Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“ KONSEP DASAR PSIKOLOGI PENDIDIKAN “

Oleh :

Aulia Putri Ramadhani

( 2306102020077 )

Hazirah Bulqis

( 2306102020035 )

Putri Nurjannah

( 2306102020043 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini

dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan

dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun

materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman

bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan

dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, 29 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................................... ii

METODE PENELITIAN ............................................................................................................... iii

LATAR BELAKANG ..................................................................................................................... iii

RUMUSAN MASALAH ................................................................................................................. iv

TUJUAN PENELITIAN................................................................................................................. iv

A. PENGERTIAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN ........................................................................ 1

1. Pengertian Psikologi ..................................................................................................................... 1

2. Pengertian Pendidikan................................................................................................................... 1

3. Definisi Psikologi Pendidikan ....................................................................................................... 3

B. HAKIKAT PSIKOLOGI PENDIDIKAN ................................................................................ 4

C. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK ............................................... 9

1. Prinsip Pembangunan .................................................................................................................... 10

2. Fase Pembangunan ........................................................................................................................ 10

3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pembangunan Individu Tumbuh Kembang ..................... 12

4. Teori Teori yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan ............................................ 13

KESIMPULAN................................................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 16


METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dimana penelitian kualitatif

sebagai metode ilmiah sering digunakan dan dilaksanakan oleh sekelompok peneliti dalam bidang

ilmu social, termasuk juga ilmu pendidikan. Sejumlah alasan juga dikemukakan yang intinya bahwa

penelitian kualitatif memperkaya hasil penelitian kuantitaif. Penelitian kualitatif dilaksanakan untuk

membangun pengetahuan melalui pemahaman dan penemuan. Pendekatan penelitian kualitatif

adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metode yang menyelidiki

suatu fenomena social dan masalah manusia. Pada penulis membuat suatu gambaran kompleks,

meneliti kata-kata, serta mengutip jurnal-jurnal ilmiah.

LATAR BELAKANG

Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab

1 Pasal 1 (1) pendidikan adalah: “ usaha dasar dan terencana untk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, masyarakat,

bangsa, dan negara”. Dalam hal ini, tentu saja diperlukan adanya pendidikan profesional; yakni

guru di sekolah-sekolah dasar dan menengah, serta dosen di perguruan-perguruan tinggi

sebagaimana yang tersirat dalam Bab XI Pasal 39 (2) UU Sisdiknas tersebut.

Untuk melaksanakan profesinya, tenaga pendidik khususnya guru sangat memerlukan aneka

ragam pengetahuan dan keterampilan keguruan yang memadai dalam arti sesuai dengan tuntunan

zaman dan kemajuan sains dan teknologi. Di antara pengetahuan-pengetahuan psikologi terapan

dengan pendekatan baru yang erat kaitannya dengan proses belajar dan mengajar dalam suasana

iii
zaman yang berbeda dan penuh tantangan seperti sekarang ini. Untuk memenuhi kebutuhan akan

psikologi terapan dengan pendekatan baru itulah, makalah Psikologi Pendidikan ini disusun, dengan

harapan dapat memberikan kontribusi yang berarti dan memantapkan kualitas kompetensi calon

guru dan guru serta dosen profesional yang bertugas pada jenjang masing-masing.

RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu psikologi Pendidikan?

2. Bagaimana hakikat psikologi Pendidikan?

3. Apa saja karakteristik perkembangan peserta didik?

TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui apa itu psikologi Pendidikan

2. Untuk mengetahui bagaimana hakikat psikologi Pendidikan

3. Untuk mengetahui karakteristik perkembangan peserta didik.

iv
A. PENGERTIAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN

1. Pengertian Psikologi
Kata psikologi berasal dari bahasa inggris psychology yang dalam istilah lama
disebut ilmu jiwa. Kata pychology merupakan dua akar kata yang bersumber dari bahasa
Greek (Yunani), yaitu: (1) psyche yang berarti jiwa; (2) logos yang berarti ilmu. Jadi,
secara harfiyah psikologi memang berarti ilmu jiwa.
Psikologi pada mulanya digunakan para ilmuan dan para filosof sebagaimana
disebutkan oleh Reber untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam memahami akal
pikiran dan tingkah laku aneka ragam makhluk hidup mulai yang primitif sampai yang
paling modern. Namun ternyata tidak cocok, lantaran menurut para ilmuan dan filosof,
psikologi memiliki batas-batas tertentu yang berada diluar kaidah keilmuan dan etika
falsafi. Kaidah saintifik dan patokan etika filosofis ini tak dapat dibebankan begitu saja
sebagai muatan psikologi.
Sebelum menjadi disiplin ilmu yang mandiri pada tahun 1879 M, psikologi
memiliki akar-akar yang kuat dalam ilmu kedokteran dan filsafat yang hingga kini
(sekarang) masih tampak pengaruhnya. Dalam ilmu kedokteran, psikologi berperan
menjelaskan apa-apa yang terpikir dan terasa oleh organ-organ biologis (jasmaniah).
Sedangkan dalam filsafat, psikologi berperan serta dalam memecahkan masalah-masalah
rumit yang berkaitan dengan akal, kehendak, dan pengetahuan. Karena kontak dengan
berbagai disiplin itulah, maka timbul bermacam-macam defenisi psikologi yang satu
sama lain berbeda, seperti:
1. Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental (the science of mental life);
2. Psikologi adalah ilmu mengenai pikiran (the science of mind);
3. Psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku (the science of behavior); dan lain
lain defenisi yang sangat bergantung pada sudut pandang yang mendefenisikannya.

2. Pengertian Pendidikan
Pendidikan sebagai sebuah proses yang diselenggarakan secara sadar untuk
memfasilitasi seseorang agar mampu mengenali dan menemukan potensi yang
dimilikinya. Pada dasarnya pengertian pendidikan dalam UU SISDIKNAS No.20 tahun
2003 adalah, “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

1
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat”.
Secara definisi Kamus Lengkap Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa
pendidikan adalah “proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.”
Jadi, berubahnya sikap dan perilaku tersebut dilakukan secara sadar (sengaja), karena
kata yang digunakan adalah “pengubahan”, bukan “perubahan”.
Pengertian pendidikan menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003, hlm.16)
menjelaskan bahwa, "Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga
mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan”. Dalam hal ini pelaku
pendidikan mempunyai peranan penting dalam pendidikan, dimana pelaku pendidikan
adalah komponen utama dalam mempengaruhi orang yang terdidik.
Kita akan melihat pengertian pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak
Pendidikan Nasional Indonesia) yang menjelaskan bahwa, "Pendidikan adalah tuntutan
di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan
sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi
tingginya”.
Pendidikan dilaksanakan untuk membantu individu siswa memperoleh
perkembangan yang optimal dalam berbagai aspek, yang meliputi aspek kognitif, afektif
dan psikomotor. Melalui pendidikan ketiga aspek tersebut dikembangkan secara utuh
dalam rangka menciptakan siswa yang tidak saja berkompoten dalam aspek
pengetahuan, tetapi juga dalam aspek keterampilan dan sikap. Namun realita dalam
kehidupan keseharian, tampaknya ketiga aspek tersebut kurang berkembang secara
simultan, yang ditunjukan oleh berbagai perilaku siswa yang cenderung menyimpang
dari norma-norma sosial dan moral. Fenomena perilaku bullying, tawuran, dan tindakan
kriminal yang sering dilakukan oleh siswa menjadi indikasi perlunya pengembangan
aspek afektif khususnya aspek kecerdasan sosial siswa secara berkelanjutan.

2
3. Definisi Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan merupakan cabang dari psikologi yang menerapkan berbagai
pandangan dalam psikologi, prinsip-prinsip dan teknik-teknik psikologi dalam
melakukan kegiatan pendidikan. Oleh sebab itu, psikologi pendidikan menekankan
penelitiannya pada aspek-aspek peserta didik sebagai manusia yang belajar, orang tua
dan guru sebagai pihak-pihak yang membantu peserta didik dalam mencapai
keberhasilan dalam pembelajaran.
Whiterington, (1982:10) dalam artikel yang ditulis Supriadi mengatakan
“Psikologi Pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor
yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses
pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar”. Dari Batasan di atas
terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan proses
belajar dan pembelajaran. Karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli
psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan
adalah soal belajar. Dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada
persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungan
dengan tindakan belajar.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa psikologi pendidikan
berkaitan dengan pengkajian atau studi tentang proses belajar manusia yang terjadi di
dalam lingkungan pendidikan, yang mencakup efektivitas intervensi pendidikan,
psikologi pembelajaran, dan psikologi persekolahan yang mengkaji bagaimana mengatur
dan menata organisasi persekolahan dalam suatu sistem pendidikan. Di samping itu
psikologi pendidikan juga mengkaji perkembangan siswa dan proses belajar yang terjadi
seiring dengan tingkat perkembangan yang dialaminya, serta kelompok-kelompok siswa
yang termasuk siswa berkebutuhan khusus, seperti siswa berkesulitan belajar, siswa
terbelakang mental, siswa yang mengalami kelainan fisik, siswa yang mengalami
kelainan perilaku, siswa yang mengalami tuna wicara, serta siswa yang beresiko untuk
mengalami pendidikan khusus.

3
B. HAKIKAT PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Hakikat merupakan hal yang mendasari dalam proses belajar. Hakikat mengacu pada
proses pembelajaran seperti interaksi, materi yang diberikan pada siswa. Sejak manusia
pertama lahir, orang tua telah berusaha mendidik anak anaknya, walaupun usaha Pendidikan
yang dilakukannya dengan cara yang sangat sederhana sesuai dengan skala peradabannya.
Hal ini karena Pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang manusiawi sesuai dengan
fitrah manusia. Pendidikan sebagai usaha untuk membantu mencapai kedewasaan pola pikir
dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Psikologi Pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang menyelidiki masalah
psikologis yang terjadi dalam dunia Pendidikan. Yang artinya adalah ilmu yang lebih
berprinsip dalam proses pengajaran yang terlibat dengan penemuan-penemuan dan
menerapkan prinsip- prinsip dan cara untuk meningkatkan efisiensi di dalam Pendidikan.
Tinjauan dari segi Sejarah menunjukkan bahwa perkembangan psikologi Pendidikan
semakin marak dipelajari dan diteliti di berbagai belahan dunia dan menjadi materi studi
dalam perkuliahan.
Dengan mempelajari psikologi Pendidikan diharapkan seorang pendidik mampu
untuk mengatasi problematika dalam dunia Pendidikan terhadap peserta didik secara
psikologis. Selain itu mampu menciptakan suasana kondusif, nyaman dalam kegiatan belajar
mengajar.
Lester D. Crow dan Alice Crow menjelaskan bahwa psikologi adalah studi tentang
perilaku manusia dan hubungan manusia. Dari pernyataan itulah jelas bahwa inti
pembahasan psikologi adalah berkaitan dengan semua tingkah laku manusia dengan segala
sistem dan lingkungan sekitarnya. Memahami psikologi berbeda dengan memahami mata
Pelajaran lain seperti ekonomi, antropologi, sains, ilmu politik dan sosiologi. Disiplin ini
lebih mengandalkan penelitian lapangan dan metode Sejarah untuk mencari, merumuskan,
menjelaskan, dan menggeneralisasikan fungsi mental dan perilaku individu. Dalam
prakteknya, psikologi tidak dapat dipisahkan dari disiplin ilmu lainnya.
Psikologi Pendidikan adalah penerapan prinsip dan metode psikologis untuk
pengembangan, pembelajaran, motivasi, pembelajaran, penilaian dan topik terkait lainnya
yang mempengaruhi interaksi antara pengajaran pembelajaran. Psikologi Pendidikan adalah

4
studi tentang bagaimana orang belajar di lingkungan Pendidikan, efektivitas kegiatan
Pendidikan, psikologi pengajaran dan psikologi sosial sekolah sebagai organisasi.
Pendidikan merupakan Pendidikan untuk manusia yang bisa didapatkan dari mulai
usia kecil sampai dewasa. Secara umum Pendidikan adalah usaha yang disengaja dan
direncanakan untuk menciptakan lingkungan belajar mengajar. Tujuannya agar peserta didik
dapat mengembangkan potensi dirinya secara maksimal dalam bidang- bidang seperti
agama, pengendalian diri, kecerdasan, kepribadian, akhlak mulia, dan berbagai bakat lain
yang dibutuhkan oleh diri sendiri, Masyarakat, dan bangsa (Achmad, 2004).
Menurut pernyataan diatas, Pendidikan adalah suatu kegiatan yang direncanakan dan
dilaksanakan dalam rangka meningkatkan potensi peserta didik. Potensi- potensi tersebut
tentu berbeda, dan tugas seorang pendidik adalah mengidentifikasi potensi- potensi apa saja
yang ada pada diri peserta didiknya agar dapat dikembangkan sehingga dapat bermanfaat
bagi Masyarakat, bangsa, dan negara.
Pada hakikatnya inti persoalan psikologi Pendidikan terletak pada anak didik, sebab
Pendidikan adalah perlakuan terhadap anak didik yang secara psikologi perlakuan tersebut
harus selaras dengan keadaan anak didik. Dengan demikian persoalan psikologi yang
berperan dalam proses Pendidikan anak dapat terjawab apabila pendidik dapat memberikan
bantuan kepada anak didik agar berkembang secara wajar melalui bimbingan dan konseling,
pemberian bahan Pelajaran yang berstruktur dan berkualitas.
Mengingat betapa urgensinya persoalan psikologi dalam kehidupan manusia
khususnya dalam dunia Pendidikan, maka faktor ini mendorong psikologi terus dikaji dan
dipelajari banyak orang. Psikologi in merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang
jiwa. Dimana ilmu ini sangat penting untuk kita pelajari sebagai mahasiswa dan mahasiswi
yang akan diaplikasikan nanti saat masuk dunia mengajar maupun terjun di Masyarakat.
Perhatian pada psikologi yang terutama tertuju pada pada masalah bagaimana tiap-tiap
individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan
kepada pengalaman mereka sendiri. Pengamatan biasanya dilakukan oleh orang yang cerdas.
Terjadi terhadap suatu proses dengan maksud merasakan dan memahami pengetahuan dari
sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan .
Untuk memahami hakikat pendidikan, akan dibahas pendidikan dalam tinjauan
filsafat, konsep pendidikan, dan pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).

5
1. Pendidikan dalam Tinjauan Filsafat Saat mencari suatu hakikat, sebetulnya kita akan
mulai menyelami sebuah ontologi dalam filsafat. Dalam membicarakan pendidikan,
kita akan mengenal filsafat pendidikan, yang mana dalam pembicaraan tentang
filsafat pendidikan tidak dapat dilepaskan dari gagasan kita tentang manusia.
Mencari hakikat pendidikan adalah menelusuri manusia itu sendiri sebagai bagian
pendidikan. Melihat pendidikan dan prosesnya kepada manusia, sebetulnya
pendidikan itu sendiri adalah sebagai suatu proses kemanusiaan dan pemanusiaan.
Istilah kemanusiaan secara leksikal bermakna sifat-sifat manusia, berperilaku
selayaknya perilaku normal manusia, atau bertindak dalam logika berpikir sebagai
manusia. Pemanusiaan secara leksikal bermakna proses menjadikan manusia agar
memiliki rasa kemanusiaan, menjadi manusia dewasa, manusia dalam makna
seutuhnya. Artinya, sehingga menjadi jelas apa yang menjadi potensi positif
seseorang yang harus dikembangkan dan apa yang menjadi faktor negatif seseorang
yang perlu disikapi. Akar dari karakter ada dalam cara berpikir dan cara merasa
seseorang. Sebagaimana diketahui, manusia terdiri dari tiga unsur pembangun, yaitu
hatinya (bagaimana ia merasa), pikirannya (bagaimana ia berpikir), dan fisiknya
(bagaimana ia bersikap dan bertindak). Oleh karena itu, langkah-langkah untuk
membentuk atau merubah karakter melalui pendidikan juga harus dilakukan dengan
menyentuh dan melibatkan unsur-unsur pembangun tersebut.
2. Konsep Pendidikan Tinjauan pendidikan dalam filsafat seperti di atas memiliki
implikasi konseptual tersendiri, dan hal itu bisa dilihat dari konsep pendidikan
berikut ini. Jamak diketahui bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis
yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk
mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita
pendidikan. Mengingat hal itu, bisa dikatakan pula bahwa mendidik adalah
membantu anak dengan sengaja (dengan jalan membimbing, membantu dan
memberi pertolongan) agar ia menjadi manusia dewasa, bersusila, bertanggungjawab
dan mandiri.
Dewasa yang dimaksud adalah:
a. Dewasa pedagogis (menyadari dan mengenali diri sendiri atas tanggung
jawab sendiri).
b. Dewasa psikologis (fungsi kejiwaan telah matang).

6
c. Dewasa sosiologis (telah memenuhi syarat untuk hidup bersama yang telah
ditentukan masyarakat).
d. Dewasa biologis (mampu mengadakan keturunan). Pandangan tersebut
memberi makna bahwa pendidikan adalah segala situasi hidup yang
mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang
berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup.

Dalam arti sempit, pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan umumnya di


sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Ada beberapa konsep dasar tentang pendidikan,
yaitu:
(a) Pendidikan berlangsung seumur hidup (long life education).
(b) Keluarga, masyarakat dan pemerintah bertanggung jawab atas pendidikan.
(c) Pendidikan merupakan keharusan.

Mengingat hal itu pula, diketahui bahwa pendidikan pada hakikatnya mencakup
kegiatan mendidik, mengajar dan melatih. Oleh karena itu pendidikan erat kaitannya dengan
pengajaran dan pelatihan, dengan uraian sebagai berikut:
(a) Pendidikan = kegiatan mengolah hati anak didik.
(b) Pengajaran = kegiatan mengolah otak anak didik.
(c) Pelatihan = kegiatan mengolah lidah dan tangan anak didik.

Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai usaha mentransformasikan nilai-


nilai, yaitu mencakup nilai-nilai religi, budaya, pengetahuan, teknologi dan keterampilan.
Dalam dunia pendidikan kemudian tumbuh penegasan konsep pendidikan seumur hidup
(long life education), yang berarti pendidikan berlangsung sampai mati, yaitu pendidikan
berlangsung seumur hidup dalam setiap saat selama ada pengaruh lingkungan. Untuk
memberi pemahaman lebih jelas akan batasan pendidikan tersebut, berikut ini dikemukakan
sejumlah batasan pendidikan yang dikemukakan para ahli, yaitu:
a. Dalam pengertian yang sempit, pendidikan berarti perbuatan atau proses
perbuatan untuk memperoleh pengetahuan (McLeod, 1989).
b. Pendidikan ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala
lingkungan dan sepanjang hidup, serta pendidikan dapat diartikan sebagai

7
pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal
(Mudyahardjo, 2001:6).
c. Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003).

Dalam arti luas, pendidikan meliputi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua
untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, dan keterampilannya
kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya
baik jasmani maupun rohani. Artinya, pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang
dewasa untuk (dengan pengaruhnya) meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu
diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya
(Poerbakawatja dan Harahap, 1981).

3. Pendidikan dalam UU Sisdiknas Tinjauan pendidikan dalam filsafat dan konseptual


seperti di atas, bisa diperbandingkan dengan konsep pendidikan nasional Indonesia.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) diterangkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-


Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai
agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan
zaman. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sistem pendidikan nasional

8
di Indonesia bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri,
serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Sistem pendidikan juga
harus menumbuhkan jiwa patriotik dan mempertebal rasa cinta tanah air,
meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial, dan sikap
menghargai jasa para pahlawan serta berkeinginan untuk maju. Iklim belajar
mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri sendiri dan budaya belajar di
kalangan masyarakat terus dikembangkan agar tumbuh sikap dan perilaku yang
kreatif, inovatif, dan berorientasi ke masa depan.

C. KARAKTERISTIK PENGEMBANGAN PESERTA DIDIK

Untuk mengetahui kebutuhan belajar peserta didik berupa bahan ajar cetak dapat
dilakukan analisis kebutuhan. Hal ini sesuai dengan pandangan Hutchinson dan Waters
(1987) bahwa dalam merancang kegiatan pembelajaran perlu dilakukan analisis kebutuhan.
Hutchinson dan Waters (1987) dalam Nation dan Macalister (2010) membagi
kebutuhan.tersebut menjadi dua, yaitu kebutuhan tujuan dan kebutuhan belajar. Contoh
kebutuhan target adalah “Apa yang dibutuhkan pembelajar dalam situasi target (apa yang
harus dilakukan pembelajar dalam situasi target)”. Sedangkan contoh kebutuhan belajar
adalah “Apakah siswa memerlukan sesuatu yang mereka inginkan dalam studinya (apa yang
perlu dilakukan pembelajar untuk belajar)?” Menurut Nation dan Macalister (2010), ada
cara lain untuk menguji permintaan: menciptakan kesenjangan besar antara pengetahuan
saat ini dan pengetahuan yang dibutuhkan, kebutuhan obyektif dan subyektif. Informasi
tentang kebutuhan objektif dapat dikumpulkan melalui angket, wawancara pribadi,
pengumpulan data (mengumpulkan tes, buku teks dan menganalisis data ini), observasi
(mengamati siswa dalam kehidupan sehari-hari), konsultasi informal dengan guru dan siswa,
serta tes. Kebutuhan subjektif ditemukan melalui kebutuhan individu siswa (penilaian diri)
dengan menggunakan daftar dan skala, serta angket dan wawancara. Menurut Jolly dan
Bolitho (Tomlinson, 1998), model ini mempunyai banyak tahapan perkembangan.

9
A. PRINSIP PEMBANGUNAN
Manusia tidak pernah statis. Karena proses yang terjadi Sejak pembuahan hingga
kematian, manusia terus berubah dan bereksperimen mengubah. Kalau begitu,
perubahan ini bisa jadi sulit Puncaknya kemudian mengalami penurunan. Mempelajari
perkembangan siswa merupakan suatu upaya strategis bagi para pendidik (guru),
orang tua atau semua pihak yang terlibat dalam pendidikan. Dengan mempelajari
perkembangan siswa, maka pendidik akan memperoleh pemahaman perbandingan
mengenai perkembangan siswa.
Dalam proses tumbuh kembang anak terdapat beberapa ciri perubahan penting sebagai
berikut:
1. Perubahan fisik
Perubahan tinggi badan, berat badan dan organ tubuh yang lain, misalnya otak,
jantung, dan lain-lain.
Perubahan skala, misalnya mengubah rasio tengah kepala dan tubuh anak itu.
Mengembangkan pertumbuhan Pertumbuhan mengacu pada perubahan, khususnya
aspek fisik,Perkembangan terkait dengan organisasi seperti total Pertumbuhan
mengacu pada perubahan ukuran yang mengakibatkan pertumbuhan sel atau
meningkatkan koneksi antar sel Perkembangan tersebut disebutkan kematangan
struktural dan fungsi Pertumbuhan mengacu pada perubahan kuantitas Pembangunan
disebutkan perubahan kuantitas dan kualitas Pertumbuhan tidak terjadi seumur hidup
Pembangunan adalah proses berkelanjutan Pertumbuhan dapat membawa atau tidak
membawa pembangunan Perkembangan.

2. Perubahan mental
Perubahan meliputi: ingatan, penalaran, persepsi, emosi, sosial dan imajiner.
Hilangnya ciri-ciri sikap sosial lama dan penggantinya Ciri-ciri sikap sosial seperti
egosentrisme hilang dan berubah dengan sikap pro-sosial.

B. FASE PEMBANGUNAN
Gambaran umum tahapan perkembangan manusia menurut para psikolog bervariasi
tergantung pada pandangan mereka tentang teori perkembangan. Rousseau (Crain,
2007: 17-19) membagi fase perkembangan manusia menjadi empat tahapan, yaitu:

10
1. Awal masa kanak-kanak (dari 0 hingga 2 tahun) Bayi menjelajahi dunia secara
langsung melalui indranya. Mereka tidak mengetahui gagasan atau pemikiran,
mereka hanya merasa panas, dingin, enak atau Sakit. Mereka menggunakan tata
bahasa mereka sendiri Ketika berkomunikasi dengan orang dewasa. Mereka hanya
menggunkan pemahaman mereka sendiri bahkan ketika orang lain tidak
memperbaikinya.

2. Pertengahan masa kanak-kanak (dari dua hingga dua belas tahun), tahap ini dimulai
ketika anak mulai mempunyai kemerdekaan baru. Mereka bisa berjalan, berbicara,
makan sendiri dan lari ke sini lari ke sana. Anak itu tetap terikat tentang hal-hal
tertentu. Mereka tidak memiliki pemahaman mengenai hal-hal abstrak dipikirkannya
yang masih terbatas pada pertanyaan-pertanyaan yang bersifat praoperasional dan
kegiatan tertentu

3. Akhir masa kanak-kanak (dua belas hingga lima belas tahun), Tahap ini merupakan
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Anak-anak berada pada tahap pra-
sosial mereka memperhatikan hal ini hanya sedikit yang berguna baginya Siapa yang
peduli dengan hubungan bersama orang lain.
Masa kanak-kanak merupakan masa dimana manusia melalui proses pertumbuhan
dan perkembangan yang pesat, maka dapat dikatakan anak yang sedang berkembang
sangatlah berharga dan luar biasa baik dalam kecerdasan maupun hal lainnya.
Berhubungan dengan mengingat hal ini, tahap perkembangan ini adalah waktu yang
tepat untuk meletakkan fondasinya mengembangkan berbagai potensi dan
kemampuan fisik anak (Mulyasa, 2014). Masa kecil termasuk masa keemasan
dimana keterampilan fisik dan motorik anak berkembang dan berkembang dengan
cepat baik secara emosional, intelektual maupun moral (akhlak yang baik).
Tak hanya itu, fiturnya juga bertambah perkembangan anak khususnya (Wiyani,
2016):
(1) Rasa ingin tahu yang kuat, ditunjukkan dengan munculnya pertanyaan-
pertanyaan penting pada anak;
(2) Pribadi yang unik dan ditandai melakukan sesuatu berkali-kali tanpa merasa
bosan;

11
(3) Suka halusinasi dengan ide-ide yang ada dalam dirinya;
(4) Dimiliki oleh hal-hal yang Anda sukai dan membuatnya egois;
(5) Kekuatan konsentrasi kepemilikan masih lemah dan mudah mengubah pendapat;
(6) Habiskan waktu bersenang-senang;
(7) Belum menggambarkan sesuatu atau konsep abstrak. Anak-anak prasekolah
sering mengikuti lembaga pendidikan formal seperti PAUD, TK, dan RA yang
berarti pendidikan anak usia dini memberikan fasilitas pendidikan bagi anak sebelum
memasuki pendidikan dasar. Dengan harapan dapat menjadi forum untuk membantu
meningkatkan tumbuh kembang anak dengan baik tak hanya penanaman pada
jasmani namun Kerohanian. Namun dalam pendidikan ini, terdapat aspek yang
sangat berkembang Pentingnya mencapai nilai-nilai, akhlak, dan agama dalam
kegiatan pembelajaran. Tahap ini merupakan tahap pelatihan yang mendesak
Kepribadian anak, apapun yang diterimanya, akan menentukan bagaimana tahapan-
tahapan tersebut berlangsung pada perkembangan masa depan.

4. Masa dewasa (dari usia lima belas tahun hingga akhir hayat) Pada masa ini, anak
mulai merasa malu ketika menghadapi lawan jenisnya, entah bagaimana karena
kesadarannya akan perasaan seksual mulai muncul dan meningkatkan. Mereka lebih
membutuhkan orang lain. kesadaran mereka juga sedang berkembang. Mereka mulai
memahami konsep abstrak.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembangunan Individu Tumbuh Kembang


1. Faktor genetik (diturunkan sejak lahir/bawaan).
2. Faktor lingkungan yang menguntungkan atau menyakiti.
3. fungsi fisik dan psikis.
4. Kegiatan anak adalah mata pelajaran bebas, Kapan pun pilihannya diambil,
bisa ditolak atau disetujui,emosi serta upaya untuk membangun diri sendiri.
5. Takdir Tuhan

12
D. Teori-Teori Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dan Perkembangan
1. Teori Pribumi
Tokoh yang mengemukakan teori ini adalah Arthur Schopenhaur. Teori ini
berpendapat bahwa manusia memiliki ciri-ciri tertentu sejak lahir yang
mempengaruhi tingkah laku dan kondisinya. Teori ini menganut perkembangan
yang dipengaruhi oleh penduduk asli mereka atau oleh unsur-unsurnya manusia
yangmerupakan bawaan sejak lahir. Teori ini menegaskan bahwa faktor
lingkungan dan pendidikan diabaikan dan dianggap tidak berpengaruh terhadap
pembangunan, Teori ini berpendapat bahwa Sifat manusia tidak bisa diubah
karena sudah ditentukan oleh karakteristik genetik. Jika Anda berasal dari nenek
moyang yang baik maka itu akan menjadi baik dan jika itu berasal dari keturunan
yang buruk maka akan menjadi buruk. Jadi, teori ini dalam Pendidikan
menimbulkan visi pesimistis, ini memandang pendidikan sebagai sebuah usaha
bukanlah hal yang benar mempunyai wewenang untuk menangani perubahan
manusia. Teori ini dapat terus berpendapat bahwa pembangunan masyarakat
yang baik, selangkah demi selangkah dan ini termasuk seleksi anggota
komunitas. Anggota komunitas bukan berarati tidak memiliki kesempatan untuk
berkembang, karena akan melahirkan anak yang nakal Juga. Namun ternyata
teori tersebut tidak bisa diterima oleh ahli lainnya.

2. Teori Empirisme
Teori ini dikemukakan oleh John Locke.Hal ini menunjukkan perkembangan
manusia akan ditentukan oleh empirisme atau pengalaman yang diperoleh selama
pembangunan individu ini. Dalam arti pengalaman inklusif juga merupakan
pendidikan yang diterima individu . Menurut teori ini, individu lahir dalam
bentuk selembar kertas kosong atau meja bersih tanpa teks apa pun. Karena
peran pendidikan dalam permasalahan ini sangat penting, Pendidikan akan
menentukan keadaan pribadi itu terjadi di kemudian hari. Oleh karena itu, aliran
atau teori ini berada dalam domainnya pendidikan ,hal ini menciptakan
pandangan optimis masyarakat melihat pendidikan sebagai sebuah masalah
kemampuan yang cukup untuk membentuk kepribadian pribadi. Teori empirisme
ini biasa juga disebut dengan teori “tabularasa” (tabula:meja, rasa: lilin),

13
khususnya meja ditutupi dengan lapisan lilin putih. Kotak kertas putih bersih
ditulis pensil warna dan warna tulisan apa pun akan sama dengan warna tinta.
Sama halnya Seperti meja yang dipoles, meja itu bisa dicat dengan warna apa
saja. Anak-anak diibaratkan lembaran kertas kosong pada dasarnya bersih,
sedangkan tinta diumpamakan baginya sebagai edukasi genetika atau karakter
lahir tidak berperan apa pun.

3. Teori Konvergensi
Teori ini merupakan perpaduan (konvergen). dari dua teori sebelumnya yaitu
satu teori yang sesuai disarankan oleh Willian Stern, Baginya baik alam maupun
pengalaman atau lingkungan mempunyai peranan penting dalam pembangunan
individu. Perkembangan pribadi akan didefinisikan dengan jelas oleh faktor
genetik sejak lahir (faktor endogen/factor dari dalam)serta faktor lingkungan
(termasuk pengalaman dan pendidikan) merupakan faktor eksogen(factor dari
luar). W.Stern memberikan bukti tentang kebenaran teorinya. W. Stern
memegang penyelidikan anak yang lahir kembar,dilihat dari faktor dalam mereka
memiliki karakter yang sama dalam kegenetikan,lalu Anak-anak ini ditempatkan
pada tempat yang berbeda dengan kembarannya untuk memastikaan pengaruh
dari luar atau lingkungan, alhasil mereka memiki karakterstik yang
berbeda.Walaupun mereka berasal dari gen yang sama namun terdapat perbedaan
sifat pada diri mereka.

14
KESIMPULAN

Psikologi pendidikan merupakan cabang dari psikologi yang menerapkan berbagai


pandangan dalam psikologi, prinsip-prinsip dan teknik-teknik psikologi dalam melakukan
kegiatan Pendidikan. Psikologi Pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang menyelidiki
masalah psikologis yang terjadi dalam dunia Pendidikan. Mempelajari perkembangan siswa
merupakan suatu upaya strategis bagi para pendidik (guru), orang tua atau semua pihak yang
terlibat dalam pendidikan. Institusi pendidikan, khususnya para pengajar, memainkan peran
penting dalam pengembangan generasi muda yang positif. Dengan mempelajari perkembangan
siswa, maka pendidik akan memperoleh pemahaman perbandingan mengenai perkembangan
siswa. Dengan mempelajari psikologi Pendidikan, diharapkan seorang pendidik mampu untuk
mengatasi problematika dalam dunia Pendidikan terhadap peserta didik secara psikologis. Selain
itu juga mampu menciptakan suasana kondusif, nyaman dalam kegiatan belajar mengajar.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ichsan, Muhammad. 2016. “PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN ILMU MENGAJAR”. Jurnal


Edukasi, 2 (1), 62-63.

Christopher, Gloria. 2018. “PERANAN PSIKOLOGI DALAM PROSES PEMBELAJARAN


SISWA DI SEKOLAH”. Jurnal Warta, 58, 1-2.

Nurliani, 2016. “STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN”. Jurnal As- Salam, 1 (2), 42-43.

Puluhulawa, Meiske, dan Rahim, Maryam. 2018. “PENGEMBANGAN PANDUAN BIMBINGAN


DAN KONSELING UNTUK MENGEMBANGKAN KECERDASAN SOSIAL SISWA”. Jurnal
Psikologi Pendidikan dan Konseling. 4 (2), 78.

Luthfiyah, Riva, dan Az- Zafi, Ashif. 2021. “PENANAMAN NILAI KARAKTER RELIGIUS
DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM DI LINGKUNGAN SEKOLAH RA
HIDAYATUS SHIBYAN TEMULUS”. Jurnal Golden Age. 5 (2), 513-526.

Prastowo, A. 2015. “KESELARASAN MATERI FIQIH MI KURIKULUM 2006 TERHADAP


KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK”. Al-Bidayah: jurnal pendidikan dasar
Islam, 7(2).

Luthfiyah, R., & Zafi, A. A. 2021. “PENANAMAN NILAI KARAKTER RELIGIUS DALAM
PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM DI LINGKUNGAN SEKOLAH RA HIDAYATUS
SHIBYAN TEMULUS”. Jurnal Golden Age, 5(2), 513-526.

Arfani. 2016. “MENGURAI HAKIKAT PENDIDIKAN, BELAJAR, DAN PEMBELAJARAN”.


Jurnal PPKN dan Hukum , 11 (2), 82-86.

I Lobart, Tood. 2016. “CREATIVITY IN CHILDREN: EDUCATIONAL ISSUES”. Internasional


Jurnal of Psychology, 51, 448 – 522.

16

Anda mungkin juga menyukai