Anda di halaman 1dari 3

BAB II

PEMBAHASAN
A. Asal usul ka’bah

Sejarawan lampau menyatakan bahwa Ka'bah pertama kali dibangun


malaikat, bahkan sebelum bumi diciptakan. Ada pula yang mengatakan kiblat
umat Islam itu dibuat oleh Nabi Adam, tetapi kisah ini tidak memiliki dasar yang
jelas.Ali bin Husain bin Alib bin Abi Thalib diriwayatkan Abu Al-Walid Al-
Azraqi bahwa “Sesungguhnya, suatu ketika Allah mengutus para malaikatnya,
‘Dirikanlah untuk-Ku sebuah bangunan di bumi yang bentuknya menyerupai al-
baitul ma’mûr (semacam pusat ibadah penduduk langit) dan memiliki nilai seperti
dia pula.’”  Kemudian, semua yang ada di bumi dari kalangan malaikat diperintah
Allah Ta'ala untuk tawaf di sana sebagaimana penduduk langit bertawaf di al-
baitul ma’mûr. Abu Al-Walid menjelaskan bahwa hal tersebut terjadi sebelum
Adam diciptakan.

Namun, bukti sejarah memperlihatkan bahwa, Ka'bah baru muncul setelah


kehadiran Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Sebelumnya, Makkah merupakan daerah
tak berpenghuni dan tidak ada apa pun cara untuk bisa bertahan hidup di sana bagi
manusiaDari sejumlah riwayat termasuk yang telah dikutip di atas, tidak
dipastikan siapa yang pertama membangun Ka'bah sebelum Nabi Ibrahim.
Beberapa riwayat dari sejarawan klasik seperti al-Mas’udi menyatakan bahwa
kaum ‘Ad pernah mengutus beberapa orang ke Makkah untuk meminta air.

Pasalnya, saat itu, Ka'bah belum dibangun dan lokasinya hanya tanah tinggi
berwarna merah. Sebelum berdirinya Ka'bah, sebagian nabi punya beberapa
rumah khusus beribadah yang disebut baitullah. Ka'bah berbeda dari sejumlah
baitullah sebelumnya, sebab menjadi tempat ibadah seluruh manusia.Sejarah
pembangunan baitullah utama umat Islam berkaitan erat dengan kisah Nabi
Ibrahim dan Nabi Ismail. Keberadaan Makkah sebagai tempat hunian terjadi
setelah munculnya air zamzam. Diceritakan bahwa Ibrahim meninggalkan istri
dan anaknya, Hajar dan Ismail, di Mekah yang tandus atas perintah Allah.
Keduanya hanya dibekali kurma dan sekantong air minum. Ketika air tersebut
habis, Hajar mencari sumber air sebelum mendapat bantuan dari Malaikat Jibril.
Sang malaikat menggali tanah sampai munculnya air zamzam untuk diambil Hajar
sehingga dia bisa kembali menyusui Ismail. Dengan adanya air zamzam, orang-
orang Jurhum mulai ikut tinggal di daerah tersebut bersama Hajar. Ismail tumbuh
di sana bersama kaum Jurhum dan dia belajar bahasa Arab dari mereka, bahasa
yang berbeda dari ayahnya.

B. Penciptaan Ka'bah oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail

Pada ketiga kalinya Ibrahim kembali ke Makkah untuk menemui Ismail yang
telah berusia 30, Allah memerintahkan Ibrahim untuk membangun Kabah
bersamanya. Dalam riwayat Ath-Thabari, dijelaskan bahwa Sai’id bin Zubair
mengatakan bahwa saat Ibrahim datang, dia menemukan Ismail sedang
memperbaiki panahnya di dekat sumur Zamzam.

Setelah Ibrahim menjelaskan pada Ismail mengenai pesan Allah padanya,


Ismail pun membantu ayahnya mulai membangun Kabah dengan membawakan
batu baginya. Keduanya berdoa, “Ya Tuhan kami, terimalah dari kami,
sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Dalam riwayat Ath-Thabari, dijelaskan bahwa Ismail ingin menyempurnakan


Kabah dengan sebuah benda dan Ibrahim menyuruhnya mencari batu seperti yang
dia perintahkan. Ketika Ismail kembali setelah mencari batu itu, Ibrahim telah
diberikan batu hitam dari Jibril. Batu tersebut dibawakannya dari langit.

Dijelaskan dalam buku Sejarah Kabah: Kisah Rumah Suci yang Tak Lapuk
Dimakan Zaman karya Prof. Dr. Ali Husni Al-Kharbuthli halaman 39, batu
tersebut merupakan Hajar Aswad yang berbentuk lonjong tak beraturan, berwarna
hitam kemerahan, dan di atasnya terdapat goresan merah dan kuning.

c. Ka'bah sebelum Era Islam


Sebelum Islam datang dan disebarkan oleh Nabi Muhammad, Ka'bah
merupakan bangunan suci yang dikelilingi oleh berhala. Hingga kini, tidak
diketahui secara pasti sejak kapan Ka'bah menjadi bangunan yang dikelilingi
banyak berhala. Namun, ada sebuah riwayat yang menjelaskan bahwa anak Nabi
Ibrahim, yakni Nabi Ismail, memiliki banyak pengikut. Akan tetapi, setelah Nabi
Ismail meninggal, para pengikutnya dan anak-anaknya secara perlahan mulai
meninggalkan kepercayaan kepada Allah dan mulai menyembah berhala.

Dari situlah, Ka'bah mulai menjadi tempat pemujaan berhala. Selain itu,
banyak orang dari berbagai wilayah datang mengunjungi Ka'bah untuk
menyembah berhala-berhala tersebut. Berhala-berhala yang mengelilingi Ka'bah
itu kemudian dinamai dengan nama para dewa. Salah satu berhala terkenal di
Ka'bah pada masa itu adalah hubal yang dibawa oleh amru bin luhai.

Anda mungkin juga menyukai