Anda di halaman 1dari 12

SEJARAH KABAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu falak


Dosen pengampu: Muhammad Adieb S.H.I, M.H

IPAN NASIRUDIN
SEMESTER VI

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM


STAIMA
(SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’HAD ALI)
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sholat adalah sala satu dari rukun islam yang ke 2, dimana setiap
muslim wajib melaksanakanya dimanapun berada dan dalam kondisi sakit
parah sekalipun. Dan sala satu dari syarat sholat yaitu menghadap kiblat,
dimana menghadap dalam sholat itu sangat pentin apabila tidak
menghadap kiblat maka sholatya tidak sah.
Dan tidak bisa dipungkiri lagi bahwa menghadap kiblat sudah
menjadi kesunahan untuk melaksanakan segala sesuatu hal yang sakral,
seperti berqurban, mengaji, dan lain-lain.
Oleh karena itu kita harus mengetahui apa itu kiblat, siapa pembuat
kabah, bagaimana sejarahnya, apakah kiblat berubah dari zaman ke
zaman.
Semuga makalah ini bermanfaat bagi pembaca terhusus bagi saya
sendiri, saya menyadari akan kekurangan dalam pembuatan makalah ini
entah dari cara menyuguhkan materi atau dari sitematika penulisan, saya
mengharapkan sekali keritik dan Saranya.
B. Rumusan masalah
1. Pengertian ka’bah
2. Sejarah terbentuknya ka’bah
3. Ka’bah pada zaman Nabi Muhammad Saw
4. Rekonstruksi ka’bah
C. Tujuan
1. mengetahui sejarah ka’bah
2. menambah wawasan keilmuan
3. menambah keimanan
4. dan keakuratan dalam beribadah

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian ka’bah
Secara bahasa, Ka'bah (bentuk tidak baku: Kaabah) adalah
bangunan suci yang dibangun oleh Nabi Ibrahim a.s. dan Ismail a.s.,
terletak di dalam Masjidilharam di Makkah, berbentuk kubus, dijadikan
kiblat salat bagi umat Islam dan tempat tawaf pada waktu menunaikan
ibadah haji dan umrah.i
Dari bahasa Arab, ٌ‫ َك ْعبَة‬, ka‘bah artinya "rumah berbentuk kotak",
َ ‫ ) َكع‬yang artinya" menjadikan kotak" atau
dari kata ka'aba (‫َّب‬
"mengotakkan".
Ka'bah disebut juga baitullah (rumah Allah) dan baitulharam
(rumah yang dimuliakan).
Bangunan Ka'bah beberapa kali disebutkan dalam Alquran dan
Hadits, seperti Bait (Rumah), Bait ul Haram (Rumah Suci), Bait Ullah
(Rumah Allah), Bait al-Ateeq (Rumah Tua), dan Awal ul Bait (Rumah
pertama).ii
B. Sejarah terbentuknya ka’bah
Pembangunan Ka'bah diperkirakan dimulai pada sekitar tahun
1500 SM. Selain itu, ada pendapat lain yang menyatakan bahwa Ka'bah
dibangun sejak zaman Nabi Adam. Para ahli sejarah memperkirakan
bahwa bentuk Ka'bah saat kali pertama dibangun memiliki tinggi 30
hingga 31 hasta atau 20 meter dengan lebar 20 hasta atau sekitar 10 meter.
Adapun bangunannya berupa susunan batu tanpa semen yang melekatkan.
Selain itu, Ka'bah awalnya tidak memiliki atap dan terdapat dua
pintu. Setelah berhasil dibangun, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim
untuk menyeru kepada manusia supaya berziarah ke Ka'bah.iii
Ka'bah merupakan bangunan pertama di bumi yang dibangun
untuk manusia. Ka'bah merupakan tempat ibadah pertama yang dibangun
di muka bumi.

َ‫اس لَلَّ ِذيْ بِبَ َّكةَ ُم ٰب َر ًكا َّوهُدًى لِّ ْل ٰعلَ ِم ْي ۚن‬
ِ َّ‫ض َع لِلن‬ ٍ ‫اِ َّن اَو ََّل بَ ْي‬
ِ ‫ت ُّو‬

3
"Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk
manusia, ialah (Baitullah) yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan
menjadi petunjuk bagi seluruh alam." (QS Ali Imran:96)
Ka'bah dibangun atau direnovasi oleh Nabi Ibrahim dan anaknya,
Ismail, atas perintah oleh Allah SWT.

َ َّ‫ت َواِسْمٰ ِع ْي ۗ ُل َربَّنَا تَقَبَّلْ ِمنَّا ۗ اِن‬


‫ك اَ ْنتَ ال َّس ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم‬ ِ ‫َواِ ْذ يَرْ فَ ُع اِب ْٰر ٖه ُم ْالقَ َوا ِع َد ِمنَ ْالبَ ْي‬

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-


dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan Kami
terimalah daripada Kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah yang
Maha mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. al-Baqarah [2]: 127).
Lahan bangunan Baitullah lebih tinggi dibandingkankan area di
sekitarnya sehingga banjir hanya mengalir di sisi kiri dan kanannya.
Berkat Ka'bah, Makkah pun erkembang menjadi pusat peribadatan
dan pusat perdagangan, serta area sekitarnya menjadi tempat tinggal yang
aman.
Banyak kafilah dan pedagang yang berdatangan ke sana. orang-
orang Arab dari berbagai penjuru Arab berdatangan menuju Baitullah dan
melakukan thawaf di sana.
‫صلًّى‌ ؕ َو َع ِه ۡدنَٓا اِ ٰلٓى اِ ۡب ٰر ٖه َم‬َ ‫اس َواَمۡ نًا ؕ َواتَّ ِخ ُذ ۡوا ِم ۡن َّمقَ ِام اِ ۡب ٰر ٖه َم ُم‬ ۡ ۡ ۡ
ِ َّ‫َواِذ َج َعلنَا البَ ۡيتَ َمثَابَةً لِّلن‬
‫طهِّ َرا بَ ۡيتِ َى لِلطَّ ِٕٓاٮفِ ۡينَ َو ۡال ٰع ِكفِ ۡينَ َوالرُّ َّک ِع ال ُّسج ُۡو ِد‬
َ ‫َواِ ۡسمٰ ِع ۡي َل اَ ۡن‬

“Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah)


sebagai tempat berkumpul manusia dan tempat aman. Dan jadikanlah
sebagian maqam Ibrahim sebagai tempat salat. Dan telah kami perintahkan
Ibrahim dan Ismail ‘Bersihkan rumah-Ku untuk orang-orang Tawaf, yang
i’tikaf, ruku, dan yang sujud.'” (QS Al-Baqarah:125)
Al-Hafiz Al-Nabawi dalam Tafsir Mujahid menyatakan, penamaan
Ka’bah diambil dari bentuk bangunannya yang persegi. Pada masa itu,
bangsa Arab menyebut setiap rumah yang berbentuk persegi dengan
Ka’bah.
Dalam satu periode tertentu sebelum kedatangan Islam, bangunan
itu sempat pula digunakan umat Kristiani—kemungkinan kaum Koptik
dan Kristen Etiopia—sebagai tempat pemujaan. Ini dibuktikan dengan

4
lukisan-lukisan di dinding bagian dalam bangunan yang menggambarkan
Nabi Isa (Yesus) bersama Maryam (Maria).
Penelitian G.R.D. King bertajuk “The Paintings of the Pre-Islamic
Ka’ba” yang dimuat di jurnal Muqarnas Online (2004) memperkuat bukti
tersebut.
Ketika Nabi Muhammad dilahirkan, kubus raksasa yang dibangun
Ibrahim sudah sepenuhnya dikuasai suku Quraisy penyembah berhala.
Bahkan menjadi semacam “kuil besar” bagi kaum pagan di seluruh jazirah
Arab.

“[Pada masa Nabi Muhammad] ada 360 berhala disusun di sekitar


Kakbah, mungkin merepresentasikan jumlah hari dalam setahun,” catat
Karen Armstrong dalam Islam: A Short History (2002: 10).
Bagi umat Islam, dewa-dewa terbesar suku Quraisy—Latta, Uza,
dan Manat—menjadi simbol degradasi moral dan spiritual. Karena itu,
ketika Nabi Muhammad dan pengikutnya berhasil menaklukkan
Makkah pada tahun 629, tiga patung dewa itu menjadi sasaran
pertama untuk dihancurkan. Kenabian Muhammad sekaligus kelahiran
Islam kemudian mengubah lanskap keagamaan di jazirah Arab. Hari ini
kita mengenal kubus raksasa itu sebagai Ka'bah dan menjadi kiblat kaum
muslim.
Dikutip dari buku 'The Great Episodes of Muhammad SAW' karya
Dr Al Buthy, bangunan Ka'bah awalnya memiliki tinggi 7 hasta dengan
panjang 30 hastam dan lebar mencapai 22 hasta tanpa atap. Selain itu, ada
pendapat lain yang meriwayatkan tinggi Kakbah mencapai 9 hasta.
C. Ka’bah pada zaman Nabi Muhammad Saw
“Dan ingatlah ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar
Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa), ‘Ya Tuhan kami, terimalah dari
kami (amal kami). Sungguh Engkau Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 127)
Beberapa tahun sebelum Muhammad diangkat menjadi nabi,
Ka’bah diterjang banjir bandang hingga menyebabkan dindingnya retak—
riwayat lain roboh. Air bah itu berasal dari gunung-gunung yang ada di
sekitar Ka’bah.
Maklum, pada saat itu Ka’bah—yang tingginya semnilan hasta
atau tujuh meter- tidak beratap dan pintunya sejajar dengan tanah. Kondisi

5
Ka’bah yang seperti itu juga memudahkan para pencuri untuk mengambil
harta-harta persembahan yang ditaruh di dasar Ka’bah. iv
Riwayat lain—dari Ibnu Hisyam-menyebutkan bahwa ada faktor
lain yang membuat Kaum Quraisy akhirnya memugar Ka’bah, yaitu
hilangnya ular di bawah Ka’bah. Jadi ketika itu, ada seeokor ular yang
‘tinggal’ di bawah Ka’bah. Ular tersebut terus membuka mulutnya ketika
ada orang yang hendak mendekat untuk meletakkan persembahan di dekat
Ka’bah. Hingga suatu hari, ular tersebut diterkam dan dibawa pergi seekor
burung. Kaum Quraisy yakin bahwa burung tersebut adalah utusan Allah.
Mereka berharap, Allah akan meridhai apa yang dikerjakannya, yaitu
merenovasi Ka’bah.
Peristiwa-peristiwa itu membuat Kaum Quraisy bersepakat untuk
memugar Ka’bah. Sebelumnya, mereka tidak berani melakukan itu karena
kesakralan Ka’bah. Namun karena kondisi Ka’bah yang semakin buruk,
mereka akhirnya berani merenovasinya.
Terlebih, pada saat itu ada kapal milik saudara Romawi yang
membawa bahan bangunan tengah terdampar di Jeddah. Juga ada seorang
Nasrani yang mahir dalam bidang pertukangan. Kaum Quraisy mulai
memugar Ka’bah setelah semua persiapannya selesai. Adalah Aiz bin
Marwan bin Makhzum, orang pertama yang memugar Ka’bah. Aiz
mengalami kejadian aneh ketika memulai mencungkil batu Ka’bah. Yaitu,
batu-batu yang sudah diambil jatuh dari tangannya dan kemudian kembali
ke tempat awalnya. Sesaat setelah kejadian itu, Aiz berkata: “Kita
lanjutkan pemugaran, tetapi jangan menerima sesuatu apapun yang tidak
baik dalam rangka pemugaran ini. Jangan ada sesuatu yang sumbernya
dari perzinaan, atau riba, atau hasil penganiayaan terhadap seseorang.”
Riwayat lain menyebutkan bahwa yang mengatakan hal demikian
adalah Abu Wahab. Kaum Quraisy kemudian mengikuti Aiz, mengambil
dan mencungkil batu-batu di dinding Ka’bah. Pekerjaan renovasi Ka’bah
dikerjakan empat Suku Quraisy. Masing-masing suku bertanggung jawab
terhadap satu sisi Ka’bah, mulai dari memugarnya hingga membangunnya
kembali. Di tengah jalan, mereka tidak berani meruntuhkan bagian-bagian
yang perlu dihancurkan karena takut akan mendapatkan bencana. Mereka
berhenti.
Namun kemudian, dalam Sejarah Ka’bah (Ali Husni al-Kharbuthli,
2014), al-Walid bin Mughirah berusaha meyakinkan mereka. Ia
mengambil kapaknya dan mulai meruntuhkan Ka’bah dari arah dua tiang
Ka’bah. “Ya Allah, kami tidak menginginkan apapun kecuali kebaikan,”
kata al-Walid bin Mughirah. Orang-orang Quraisy tidak langsung
mengikuti al-Walid bin Mughirah. Mereka menunggu hingga keesokan

6
harinya. Jika terjadi sesuatu pada al-Walid, maka mereka tidak akan
meruntuhkan bangunan Ka’bah dan mengembalikan seperti semula.
Namun jika al-Walid baik-baik saja, mereka yakin Allah telah meridhai
langkahnya. Keesokan harinya al-Walid bin Mughirah masih sehat seperti
biasanya. Ia meneruskan pekerjaannya menghancurkan dinding-dinding
Ka’bah.
Setelah itu, orang-orang Quraisy mulai mengikuti al-Walid,
meruntuhkan bangunan Ka’bah. Mereka menggali hingga mencapai
pondasi batu hijau yang dulu diletakkan Nabi Ibrahim AS. Semula mereka
hendak menghancurkan fondasi itu, namun karena selalu gagal, mereka
akhirnya membiarkannya dan menjadikannya sebagai fondasi bangunan
Ka’bah yang akan dibangun. Ketika proses renovasi itu, orang-orang
Quraisy menemukan suatu tulisan berbahasa Suryani di dua tiang Ka’bah.
Mereka tidak mengerti apa isi dari tulisan itu.
Hingga kemudian datang seorang Yahudi dan mengartikannya.
Berikut arti dari tulisan itu: “Aku Allah pemilik Bakkah (Makkah) ini. Aku
menciptakan Bakkah pada saat Aku ciptakan langit dan bumi, dan pada
saat Aku bentuk matahari dan bulan. Aku melindunginya dengan tujuh
raja. Penduduknya diberkahi dengan air dan susu.”
Orang-orang Quraisy itu mengambil batu-batu granit berwarna biru
dari pegunungan di sekitar Makkah, sebagai bahan ‘bangunan Ka’bah
yang baru.’ Nabi Muhammad yang saat itu berusia 35 tahun—riwayat lain
25 tahun- ikut serta dalam proses pemugaran Ka’bah. Beliau juga ikut
mengangkut batu-batu itu dengan cara memikulnya. Beliau sempat
terjatuh ketika membawa batu-batu itu hingga pakaiannya tertarik. Saat itu
juga, beliau langsung membetulkan pakaiannya seperti semula. Pada saat
pembangunan sampai pada posisi Hajar Aswad, ketinggian 1,10 meter,
timbul pertengkaran—hingga hampir terjadi pertumpahan darah- di antara
Suku Quraisy terkait siapa yang berhak meletakkan batu hitam tersebut.
Masing-masing dari mereka merasa paling berhak.
Diriwayatkan, perselisihan itu berlangsung selama empat atau lima
hari sebelum akhirnya mereka berdamai. Salah satu sesepuh Quraisy, Abu
Umayyah bin al-Mughirah al-Makhzumi, memberi saran agar menetapkan
orang ketika sebagai pemutus persoalan tersebut. Jadi keputusan tentang
siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad akan diputus oleh orang yang
pertama kali lewat pintu masjid besok paginya. Suku-suku Quraisy sepakat
dengan usulan itu. Dan Nabi Muhammad lah orang yang pertama kali
melewati pintu masjid. Orang-orang Quraisy menerima Muhammad
sebagai penentu karena sikapnya yang jujur dan bisa dipercaya. Jadilah
Nabi Muhammad pemutus perselisihan itu. Nabi Muhammad lantas
meminta selembar kain selendang. Beliau meletakkan Hajar Aswad di atas

7
kain tersebut. Beliau kemudian meminta keempat pemuka kabilah yang
berselisih untuk memegang ujung kain tersebut. Mereka mengangkat
Hajar Aswad secara bersamaan. Kata Nabi, oyang berhak meletakkan
kembali Hajar Aswad ke tempatnya adalah orang yang ‘didekati’ batu
tersebut. Ternyata, batu tersebut meluncur ke arah Nabi. Beliau kemudian
meletakkan batu tersebut ke tempat asalnya.
M. Quraish Shihab dalam Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW
(2018), menyebut bahwa pemugaran Ka’bah sebetulnya tidak selesai
karena biaya untuk renovasi tidak cukup. Terlebih, Aiz atau Abu Wahab
sebelumnya sudah mewanti-wanti agar dana yang dipakai untuk
merenovasi Ka’bah harus bersih, tidak berasal dari hasil zina, riba, atau
penganiayaan. Karena dananya tidak cukup, akhirnya mereka mengurangi
panjang tembok sisi barat dan sisi timur di bagian utara. Kurang lebih tiga
meter yang dikurangi. Mereka kemudian memberikan tanda pada bagian
yang harus diselesaikan. Tanda itulah yang kini dikenal dengan tembok
yang relatif rendah atau dikenal dengan Hijr Ismail.
Dengan demikian, tawaf menjadi tidak sah jika memasuki ruang itu
karena Hijr Ismail masih bagian dari arah luar Ka’bah. Setelah dipugar,
mereka membangun kembali bangunan Ka’bah dengan ukuran dan
‘bentuk’ yang sedikit berbeda dari sebelumnya. Pintu Ka’bah ditinggikan,
sekitar dua meter dari lantai. Ketinggiannya ditambah menjadi 18 hasta,
dari sebelumnya sembilan hasta atau tujuh meter. Pintunya dibuat hanya
satu, sebelumnya dua pintu: satu di bagian timur dan satu di bagian barat.
Di dalam Ka’bah dibuat enam tiang dalam dua deretan. Di dalamnya juga
dipasang tangga untuk naik ke atap. Berbagai macam gambar, barang-
barang berharga, dan berhala—Hubal- kemudian ditaruh kembali di dalam
Ka’bah, setelah renovasi selesai.
Diriwayatkan al-Mas’udi, ada sekitar 60 gambar di dalam Ka’bah,
di antaranya gambar Nabi Ibrahim AS sedang memegang panah untuk
mengundi (azlam), gambar Nabi Ismail AS tengah menunggang kuda dan
membagikan hadiah pada manusia, dan juga gambar-gambar anak-anak
mereka hingga Qushay bin Kilab. Di setiap gambar, ada tuhan milik
pemilik patung, termasuk tata cara menyembahnya dan perbuatan yang
terkenal dari tuhan tersebut.
Ketika Islam datang, Nabi Muhammad hendak menyelesaikan
pembangunan Ka’bah. Sebetulnya Nabi Muhammad ‘tidak sepakat’
dengan pembangunan Ka’bah yang dilakukan Kaum Quraisy tersebut,
karena mengubah posisi Ka’bah sebagaimana ketika dibangun Nabi
Ibrahim AS. Namun Nabi memilih untuk menahan ‘egonya’ atas
kebenaran sejarah, dengan mendahulukan kepentingan masyarakat secara
luas.

8
Sehingga niat tersebut diurungkan. “Wahai Aisyah, jika bukan
karena kaummu baru saja meninggalkan jahiliyah, tentu mereka sudah
kuperintahkan untuk menghancurkan Ka’bah agar kumasukkan ke
dalamnya apa yang dikeluarkan darinya, kutempelkan (pintunya) ke tanah,
kubuatkan baginya satu pintu di timur dan satu pintu di barat, dan aku
akan menghubungkannya dengan dasar-dasar yang dibangun Ibrahim,”
kata Nabi Muhammad. Sementara gambar-gambar dan berhala yang ada di
dalam dan luar Ka’bah dihapus dan dihancurkan Nabi Muhammad ketika
peristiwa Pembebasan Kota Makkah (Fathu Makkah).
Merujuk buku Sejarah Hidup Muhammad (Muhammad Husain
Haekal, 2015), Nabi Muhammad memandang dan mengamati gambar
Nabi Ibrahim AS. di dalam dinding Ka’bah itu cukup lama. Beliau tidak
terima kalau salah satu kekasih Allah itu dilukiskan sedemikian rupa,
dengan memegang azlam. “Mudah-mudahan Allah membinasakan
mereka (yang membuat lukisan Nabi Ibrahim as.)!” kata Nabi
Muhammad. Setelah mengamati semua gambar yang menempel di dinding
dalam Ka’bah itu,
Nabi Muhammad memerintahkan kepada para sahabatnya untuk
menghapus semuanya. Semuanya, sehingga tidak ada satu pun lukisan dan
berhala yang tersisa di Ka’bah.v
D. Bentuk ka’bah sekarang
Dikutip dari buku Ka’bah Rahasia Kiblat Dunia oleh Muhammad
Abdul Hamid Asy-Syarqawi, dkk., meskipun Masjidil Haram mengalami
pembangunan dan perluasan berkali-kali sejak 74 M, namun ukuran
Ka’bah tidak diubah.
Tinggi Ka’bah saat ini adalah 14 meter dengan panjang dari
Multazam 12,84 meter, sedangkan dari arah Hijir Ismail 11,28 meter.
Antara Rukun Yamani dan Hijir Ismail terbentang 12,11 meter, dan antara
Rukun Yamani dengan Hajar Aswad 11,52 meter.
Pada 1417 Hijriyah, Raja Fahd bin Abdul Aziz memerintahkan
untuk merenovasi Ka’bah, termasuk memperkuat fondasinya. Itu karena
banjir yang melanda kota Mekah yang dapat mempengaruhi bangunan dari
Ka’bah.
Selain memperkuat fondasi, keran, saluran air, lubang-lubang dan
atap Ka’bah yang tak berubah hingga kini juga diperbaiki. Atap ini
dikelilingi dinding setinggi 80 cm dan di atasnya terdapat beberapa tiang
untuk mengikat kiswah atau tirai hitam yang berguna untuk menutupi
bangunan Ka’bah.vi

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kabah merupakan kiblatnya orang orang muslim, selain
beribadah,melakukan hala hal baik juga dianjurkan menghadap kiblat.
Kabah dibangun oleh nabi Adam a.s, kemudian ditinggikan oleh
nabi Ibarahim a.s. hingga sekarang kabah sudah banyak mengalami
renovasi dari jaman pra islam hingga islam dating kabah sudah mengalami
4 kali renovasi.

10
DAFTAR PUSTAKA
KBBI
https://www.risalahislam.com/2021/07/pengertian-kabah-dan-
sejarahnya.html
https://kumparan.com/berita-hari-ini/inilah-ukuran-kabah-dan-isi-di-
dalamnya-sebagai-kiblat-umat-muslim-1ytuqq7Hrw9
https://www.risalahislam.com/2021/07/pengertian-kabah-dan-
sejarahnya.html
https://islam.nu.or.id/sirah-nabawiyah/renovasi-ka-bah-pada-masa-nabi-
muhammad-xfidF
https://kumparan.com/berita-hari-ini/inilah-ukuran-kabah-dan-isi-di-
dalamnya-sebagai-kiblat-umat-muslim-1ytuqq7Hrw9

11
i
KBBI
ii
https://www.risalahislam.com/2021/07/pengertian-kabah-dan-sejarahnya.html
iii
https://kumparan.com/berita-hari-ini/inilah-ukuran-kabah-dan-isi-di-dalamnya-sebagai-kiblat-umat-muslim-
1ytuqq7Hrw9
iv
https://www.risalahislam.com/2021/07/pengertian-kabah-dan-sejarahnya.html
v
https://islam.nu.or.id/sirah-nabawiyah/renovasi-ka-bah-pada-masa-nabi-muhammad-xfidF
vi
https://kumparan.com/berita-hari-ini/inilah-ukuran-kabah-dan-isi-di-dalamnya-sebagai-kiblat-umat-muslim-
1ytuqq7Hrw9

Anda mungkin juga menyukai