced is identifying, assessing and through
planned learning helping development the key competences which enable people to perform
current or future job”, these activitieswhich are designed to improve human performance on
the job employee is presently doing or is being hired to do”. (Pelatihan dan pengembangan
didefinisikan sebagai praktek jalan manusia yang fokus adalah mengidentifikasi, menilai dan
melalui pembelajaran yang direncanakan membantu pengembangan kompetensi kunci yang
memungkinkan orang untuk melakukan pekerjaan saat ini atau masa depan", kegiatan yang
dirancang untuk meningkatkan kinerja manusia pada kerja karyawan adalah saat melakukan
atau sedang disewa untuk melakukan)".
Pengertian ini didasarkan pada definisi yang dikemukakan oleh Sudjana bahwa: “Training is
a process used by organization to meet their goals. It is called into operat ion when a
discrepancy is perceived between the current situation and a preferred state of affairs”.
Pelatihan adalah upaya pembelajaran yang diselenggarakan oleh organisasi (instansi
pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, perusahaan) untuk memenuhi kebutuhan atau
untuk mencapai tujuan organisasi sehingga pelatihan dapat diartikan sebagai kegiatan
edukatif untuk membawa keadaan perilaku peserta pelatihan saat ini kepada perilaku yang
lebih baik sebagaimana yang diinginkan oleh organisasi Pelatihan sebagai bagian dari
pendidikan yang mengandung proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan
keterampilan, waktu yang relatif singkat dan metode yang lebih mengutamakan praktek dari
pada teori Beberapa pengertian tersebut di atas menggambarkan bahwa pelatihan merupakan
proses membantu peserta pelatihan untuk memperoleh keterampilan agar dapat mencapai
efektivitas dalam melaksanakan tugas tertentu melalui pengembangan proses berpikir, sikap,
pengetahuan, kecakapan dan kemampuan.
a. Adanya proses pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan peserta pelatihan.
b. Adanya proses pendidikan yang dilakukan secara teratur, sistematis dan terencana.
c. Orientasi belajar lebih menekankan pada hal-hal yang praktis, fungsional, aplikatif sesuai
dengan kebutuhan peserta pelatihan.
d. Menggunakan waktu yang relatif singkat.
e. Memiliki tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemandirian peserta
f. Ditekankan kepada perbaikan kinerja peserta pelatihan dalam laksanakan tugas.
Tujuan utama latihan adalah untuk mengembangkan keterampilan dan performa atlet.
Tujuan latihan atau training adalah untuk membantu atlet meningkatkan keterampilan dan
prestasinya semaksimal mungkin. Tujuan umum latihan disamping memperhatikan faktor
keselamatan dan kesehatan, mencakup pengembangan dan penyempurnaan:
Program latihan kondisi fisik perlu direncanakan secara sistematis. Tujuannya adalah
untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan ergosistem tubuh. Proses latihan
kondisi fisik yang dilakukan secara cermat, berulang-ulang dengan kian hari meningkat
beban latihannya, akan meningkatkan kebugaran jasmani. Hal ini akan menyebabkan
seseorang kian terampil, kuat dan efisien dalam gerakannya.
Teknik olahraga itu tergantung dengan olahraga yang bersangkutan, tidak mungkin
teknik olahraga renang disamakan dengan teknik bermain voly, oleh karena itu teknik
olahraga itu tergantung dengan cabang olahraga itu masing-masing. Setiap cabang olahraga
mempunyai perlakuan yang berbeda. Dan setiap teknik olahraga mempunyai tujuan yang
berbeda. Teknik olahraga telah disadari oleh banyak orang di kalangan olahragawan maupun
patih dan juga pengamat olahrga, olahraga dapat menunjang pelaksanaan olahraga lebih baik
lagi, namun dalam pelaksanaan teknik olahraga belum efektif seperti yang dihaarapkan
dikarenakan didalam pelaksanaan teknik olahraga adanya faktor-faaktor penentu keberhasilan
belajar dan berlatih teknik dan koordinasi yang belum dipahami oleh kalangan olahragawan.
Taktik adalah suatu siasat atau akal yang dirancang dan akan dilaksanakan dalam permainan oleh
perorangan, kelompok, maupun tim untuk memenangkan suatu pertandingan secara sportif. Pada
hakikatnya, penggunaan taktik dalam sepakbola adalah suatu usaha mengembangkan kemampuan
berpikir, kreativitas, serta improvisasi untuk menentukan altenatif terbaik memecahkan masalah yang
di hadapi dalam suatu pertandingan secara efektif, efesien, dan produktif dalam rangka memperoleh
hasil yang maksimal yaitu sebuah kemenangan dalam pertandingan. Strategi adalah suatu siasat atau
akal yang dirancang sebelum pertandingan
berlangsung dan digunakan oleh pemain maupun pelatih untuk memenangkan pertandingan yang
dilaksanakan secara sportif dan sehat. Strategi mengacu pada gerakan-gerakan yang dibutuhkan dalam
pertandingan. Kedudukan strategi dalam olahraga memiliki makna sebagai pendukung aspek taktik
olahraga. Dengan demikian, antara taktik dan strategi memiliki perbedaan, akan tetapi dalam
pelaksanaannya keduanya saling berkaitan serta mendukung untukmencapai tujuan yang sama, yaitu
memenangkan pertandingan.
Tugas pokok seorang pelatih tidak hanya untuk membantu sang atlet untuk meraih prestasi, tetapi
pelatih juga harus mampu menanamkan nilai-nilai luhur yang terkandung didalam olahraga tersebut.
Yang berarti bukan hanya menanamkan tentang juara/prestasi, tetapi juga tentang perilaku sosial
seorang atlet juga harus mendapat perhatian, karena atlet secara tidak langsung akan menjadi model
bagi masyarakat. Dalam berbagai cabang olahraga yang dipertangingkan, selalu ada seorang yang
sibuk diluar lapangan atau bangku cadangan yang menentukan strategi, mengatur teknik, meminta
pergantian pemain atau time out, itulah yang disebut sebagai seorang pelatih (coach)
Sebenarnya seorang pelatih memang betul-betul manager atau pemimpin dilapangan. Seorang
pelatih biasanya memiliki beberapa pembantu (asisten)., seperti teknik atau pelatih fisik. Itulah
sebabnya seorang pelatih sering disebut sebagai pelatih kepala (head coach) yang dibantu oleh
beberapa asisten yang sering disebut sebagai trainer. Seorang pelatih sangat diharapkan dapat
berperan dalam berbagai disiplin seperti petugas pembimbingan dan penyuluhan, pemimpin, guru,
ahli strategi dan sebagainya. Bahkan seorang pelatih diharapkan dapat berperan sebagai bapak atau
teman akrab sebagai tempat untuk mencurahkan isi hati, atau pelindung dari atlitnya. Apabila seorang
pelatih tidak memiliki asisten, maka semua tugas yang seharusnya dikerjakan oleh asisten harus
dikerjakan sendiri. Sedangkan seorang pelatih dengan beberapa asisten, dengan atlit, maupun dengan
lingkungannya. Tugas-tugas pokok yang harus dilakukan seorang pelatih adalah:
d. Mengadakan evaluasi
Mengarahkan atlit dalam program jangka pendek dan jangka panjang. Sebagai pelatih
merencanakan suatu program latihan adalah mutlak, merencanakan suatu latihan bermuara pada
tujuan, tujuan yang ingin dicapai bagi seorang pelatih adalah meningkatkan prestasi atletnya. Dalam
perencanaan latihan olahraga ada sasaran-sasaran program yang ingin dicapai yaitu program jangka
pendek dan jangka panjang.
Memimpin dan melaksanakan program latihan dan mengadakan diskusi dengan atlit. Dalam
situasi latihan sosok seorang pelatih adalah seorang pemimpin yang terdidik, pelatih mempunyai
tujuan yang akan dicapai, pencapaian proses latihan yaitu hubungan objek yang dibina, maka
mengatur suatu sistem latihan diperlukan figur seorang pelatih yang dapat memimpin atlet.
Selalu penuh pengertian dan simpati bila ada suatu hal yang terjadi pada atlet. Dengarkan keluhan
dan masalah-masalah pada atlet. Saat-saat di luar atau sesudah latihan pelatih harus menyesuaikan diri
dan berlaku sebagai teman, pelatih diharapkan dapat menyesuaikan diri baik kelompok maupun
individu.
4). Sebagai seorang yang mau belajar (learner)
Selalu siap mempelajari dan mencobakan hal-hal yang baru. Mendengarkan saran-saran
perubahan dari para pakar, rekan, maupun dari atlet sendiri. Banyak membaca dan mempelajari hal-
hal yang baru, untuk menambah pengetahuan. Makin banyak belajar, akan makin banyak yang tidak
anda ketahui.
Memperkirakan potensi atlet yang wajar dan selalu melihat tahap perkembangannya. Membuat
suatu target yang wajar, yang dapat dicapai oleh setiap atlet. Maka seorang pelatih dalam menilai atau
memperkirakan situasi baik latihan atau pertandingan.
b. Peran Pelatih.
a). Sebagai Pemimpin Mengatur dan mengorganisasi pelaksanaan kegiatan latihan merupakan peran
seorang pelatih. Dalam setiap pelaksanaan latihannya, pelatih harus mampu sebagai sosok seorang
pemimpin, yakni berwibawa tegas, bijaksana, demokrasi, kreatif, cerdik, dan pandai mengolah situasi
latihan maupun dalam pelaksanaan penerapan bentuk-bentuk latihan.
b).Sebagai Guru. Peran pelatih sebagai guru yakni dia harus mampu menjadi seorang pendidik yang
ulung,yang mampu membimbing dan membina atletnya menjadi seorang yang memiliki sikap dan
sifat yang beretika dan bermoral baik serta jujur. Peranan sebagai guru, pelatih paham betul
bagaimana konsep belajar gerak dapat diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan latihan. Belajar dan
latihan tidak dapat di pisahkan satu dengan yang lainnya. Bahkan antara belajar latihan mennyatu
menjadi satu kesatuan yang saling ketergantungan.
c). Sebagai Pengganti Orang Tuanya. Pada umumnya proses pelatihan itu di mulai dari atlet muda
yaitu rata- rata dari mulai usia sekolah dasar. Oleh karena pola pembinaan di laksanakan dari mulai
atlet muda,dimana usia tersebut masih termasuk ke dalam usia perhatian kasih sayang penuh dari
orangtuanya. Tentu hal tersebut akan berhubungan dengan kebiasaan perilaku hidup di lingkungan
keluarganya seperti sipat kemanjaan,ingin ada perhatian khusus, selalu ingin pujian dan bukan
cacian, ingin selalu di bimbing, ingin selalu dia antara orang tuanya, ketika akan pergi ketempat
tertentu. Karena alasan karekteristik itulah seorang pelatih harus mampu menyesuaikan kebiasaan
hidup atlet muda antara di rumah dengan di lapangan
d). Sebagai Teman Sejatinya Sosok pelatih sebagai seorang manusia dewasa relatif menyulitkan
ketika suatu waktu dai harus menjadi seperti anak-anak atau remaja. Dengan penuh pengertian dan
simpati seorang pelatih di tuntut harus mampu menyesuaikan dunianya dengan dunia atlet mudanya,
seperti mendengar keluhan dan masalah yang umumnya muncul di atlet muda. Pada saat itulah
pelatih harus bisa menjadi teman sejati untuk bisa ikut dia ajk berdikusi tentang dunianya kehidupan
anak atau remaja.
e). Sebagai Perencana Latihan. Peran pelatih sebagai perencana latihan merupakan syarat mutlak dan
menjadi konsekuensi tuntutan seorang terhadap kualitas pekerjaan yang akan di lakukanya. Agar
pekerjaan sebagai pelatih memiliki arah dan tujuan yang jelas,serta stuktural dalam setiap melakukan
unit kerjanya. Sebelum terjun kelapangan, pelatih harus menyusun beberapa rincian dari setiap unit
kegiatan latihan kedalam bentuk rencana latihan yang sistematik dan terukur.
Beberapa tipe kepribadian seorang pelatih banyak digambarkan dalam beberapa tipe, diantaranya
yaitu, seseorang yang merupakan individu yang keras, tidak kenal kompromi; ada juga yang
dilukiskan sebagai seorang yang sportif, pembimbing, pelindung, dan ada pula yang gambarkan
sebagai individu yang santai dan seolah-olah tidak mempedulikan anak didiknya. Terdapat lima
kategori tipe kepribadian pelatih yang dominan, yaitu:
b. Biasanya menerapan system hukuman untuk memaksa atlet patuh pada peraturan, meskipun
dirasakan pahit/kurang adil oleh atlet. Pelatih tidak peduli apakah karena caranya tersebut atlet merasa
sakit hati atau sampai tidak mau berlatih lagi.
d. Biasanya dia bukanlah pelatih yang hangat/menyenangkan. Biasanya kurang dekat dan tidak suka
mengadakan hubungan pribadi yang terlalu dekat karena“takut” atlet nanti akan mengambil
keuntungan dari situasi demikian.
f. Dia tidak senang mempunyai asisten yang mempunyai tipe kepribadian yang sama dengannya.
c. Humoris.
Pelatih dengan tipe seperti ini hampir serupa dengan pelatih otoriter. Dia sangat efektif dalam
memberikan rangsangan, motivasi, dan semangat kepada atletnya. Hanya saja bedanya dia tidak
menerapkan system hukuman terhadap atlet yang kurang memenuhi tugasnya.
Pelatih dengan tipe seperti ini merupakan kebalikan dari tipe pelatih pemacu. Ia adalah pelatih
yang bersikap pasif, santai,laissez faire, dan karena itu tidak pernah merasa ada beban stress.
Pelatih tipe ini sering dijuluki sebagai the scientific coach. Inovatif dan pengetahuannya mengenai
olahraga menakjubkan. Dia juga hafal setiap atletnya, kelemahan, kekuatan, prestasi, dsb. Dia cerdas,
selalu yakin akan gagasannya, dan dia pembicara yang mengesankan.
Pemimpin adalah seorang yang membimbing atau mengarahkan individu, kelompok/group, tim,
dan organisasi (Logman : 1987). Sedangkan kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi orang
untuk mengarahkan usaha-usaha ke arah pencapaian tujuan tertentu (Gibson dan Hodgetts : 1986).
Kemudian Forsyth (1983) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah proses timbal
balik/reciprocal, di mana individu diperbolehkan mempengaruhi dan memotivasi yang lain untuk
mempermudah pencapaian yang saling memuaskan kelompok dan tujuan individu.
Menentukan sendiri tugas-tugas yang akan dilaksanakan. Tugas-tugas itu harus dilaksanakan dan
diselesaikan.
Hukuman diberikan kepada atlet yang tidak menurut perintahnya.
Ciri-ciri kepemimpinannya :
Memberi izin kepada atlit untuk saling berinteraksi tanpa harus meminta izin terlebih dahulu
kepada pelatih
Gaya yang menekankan kepada pemenuhan kebutuhan pribadi atlet. Keuntungannya yaitu:
Kurang keras dalam menuntut pada atlet untuk menjalankan tugas dengan baik.
Kurang dapat diterima oleh atlet yang senang pada gaya task oriented.
8. Prinsip-prinsip Kepelatihan.
a. Prinsip Beban Berlebih (Overload ) yaitu pemberian beban terhadap tubuh, akan direspon oleh
tubuh itu sendiri. Jawaban dari tubuh merupakan penyesuaian diri terhadap rangsangan yang
diterimanya.
b. Prinsip Spesifikasi, yaitu ketika latihan berkaitan dengan unsur biomotorik maka pelatih harus
tahu betul sistim energi apa dan unsur-unsur fisik apa yg paling dibutuhkan (dominan untuk cabang
olahraga yang dilatihnya. Apakah kapasitas aerobik, anaerobik (laktat atau alaktat), daya tahan,
kekuatan, power, kelincahan, kecepatan, stamina atau yang lain.
c. Prinsip Pemulihan Asal ( Reversibility) adalah prinsip ini menggambarkan bahwa apabila tubuh
kita diberikan waktu istirahat yang tertalu lama, maka kemampuan atau kesegaran tubuh yang sudah
dimiliki melalui proses latihan sebelumnya, akan kembali ke tingkat semula, atau sama seperti ketika
tidak melakukan latihan.
d. Prinsip Aktif dan Kesungguhan Atlet, seoarang atlet dituntut aktif dan memiliki inisiatif sendiri
dalam melakukan berbagai latihan yang sesuai dengan kebutuhan cabang olahraga yang digelutinya
dengan sungguh – sungguh agar latihan tersebut hasilnya maksimal.
e. Prinsip Kesadaran Atlet, seorang atlet dalam berlatih diharapkan memiliki kebutuhan dalam
melakukan latihan, bukan latihan tersebut dianggap sebagai keharusan. Karena dengan memiliki rasa
kebutuhan atlet tidak terpaksa dalam melakukan latihan, apabila terpaksa maka hasil latihan tidak
dapat mencapai hasil yang maksimal.
f. Prinsip Individual, merupakan salah satu penyebab ketidak berhasilan seorang pelatih dalam
mempersiapkan atlet atau timnya, dapat disebabkan oleh kurang pahamnya prinsip indivualisasi ini.
Prestasi seseorang atau tim dapat dicapai secara optimal apabila setiap program latihan apapun yang
diberikan mengacu pada asas individualisasi ini. Beberapa ahli olahraga maupun kedokteran
mengemukakan pendapat yang senada tentang individu sosok manusia. Mereka mengemukakan
bahwa tidak ada satu orangpun yang sama persis baik keadaan fisiknya maupun psikisnya. Setiap
orang akan memberikan respon yang tidak sama terhadap setiap rangsangan (fisik, teknik, taktik,
mental) yang diterimanya.
1. Prinsip Multilateral, prinsip perkembangan menyeluruh sebaiknya diterapkan pada atlit-atlit muda.
Pada permulaan belajar mereka harus dilibatkan dalam beragam kegiatan agar memiliki dasar-dasar
yang lebih kokoh untuk menunjang keterampilan spesialisasinya kelak.
3. Prinsip Variasi, pemberian variasi latihan mrupakan cara yang baik agar atlit dapat menikmati
latihan dengan senang dan gembira supaya atlit tidak bosan.
4. Prinsip Model dalam Latihan, model atau imitasi, atau tiruan merupakan suatu simulasi dari
kenyataan yang dibuat dari elemen atau unsure spesifik dari fenomena yang dicari atau diamati serta
mendekati keadaan sebenarnya.
5. Prinsip Penggunaan Sistem Latihan, prinsip ini menuntut bahwa program latihan harus dibuat
secara sistematis dan efisien. Dari mulai program jangka panjang sampai program latihan tiap unit,
dan juga harus memperhatikan karakter individu atlet.
6. Prinsip Periodisasi, prinsip ini menekankan dalam proses pemberian materi latihan harus secara
bertahap, tidak bisa langsung latihan pada tahap pertandingan akan tetapi kita harus melewati tahap
persiapan sebagai modal untuk tahap selanjutnya.
7. Prinsip Presentasion, dalam prinsip ini proses latihan dilakukan dengan memberikan atlet untuk
melihat video mengenai gerakan – gerakan teknik yang benar. Sehingga atlet dapat merekam gerakan
yang benar tersebut di benaknya dan berusaha untuk melakukan gerakan yang serupa.
8. Prinsip Intensitas Latihan, prinsip fisiologis dan psikologis yang positif hanyalah mungkin terjadi
apabila atlet dilatih melalui suatu program latihan yang intensif, dimana pelatih secara progresif
menambahkan beban kerja, repetisi, serta kadar intensitas dari repetisi tersebut. Intensitas latihan
dapat diukur dengan menghitung denyut nadi maksimal (DNM).
9. Prinsip Kualitas Latihan, berlatih secara intensif belum cukup apabila tidak bermutu / berkualitas.
Oleh karena itu suatu latihan harus berkualitas agar mendapat hasil yang maksimal tanpa
mengeluarkan banyak tenaga dan waktu, karena latihan singkat dan berkualitas lebih baik daripada
latihan lama yang tak bermutu.
10. Prinsip Berfikir Positif, prinsip penanaman berpikir positif akan berdampak baik pada
perilakunya karena akan merasa lebih kuat, melatih atlet selalu berpikir optimis dan positif, mengubah
sikap bawah sadar yang negatif menjadi positif.
11. Prinsip Penetapan Sasaran, menetapkan sasaran latihan bagi atlit sangat penting, karena atlit tidak
berlatih dengan sungguh-sungguh atau kurang motivasi jika tidak ada tujuan / sasaran yang jelas
untuk berlatih.
BAB III
PEMBAHASAN
A. KELEMAHAN BUKU PERTAMA DASAR DASAR MELATIH FISIK
OLAHEAGAWAN
Buku ini sudah baik tetapi kurang adanya gambar gambar yang mendukung, alangkah
lebih baik jika ada gambar-gambar yang mendukung sehingga suasana lebih hidup
sehingga informasi akan lebih jelas diterima. Serta pengunaan kata kuncinya kurang baik
dan penempatan poin-poin masih banyak yang salah.
B. KELEMAHAN BUKU KEDUA “Dasar dasar melatih fisik
olahragawan”
Bahasa yang digunakan dalam buku ini mudah dimengerti sehingga bagi siapa saja yag
membacanya akan mudah memahami maksudnya.
Materi dijelaskan secara runtut sehingga Nampak keterkaitan yang jelas antara materi
pada bab berikut dengan bab sebelumnya.
B. SARAN
Untuk setiap atlet yang berkecimpung di bidang olahraga manapun di harapkan agar
bisa mningkatkan kondisi fisiknya masing-masing, sehingga dalam suatu pertandingan
tidak mengalami kelelahan ataupun cidera pada saat latihan, di era yang kaya akan
teknologi dan pengertian dan pemahaman dalam peningkatan fisik perlu peningkatan
mutu gizi juga. Setiap pelatih dalam setiap bidang olahraga haruslah mengerti dan
memahami cara peningkatan kualitas fisik atlet dan bukan hanya fisik saja yang harus
dimengerti oleh seorang pelatih tetapi juga tentang kebutuhan gizi setiap atlet harus
diprhatikan oleh setiap pelatih. Agar kedepannya para pelatih dapat menciptakan atlet
yang mempunyai kualitas fisik bagus dan sehat.
Daftar Pustaka
Bompa, Tudor O. Theory and meteology of Training. Dubuque: Kendall/
Hunt Publishing Company
Harsono. Coaching dan Aspek aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta:
P2LPTK Ditjen Depdikbud,1988