Anda di halaman 1dari 18

ALASAN DIBALIK PEMBANGUNAN MAUSOLEUM SEBAGAI

PENINGGALAN ARSITEKTUR ISLAM PADA MASA KERAJAAN


MUGHAL
Oleh:
M Dzaky Ramzy - 1306161
Ilham Faturrahman R S - 1403488
Rachmat Susamto - 1406530
M Khairi Lutfi - 1405549

Abstrak: Pada masa kerajaan Mughal terdapat banyak peninggalan Arsitektur


Islam berupa Mausoleum. Namun dalam Islam sendiri tidak adanya anjuran
bahkan cenderung tidak memperbolehkan membangun makam yang megah. Lalu
mengapa Mausoleum dibangun oleh para Sultan? Munculnya pandangan-
pandangan baru mengenai alasan sebenarnya dibalik pembangunan Mausoleum
yang kemudian membuat kami melakukan penelitian mengenai hal ini. Metode
penelitian dilakukan dengan cara mengkaji artikel ilmiah yang telah ditulis oleh
beberapa peneliti.
Kata Kunci: Kerajaan Mughal. Mausoleum. Pandangan baru. Artikel ilmiah
Abstract: At the time of the mughal empire, there are many relics of Islamic
architecture in the form of mausoleum. But in Islam itself there is no suggestion
that allows to build a magnificent tomb. Then why the mausoleum was built by the
sultans? For what reason? The emergence of new views on the real reason behind
the development of the mausoleum made us do research on this. The research
method is done by reviewing the scientific articles that have been written by some
researchers.
Keywords: Mughal Empire. Mausoleum. New view. Scientific articles

ARSITEKTUR ISLAM 1
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK 1
DAFTAR PUSTAKA 2
BAB I: PENDAHULUAN 3
I.1 Latar Belakang 3
I.2 Tujuan 8
I.3 Rumusan Masalah 8
BAB II: PEMBAHASAN 9
II.1 Sejarah Arsitektur Mughal 9
II.2 Arsitektur Makam 10
II.3 Identifikasi Kasus 11
BAB III: SIMPULAN 15
III.1 Simpulan 15
III.2 Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 16
LAMPIRAN 17

ARSITEKTUR ISLAM 2
BAB I: PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pada masa kerajaan mughal ditinggalkan makam-makam yang megah atau
disebut juga monument makam (Mausoleoum). Hal tersebut dapat dibuktikan
dengan keberadaan Taj Mahal dan Makam Humayun, sebagai Mausoleum yang
paling ternama. Mausoleum dibangun untuk mengenang & menghormati para
anbiya, khalifah, sultan & kaum yang dianggap sebagai kaum bangsawan.
Mausoleum dalam arsitektur merupakan sebuah monumen makam yang
difungsikan sebagai tempat persitirahatan untuk menghadap sang Ilahi. Terdapat
perbedaan pendapat mengenai pembangunan Mausoleum ini. Sebagian ulama
mengharamkannya sebagian lagi memperbolehkan dengan ketentuan – ketentuan
tertentu. Berikut ini akan dijabarkan dalil – dalil islam mengenai Mausoleum
( Monumen Makam ) :
a. Larangan dalam membangun Mausoleum
Terdapat banyak dalil mengenai ini diantaranya :
“Katakanlah: ‘Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan
(melampaui batas) dengan cara yang tidak benar di dalam agamamu.
Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang terdahulu
yang telah sesat (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah
menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan
yang lurus.” (QS. al-Maidah: 77)
Dari Jundab, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi  wa sallambersabda,

َ Uُ‫ ُذوا ْالقُب‬U‫ا ِج َد أَالَ فَالَ تَتَّ ِخ‬U‫الِ ِحي ِه ْم َم َس‬U‫ص‬


 ‫ور‬U َ ‫ائِ ِه ْم َو‬UUَ‫ أَ ْنبِي‬ ‫أَالَ َوإِ َّن َم ْن َكانَ قَ ْبلَ ُك ْم َكانُوا يَتَّ ِخ ُذونَ قُبُو َر‬
َ‫اج َد إِنِّى أَ ْنهَا ُك ْم ع َْن َذلِك‬
ِ ‫َم َس‬

“Ingatlah bahwa orang sebelum kalian, mereka telah menjadikan


kubur nabi  dan orang sholeh mereka sebagai masjid. Ingatlah,
janganlah jadikan kubur  menjadi masjid. Sungguh aku benar-benar
melarang dari yang demikian” (HR.  Muslim no. 532).

Ummu Salamah pernah menceritakan pada Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa  sallam mengenai gereja yang ia lihat di negeri
Habaysah yang disebut  Mariyah. Ia menceritakan pada beliau apa
yang ia lihat yang di dalamnya terdapat  gambar-gambar. Lantas
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

، ‫ ِجدًا‬U‫ر ِه َم ْس‬U َّ  ‫ ُل‬U‫الِ ُح – أَ ِو ال َّر ُج‬U‫الص‬


ِ U‫وْ ا َعلَى قَ ْب‬UUَ‫الِ ُح – بَن‬U‫الص‬ َ ِ‫أُولَئ‬
َّ ‫ك قَوْ ٌم إِ َذا َماتَ فِي ِه ُم ْال َع ْب ُد‬
ِ ‫ق ِع ْن َد هَّللا‬ َ ِ‫ أُولَئ‬، ‫ الصُّ َو َر‬ ‫ك‬
ِ ‫ك ِش َرا ُر ْال َخ ْل‬ َ ‫ص َّورُوا فِي ِه تِ ْل‬
َ ‫َو‬

“Mereka adalah kaum yang jika hamba atau orang sholeh mati di 
tengah-tengah mereka, maka mereka membangun masjid di atas

ARSITEKTUR ISLAM 3
kuburnya. Lantas  mereka membuat gambar-gambar (orang
sholeh) tersebut. Mereka inilah  sejelek-jelek makhluk di sisi
Allah” (HR. Bukhari no. 434).

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda,

ِ ‫ َمس‬ ‫ اتَّ َخ ُذوا قُبُو َر أَ ْنبِيَائِ ِه ْم‬، ‫صا َرى‬


‫ْجدًا‬ َ َّ‫لَ َعنَ هَّللا ُ ْاليَهُو َد َوالن‬

“Allah melaknat orang Yahudi dan Nashrani di mana mereka


menjadikan kubur  para nabi mereka sebagai masjid” (HR.
Bukhari no. 1330 dan Muslim no.  529).

Hadits-hadits di atas menunjukkan larangan bersikap


berlebihan terhadap kubur, di antara bentuknya adalah menjadikan
kubur menjadi satu dengan masjid. Sebagaimana hal ini telah
diterangkan di artikel: Shalat di Masjid yang Ada Kubur. Baca pula
artikel Menjadikan Kubur Sebagai Masjid.

b. Larangan Membuat Bangunan di Atas Kubur


Larangan yang dimaksud adalah dan membuat bangunan atau rumah
atau memasang kijing (marmer) di atas kubur.
Pertama, perkataan ‘Ali bin Abi Tholib,

‫ ِه‬U‫ا بَ َعثَنِى َعلَ ْي‬UU‫ك َعلَى َم‬ َ U ُ‫ب أَالَّ أَ ْب َعث‬


ٍ ِ‫ال‬UUَ‫ال لِى َعلِ ُّى بْنُ أَبِى ط‬U َ Uَ‫ال ق‬U ِّ ‫ ِد‬U ‫َّاج األَ َس‬
َ Uَ‫ى ق‬ ِ ‫ع َْن أَبِى ْالهَي‬
ُ‫ط َم ْستَهُ َوالَ قَ ْبرًا ُم ْش ِرفًا إِالَّ َس َّو ْيتَه‬ َ َّ‫ أَ ْن الَ تَ َد َع تِ ْمثَاالً ِإال‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫َرسُو ُل هَّللا‬

Dari Abul Hayyaj Al Asadi, ia berkata, “‘Ali bin Abi Tholib


berkata kepadaku, “Sungguh aku mengutusmu dengan sesuatu
yang Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah mengutusku
dengan perintah tersebut. Yaitu jangan engkau biarkan patung
(gambar) melainkan engkau musnahkan dan jangan biarkan kubur
tinggi dari tanah melainkan engkau ratakan.” (HR. Muslim no.
969).

Syaikh Musthofa Al Bugho -pakar Syafi’i saat ini- mengatakan,


“Boleh kubur dinaikkan sedikit satu jengkal supaya membedakan dengan
tanah, sehingga lebih dihormati dan mudah diziarahi.” (At Tadzhib, hal.
95). Hal ini juga dikatakan oleh penulis Kifayatul Akhyar, hal. 214.

ARSITEKTUR ISLAM 4
Kedua, dari Jabir, ia berkata,

‫ ِه َوأَ ْن يُ ْبنَى‬Uْ‫ َد َعلَي‬U‫ ُر َوأَ ْن يُ ْق َع‬U‫ص ْالقَ ْب‬ َّ ‫ أَ ْن يُ َج‬-‫لم‬U‫ه وس‬UU‫صلى هللا علي‬- ِ ‫ع َْن َجابِ ٍر قَا َل نَهَى َرسُو ُل هَّللا‬
َ U‫ص‬
‫َعلَ ْي ِه‬

Dari Jabir, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang


dari memberi semen pada kubur, duduk di atas kubur dan memberi
bangunan di atas kubur.” (HR. Muslim no. 970).

Kalam Syafi’iyah

Matan yang cukup terkenal di kalangan Syafi’iyah yaitu matan Abi


Syuja’ (matan Taqrib) disebutkan di dalamnya,

‫ويسطح القبر وال يبني عليه وال يجصص‬

“Kubur itu mesti diratakan, kubur tidak boleh dibangun bangunan di


atasnya dan tidak boleh kubur tersebut diberi kapur (semen).”
(Mukhtashor Abi Syuja’, hal. 83 dan At Tadzhib, hal. 94).

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Yang sesuai ajaran Rasul –


shallallahu ‘alaihi wa sallam– kubur itu tidak ditinggikan dari atas tanah,
yang dibolehkan hanyalah meninggikan satu jengkal dan hampir dilihat
rata dengan tanah. Inilah pendapat dalam madzbab Syafi’i dan yang
sepahaman dengannya.” (Syarh Shahih Muslim, 7: 35).

Imam Nawawi di tempat lain mengatakan, “Terlarang memberikan


semen pada kubur, dilarang mendirikan bangunan di atasnya dan haram
duduk di atas kubur. Inilah pendapat ulama Syafi’i dan mayoritas ulama.”
(Syarh Shahih Muslim, 7: 37).

Taqiyyuddin Abu Bakr Muhammad Al Hishni Al Husaini Ad


Dimasyqi, penulis Kifayatul Akhyarberkata, “Kubur boleh dinaikan satu
jengkal saja supaya dikenali itu kubur dan mudah diziarahi, juga agar lebih
dihormati oleh peziarah.” Syaikh Taqiyuddin juga mengatakan
bahwa tasthih(meratakan kubur) lebih utama
daripada tasnim (meninggikannya). Lihat Kifayatul Akhyar, hal. 214.

Di halaman yang sama, Syaikh Taqiyyuddin juga berkata bahwa


dilarang memberi semen pada kubur dan menulis di atasnya dan juga
terlarang mendirikan bangunan di atas kubur.

ARSITEKTUR ISLAM 5
Mengenai meninggikan kubur juga disinggung oleh Ibnu Daqiq Al
‘Ied ketika menyarah kitab At Taqrib. Beliau rahimahullah mengatakan,
“Meratakan kubur dengan tanah lebih afdhol daripada meninggikannuya
karena demikianlah yang ada pada kubur Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam, begitu juga yang terlihat pada kubur para sahabat Nabi.”
(Tuhfatul Labib, 1: 367).

Muhammad bin Muhammad Al Khotib, penyusun kitab Al


Iqna’ mengatakan, “Dilarang mendirikan bangunan di atas kubur
maksudnya adalah mendirikan qubah seperti rumah. Begitu pula dilarang
memberi semen pada kubur karena ada hadits larangan dalam Shahih
Muslim.” (Al Iqna’, 1: 360).

Dari keterangan di atas, nampaklah jelas bahwa kubur tidaklah perlu


dibuat mewah dengan bangunan di atasnya, apalagi dalam madzhab
Syafi’i -yang jadi pegangan para kyai di negeri kita- melarang demikian.
Perhatikan saja bagaimana kubur salafush sholeh. Lihat saja jika kita pergi
ke Baqi’ yang berada di luar dekat Masjid Nabawi, kita akan saksikan
kubur para sahabat tidaklah istimewa, kubur mereka begitu sederhana.
Mengistimewakan kubur seperti itu apalagi kubur wali dan orang sholeh
dapat mengantarkan pada kesyirikan. Dan setiap perantara menuju syirik
dilarang diterjang dalam Islam. Itulah mengapa membangun bangunan di
atas kubur dilarang. 

c. Memperbolehkan Membangun Mauseoleum dengan Syarat


Ahkam al-Maqabir fi as-Syari'ah al-Islamiyyah, sebuah studi
berbasis kajian fikih komparatif yang ditulis oleh dosen Fakultas
Syariah dan Perbandingan Agama Universitas Qashim Arab
Saudi, Prof Abdullah bin Umar bin Muhammad as-Sahibani, adalah
salah satu upaya termutakhir yang mencoba menguraikan masalah ini.
Ia berkesimpulan, pendapat ulama tak sama menyikapi persoalan
Mazhab Hanafi berpandangan, makruh membangun makam,
bahkan bisa naik haram bila motif pembangunannya sekadar untuk
mempercantik. Salah satu riwayat dalam mazhab ini menyatakan,
sedangkan jika makam tersebut merupakan makam para ulama,
hukumnya makruh. Ini dengan catatan, tanah pemakaman tersebut
bukan termasuk tanah wakaf yang peruntukkannya untuk umum. Jika
status tanah makam adalah wakaf maka haram hukumnya.
Sedangkan, dalam pandangan Mazhab Maliki, pembangunan
makam tersebut mesti dilihat dari skalanya, besar atau kecil. Jika
dibangun sederhana dan skalanya kecil seperti memberikan dinding
sederhana pada pusaran makam sebagai identitas maka para ulama
mazhab yang berafiliasi pada Imam Malik bin Anas ini sepakat

ARSITEKTUR ISLAM 6
hukumnya boleh. Contoh kasus, seperti makam-makam para wali. Jika
pembangunan makam itu berskala besar maka ada dua ketentuan, yaitu
bila tujuannya mengumbar kebanggaan dan kesombongan, sepakat
hukumnya haram.
Bila tidak disertai dengan motif itu, masih menurut mazhab yang
tumbuh dan berkembang di Tanah Hijaz ini, ada yang
memperbolehkan dan ada pula yang melarangnya.
Akan tetapi, satu catatan mendasar dari Mazhab Maliki, yakni
syarat penting bolehnya membangun makam itu ialah jika status tanah
tempat makam berada adalah milik pribadi atau sekalipun milik orang
lain, tetapi telah mengantongi izin dan selama pembanguan itu tidak
merugikan pihak lain. Maka, jika ternyata status tanah tempat makam
itu berada merupakan wakaf atau pemakaman umum, segenap ulama
Mazhab Maliki berpendapat hukumnya haram. Ketentunan ini berlaku
untuk semua kalangan tak pandang bulu, entah ulama, tokoh
masyarakat, atau elite penguasa sekalipun.  Sebagian bahkan
menfatwakan agar makam yang dibangun di atas tanah wakaf atau
makam umum agar diratakan dengan tanah seperti makam yang ada.
Pendapat yang nyaris sama disampaikan pula oleh Mazhab Syafi'i.
Mazhab yang merujuk pada metode ijtihad Imam Syafi'i ini
membedakan mengklasifikasikan kasus ini dalam dua ketegori utama,
yakni makam itu berdiri di atas tanah wakaf dan makam yang berada
di tanah pribadi.
Untuk kategori pertama, mereka sepakat hukumnya haram dan
harus dirobohkan agar serupa dengan makam lainnya. Imam Syafi'i
menceritakan di magnum opus-nya, al-Umm, bahwa dirinya pernah
melihat pejabat di Makkah merobohkan makam yang dipoles apik dan
tak satu pun ahli fikih yang memprotes tindakan itu. Lalu, bila status
tanah makam adalah miliki pribadi, terserah saja hendak dibangun
seperti apa makam tersebut.
Sementara itu, Mazhab Hanbali menilai, hukum pembangunan
makam ialah makruh. Entah bangunan itu memakan jengkal tanah atau
sekadar aksesori di atas pusaran makam. Ini adalah riwayat yang
paling sahih dalam mazhab yang berafilisasi pada Ahmad bin Hanbal
ini. Sebagian ulama Mazhab Hanbali berpandangan, boleh bila
dibangun di atas tanah pribadi, termasuk membuat kubah. Tetapi,
sebagian yang lain membuat kubah hukumnya makruh. Salah satu
riwayat Imam Ahmad melarang jika dibangun di atas tanah wakaf. Ibn
al-Jauzi bahkan menegaskan, haram menggali liang lahat di
pemakaman umum, sebelum ada kebutuhan.   
Lalu mengapa kerajaan pada masa itu membangun Mausoleum?
Apakah alasan sebenarnya dibalik pembangunan Mausoleum? Dalam
makalah kali ini kami akan memaparkan hasil penelitian kami

ARSITEKTUR ISLAM 7
mengenai identifikasi alasan pembangunan Mausoleum studi kasus
Mausoleum Humayun dan Mausoleum Taj Mahal, menggunakan
metode penilitian Literatur berdasarkan beberapa jurnal ilmiah.
I.2 Tujuan
Identifikasi latar belakang pembangunan makam yang megah berdasarkan tata
letak dan bentuk bangunan
I.3 Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan makam megah/Mausoleum?
Apakah alasan Mausoleum dibangun?

ARSITEKTUR ISLAM 8
BAB II: PEMBAHASAN
II.1 Sejarah Arsitektur Mughal
Dilansir dalam UI Press: 1985 oleh Nasution, Harun dan Sejarah
Peradaban Islam oleh Yatim, Badri mengenai sejarah Arsitektur Mughal pada
tanggal Kemaharajan Mughal, (Mughal Baadshah atau sebutan lainnya Mogul )
adalah sebuah kerajaan yang pada masa jayanya memerintah Afghanistan,
Balochistan, dan kebanyakan anak benua India antara 1526 dan 1858 M. Kerajaan
ini didirikan oleh keturunan Mongol, Babur, pada 1526 . Kata mughal adalah
versi Indo-Aryan dari Mongol . Dinasti Mughal berdiri tegak selama kurang lebih
tiga abad (1526–1858 M) di India. Dalam kurun waktu tersebut, Islam telah
memberi warna tersendiri di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas memeluk
agama Hindu. Hingga kini, gaung kebesaran Islam warisan Dinasti Mughal
memang sudah tidak terdengar lagi. Tetapi, lahirnya Negara Islam Pakistan tidak
terlepas dari perkembangan Islam pada masa dinasti tersebut.
Puncak kejayaan kerajaan Mughal terjadi pada masa pemerintahan Putra
Humayun, Akbar Khan (1556-1605 M). Sistem Pemerintahan Akbar adalah
militeristik. Akbar berhasil memperluas wilayah sampai Kashmir dan Gujarat.
Pejabatnya diwajibkan mengikuti latihan militer. Politik Akbar yang sangat
terkenal dan berhasil menyatukan rakyatnya adalah Sulhul Kull atau toleransi
universal, yang memandang sama semua derajat. Akbar menciptakan Din Ilahi,
yang menjadikan semua agama menjadi satu demi stabilitas antara Hindu dan
Islam. Akbar mengawini putri pemuka Hindu dan melarang memakan daging
sapi. Penguasa keempat adalah Jahangir (1605-1628 M), putra Akbar. Jahangir
adalah penganut Ahlusunah wal jamaah, sehingga apa yang ayahnya ciptakan
menjadi hilang pengaruhnya. Dari itu muncul berbagai pemberontakan, terutama
oleh putranya sendiri, Kurram. Kurram berhasil menangkap ayahnya, tapi berkat
permaisuri kerajaan, permusuhan antara ayah dan anak ini bisa dipadamkan.

Setelah Jahangir meninggal, Kurram naik tahta setelah mengalahkan


saudaranya, Asaf Khan. Kurram bergelar Shah Jahan (1627-1658 M) . Masa ini
banyak terjadi pemberontakan, terutama dari kalangan keluarga kerajaan.
Aurangzeb, panglima dan juga putra ketiga Shah Jahan berhasil memadamkan
pemberontakan dari keturunan Lodi. Keberhasilan Aurangzeb membuat saudara
tertuanya, Dara, merasa iri dan menuduh ingin merebut tahta kerajaan. Namun
ketangguhan Aurangzeb berhasil mengalahkan saudaranya sekaligus menangkap
ayahnya, Shah Jahan. Hal ini pernah dilakukan sendiri oleh Shah Jahan terhadap
kakek Aurangzeb, Jahangir. Aurangzeb, (1658-1707 M) menggantikan ayahnya,
Shah Jahan. Kebijakan Aurangzeb sangat berbeda dengan yang dilakukan oleh
para pendahulunya terutama buyutnya, Akbar Khan. Ia melarang berjudi,
minuman keras, upacara sati, serta membolehkan pengrusakan kuil-kuil Hindu.

ARSITEKTUR ISLAM 9
II.2 Arsitektur Makam
Mausoleum Peradaban Islam
Kenapa Mausoleum bisa muncul di peradaban islam mengingat pada
ajaran periode awal islam sangatlah dilarang untuk membangun makam dengan
atap terlebih makam yg megah seperti Mausoleum.
Menurut oleg grabar dalam salah satu journalna yg berjudul “islamic dome and
some consideration” penyebab munculya Mausoleum terjadi karena 3 hal.
1. Karena peradaban lokal sebelum islam yang mempengaruhi peradaban
islam.
2. Munculnya ajaran syiah yang meyakini keturunan sultan harus di hormati
dan diperlakukan special.
3. Munculnya kesadaran peradaban islam untuk menunjukan eksistensi
tempat tokoh tokoh penting islam dikuburkan.
Mausoleum diyakini muncul di peradaban islam pada abad ke 10 di iran dan di
mesir. Hal ini terbukti dengan berbagai macam Mausoleum periode awal islam
yang ditemukan seperti Mausoleum (a,b,c,d,e,.) Namun pada masa sebelum islam
yaitu pada masa umat kristiani mendominasi tidak ditemukan bangunan yg serupa
dengan Mausoleum. Hal ini diyakini karena beberapa alasan:
1. Karena peradaban lokal sebelum islam yang mempengaruhi
peradaban islam.
2. Munculnya ajaran syiah yang meyakini keturunan sultan harus
di hormati dan diperlakukan spesial.
3. Munculnya kesadaran peradaban islam untuk menunjukan
eksistensi tempat tokoh tokoh penting islam dikuburkan.
Di peradaban yg lebih tua barulah ditemukan bangunan yang menyerupai
Mausoleum. Di mesir terdapat piramid yang berfungsi sebagai makam bagi raja2
mesir kuno. Piramid memiliki kesamaan fungsi dengan Mausoleum dsb db dsb.
Di peradaban kuno Iran tidak ditemukan bangunan yg memiliki fungsi
yang sama dengan Mausoleum namun ditemukan “fire temple” yang merupakan
bangunan untuk menghormati dewa-dewa kuno. Kuil ini memiliki bentuk fisik
seperti canopi dengan 4 kolom dan beratapkan kubah. Bangunan ini diyakini
sebagai cikal bakal masuknya Mausoleum pada peradaban islam.
Mausoleum di kesultanan mughal
Kesultanan Mughal didirikan oleh Raja Babur. Islam telah lama masuk ke
daerah India sejak kesultanan Ummayyad. Oleh karena itu Dinasty mughal
banyak terpengaruh oleh kebudayaannya terutama Persia. Menurut Rahimov
Laziz dalam artikel journal “Mausoleum of Humayun” ada dua alasan mengapa
kesultanan ini terpengaruh oleh budaya Persia.

ARSITEKTUR ISLAM 10
1 .pada masa periode awal kesultanan mughal, Raja Babur tidak
menggemari arsitektur india, oleh sebab itu Raja Babur mengundang ahli
dari Sinan dan beberapa arsitek dari Alban untuk pembangunan di
kesultanan tersebut.
2. Mausoleum Humayun yang merupakan Mausoleum dibuat berdasarkan
pengaruh Persia. Dikarenakan raja Humayun memiliki hubungan baik
dengan persia.

III.3 Identifikasi Kasus


A. Makam Humayun
 Lokasi
Makam Humayun ini berlokasi di atas daratan tanah yang datar di Delhi
dekat dengan banks of the Jumna.

 Waktu
Berdasarkan “Abd al-Qadir Badauni, salah satu dari beberapa sejarawan
kontemporer menyebutkan bahwa makam ini didesain oleh Mirak Mirza Ghiyas,
seorang arsitek dari iran. Makam Humayun ini tidak langsung dibangun setelah
kematiannya yaitu tahun 1556, namun dimulai pada tahun 1562 sampai dengan
tahun 1571.

 Alasan
Makam Humayun tidak secara langsung dibangun pada saat Humayun
meninggal dikarenakan seorang Hindu yang bernama Hemu yang ditangkap di
Delhi dari Mughal setelah kematian Humayun telah dikalahkan oleh penguasa
muda pada 5 November 1556. Kemudian Sikander Shah, salah satu dari Surs
terakhir juga dikalahkan setahun kemudian. Dan terakhir adalah pemecatan
Bairam Khan, yang merupakan wali kaisar dikarenakan kekacauan pada saat
periode tersebut.
 Identifikasi
Humayun’s Tomb merupakan sebuah Mausoleum yang dibangun oleh anak
Humayun yang bernama Akbar dikarenakan perasaan bahwa dirinya belum
mendapatkan kesempatan untuk menunjukan pelayanan yang setia kepada
Humayun. Makam ini didesain oleh Mirak Mirza Ghiyas, seorang arsitek dari
iran. Selain sebagai makam untuk Humayun, Mausoleum ini pun didesain untuk
mengakomodasi beberapa makam yang kemudian didirikan sebagai pusat dari
dinasti

ARSITEKTUR ISLAM 11
o Bentuk

Mausoleum ini memiliki sebuah bentukan persegi, namun pada


bagian dalamnya terdiri dari 4 kesatuan segi delapan yang memiliki ciri
tersendiri yang terpisah oleh 4 tempat peristirahatan. Humayun's tomb ini
memiliki ukuran yg sangat luas, perencanaan yang simetris secara radial,
inti bangunan yang diselesaikan dengan material berupa batu pasir merah
dan marmer putih, serta memiliki pengaturan dalam perencanaan untuk
taman yang memiliki kesan formal. Setiap aspek pada Humayun's tomb ini
memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan asal bangunan pada masa pre-
Mughal.
Bentuk bangunan yang simetris secara radial umum digunakan
pada arsitektur Timurid yang berasal dari Iran dan Asia Tengah,
Penggunaan batu pasir merah dan marmer putih pada penyelesaian
struktur terdapat pada beberapa bangunan abad ke 14 di India, Makam ini
juga memiliki pengaturan yang mirip dengan makam pada abad ke 14, 15
dan 16 yang memiliki pengaturan yang formal.
Pada Mausoleum ini juga terdapat pengguna dari bintang yang
berbentuk segi enam sebagi simbol astrologi, yang ditambahkan oleh
Akbar sebagai suatu pemaknaan. Pemaknaan yang dimaksud adalah
sebagai sebuah simbolisasi Humayun dengan keturunannya serta sebagai
refleksi dari kepercayaannya bahwa melalui Humayun dia mendapatkan
cahaya ilahi yang menjadikan suatu pembeda dari musuhnya serta
saudaranya.
o Filosofi

Humayun’s tomb ini memiliki arti dari segi arsitektur, yang


merupakan sebuah refleksi dari usaha anak Humayun yaitu Akbar untuk
memadukan tentang luasan serta jangkauan dari kerajaannya. Namun
terdapat juga arti tersendiri yang menjelaskan tentang aspirasi serta
asosiasi dari diri Akbar sendiri. Dalam konteks lainnya Humayun's tomb
bertujuan sebagai suatu penegasan pernyataan dari intensitas Mughal
untuk merevitalisasi Delhi dan untuk mengembalikan kembali aturan
kesulatanan
Perencanaan bangunan serta bentukan kubah dari Humayun’s tomb
ini merupakan sebuah simbol dari masa dinasti Akbar, kemudian material
batu pasir merah serta marmer putih pada bangunan menjadi simbol dari
aspirasi India Akbar. Kualitas simbolis dari makam humayun merupakan
suatu pencerminan usaha tentang keberanian untuk menciptakan sebuah
arsitektur yang tumbuh, namun berbeda,dari bangunan islami sebelumnya
di India dan Iran. Dua kutub pada dunia Mughal

ARSITEKTUR ISLAM 12
B. Taj mahal
Taj mahal merupakan makam yang di buat Raja Shah Jahan untuk Istrinya
yang bernama Mumtaz Mahal. Kisah yang beredar dari bangunan ini adalah Taj
Mahal merupakan persembahan Raja Shah Jahan kepada mendiang Mumtaz
Mahal sebagai lambang cinta Shah Jahan terhadap Istrinya. Pada sejarah
sebelumnya belum pernah ada bangunan yang dibuat oleh pria untuk
dipersembahkan kepada seorang wanita, bahkan Piramida sendiri dibangun oleh
penguasa untuk dirinya sendiri.
Namun ada beberapa teori bahwa sebenarnya Shah Jahan bukanlah Suami
yang setia terhadap istrinya. Shah Jahan dikenal arogan, licik dan kejam lewat
catatan di Mughal India. Teori-teori tersebut menimbulkan spekulasi seperti yang
dikatakan novelis Sarat Chandra Chatterji bahwa sebenarnya Shah Jahan tetap
akan membangun monumen yang menyerupai Taj Mahal jika Mumtaz Mahal
tidak meninggal.
Terlepas dari cerita populer tentang Taj Mahal. Rencana Awal
pembagunan Taj Mahal bukanlah untuk tanda cintanya terhadap Mumtaz Mahal,
melainkan sebagai simbol dari kekuasaannya dan kematian Mumtaz Mahal
berperan sebagai katalis untuk mencapai itu semua. Dapat disimpulkan bahwa
Shah Jahan membuat Taj Mahal untuk menunjukan eksistensinya.
Dalam segi visual, Taj Mahal dan Taman Makam Mughal lainnya
merupakan representasi dari surga. Banyak aspek dari Taj mahal yang
merepresentasikan Surga, dimulai dari struktur kubah Taj, dan terdapat juga
pavilion di sebelah timur laut complex yang berbentuk segi delapan bertingkat-
tingkat. Pavilion bertingkat tersebut merupakan penggambaran Qajar tentang Nabi
Muhammad pada saat di surga. Selain itu denah dari taman Taj yag disebut
Chahar-Bagh juga melambangkan empat sungai yang mengalir di surga. Di dalam
Taj terdapat taman pavilion dengan nama Hast Bihisht, yang merepresentasikan
delapan surga.
Dengan Banyaknya penggambaran dari surga di Taj Mahal, justru
memunculkan keheteredoksan Taj mahal itu sendiri. Taj Mahal secara eksplisit
merepresentasikan Arsy. Bahkan sebenarnya dalam bahasa persia arti kata “Taj
Mahal” sendiri adalah “Crown Palace” (Istana Mahkota) walaupun “Taj Mahal”
sering disebut sebagai singkatan dari “Mumtaz Mahal”.
Pernyataan Taj Mahal sebagai representasi Arsy secara eksplisit didapat
dari berbagai aspek visual dan arsitektur pada Taj Mahal. Dimulai dari ukuran Taj
Mahal yang dibuat dengan skala monumental yang membuat bangunan ini
terkesan seperti menjulang kelangit. Ditambah dengan peletakan kolam yang
berada di tengah taman yang merefleksikan Taj Mahal. Kolam ini membuat
ukuran Taj semakin monumental dan seperti menjulang ke langit dengan refleksi
yang dihasilkannya. Dari segi bentuk denah, Taj Mahal yang berbentuk persegi
sangatlah sebagai representasi dari Arsy. Diyakini arsitek dari Taj mahal
terinspirasi dari karya Al-Qazwani yang berjudul “Wonders of Creation”. Di

ARSITEKTUR ISLAM 13
karya tersebut digambarkan secara diagram wujud Arsy dalam bentuk persegi
sebagai persegi ditopang oleh empat malaikat yang berada di tiap sudutnya.
Berbeda dengan Mausoleum Mughal lainnya yang meletakan paviliun
makamnya ditengah tengah taman. Taj Mahal meletakan paviliunnya di pinggir
ujung taman. Hal ini diyakini karena Taj Mahal merepresentasikan surga pada
hari kebangkitan dimana manusia manusia yang telah mati akan dibangkitkan
kembali untuk diadili di bawah Arsy.

ARSITEKTUR ISLAM 14
BAB III: SIMPULAN
III.1 Simpulan
Pada masa kerajaan Mughal terdapat banyak peninggalan Arsitektur Islam
berupa Mausoleum. Namun dalam Islam sendiri tidak adanya anjuran bahkan
cenderung tidak memperbolehkan membangun makam yang megah. Muncul
pandangan-pandangan baru mengenai alasan sebenarnya dibalik pembangunan
Mausoleum. Menurut oleg grabar dalam salah satu journalna yg berjudul “islamic
dome and some consideration” penyebab munculya Mausoleum terjadi karena 3
hal.
1. Karena peradaban lokal sebelum islam yang mempengaruhi peradaban
islam.
2. Munculnya ajaran syiah yang meyakini keturunan sultan harus di hormati
dan diperlakukan special.
3. Munculnya kesadaran peradaban islam untuk menunjukan eksistensi
tempat tokoh tokoh penting islam dikuburkan.
Pada Makam Humayun serta Taj Mahal terbukti adanya unsur keinginan
dalam menunjukkan diri atau eksistensi para pembangun (Sultan) dalam
pembangunan Mausoleum itu sendiri.
III.2 Saran
Semoga artikel ini dapat disempurnakan kembali dimasa yang akan dating,
mengingat masih banyaknya kekurangan dalam penyusunan, penulisan, serta
penelitian yang kami lakukan.

ARSITEKTUR ISLAM 15
DAFTAR PUSTAKA
Aryanti, Tutin. Mughal Architecture. Diambil dari
http://spot.upi.edu/mhs/mk/41423.
Behindra, AK, Taj Mahal in the tunnel of History, Dehli Publication,
1949, in Urdu Language.
Brand,Barbara, Islamic Art, Translation: M. Shayestefar, Publications of
the Institute of Art Studies, Tehran, 2004
Ebba Koch, Mughal Architecture: An Outline of its History and
Development (1526-1858), Munich, 1991,
Islamic Art: Language and expression, Titus Burkhard, M. rajabnia,
Soroush Press, 1986.
Laziz, Rahimanov A. 2016. The Mausoleum of Humayun. International
Journal of Sciencific & Technology Research Vol. 5
.Soltanzadeh H. 1999.Continuation of the Persian garden design in Taj
Mahal, Office of Cultural Studies

ARSITEKTUR ISLAM 16
LAMPIRAN

ARSITEKTUR ISLAM 17
ARSITEKTUR ISLAM 18

Anda mungkin juga menyukai