Anda di halaman 1dari 30

Nabi Ismail AS

Nabi Ismail as (Bahasa Arab: ‫ )السالم علیه اسماعیل‬adalah termasuk salah seorang dari
para Nabi dan putra Nabi Ibrahim as. Menurut keyakinan mayoritas kaum muslimin, ia
lah yang diyakini sebagai sang Dzabih. Begitu pula, menurut riwayat-riwayat Islam, nasab
Nabi Muhammad saw sampai kepada Nabi Ismail as.
Hijrah ke tanah Mekah bersama dengan ibunya Hajar, munculnya mata air Zamzam
dikarenakan karena keberkahannya, bermaksud dikurbankan oleh ayahnya, dan
membangun Kakbah adalah diantara peristiwa-peristiwa penting dalam hidupnya.

Kisah Kehidupan Ismail as


Dalam sumber-sumber riwayat, telah termuat secara mendetail kisah kehidupan
Ismail bahwa Sarah istri Nabi Ibrahim as, disebabkan dia mandul dan dia melihat
suaminya sangat berhasrat ingin mempunyai keturunan, dia meminang budak wanitanya,
Hajar untuk dijadikan istri bagi Ibrahim dengan harapan supaya dapat memberikan
keturunan bagi mereka. Pasca menikah, tidak menunggu lama Hajar pun hamil dan
melahirkan seorang putra yang diberi nama Ismail.
Dalam banyak riwayat, kabar gembira Ilahi untuk Ibrahim itu adalah kelahiran
seorang anak yang berpengetahuan "Alim" dan "Halim" yang disebutkan dalam beberapa
ayat Alquran al-Karim, itu diyakini sebagai kabar gembira akan kelahiran Ismail, dan
ialah yang dianggap sebagai pemilik sifat-sifat ini. Meskipun terdapat riwayat-riwayat
yang berbeda mengenai waktu kelahiran Ismail namun menjadi kesepakatan bahwa ia
dilahirkan ketika ayahnya berusia lanjut. Namun mengenai usia Ibrahim as sendiri ketika
itu juga terdapat perbedaan pendapat. Sebagian meyakini ketika Ismail dilahirkan,
Ibrahim as berumur 99 tahun.

Ismail as dan Ishak as


Setelah kelahiran Ismail as, Sarah yang tidak mempunyai anak, cemburu terhadap
Hajar dan anaknya, namun tidak lama kemudian dia juga diberikan kabar gembira oleh
Allah swt bahwa di usianya yang lanjut akan dikaruniai seorang anak yang dinamakan
Ishak. Dalam riwayat dikatakan bahwa Ibrahim as sangat mencintai Ismail, suatu ketika
Ishak berada di pangkuannya, dengan melihat Ismail dia menggantikan tempat duduk
Ishak dengan Ismail. Hal ini telah membangkitkan rasa kesal pada Sarah. Ia kemudian
mengungkapkan rasa tertekannya dihadapan Ibrahim as dengan kehadiran Hajar dan
anaknya. Karenanya ia meminta suaminya untuk menjauhkan keduanya dari kawasan
Syam, kemudian datanglah perintah Allah swt supaya membawa Hajar dan anaknya
menuju Mekah.

1|Page
Masuk ke Mekah
Sesuai dengan riwayat-riwayat Islam, Ibrahim as sendiri yang membawa Hajar dan
Ismail dalam perjalanan menuju Mekah. Dalam perjalanan tersebut Allah swt
memerintahkan malaikat Jibril as sebagai penunjuk jalan mereka. Sampai kemudian
mereka tiba pada sebuah tempat tandus yang tidak ada air dan rerumputan. Malaikat
Jibril as menyampaikan kepada Ibrahim as, itulah tanah Mekah yang dijanjikan Allah swt.
Setelah memasuki Mekah, Ibrahim as meninggalkan istri dan anaknya di tempat tersebut
dengan penjagaan Allah swt, dan ia sendiri bergegas kembali menuju Syam.

Sumur Zamzam
Dalam kelanjutan kisah dijelaskan, karena sisa bekal makanan telah habis,
kehausan melanda Ismail kecil yang membuat Hajar khawatir dan bergegas mencari air
untuk meredakan rasa haus anaknya. Ia berlari-lari ke setiap tempat dan tujuh kali
melewati bukit Shafa dan Marwah namun tetap tidak menemukan air setetespun. Kali
terakhir ia mendengar suara di sekitar Ismail, kemudian ia pergi menuju kepadanya
karena khawatir seekor hewan akan mencabik-cabik bayinya, namun dengan sangat
senangnya ia baru tahu bahwa di bawah telapak kaki anaknya mengalir sebuah mata air.
Mata air tersebut kemudian dikenal dengan nama Zamzam dan masih ada sampai saat
ini. Sebagian literatur menyebutkan, mata air itu juga disebut dengan sumur Ismail.

Mempelajari Bahasa Arab


Dalam sumber-sumber Arab Islam, disebutkan Nabi Ismail as kemudian hidup
berbaur dengan penduduk Arab utamanya dari Kabilah Jurhum (salah satu kabilah dari
Arab Baidah) sehingga iapun digolongkan sebagai orang Arab yang telah berhijrah.
Sesuai dengan riwayat-riwayat yang ada, dengan berlalunya masa dari hijrahnya
Ismail ke Mekah, dengan keberadaan mata air Zamzam, daerah kawasan yang kering
dan tandus itu dapat dihuni dan ditempati. Kaum Jurhum yang mengadakan perjalanan,
ketika melalui tempat itu (atau dalam riwayat lain dikatakan bahwa mereka memang
sebelumnya tinggal disekitar wilayah tersebut) ketika tahu keberadaan mata air Zamzam,
mereka meminta izin untuk menetap dan bermukim disekitar kawasan tersebut.
Dalam riwayat disebutkan Ismail mempelajari bahasa Arab dari kaum Jurhum.
Disebutkan ketika bersama ayahnya membangun Kakbah, Ibrahim as ketika berbicara
dengan bahasanya, Ismail menjawabnya dengan bahasa Arab, dan kedua-duanya saling
mengerti. Dalam riwayat disebutkan bahwa bahasa Arab yang digunakan Ismail betul-
betul berkesan sehingga mengundang perhatian orang seakan-akan dia adalah orang
pertama yang mengetahui dan berbicara dengan bahasa Arab. Dalam sebagian riwayat
disebutkan, bahwa orang pertama yang menulis tulisan Arab juga dinisbatkan
kepadanya.

Membangun Kakbah
2|Page
Salah satu dari peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan Ismail adalah
kebersamaannya dengan Ibrahim as dalam membuat rumah Kakbah. Dalam ayat-ayat
Alquran dari ayat 125 sampai 127 dari surah Al-Baqarah menyinggung pembangunan
dan berdirinya Baitullah dan penjagaannya dari gangguan oleh Ibrahim dan Ismail as.
Riwayat-riwayat Islam telah menceritakannya secara rinci. Dalam sumber-sumber
sejarah dimuat bahwa Ibrahim demi menjalankan perintah Allah tentang pendirian
Kakbah, dia datang ke Mekah dan bersama Ismail membangun Kakbah.
Mengenai hal ini terdapat banyak riwayat yang menyebutkannya yang mana
terkadang dalam perinciannya menjurus pada kisah-kisah dongeng. Dalam sebagian
riwayat diyakini bahwa tujuan yang mendasar dari perjalanan yang dilakukan Ibrahim,
Hajar dan Ismail dari Syam ke Mekah adalah untuk membangun Kakbah.
Dengan berlandaskan ayat-ayat dari surah Al-Baqarah, pada proses
pembangunan rumah Kakbah, Ismail bersama ayahnya ikut memanjatkan doa, dan
memohon kepada-Nya untuk memberikan hidayah dan petunjuk kepada anak
keturunannya dan meminta kepada-Nya untuk mengutus dan membangkitkan seorang
rasul dari kalangan mereka.

Mengorbankan Ismail as
Sebuah hadis yang masyhur dari Rasulullah saw yang di dalamnya Nabi menyebut
dirinya sebagai Ibnu Dzabihain (putra dua penyembelihan, yang mana hal itu
mengisyaratkan kepada Ismail dan Abdullah bin Abdul Mutthalib.). Dalam perincian
riwayat, kisah penyembelihan kita temukan bahwa setelah pembangunan Kakbah,
Ibrahim as mendapat perintah dalam mimpinya untuk menyembelih Ismail, kemudian ia
sampaikan hal itu kepada anaknya yang dijawab oleh Ismail agar ayahnya menjalankan
perintah Allah swt tersebut. Dalam riwayat dijelaskan adanya usaha Iblis untuk membujuk
Ibrahim mengurungkan niatnya menyembelih Ismail. Ketika Ibrahim bersama anaknya
tengah berjalan menuju gunung Tsubair demi melaksanakan perintah Allah, Iblis terus
berusaha menggoda keduanya namun tidak berhasil. Bahkan diantara upayanya, Iblis
pergi ke sisi Hajar dan juga berusaha mempengaruhinya, namun upaya tersebut juga
menemui kegagalan.
Ibrahim dan Ismail as sampai di atas puncak gunung dan ketika itu Ismail melihat
ayahnya khawatir akan pekerjaan tersebut, ia menepiskan kekhawatiran ayahnya dari
hatinya dan mengingatkan kepadanya atas keridhaannya pada perintah Allah swt. Ketika
Ibrahim meletakkan pisau di atas leher Ismail, terdengar suara gaib yang mencegahnya
untuk meneruskan pekerjaannya. Dengan kesabaran dan kesetiaan keduanya, Allah swt
mengganti pengorbanan itu dengan seekor kambing dan memerintahkan Ibrahim supaya
menyembelih kambing itu sebagai korban yang menggantikan posisi Ismail.[31]Kisah
mengenai dikorbankannya Ismail as terdapat dalam surah Ash-Shaffat dari ayat 100
sampai ayat 107. [32]

3|Page
Wafat dan Tempat Dikuburkan
Sumber-sumber sejarah periwayatan menulis bahwa usia Ismail hingga mencapai
130 tahun bahkan lebih, yang mana setelah wafatnya, jasadnya dimakamkan di sekitar
Hijr di sisi pusara ibunya Hajar.

Kenabian Ismail as
Ismail dengan penegasan Alquran tergolong dari para nabi Allah swt. Agamanya
adalah agama yang mengajak kepada Tauhid Ibrahimi as yang memerangi kesyirikan
dan penyembahan berhala.Namanya berkali-kali disebut dalam Alquran sebagai salah
satu dari para nabi. Sesuai dengan beberapa riwayat, kenabiannya bertujuan untuk
memberikan hidayah dan petunjuk bagi kaum Jurhum, dan juga kabilah-kabilah Yamani
dan ‘Amaliq. Nabi Ismail as selama 50 tahun menyampaikan risalah Ilahinya di tengah-
tengah umatnya dengan mengajak untuk melaksanakan salat dan menunaikan zakat
serta mengingatkan mereka untuk berhati-hati jangan sampai menyembah patung
berhala. Namun diantara mereka masih terdapat kelompok yang tetap dan masih
bersikeras pada kekufurannya.

Ishak Pengganti Ismail as


Ismail sebelum wafat memberi wasiat supaya putrinya dinikahkan dengan ‘Ishu
(‘Ish) salah seorang dari putra Nabi Ishak as dan juga kenabiannya diserahkan kepada
saudaranya Ishak. Ismail yang bertahun-tahun memegang urusan-urusan Kakbah,
kepengurusan selanjutnya atas Kakbah diserahkan kepada anaknya Nabit.

Putra-putra Ismail
Dari kedua belas putra-putra Ismail yang paling masyhur dari mereka adalah
Qaidar, Madyan dan Adbil. Madyan pergi ke sebuah daerah di sebelah utara yang
kemudian daerah tersebut terkenal dengan namanya dan dari anak keturunannya seperti
Syu'aib dipilih menjadi nabi. Dalam sumber-sumber yang sudah disebutkan tadi,
dikatakan bahwa Ismail dianggap sebagai salah satu nenek moyang Arab asli dan nasab
Adnan, adalah datuk terbesar dari kabilah-kabilah Arab yang semuanya kembali
kepadanya; sementara sangat sedikit sekali dari sumber-sumber lama pengetahuan
silsilah nasabiah, yang menyatakan bahwa nasab seluruh kabilah, walau bangsa Arab
Qahthani sampai kepadanya dan menyebut bahwa Ismail adalah Abu al-Arab.
Atas dasar beberapa riwayat, Ismail diperkenalkan sebagai salah satu dari 5 nabi
yang berkebangsaan Arab di sisi Hud, Shaleh, Syu'aib dan Nabi Muhammad saw.Dan
Rasulullah saw dikenal sebagai seorang cucu pilihan dari para cucunya.

4|Page
Nabi Ishaq AS
Nama Ishaq berasal dari bahasa Yahudi Yiṣḥāq yang berarti tertawa / tersenyum.
\Kata itu didapatkan dari ibunya, Sarah yang tersenyum tidak percaya ketika
mendapatkan kabar gembira dari malaikat Jibril. Ishaq (Yahudi: ‫יִצְ חָ ק‬, Standar Yiẓḥaq
Tiberian Yiṣḥāq ; Arab: َ‫ ِإ ْس َحاق‬, ʾIsḥāq) (sekitar 1761 SM – 1638 SM) adalah putra kedua
Nabi Ibrahim setelah Ismail yang beribu Sarah dan merupakan orang tua dari Nabi
Yaqub. Ishaq diutus untuk masyarakat Kana’an di wilayah Al-Khalil Palestina. Kisah Nabi
Ishaq sangat sedikit diceritakan dalam Al-Qur’an. Nabi Ishaq disebutkan dalam Al-Qur’an
sebanyak 15 kali. Sedangkan keutamaan Nabi Ishaq disebutkan 9 kali dan kenabian
Ishaq 10 kali. Dikatakan bahwa ia memiliki 2 anak dan meninggal di Alkhalil Hebron
Palestina. Ishak bin Ibrahim bin Azara bin Nahur bin Suruj bin Ra’u bin Falij bin ‘Abir bin
Syalih bin Arfahsad bin Syam bin Nuh. Ishaq menikah dengan Revkah binti Bethul
menikah pada tahun 2088 SM. Dari pernikahan ini Ishaq memiliki dua anak kembar
Yaqub dan Esau (‘Aysu).

Kisah Nabi Ishaq As.


Nabi Ishaq adalah putera nabi Ibrahim dari isterinya Sarah, sedang Nabi Ismail
adalah puteranya dari Hajr, dayang yang diterimanya sebagai hadiah dari Raja Namrud.
Tentang Nabi Ishaq ini tidak dikisahkan dalan Al-Quran kecuali dalam beberapa
ayat di antaranya adalah ayat 69 sehingga 74 dari surah Hud, seperti berikut: ” Dan
sesungguhnya utusan-utusan Kami {malaikat-malaikat} telah datang kepada Ibrahim
membawa khabar gembira mereka mengucapkan “selamat”.Ibrahim menjawab:
“Selamatlah” maka tidak lama kemudian Ibrahim menjamukan daging anak sapi yang
dipanggang. 70. Mak tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim
memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. malaikat itu
berkata ” Janagan kamu takut sesungguhnya kami adalah {malaikat-malaikat} yang diuts
untuk kaum Luth.” 71. dan isterinya berdiri di sampingnya lalu di tersenyum. Maka Kami
sampaikan kepadanya berita gembira akan {kelahiran} Ishaq dan sesudah Ishaq {lahir
pula} Ya’qup. 72. Isterinya berkata ” sungguh menghairankan apakah aku akan
melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua dan suamiku pun dalam
keadaan yang sudah tua juga? Sesungguhnya ini benar-benar sesuatu yang aneh. 73.
Para malaikat itu berkata ” Apakah kamu merasa hairan tentang ketetapan Allah? { itu
adalah} rahmat Allah dan keberkatan-Nya dicurahkan atas kamu hai ahlulbait!
sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah. 74. Mak tatkala rasa takut hilang
dari Ibrahim dan berita gembira telah datang kepadanya dia pun bersoal jawab dengan
{malaikat-malaikat} Kami tentang kaum Luth.” { Hud : 69 ~ 74 }
Selain ayat-ayat yang tersebut di atas yang membawa berita akan lahirnya Nabi
Ishaq drp kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia yang menurut sementara riwayat
bahwa usianya pada waktu itu sudah mencapai sembilan puluh tahun, terdapat beberapa
ayat yang menetapkan kenabiannya di antaranya ialah ayat 49 surah “Maryam” sebagai

5|Page
berikut: ” Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang
meerka sembah selain Allah Kami anugerahkan kepadanya Ishaq dan Ya’qup. Dan
masing-masingnya Kami angkat menjadi nabi.”
Dan ayat 112 dan 113 surah “Ash-Shaffaat” sebagai berikut : ” 112. Dan Kami dia
khabar gembira dengan {kelahiran} Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang
soleh. 113. Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. Dan di antara anak
cucunya ada yang berbuat baik dan ada {pula} yang zalim terhadap dirinya dengan
nyata.”
Al-Qur’an al-Karim hanya menyebutkan sekilas tentang kisah Nabi Ishaq As.
Kelahiran nabi ini membawa suatu kejadian yang luar biasa di mana para malaikat
menyampaikan berita gembira tentang kelahirannya. Kelahirannya terjadi setelah
beberapa tahun dari kelahirannya Nabi Ismail, saudaranya.
Hati Sarah sangat senang dengan kelahiran Ishak dan kelahiran putranya Yakub
as. Tetapi kita tidak mengetahui bagaimana kehidupan Nabi Ishaq As dan bagaimana
kaumnya bersikap padanya. Yang kita ketahui hanya, bahwa Allah SWT memujinya
sebagai seorang nabi dari orang-orang yang saleh.
Adapun Yakub, ia adalah Nabi pertama yang berasal dari sulbinya. Beliau adalah
Yakub bin Ishak bin Ibrahim. Namanya adalah Israil ia adalah seorang Nabi yang diutus
bagi kaumnya. Allah SWT menyebutkan tiga bagian dari kisahnya. Berita gembira
tentang kelahirannya disampaikan oleh para malaikat kepada kakeknya Ibrahim dan
Sarah neneknya. Allah SWT juga menyebutkan wasiatnya saat ia meninggal. Dan Allah
SWT akan menyebutkannya setelah itu —tanpa mengisyaratkan namanya— dalam kisah
Nabi Yusuf. Melalui wasiatnya tersebut, kita dapat mengetahui tingkat ketakwaannya.
Kita mengetahui bahwa kematian adalah suatu bencana yang akan
menghancurkan manusia sehingga karenanya manusia menjadi lupa terhadap namanya
dan ia hanya ingat terhadap penderitaan dan kesusahannya, tetapi Nabi Yakub tidak lupa
saat ia menjemput kematian untuk berdoa kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman: “Adakah hamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda)
maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: ‘Apa yang kamu sembah sepeninggalku?’
Mereka menjawab: ‘Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek mayangmu,
Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk kepada-
Nya. ” (QS. al-Baqarah: 133)
Peristiwa ini yang terjadi antara Nabi Yakub dan anak-anaknya di saat menjelang
kematian adalah peristiwa yang sangat besar. Kita di hadapan seseorang yang
menghadapi sakaratul maut. Apakah masalah yang menyibukkan pikirannya di saat
sakaratul maut? Apakah pikiran-pikiran yang selalu mengganggunya saat sakaratul
maut? Apakah perkara penting yang harus disampaikannya sehingga hatinya menjadi
tenang sebelum kematiannya? Apakah warisan yang ingin ditinggalkannya kepada anak-
anaknya dan cucu-cucunya? Apakah sesuatu yang ingin disampaikannya sebelum

6|Page
kematiannya yang dapat menjamin keselamatan manusia? Anda akan menemukan
jawaban dari semua pertanyaan itu saat beliau bertanya: “Apa yang kalian sembah
sepeninggalku?” Pertanyaan itulah yang sangat merisaukan beliau saat menghadapi
sakaratul maut. Yaitu masalah keimanan kepada Allah SWT. la adalah masalah satu-
satunya dan ia merupakan warisan hakiki. Anak-anak Israil menjawab: “Kami
menyembah Tuhanmu dan Tuhan ayah-ayahmu Ibrahim, Ismail, dan Ishak. Yaitu Tuhan
yang Maha Esa dan kami akan berserah diri pada-Nya.”
Anda akan menemukan jawaban dari semua pertanyaan itu saat beliau bertanya:
“Apa yang kalian sembah sepeninggalku?” Pertanyaan itulah yang sangat merisaukan
beliau saat menghadapi sakaratul maut. Yaitu masalah keimanan kepada Allah SWT. la
adalah masalah satu-satunya dan ia merupakan warisan hakiki. Anak-anak Israil
menjawab: “Kami menyembah Tuhanmu dan Tuhan ayah-ayahmu Ibrahim, Ismail, dan
Ishak. Yaitu Tuhan yang Maha Esa dan kami akan berserah diri pada-Nya.”
Telah terdapat dalil yang kuat yang menunjukkan bahwa mereka diutus untuk
menyebarkan Islam. Jika mereka (anak-anak Israil) keluar dari Islam, maka mereka
berarti keluar dari rahmat Allah SWT dan jika mereka tetap mempertahankannya, maka
mereka akan mendapatkan rahmat.

7|Page
Nabi Yaqub AS
Nabi Ya'qub as (sekitar 1837-1690 SM) merupakan cucu dari Nabi Ibrahim 'alaihis
salam, salah seorang nabi yang ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil di Syam. Ia
diangkat menjadi nabi pada tahun 1750 SM, Dari beberapa orang istrinya Ya'qub
memiliki dua belas putra dan dua orang putri. Kedua belas putranya yakni Rubin,
Syam'un, Lawway, Yahuda, Zabulaon, Yasakir, Dann, Gad, Asyar, Naftali, Yusuf, dan
Bunyamin. Sedangkan kedua putrinya adalah Dinah dan Yathirah kembaran Benyamin.

Kelahiran Nabi Ya'qub 'alaihis salam


Kelahiran Ya’qub telah disampaikan oleh para tamu Nabi Ibrahim 'alaihis salam
yang terdiri dari beberapa malaikat dari istrinya Sarah. Allah Subhaanahu wa Ta’ala
berfirman, “Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq
dan dari Ishaq (akan lahir puteranya) Ya’qub. “ (QS. Huud: 71)

Kisah Ya'qub dengan saudaranya


Nabi Ya'qub adalah putera dari Nabi Ishaq bin Ibrahim, sedang ibunya adalah anak
saudara dari Nabi Ibrahim, bernama Rifqah binti A'zar. Ishaq mempunyai anak kembar,
satu Ya'qub dan satu lagi bernama Ishu. Antara kedua saudara kembar ini tidak terdapat
suasana rukun dan damai serta tidak ada menaruh kasih-sayang satu terhadap yang lain
bahkan Ishu mendendam dengki dan iri hati terhadap Ya'qub saudara kembarnya yang
memang dimanjakan dan lebih disayangi serta dicintai oleh ibunya. Hubungan mereka
yang renggang dan tidak akrab itu makin buruk dan tegang setelah diketahui oleh Ishu
bahwa Ya'qublah yang diajukan oleh ibunya ketika ayahnya minta kedatangan anak-
anaknya untuk diberkahi dan didoakan, sedangkan dia tidak diberitahu dan karenanya
tidak mendapat kesempatan seperti Ya'qub memperoleh berkah dan doa ayahnya, Nabi
Ishaq.
Melihat sikap saudaranya yang bersikap kaku dan dingin dan mendengar kata-
kata sindirannya yang timbul dari rasa dengki dan iri hati, bahkan ia selalu diancam.
Maka, datanglah Yakub kepada ayahnya mengadukan sikap permusuhan itu. Melihat
keadaan kedua anaknya tersebut nabi Ishaq memberi petunjuk kepada ya'qub agar pergi
berhijrah ke Fadan A'raam di daerah Iraq, yakni bapak saudaranya yaitu saudara ibunya,
Laban bin Batu'il. Ishaq mengatakan bahwa Ya'qub dapat mengharap dinikahkan kepada
salah seorang puterinya. Dengan mengikuti pesan ayahnya tersebut maka Ya'qub
berharap akan dapat bertemu dengan bapak saudaranya dan anggota-anggota
keluarganya dari pihak ibunya. Segera Ya'qub mengikuti saran dari ayahnya tersebut.

8|Page
Ya'qub tiba di Iraq
Nabi Ya’qub menerima wahyu dari Allah - Dalam perjalanan menuju ke Fadan
A'raam, Ia berjalan pada malam hari dan beristirahat pada siang harinya. Dalam
perjalanan hijrah itu, beliau tertidur di atas sebuah batu, kemudian bermimpi. Dalam
mimpi itu Nabi Ya’qub as menerima wahyu dari Allah yang berbunyi “Aku Allah, tiada
Tuhan melainkan aku. Aku Tuhan engkau dan Tuhan bapak engkau. Aku telah
mewariskan bumi yang suci (Baitul Maqdis) untukmu dan keturunanmu, dan aku memberi
berkat padanya dan aku berikan engkau kitab dan pelajaran serta hikmah dan keNabian”
Singkat cerita tibalah Ya'qub di depan pintu gerbang kota Fadan A'ram setelah
berhari-hari menempuh perjalanan. Sesampainya disalah satu persimpangan jalan, dia
berhenti sebentar bertanya salah seorang penduduk untuk menanyakan di mana
letaknya rumah saudara ibunya Laban barada. Laban seorang kaya-raya yang kenamaan
pemilik dari suatu perusahaan perternakan yang terbesar di kota itu tidak sukar bagi
seseorang untuk menemukan alamatnya. Penduduk yang ditanyanya itu segera
menunjuk ke arah seorang gadis yang sedang menggembala kambing seraya berkata
kepada Ya'qub: "Kebetulan sekali, itulah dia anak perempuan Laban, Rahel, yang akan
dapat membawa kamu ke rumah ayahnya".
Ya'qubpun menjelaskan kepada gadis tersebut tentang tujuannya yang hendak
menemui ayahnya, Laban, dan untuk menyampaikan pesanan (Ishaq). Maka, dengan
senang hati, Rahel (anak gadis Laban) mempersilakan Ya'qub mengikutinya balik ke
rumah untuk menemui ayahnya ,Laban, iaitu bapa saudara Ya'qub.
Setelah berjumpa, betapa senangnya Laban dapat bwertemu dengan Ya'qub,
selanjutnya Ya'qub tinggal dirumah Laban.
Setelah selang beberapa waktu tinggal di rumah Laban , Ya'qub menyampaikan
pesanan ayahnya (Ishaq), agar Ishaq dan Laban menjadi besan, dengan menikahkannya
kepada salah seorang dari puteri-puterinya. Pesanan tersebut di terima oleh Laban, dia
bersetuju akan menikahkan Ya'qub dengan salah seorang puterinya, Sebagai mas
kawin, Ya'qub harus memberikan tenaga kerjanya di dalam perusahaan penternakan
bakal mentuanya selama tujuh tahun. Ya'qub setuju dengan syarat-syarat yang
dikemukakan oleh Laban. Bekerjalah Ya'qub sebagai seorang pengurus perusahaan
penternakan terbesar di kota Fadan A'raam itu.

Ya'qub Menikah
Dalam perjalanan menuju rumah pamannya di Faddan Aram, Ya'qub tertidur
sejenak melepas lelah. Pada saat itulah ia menerima wahyu dari Allah Swt. melalui
mimpinya. Dalam mimpinya itu diwahyukan bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah,
kecuali Allah; dan Allah mewariskan Baitulmakdis, kehidupan yang bahagia, dan kerajaan
besar untuk Ya'qub serta keturunannya.

9|Page
Tujuh tahun telah dilalui oleh Ya'qub sebagai pekerja dalam perusahaan
penternakan Laban. Ya'qub menagih janji bapa saudaranya, untuk dijadikan sebagai
anak menantunya. Laban menawarkan kepada Ya'akub, agar menyunting puterinya yang
bernama Layya sebagai isteri. Ya'qub hanya ingin Rahel adik Laiya. Ya'qub menyatakan
untuk menikah dengan Rahel, bukan Layya. Laban mengerti keinginan Ya'akub, namun
keinginan Ya'qub itu ditolak karena menurut kakak harus dinikahkan lebih dahulu dari
adiknya. Laban yang tidak mau mengecewakan hati Ya'qub, lalu memberi pendapat, agar
menerima Layya sebagai isteri pertama. Untuk menikahi Rahel, syarat yang sama juga
diberi kepada Ya'qub, sebelum Ya'qub dapat memiliki Rahel.
Begitu masa tujuh tahun kedua berakhir dinikahkanlah Ya'qub dengan Rahel.
Dengan demikian Nabi Ya'qub beristerikan dua wanita bersaudara, kakak dan adik, Pada
saat itu hukum menikahi dua gadis sekandung diperbolehkan, tidak melanggar adat
ataupun hukum agama.
Kepada masing-masing puterinya, Laban memberikan seorang budak
perempuan. Kepada Layya ia memberikan budak perempuan bernama Zulfa, dan kepada
Rahel ia memberikan budak perempuan bernama Balhah. Leah dan Rahel kemudian
memberikan sahaya mereka untuk diperistri pula oleh Ya'qub, sehingga istri Ya'qub
menjadi 4 orang.
Lea (Li'ah/ Lay'ah/Elia): Rubin, Syam'un, Lawway, Yahuda, Yasakir, Zebulaon, Dina.
Rahel (Rachel): Yusuf, Bunyamin, Yathirah.
Bilha (Balhah, Bilahah): Dann, Naftali.
Zilpa (Zulfa, Zilfah): Jaad (Gad), Asyir (Asyer, Asher).
Dari istrinya yang bernama Layya mempunyai anak yang bernama Lawway, Lawway
mempunyai anak 3 orang yaitu Jarsun, Quhas, dan Marun. Quhas mempunyai anak
Imran dan Yashar. Imran mempunyai anak Maryam, Harun, dan Musa, sedangkan
Yashar mempunyai Qarun, Nafiq dan Dzihun.

Wasiat sebelum wafat


Pada usia yang telah lanjut, Nabi Ya’qub mengikuti puteranya di Mesir yang yang
juga seorang Nabi, yaitu Nabi Yusuf yang menjadi pembesar di Negerinya. Nabi Ya’qub
tinggal di mesir dan menurunkan banyak keturunan di mesir. Dari sinilah asal muasal
bangsa israil tersesar di Negeri Mesir yang kemudian dibebaskan oleh Nabi Musa as dari
penjajahan Fir’aun. Nabi Ya’qub meninggal dunia atau wafat pada usia 147 tahun di
negeri Mesir.
Dalam kitab suci Al Qur’an telah dinyatakan bahwa Nabi Ya’qub as telah
memberikan wasiat kepada putera-puteranya, setelah beliau mendekati ajalnya.

10 | P a g e
Setelah berlalu waktu yang cukup lama, Nabi Ya’qub ‘alaihissalam pun sakit, ia
kumpulkan anak-anaknya dan berpesan kepada mereka agar tetap beribadah kepada
Allah Subhaanahu wa Ta’ala, demikian juga tetap beriman dan beramal saleh.
Allah Ta’ala berfirman:
“Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata
kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab,
“Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan
Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Mahaesa dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (QS. Al
Baqarah: 133)

Nabi Yaq'ub 'Alaihis Salam adalah Ayah teladan


Nabi Ya’qub adalah seorang ayah yang patut dijadikan teladan, dimana beliau
mendidik anak-anaknya dengan pendidikan yang baik, memberikan nasihat kepada
mereka dan menyelesaikan masalah mereka. Namun selanjutnya, saudara-saudara
Yusuf dihasut oleh setan untuk berlaku jahat kepada Yusuf ketika mereka mengetahui
perhatian ayahnya kepada Yusuf. Sampai-sampai mereka hendak membunuh Yusuf,
namun kemudian sebagian mereka mengusulkan untuk melempar Yusuf ke sumur yang
jauh agar dibawa oleh kafilah yang lewat dan menjadi budak mereka. Ketika Yusuf tidak
kunjung pulang, maka Nabi Ya’qub bersedih dengan kesedihan yang dalam karena
berpisah dengan puteranya, bahkan ia sampai menderita buta karena rasa sedih yang
begitu dalam. Kemudian Allah Subhaanahu wa Ta’ala menjadikannya dapat melihat
kembali.

11 | P a g e
Nabi Yusuf AS
Nabi Yusuf 'alaihis salam (sekitar 1745-1635 SM) adalah nabi Islam yang diutus
setelah Nabi Ya'qub as. Nabi Yusuf 'alaihis salam merupakan anak Nabi Ya'qub 'alaihis
salam dan merupakan buyut dari Nabi Ibrahim 'alaihis salam. Kisah Nabi Yusuf dijelaskan
dalam satu surat khusus dalam Al Qur-an surat ke 12 yakni" Surat Yusuf" yang terdiri dari
111 surat.
Beliau menghadapi persekongkolan jahat yang justru datang dari orang-orang
yang dekat dengannya, yaitu saudara-saudaranya. Mereka merencanakan untuk
membunuhnya. Rencana itu mereka buat saat Nabi Yusuf 'alaihis salam masih kecil,
mereka memasukkan Nabi Yusuf 'alaihi salam ke dalam sebuah sumur. Setelah
seseorang menemukannya kemudian Nabi Yusuf 'alaihis salam dijual di pasar mesir lalu
dia dibeli dengan harga yang sangar murah. Kemudian beliau menghadapi r4yuan dari
isteri seorang pria yang mempunyai jabatan penting saat itu. Ketika ia menolak
r4yuannya, ia pun dimasukkan ke dalam penjara. Dalam beberapa waktu, beliau menjadi
tahanan di penjara. Setelah mampu mentakwilkan mimpi sang raja iapun dibebaskan dari
penjara dan akhirnya Beliau menjadi menteri dari raja yang pertama.
Waktupun berlalu maka dengan izin Allah Nabi Yusuf 'alaihis salam dapat bertemu
kembali dengan seluruh keluarganya, termasuk dengan ayahnya, Nabi Ya'qub 'alaihis
salam. Ia memulai dakwahnya di jalan Allah Yang Maha Esa dari panggung kekuasaan.
Ia melaksanakan rencana Allah SWT dan menunaikan perintahnya.

Silsilah Nabi Yusuf 'alaihi salam


Nabi Yusuf 'alaihis salam adalah cucu dari Nabi Ishaq 'alaihi salam, silsilah
lengkapnya adalah Yusuf bin Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim bin Azar bin Nahur bin Suruj
bin Ra'u bin Falij bin 'Abir bin Syalih bin Arfahsad bin Syam bin Nuh.
Nabi Yusuf 'alaihis salam merupakan putra urutan ke tujuh dari dua belas putra
puteri Nabi Ya’qub as. Merupakan anak dari istri Nabi Ya’qub yang bernama Rahil. Dari
Ibu Rahil ini Nabi Yusuf 'alaihis salam juga mempunyai adik bernama Benyamin. Nabi
Yusuf dianugrahi wajah yang sangat tampan oleh Allah SWT, juga dengan tubuh yang
tegap sehingga bisa membuat para wanita terpesona kepadanya.
Kisah cerita Nabi Yusuf as ada dalam satu surat penuh dalam Al Qur an yang
bernama Surat Yusuf. Disebutkan bahwa sebab turunnya surat Yufuf adalah karena
orang orang yahudi meminta kepada Rasulullah SAW untuk menceritakan kepada
mereka kisah Nabi Yusuf 'alaihis salam. Kemudian Allah SWT menurunkan satu surat
penuh yang secara terperinci menceritakan kisah Nabi Yusuf as.

12 | P a g e
Allah SWT berfirman : “Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan
mewahyukan Al Qur’an ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (kami
mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui.” (Qur'an Surat
Yusuf ayat: 3)

Pertemuan Yusuf dengan saudara-saudaranya


Takwil mimpi yang telah diterangkan Yusuf kemudian benar-benar terwujud. Pada masa
7 tahun yang subur, Yusuf telah memerintahkan rakyat Mesir untuk menyimpan kelebihan
biji-bijian dari hasil tanaman mereka. Kemudian datanglah masa paceklik pada 7 tahun
berikutnya. Timbul bencana kelaparan dan kekeringan, terutama di negeri-negeri
tetangga lantaran ketiadaan persiapan penduduk untuk menghadapinya, termasuk
negeri Palestina dimana keluarga Yusuf tinggal.

Ya’qub dan anak-anaknya juga mengalami kesulitan ini. Ia mendengar bahwa di Mesir
ada persediaan makanan yang cukup, maka ia pun menyuruh anak-anaknya, kecuali
Bunyamin, untuk pergi ke Mesir dengan membawa perbekalan berupa barang-barang
dan perak serta lainnya untuk ditukar dengan gandum dan sya’ir.

Tatkala mereka telah tiba di istana kerajaan Mesir dan bertemu dengan Yusuf, melihat
raut wajah mereka dan pakaian mereka yang menunjukkan bahwa mereka berasal dari
Palestina, tahulah Yusuf bahwa itu adalah saudara-saudaranya. Namun mereka tidak
mengenali dirinya dikarenakan kondisi Yusuf yang sudah jauh berubah, pakaiannya yang
khusus, dan logat bicaranya yang menggunakan bahasa Mesir kuno.

Yusuf memperlakukan saudara-saudaranya layaknya seorang tamu, dan menimbang


gandum dan sya’ir bagi mereka dengan takaran yang dilebihkan, serta memberi bekal
untuk perjalanan pulang mereka. Ketika mereka bersiap-siap akan pergi, Yusuf berkata,
“Bawalah kepadaku seorang lagi saudaramu yang seayah denganmu. Jika kalian tidak
membawanya, maka aku tidak akan mau menukarkan makanan lagi bagi kalian, jika
kalian kembali ke Mesir untuk kedua kalinya.”

Mereka pun berkata, “Kami akan membujuk ayah kami supaya beliau mengizinkan kami
membawanya ke Mesir, dan kami tegaskan kepadamu bahwa kami akan melaksanakan
perintahmu.”

13 | P a g e
Ketika mereka hendak berangkat pulang, Yusuf menyuruh pelayan menyisipkan kembali
barang-barang saudaranya yang telah ditukar dengan gandum dan sya’ir itu ke dalam
karung-karung mereka tanpa sepengetahuan mereka. Hal ini dimaksudkan supaya
mereka merasa senang dan berbaik sangka kepadanya, sehingga mereka akan kembali
lagi ke Mesir karena berharap akan mendapat lebih banyak lagi kebaikan darinya.

Saudara-saudara Yusuf kembali ke Palestina dan menceritakan tentang kebaikan dari


menteri ekonomi Mesir serta penghormatan yang mereka terima. Mereka juga
menyampaikan permintaan menteri Mesir itu agar mereka membawa Bunyamin jika nanti
mereka hendak kembali ke Mesir.
Rupanya setelah ditinggalkan oleh Yusuf, Ya’qub sangat berduka. Setiap hari ia
menangis sampai matanya memutih dan buta. Mendengar permintaan yang disampaikan
saudara-saudara Yusuf ini, Ya’qub tidak mempercayai mereka. Namun mereka terus
membujuk dan mengatakan bahwa jika Bunyamin tidak mereka bawa, mereka tidak akan
mendapatkan makanan lagi dari menteri Mesir itu.
Mereka juga berjanji akan menjaga Bunyamin dengan sebaik-baiknya dan tidak akan
menyia-nyiakannya.
Setelah mendengar janji putra-putranya ini, hati Ya’qub sedikit lebih tentram. Akhirnya
dengan berat hati Ya’qub pun mengizinkan mereka membawa Bunyamin. Ia juga
berpesan pada mereka supaya masuk ke kota melalui beberapa pintu agar tidak menarik
perhatian.

Kisah pertemuan Yusuf dengan saudara-saudaranya ini diterangkan dalam surat Yûsuf:
58-67.

Yusuf menahan Bunyamin


Saat mereka datang lagi ke Mesir bersama Bunyamin, Yusuf berusaha mencari
kesempatan untuk bisa berdua saja dengan Bunyamin, kemudian ia mengatakan
padanya bahwa ia adalah Yusuf, saudaranya sekandung. Ia menceritakan tentang apa
yang telah dilakukan saudara-saudaranya dulu kepadanya, dan apa yang telah terjadi
padanya.

Yusuf memiliki rencana untuk bisa menahan Bunyamin lebih lama bersamanya. Ketika
saudara-saudara Yusuf akan pulang, Yusuf menyelipkan piala untuk minum raja ke
dalam karung Bunyamin. Saat mereka sudah akan berangkat, salah seorang pegawai
Yusuf memanggil mereka kembali, dan mengatakan bahwa piala raja telah hilang.

14 | P a g e
Barang siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan seberat
muatan seekor unta.
Saudara-saudara Yusuf bersumpah bahwa mereka tidak mencuri. Salah seorang
pegawai Yusuf kemudian bertanya, “Apa balasannya jika ternyata kalian berdusta?”
Mereka menjawab, “Pada siapa diketemukan barang yang hilang itu dalam karungnya,
maka dia dijadikan budak. Ini adalah balasan yang adil bagi pencuri menurut syariat
Ya’qub.”
Maka mulailah Yusuf dan para pegawainya memeriksa karung-karung mereka. Sengaja
karung Bunyamin diperiksa paling akhir supaya tidak timbul kecurigaan pada saudara-
saudaranya yang lain bahwa pencurian itu telah diatur.
Saat ditemukan piala itu dalam karung Bunyamin, saudara-saudara Yusuf sangat terkejut
menyaksikan hal itu. Mereka merasa malu dengan peristiwa ini, karenanya mereka
berkata, “Sesungguhnya telah mencuri pula saudaranya sebelum ini.”
Tentu saja yang mereka maksud adalah Yusuf sendiri. Yusuf memahami apa yang
dimaksud saudara-saudaranya ini, dan sesungguhnya ia merasa jengkel dan kecewa
terhadap mereka, tapi sikap itu tidak diperlihatkannya.
Menurut riwayat, tatkala Rahel ibu Yusuf pergi bersama Yusuf menuju Palestina, ia
membawa sebuah patung kecil milik ayahnya Laban. Laban yang merasa kehilangan
patung itu kemudian mencarinya, tapi ia tidak bisa menemukannya baik pada Rahel
maupun orang lain, karena Rahel telah menyembunyikannya di sela-sela perlengkapan
unta yang dinaikinya.
Ketika Ya’qub dan keluarganya tiba di Palestina, patung itu berada pada Yusuf dan dibuat
mainan lantaran ia menyerupai boneka yang biasa dimainkan oleh anak-anak kecil. Itulah
sebabnya Yusuf dituduh mencurinya dari rumah kakeknya Laban, padahal kenyataannya
tidaklah begitu.
Saudara-saudara Yusuf memohon padanya agar Bunyamin dibebaskan dan mengambil
salah satu dari mereka sebagai penggantinya. Mereka berkata, “Wahai Al-Aziz,
sesungguhnya ia mempunyai ayah yang sudah lanjut usianya, lantaran itu ambilah salah
seorang di antara kami sebagai gantinya, sesungguhnya kami melihat kamu termasuk
orang-orang yang berbuat baik.”
Maka Yusuf pun menjawab, “Aku tidak akan menahan seseorang, kecuali orang yang
kami ketemukan harta benda kami padanya. Jika kami menahan orang yang tidak
bersalah, maka kami termasuk orang-orang yang zalim.”

Saudara-saudara Yusuf merasa bingung dan putus asa. Mereka telah berjanji pada ayah
mereka untuk menjaga Bunyamin dengan sebaik-baiknya. Sebelum ini mereka telah

15 | P a g e
menyia-nyiakan Yusuf, jika sekarang mereka tidak membawa Bunyamin pulang, pastilah
ayah mereka akan marah dan tidak mempercayai mereka.
Setelah berunding dan berbisik-bisik, berkatalah yang tertua dari mereka, “Aku tidak akan
meninggalkan Mesir sampai ayah mengizinkan aku kembali, atau Allah memberikan
keputusan kepadaku. Dan Dia adalah hakim yang paling adil.”
Namun Yusuf berkata, “Kembalilah pada ayahmu, dan katakan bahwa anaknya telah
mencuri, dan bahwasanya kalian hanya menyaksikan apa yang terjadi dan tak mampu
menjaga barang yang hilang.”
Akhirnya saudara-saudara Yusuf pulang tanpa Bunyamin. Dengan demikian siasat Yusuf
untuk menahan adik kandungnya akhirnya berhasil. Kisah ini diterangkan dalam surat
Yûsuf: 68-82.

Yusuf berkumpul kembali bersama keluarganya


Ya’qub sangat sedih mendengar kejadian yang menimpa Bunyamin. Ia tidak
mempercayai perkataan anak-anaknya dan sangat kecewa terhadap mereka. Kendati
demikian, ia memasrahkan semuanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan percaya
bahwa Allah pasti akan mewujudkan harapannya untuk bisa bertemu kembali dengan
kedua putra tercintanya itu.

Ya’qub memerintahkan anak-anaknya untuk mencari kabar tentang Yusuf dan Bunyamin.
Putra-putranya mematuhi perintah ayah mereka, dan kembali ke Mesir. Kepada Yusuf,
mereka memohon belas kasihannya agar ia berkenan melepaskan Bunyamin. Mereka
pun mengadukan keadaan mereka yang miskin dan membutuhkan makanan dengan
harapan Yusuf mau memberi mereka bahan makanan yang cukup.

Timbul rasa iba dalam hati Yusuf mendengar keluhan saudara-saudaranya, sehingga
terpikir olehnya untuk mengungkapkan siapa dirinya yang sebenarnya supaya mereka
bisa tinggal bersamanya dalam keadaan sejahtera. Kemudian ia memanggil Bunyamin,
lalu berkatalah Yusuf kepada saudara-saudaranya, “Tahukan kalian akan buruknya
perlakuan kalian kepada Yusuf dan saudaranya? Ingatkah kalian akan perbuatan kalian
memisahkan Yusuf dan ayahnya dengan membuangnya ke dalam sumur?

Dan kepada Bunyamin, maka kalian telah membuatnya bersedih atas kehilangan
saudaranya sehingga ia pun ikut menderita.”

16 | P a g e
Mendengar perkataan Yusuf, mulai timbul dugaan dalam diri saudara-saudaranya,
jangan-jangan pembesar yang berbicara di hadapan mereka ini adalah Yusuf.

Dengan berdebar-debar mereka bertanya, “Apakah engkau Yusuf?”


Yusuf menjawab, “Benar, aku Yusuf. Dan ini saudaraku Bunyamin.”
Maka saudara-saudara Yusuf pun segera memohon ampun dan meminta maaf
kepadanya atas kejahatan yang pernah mereka lakukan dahulu. Dengan berlapang
dada, Yusuf memaafkan kesalahan saudara-saudaranya. Ia lalu memerintahkan mereka
untuk menjemput ayahnya beserta keluarga mereka untuk datang ke Mesir.
Mengetahui bahwa ayahnya telah kehilangan penglihatan lantaran kesedihan yang amat
sangat semenjak kepergiannya, Yusuf memberikan gamisnya untuk diusapkan ke wajah
ayahnya supaya ia dapat melihat kembali.
Setelah mengusapkan gamis Yusuf ke wajahnya, Ya’qub dapat merasakan keberadaan
Yusuf dan segera mengetahui bahwa Yusuf masih hidup. Karena gembira dengan
kenyataan itu ia pun dapat melihat kembali dengan seizin Allah.
Akhirnya Yusuf pun dapat berkumpul kembali dengan kedua orangtua dan saudara-
saudaranya di Mesir. Ya’qub dan anak-anaknya telah diliputi rasa hormat kepada Yusuf
yang telah diberi kemuliaan oleh Allah. Mereka pun memberikan penghormatan
kepadanya dengan cara menundukkan kepala sesuai dengan adat pada masa itu dalam
menghormati pembesar yang berkuasa.
Melihat ini, Yusuf teringat akan mimpinya dulu ketika ia masih kecil, maka ia berkata
kepada ayahnya, “Inilah tafsir mimpiku yang dulu kuceritakan kepadamu, ketika di dalam
mimpi aku melihat 11 bintang serta matahari dan bulan bersujud kepadaku.”
Kisah mengharukan berkumpulnya Yusuf dengan keluarganya ini terdapat dalam surat
Yûsuf: 83-101.

17 | P a g e
Nabi Ayyub AS
Nabi Ayyub 'alaihis salam (sekitar 1540-1420 SM) adalah seorang nabi yang
ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil dan Kaum Amoria (Aramin) di Haran, Syam. Ia
diangkat menjadi nabi pada tahun 1500 SM dan Namanya disebutkan sebanyak 4 kali di
dalam Al-Quran. Ia mempunyai 26 anak dan wafat di Huran, Syam.
Ayyub dikisahkan sebagai seorang nabi yang paling sabar. Ia menjalani segala
cobaan yang berat dengan sabarnya, mulai dari cobaan hilang kekayaan, hilang anak-
anak, penyakit, sampai kehilangan ditinggalkan istri tercintanya.
Ayyub berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti "menggantikan." Ayyub adalah
putra dari Aish (Eswa) bin Ishaq bin Ibrahim. Sebagaimana disebutkan dalam kisah
Ya'qub, Aish adalah saudara kembar Ya'qub, jadi Ayyub masih kemenakan Yaqub dan
sepupu Yusuf. Dalam situs web Tayibah.com dijabarkan bahwa silsilah Ayyub adalah
sebagai berikut, Ayyub bin Amush bin Tawih bin Rum bin Ais (Eswa) bin Ishaq bin
Ibrahim. Sumber lain mengatakan bahwa silsilah Ayyub adalah sebagai berikut, Ayyub
bin Amwas bin Zarih dari keturunan Ibrahim.

Setan menggoda kepada Nabi Ayyub 'alaihis salam


Nabi Ayyub 'alaihis salam telah dipilih Allah menjadi nabi yang dikaruniai harta benda dan
anak-pinak. Dan ketika itu setanpun meneggodanya dengan membisikan kepada Ayyub
bahwa beliau kaya raya, anak-anak dan keluarga cukup banyak, serta kesehatan yang
sangat baik pula, tujuannya supaya timbul dalam hati nabi Ayyub rasa takabbur dan
angkuh, seperti yang diriwayatkan dalam ayat Al Qur'an berikut,
Dan ingatlah kepada hamba Kami Ayyub, ketika ia mengadukan halnya kepada
Tuhannya: "Bahwa setan telah menggangguku sampai menderita dan tersiksa". (Qur'an
surat Shaad ayat 41)

Ujian itupun datang


Kemudian ia diberi ujian oleh tuhan. Dengan didatangkanya penyakit, sehingga harta
benda tersia-sia, anak-anak dan keluarga berantakan sampai meninggalkan kampung
halaman. beliau tinggal sendiri diamuk rasa duka yang mendalam dan penderitaan yang
tak terperikan.
Dan ingat pula kisah Ayyub ketika ia berdo'a kepada Tuhannya: "Ya Tuhanku! aku telah
dirundung malang, sedangkan Engkau Maha Penyayang dari semua penyayang" (Qur'an
surat Al An Biyaa' ayat:83)
Kemudian Allah mengabulkan Do'a nabi Ayyub tersebut seperti dalam ayat selanjutnya,
Maka Kami perkenankan doa'anya, Kami lenyapkan kemalangan yang menimpa dirinya,
dan kami karuniai keluarga seimbang dengan yang hilang. Bahkan ada pula
tambahannya seiringan dengan mereka. Semuanya, adalah rahmat dari Kami, dan

18 | P a g e
sebagai peringatan untuk menjadi teladan bagi hamba-hamba Tuhan lainnya. (Qur'an
surat Al An Biyaa' ayat:84)

Penjelasan surat Al An Biyaa' ayat:84:


Arti dari kata "Bahkan ada pula tambahannya seiringan dengan mereka," maksudnya,
Nabi Ayyub sembuh dari penyakitnya, dikaruniai anak, anaknya bernanak pula. Kini
selain ia mempunyai anak, juga mempunyai cucu. Ekonominyapun membaik pula.

Arti dari kata "Semuanya, adalah rahmat dari Kami, dan sebagai peringatan untuk
menjadi teladan bagi hamba-hamba Tuhan lainnya," maksudnya, supaya orang-orang
yang ditimpa musibah seperti nabi Ayyub jangan lekas-lekas berputus asa dari rahmat
Tuhan. Mengingat penyakit yang diidap nabi Ayyub telah berlarut-larut selama 18 tahun
dalam usia yang telah telah lanjut pula, seolah-olah menunggu sembuhnya sia-sia belaka
bagai "menanti tanduk kerbau goyah". Namun dia tidak berputus asa, dan berdo'a kepada
Allah. Allah memperkenankan do'anya.
Kemudian dalam Qur'an surat Shaad Allah memberi petunjuk tentang pengobatan
untuk penyakit Nabi Ayyub, yakni dengan menghantamkan kakinya ke tanah dan
meminum air yang keluar darinya..
Tuhan memerintahkan kepadanya: "Entakkanlah kakimu ke tanah, nanti akan keluar air
yang sejuk untuk mandi dan minummu." (Qur'an surat Shaad ayat 42)
Setelah Nabi Ayyub sembuh dari penyakitnya, maka ia dapat berkumpul kembali
dengan keluarganya yang telah berkembang biak menjadi dua kali lipat dari jumlah
sebelumnya, yang diterangkan dalam Qur'an surat Al An Biyaa' ayat:84 dan Qur'an surat
Shaad ayat 43 di bawah ini,
Selanjutnya, Kami kembalikan keluarganya kepadanya dengan tambahan sebanyak itu
pula sebagai karunia dari kami dan peringatn bagi orang yang mempunyai pikiran.
(Qur'an surat Shaad ayat 43)

19 | P a g e
Nabi Ayyub memukul Isterinya
Diceritakan, bahwa isteri nabi Ayyub (Rahmah binti Ifraim) pergi meningalkan
rumah tanpa izin suami, dan tak kunjung kembali. Setelah nabi Ayyub mulai sembuh
beliau bersumpah untuk memukul isterinya itu seratus kali. Setelah isteri beliau kembali,
timbul rasa kasihan, padahal sumpah untuk memukulnya sudah terlanjur diucapkan.
Maka Tuhan menunjukkan jalan keluar supaya isteri beliau dipukul dengan beberapa
helai rumput, bukan dengan cambuk atau cemeti. Dengan demikian, sumpah Nabi Ayyub
terlaksana, sedangkan isteri beliau tidak begitu merasakan sakit. Peristiwa ini dapat
dijadikan pelajaran oleh para isteri, bahwa meninggalkan rumah tangga tanpa seizin
suami, adalah kejahatan yang melampaui kesabaran seorang nabi.
Ambillah segenggam rumput dengan tanganmu, lalu pukullah ia dengan rumput itu! dan
jangan melanggar sumpah" Kami menilainya sangat tabah menghadapi penderitaan.
Hamba yang baik, selalu kembali kepada Tuhan. (Qur'an surat Shaad ayat 44)

20 | P a g e
Nabi Syu’aib AS
Nabi Syu'aib 'alaihis salam (sekitar 1600 SM - 1500 SM) adalah seorang nabi yang
diutus kepada kaum Madyan dan Aikah. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 1550 SM.
Namanya disebutkan sebanyak 11 kali di dalam Al-Qur'an dan ia wafat di Madyan. Dia
diyakini merupakan cicit laki-laki Ibrahim.
Syu'aib secara harafiah artinya "Yang Menunjukkan Jalan Kebenaran". Karena,
Syu'aib telah berusaha untuk menujukkan jalan yang lurus kepada umatnya yaitu
penduduk Madyan dan Aykah.

Asal-usul Nabi Syu'aib 'alaihis salam:


Nasab Nabi Syu'aib 'alaihis salam: Syu'aib bin Mikil bin Yasjir bin Madyan bin
Ibrahim bin Azarabin Nahur bin Suruj bin Ra'u bin Falij bin 'Abir bin Syalih bin Arfahsad
bin Sam bin Nuh.
Nabi Syu'aib 'alaihis salam adalah salah satu dari 4 nabi bangsa Arab. Tiga nabi lainnya
adalah Hud, Shaleh, dan Muhammad. Ia seorang nabi yang dijuluki juru pidato karena
kecakapan dan kefasihannya dalam berdakwah.

Kaum Madyan
Nabi Syu'aib 'alaihis salam ditetapkan oleh Allah untuk menjadi seorang nabi yang
tinggal di timur Gunung Sinai kepada kaum Madyan dan Aykah. Yaitu kaum yang tinggal
di pesisir Laut Merah di tenggara Gunung Sinai. Masyarakat tersebut disebut karena
terkenal perbuatan buruknya yang tidak jujur dalam timbangan dan ukuran, juga dikenal
sebagai kaum kafir yang tidak mengenal Tuhan. Mereka menyembah berhala bernama
al-Aykah, yaitu sebidang tanah gurun yang ditumbuhi pepohonan atau pepohonan yang
lebat.
Syu'aib memperingatkan perbuatan mereka yang jauh dari ajaran agama, namun
kaumnya tidak menghiraukannya. Syu'aib menceritakan pada kaumnya kisah-kisah
utusan-utusan Allah terdahulu yaitu kaum Nuh, Hud, Shaleh, dan Luth yang paling dekat
dengan Madyan yang telah dibinasakan Allah karena enggan mengikuti ajaran nabi.
Namun, mereka tetap enggan, akhirnya Allah memberi azab kepada kaum Madyan,
berupa bencana udara panas yang mengakibatkan kekeringan, gempa bumi, dan bunga
api yang membakar.

21 | P a g e
Dakwah
Ketika berdakwah bagi kaum Madyan, Nabi Syu'aib menerima ejekan masyarakat
yang tidak mau menerima ajarannya karena mereka enggan meninggalkan sesembahan
yang diwariskan dari nenek moyang kepada mereka. Namun, Syu'aib tetap sabar dan
lapang dada menerima cobaan tersebut. Ia tidak pernah membalas ejekan mereka dan
tetap berdakwah. Bahkan, dakwahnya semakin menggugah hati dan akal. Dalam
berdakwah kadang ia memberitahukan bahwa dia sebenarnya sedarah dengan mereka.
Hal ini memiliki tujuan agar kaumnya mau menuju jalan kebenaran. Karena itulah ia
diangkat menjadi rasul Allah yang diutus bagi kaumnya sendiri. Nabi Syu'aib yang saat
itu memiliki beberapa pengikut, mulai mendapat ejekan kasar dari kaum lain. Bahkan ada
yang menganggapnya sebagai penyihir dan pesulap ulung.
Nabi Syu’aib ‘alaihissalam tinggal di kota Madyan yang letaknya di Yordania
sekarang. Ketika itu, masyarakatnya kafir kepada Allah dan melakukan berbagai
kemaksiatan, seperti membajak dan merampas harta manusia yang melintasi mereka.
Mereka juga menyembah pohon lebat yang disebut Aikah.
Mereka bermuamalah buruk dengan manusia, menipu dalam melakukan jual beli
dan mengurangi takaran dan timbangan. Maka Allah mengutus kepada mereka seorang
rasul dari kalangan mereka bernama Nabi Syu’aib ‘alaihissalam. Beliau mengajak
mereka beribadah kepada Allah dan tidak berbuat syirik, melarang mereka mengurangi
takaran dan timbangan serta melarang melakukan pembajakan, dan melarang berbuat
buruk lainnya. Nabi Syu’ab ‘alaihissalam berkata kepada mereka,
Dan kepada penduduk Madyan Kami utus saudara sebangsanya: Syu'aib. Dia
berkata "Sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan yang berhak disembah bagimu
selain Dia. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka
sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia
barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
muka bumi setelah Allah memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
betul-betul orang-orang yang beriman.” (QS. Al A’raaf: 85)
Dan janganlah kamu duduk di setiap jalan untuk menakut-nakuti orang beriman
kepada Syu'aib dan menghalang-halanginya dari jalan Allah. dan menginginkan jalan
Allah itu berkisar dari tujuannya. Dan renungkanlah ketika jumlahmu sedikit, lalu
dikembang-biakkan-Nya kamu dengan memberi berkat keturunan dan dana., lalu
perhatikan pula akibat-akibat yang diderita oleh bangsa-bangsa yang berdekatan dengan
kamu, karena mereka berbuat kerusakan. (QS. Al A’raaf: 86)

Penjelasan QS. Al A’raaf: 86, Tatkala dakwah Nabi Syu'aib "alaihis salam sudah agak
meluas, maka penduduk negeri yang berdekatan dengan nabi Syu'aib berdatangan untuk
beriman dan mendapatkan petunjuk. Tapi mereka dicegat di tengah jalan oleh orang-
orang berandalan sebangsa Syu'aib sambil menakut-nakuti untuk dibunuh kalau berani

22 | P a g e
memeneruskan perjalanan. Ancaman itu diiringi pula dengan fitnah dan kebohongan
dengan mengatakan bahwa agama yang dibawa Syu'aib adalah sesat. Kalau kalian turut
kalianpun akan sesat pula. Karena itu, kembali sajalah.
Arti dari "bangsa-bangsa yang berdekatan dengan kamu" adalah Kaum Nuh, yakni 'Aad
dan Tsamud
Demikianlah, Nabi Syu’aib ‘alaihissalam terus berdakwah kepada kaumnya dan
menerangkan kebenaran kepada mereka, tetapi yang beriman hanya sedikit saja,
sedangkan sebagian besar mereka kafir. Meskipun begitu, beliau tidak berputus asa
terhadap penolakan mereka, bahkan tetap sabar mendakwahi mereka dan mengingatkan
mereka nikmat-nikmat Allah yang tidak terhingga. Akan tetapi kaumnya tetap tidak
menerima nasihat dan dakwahnya, bahkan mereka berkata kepada Nabi Syu’ab sambil
mengolok-olok,
“Wahai Syu’aib! Apakah shalatmu menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang
disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami berbuat apa yang kami kehendaki
tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi
berakal.” (QS. Hud: 87)
Kemudian Nabi Syu’aib membantah mereka dengan kalimat yang halus sambil
mengajak mereka kepada yang haq,
“Wahai kaumku! Bagaimana pendapatmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari
Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku dari-Nya rezeki yang baik (patutkah aku menyalahi
perintah-Nya)? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa
yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku
masih sanggup. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah.
Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.” (QS. Hud:
88)
Seperti itulah Nabi Syu’aib ‘alaihissalam, Beliau berdakwah dengan argumentasi
yang kuat, sehingga Beliau disebut Khathibul Anbiya’ (Ahli Pidato dari kalangan para
nabi).
Selanjutnya, Beliau berkata kepada mereka menakut-nakuti mereka dengan adzab Allah
dan mengajak mereka kembali kepada Allah,
“Wahai kaumku, janganlah pertentangan antara aku (dengan kamu) menyebabkan kamu
menjadi jahat hingga kamu ditimpa adzab seperti yang menimpa kaum Nuh atau kaum
Hud atau kaum Saleh, sedang kaum Luth tidak (pula) jauh (zaman dan tempatnya) dari
kamu.–Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian bertobatlah kepada-Nya.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih.” (QS. Hud: 89-90)
Maka mereka mengancam akan menghukum Beliau, mereka berkata, “Wahai Syu’aib!
Kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan sesungguhnya kami
benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami; kalau tidak karena

23 | P a g e
keluargamu tentulah kami telah merajam kamu, sedang kamu pun bukanlah seorang
yang kuat di sisi kami.” (QS. Hud: 91)
Syu’aib menjawab, “Wahai kaumku, apakah keluargaku lebih terhormat menurut
pandanganmu daripada Allah, sedang Allah kamu jadikan di belakang (tidak
dipedulikan)? Sesungguhnya (pengetahuan) Tuhanku meliputi apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Hud: 91)
Selanjutnya, Nabi Syu’aib menakut-nakuti mereka dengan adzab Allah jika
mereka tetap di atas kesesatan dan kemaksiatan mereka, tetapi kaumnya malah
menjawab ancaman itu dengan mengancam Beliau dan memberikan pilihan,
“Mengikuti agama mereka atau pergi meninggalkan kota mereka bersama orang-orang
yang beriman yang mengikutinya.” Namun Nabi Syu’aib dan orang-orang yang beriman
bersamanya tetap teguh di atas keimanan mereka dan menyerahkan urusan mereka
kepada Allah. Maka kaumnya menuduh Beliau sebagai pesihir dan pendusta (QS. Asy
Syu’araa: 185-186)

Azab dari Allah

Nabi Syu'aib mengerti bahwa kaumnya telah ditutup hatinya. Ia berdoa kepada
Allah agar diturunkan azab pada kaum Madyan.
...Hingga akhirnya Nabi Syu’aib ‘alaihissalam berdoa kepada Tuhannya, “Ya Tuhan Kami,
berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan haq (adil) dan Engkaulah pemberi
keputusan yang sebaik-baiknya.” (QS. Al A’raaf: 89)
Namun kaumnya mengolok-olok adzab yang beliau ancamkan, bahkan meminta
disegerakan adzab. Para pemuka mereka juga berkata kepada yang lain,
Berkatalah orang-orang kafir terkemuka dari kaum Syu'aib kepada sesamanya, "Jika
kamu mengikuti Syu'aib, niscaya kamu akan merugi". (QS. Al A’raaf: 90)
Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menyuruh Nabi syu’aib ‘alaihissalam agar keluar
dari kota itu bersama orang-orang yang beriman karena adzab akan turun menimpa
kaumnya, selanjutnya Allah mengirimkan kepada mereka cuaca yang begitu panas yang
membuat tanaman kering, sumur kering, dan susu hewan habis, maka orang-orang pun
keluar mencari kesejukan, lalu mereka menemukan awan hitam yang sebelumnya
mereka kira sebagai hujan dan rahmat, sehingga mereka berkumpul di bawahnya,

24 | P a g e
Kemudian mereka diganyang oleh gempa bumi, lalu mayat-mayat mereka
bergelimpangan dalam rumahnya masing-masing.(QS. Al A’raaf: 91).
Kemudian ditimpakan kepada mereka bunga api yang membakar dan api yang
bergejolak sehingga membakar mereka semua, bumi pun berguncang dan mereka
ditimpa suara yang mengguntur yang mencabut nyawa mereka sehingga mereka menjadi
jasad-jasad yang mati bergelimpangan.
Dia juga menimpakan suara yang mengguntur sebagai balasan atas olok-olokkan
mereka kepada Nabi mereka (QS. Hud: 87).
Dan begitulah mereka telah Mendustakan Syu'aib sesuai dengan kebiasaaannya.
lalu mereka diganyang oleh siksaan suatu hari berselubung asap. Itulah siksaan hari
yang amat dahsiat. (QS. Asy Syuuraa’: 189).
Allah menyelamatkan Nabi Syu’aib ‘alaihissalam dan orang-orang yang beriman
bersamanya, Dia berfirman,
“Dan ketika datang adzab Kami, Kami selamatkan Syu’aib dan orang-orang yang beriman
bersamanya dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh
satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya.
Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, kebinasaanlah bagi
penduduk Mad-yan sebagaimana kaum Tsamud telah binasa.” (QS. Hud: 94-95).

25 | P a g e
Nabi Musa AS
Islam mengenalnya sebagai Nabi Musa AS, Kristen mengenalnya sebagai Moses
dan Bangsa Israel Yahudi mengenalnya sebagai Moshe. Tidak diketahui mengenai
tanggal lahir Nabi Musa. Ayah Nabi Musa bernama Imran (Amram). Nabi Musa dilahirkan
oleh wanita bernama Yukhabad. Diketahui saudara Nabi Musa berjumlah dua orang
yakni Harun yang dikenal sebagai salah satu nabi dalam Islam serta perempuan bernama
Miryam. Dilihat dari silsilah Nabi Musa, ia diketahui merupakan keturunan dari Nabi
Yakub.

Kelahiran Nabi Musa


Nabi Musa lahir ditengah penindasan Firaun terhadap bangsa Israel yang ketika
itu menjadi budak bangsa Mesir. Kisah kelahirannya diwarnai dengan mimpi Firaun yang
melihat seorang anak dari bangsa Israel akan menjadi pemimpin dan akan
menghancurkan Mesir.
Mimpi tersebut membuat Firaun kemudian memerintahkan para prajuritnya untuk
membunuh semua bayi bangsa Israel yang lahir di Mesir kala itu. Musa yang baru saja
dilahirkan oleh ibunya, Yokhabad kemudian diselamatkan oleh ibunya dengan cara
dihanyutkan ke sungai Nil.
Ibunya menyuruh Miryam, kakaknya untuk mengikuti kemana keranjang yang
berisi bayinya hanyut. Sejarah menyebutkan bahwa Musa yang masih bayi kemudian
ditemukan oleh istri Firaun bernama Asiyah. Dalam Alquran disebutkan bahwa Asiyah
mempertemukan Musa dengan ibu kandungnya untuk disusui.
Asiyah kemudian mengadopsi atau mengangkatnya sebagai anaknya. Sebagai
anak dari Asiyah, Musa menjadi pangeran Mesir. Ia memperoleh berbagai pengetahuan
terutama mengenai Mesir serta sejarah dari bangsa Israel di Mesir yang dibawa oleh
pendahulunya Nabi Yusuf.

Lari Dari Mesir


Sebagai bangsawan Mesir, Musa kemudian leluasa untuk berkeliling Mesir melihat
bagaimana kondisi rakyat Mesir kala itu. Ia pun melihat bagaimana kondisi bangsa Israel
yang kala itu dijadikan budak oleh bangsa Mesir.
Dikisahkan bahwa Musa membunuh seorang prajurit Mesir karena membela
kaumnya yakni bangsa Israel yang ketika itu diperlakukan semena-mena oleh prajurit
tersebut. Menyesali perbuatannya tersebut, Musa kemudian memutuskan untuk lari dan
keluar dari wilayah Mesir. Ia berjalan berhari-hari menyusuri panasnya pada pasir. Ia
kemudian sampai di negeri Madyan yang kini menjadi wilayah Uni emirat Arab.

26 | P a g e
Di Madyan, Musa bertemu dengan dua orang gembala perempuan yang ingin memberi
minum ternaknya. Ia kemudian membantu mereka dan juga menjelaskan asal usulnya.
Atas bantuannya, pemilik ternak bernama Yitro mengundang Musa untuk ke
kediamannya.
Ia menceritakan asal usul serta masalah yang ia hadapi. Pemilik ternak tersebut
kemudian paham dan menawarkan Musa untuk tinggal bersamanya dan
memperkerjakannya sebagai pengembala ternak.
Selama beberapa tahun, Musa membantu Yitro menjaga ternak-ternaknya. Yitro akhirnya
menikahkan anaknya bernama Zipora. Dari pernikahannya dengan Zipora, Musa
kemudian dikarunianya dua orang anak bernama Gersom dan Eliezer.
Setelah beberapa tahun tinggal di Madyan, Musa kemudian membawa istri beserta
anaknya pergi meninggalkan Madyan. Namun ditengah perjalanan, Ia dan keluarganya
sampai di lereng gunung Sinai.
Terpilih Sebagai Nabi / Utusan Allah
Di tempat tersebut, Musa melihat api di gunung tersebut. Karena penasaran, Ia kemudian
memberanikan diri pergi melihat sumber api tersebut. Disana, ia mendengar suara yang
memanggil namanya. Ia kemudian mencari sumber suara tersebut.
Di gunung itu, Allah kemudian berbicara langsung dengannya. Ia memerintahkan Musa
kembali ke Mesir untuk memperingatkan Firaun atas perbuatannya. Ia juga memilih Musa
sebagai Nabi untuk menyampaikan pesanNya tersebut.
Setelah mendapat perintah dari Allah di gunung Sinai, Nabi Musa kemudian turun dan
menceritakan kepada istri serta mertuanya mengenai peristiwa yang ia alami.

Kembali Ke Mesir
Setelah itu, Nabi Musa kemudian berangkat kembali ke Mesir. Sesampainya di
Mesir, ia bertemu dengan kedua kakaknya yakni Harun serta Miryam dan menceritakan
peristiwa tersebut.Harun kemudian memahami bahwa adiknya tersebut merupakan Nabi
yang dipilih oleh Allah untuk menyampaikan perintah tersebut. Nabi Musa serta Nabi
Harun menemui Firaun di istananya.
Setelah bertemu dengan Firaun, Nabi Musa menyampaikan pesan yang ia dapat
dari Allah dan menyuruh Firaun bertobat dan melepaskan bangsa Israel yang kala itu
menjadi budak keluar dari Mesir. Untuk membuktikan bahwa Musa adalah Nabi pilihan
Allah, ia melemparkan tongkatnya yang akhirnya berubah menjadi ular hal ini merupakan
salah satu mukjizat dari Nabi Musa. Namun Firaun menganggapnya sebagai tukang sihir.
Firaun kemudian memerintahkan para ahli sihir istana untuk melemparkan tali
mereka yang kemudian juga berubah manjadi ular. Namun ular Nabi musa memangsa
ular-ular ciptaan ahli sihir istana tersebut. Peristiwa tersebut tidak membuat Firaun

27 | P a g e
bertobat. Ia malah semakin menantang Nabi Musa dan menjadi semakin sombong.
Kesombongan Firaun membuat Tuhan murka.
Peristiwa pertemuannya dengan Firaun membuat kaum budak Israel percaya
bahwa Nabi Musa merupakan Nabi yang dijanjikan oleh Allah. Allah kemudian
menurunkan berbagai azab di wilayah Mesir atas kesombongannya. Mulai dari
kekeringan, hasil panen sedikit serta wabah belalang, katak serta air yang berubah
menjadi merah darah. Selain itu, Mesir juga dilanda angin topan.

Membawa Kaum Israel Keluar Dari Mesir


Hal ini membuat Firaun kemudian memohon kepada Musa agar berdoa kepada
Allah agar wabah tersebut berhenti. Setelah wabah berhenti, Firaun kemudian
menginkari janjinya.
Allah kemudian menyuruh nabi Musa untuk memerintahkan bangsa Israel
mempersiapkan diri serta perbekalan mereka untuk keluar dari Mesir.
Dalam Alquran dikisahkan bahwa nabi Musa bersama bangsa Israel meninggalkan Mesir
diwaktu malam hari. Ia juga membawa jasad Nabi Yusuf keluar bersamanya.
Beberapa lama setelah bangsa Israel meninggalkan Mesir, Firaun kemudian
memerintahkan para pasukannya untuk mengejar Nabi Musa serta kaumnya.

Nabi Musa Membelah Lautan


Dalam Biografi Nabi Musa diketahui bahwa Firaun memimpin ribuan pasukannya
mengejar Nabi Musa bersama dengan bangsa Israel hingga ke tepi Laut Merah. Di tepi
laut Merah, Tuhan kemudian memerintahkan nabi Musa mempergunakan tongkatnya
untuk membelah Laut Merah.
Peristiwa terbelahnya laut merah dipercaya sebagai salah satu mukjizat nabi
Musa. Kisah membelah laut Merah ini juga disebutkan Alquran dan Alkitab.
Bersama dengan bangsa Israel, Nabi Musa berhasil menyebrangi laut merah.
Firaun juga mencoba menyebrangi laut merah, namun ketika sampai di tengah Allah
kemudian menutup laut tersebut dan membuat firaun serta bala tentaranya tenggelam di
dalam lautan
Setelah sampai diseberang lautan, Nabi Musa membawa kaumnya sampai di
gunung Sinai. Disini, kaum Israel membuat perjanjian dengan Tuhan.
Nabi Musa kemudian naik ke gunung Sinai menemui Allah dan menitipkan pesan kepada
Nabi Harun kakaknya untuk menjaga kaumnya dari kemungkaran.

28 | P a g e
Menerima Sepuluh Perintah Tuhan
Dalam Biografi Nabi Musa diketahui bahwa di Gunung Sinai, Nabi Musa menerima
sepuluh perintah Tuhan yang dikenal dengan sebutan The Ten Commandement yang
kemudian termaktub dalam kitab Taurat. Kitab ini kemudian dipercaya oleh kaum yahudi,
Nasrani serta kaum muslim.
Dibawah gunung, Kaumnya sudah tidak sabar menunggu Nabi Musa kembali dari
gunung. Meskipun sudah dinasehati oleh Nabi Harun, namun kaum tersebut terdapat
golongan yang membangkang.
Nabi Harun tidak bisa mencegah golongan itu membuat patung anak sapi dari
emas dan kemudian menyembahnya. Setelah Nabi Musa turun dari gunung membawa
dua buah loh batu berisi sepuluh perintah Tuhan, ia kemudian kecewa.
Nabi Musa kemudian membanting dua buah loh batu tersebut gambaran dari
kekecewaannya terhadap kaumnya yang kembali menyembah berhala. Ia kemudian
menghancurkan patung tersebut dan menyeru untuk menyembah Allah.
Setelah dari gunung sinai, Nabi Musa kemudian membawa kaumnya ke tanah
yang dijanjikan oleh Allah. Dan mengingatkan untuk selalu menyembah Allah dan
mengikuti perintah sesuai dengan kitab taurat.

Nabi Musa Wafat


Setelahnya, Nabi Musa melakukan pengembaraan selama kurun waktu empat puluh
tahun meninggalkan kaumnya di tanah yang dijanjikan. Setelah menyelesaikan tugasnya,
Nabi Musa wafat dan dimakamkan di Gunung Nebo di lokasi yang tidak diketahui di
wilayah Yordania.

29 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

 https://www.penuliscilik.com/25-nabi/
 https://www.biografiku.com/biografi-nabi-musa/
 https://id.wikipedia.org/wiki/Nabi

30 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai