Anda di halaman 1dari 10

KEUTAMAAN MEMBERSIHKAM MASJID

Pada zaman Rasulullah SAW ada seorang wanita hitam bernama Ummu
Mahjan. Dia selalu menyempatkan diri membersihkan masjid Rasulullah
SAW. Suatu hari ketika Rasul sedang ke pemakaman, beliau melihat sebuah
kuburan baru.

Rasul bertanya, “Kuburan siapa ini, wahai para sahabat?”

Mereka yang hadir di situ menjawab, “Ini kuburan Ummu Mahjan, ya


Rasulullah.”

Rasul SAW langsung menangis begitu mendengar berita tersebut, lalu beliau
menyalahkan para sahabatnya, “Mengapa kalian tidak memberitahukan
kematiannya kepadaku supaya aku bisa menyalatinya?”

Mereka menjawab, “Ya Rasulullah, pada waktu itu matahari sedang terik
sekali.” Rasulullah diam saja mendengar jawaban tersebut.

Lalu, beliau berdiri dan shalat untuk mayit yang sudah ditanam beberapa hari
itu dari atas kuburnya. “Bila ada di antara kalian yang meninggal dunia, beri
tahukan kepadaku, sebab orang yang kushalati di dunia, shalatku itu akan
menjadi syafa‘at di akhirat.”

Sesudah berkata demikian, Rasulullah kemudian memanggil Ummu Mahjan


dari atas kuburnya. “Assalamualaikum ya Ummu Mahjan! Pekerjaan apa yang
paling bernilai dalam daftar amalmu?”

Rasulullah SAW diam sejenak. Tak lama kemudian beliau berkata, “Dia
menjawab bahwa pekerjaannya membersihkan masjid Rasulullah adalah
pekerjaan yang paling bernilai di sisi Allah. Allah Taala berkenan mendirikan
rumah untuknya di surga dan dia kini sedang duduk-duduk di dalamnya.”
Secara fisik, masjid adalah bangunan biasa yang terdiri atas lantai, tiang, dan
atap. Namun, secara spiritual, masjid adalah poros nadi umat yang sangat
fundamental. Selain menjadi perekat umat di mana mereka bisa menebarkan
kebajikan, masjid juga merupakan media bagi sang Muslim agar sukses
dalam menjalin hubungan vertikal dengan Allah; melalui masjid, sang Muslim
bisa melakukan mi'raj menuju Ilahi.

Dari masjid, kaum Muslimin bisa belajar-mengajar, keimanan seseorang


tergambar, tingkat keberagamaan masyarakat terpancar, ketenangan dan
kedamaian berbinar-binar, dan kebangkitan umat mengakar.

Seorang Muslim akan prihatin dan sedih manakala menjumpai seseorang


yang dengan seenaknya mengotori masjid dan membiarkan kotoran (sampah)
berserakan. Juga tidak etis jika kita membiarkan bau tak sedap bercokol di
tempat wudhu, toilet, atau kamar mandi masjid, sehingga aromanya
menyebar dan dihirup orang-orang yang shalat, membaca Alquran, iktikaf,
atau ibadah lainnya.

Dengan demikian, kebersihan dan keasrian masjid jelas mendukung


kekhusyukan kaum Muslimin dalam beribadah. Maka, sangat pantas kalau
Allah dan Rasul-Nya memberikan pahala yang besar bagi mereka yang
membersihkan masjid— sebagaimana tersimbul dalam riwayat di atas. Nabi
juga bersabda, “Barang siapa yang mengeluarkan kotoran dari masjid maka
Allah akan membangunkan untuknya sebuah rumah di surga,” (HR Ibnu
Majah).

Zaman memang sudah berubah dan modern, sehingga masjid-masjid


membutuhkan pengurusnya. Namun, membersihkan masjid tentu saja bukan
monopoli mereka. Selama mempunyai niat yang mantap, siapa pun punya
peluang yang sama untuk mempersiapkan bangunan di surga, yakni dengan
membersihkan masjid.
KEUTAMAAN MEMBERSIHKAN MASJID

Tempat yang paling dicintai oleh Allah adalah masjid. (HR Muslim). Mungkin
kita pernah memasuki masjid dalam kondisi yang kurang bersih. Karpetnya
kusam, tidak rapi, serta banyak sampah-sampah kecil.

Dan ketika bersujud, hidung kita mencium bau yang kurang sedap. Belum lagi
tempat wudhunya yang cukup kotor, lantainya tidak dipel, keran airnya
banyak yang rusak, dan bau toiletnya mengganggu hidung.

Masjid adalah tempat suci dan tempat bersujudnya umat Islam kepada Allah
SWT. Kata masjid terulang sebanyak 28 kali dalam Alquran. Dari segi
bahasa, kata masjid terambil dari kata sajada-sujud, yang berarti patuh, taat,
serta tunduk penuh hormat dan takzim. Meletakkan dahi, kedua tangan, lutut,
dan kaki ke bumi, yang kemudian dinamai sujud oleh syariat, adalah bentuk
lahiriah yang paling nyata dari makna-makna di atas.

Itulah sebabnya mengapa bangunan masjid yang dikhususkan untuk


melaksanakan shalat dinamai masjid, yang artinya tempat bersujud (M
Quraish Shihab, 1996).

Secara fisik, masjid hanyalah sebuah bangunan yang terdiri atas lantai, atap,
tiang, tembok, dll. Namun, secara nilai spiritual, masjid sejatinya poros
kegiatan dan urat nadi yang sangat penting untuk umat Islam. Selain sebagai
tempat untuk menebar kebaikan dan pahala, masjid juga tempat untuk
seorang hamba bersujud dan berdoa kepada Allah SWT.

Artinya, umat Islam membangun komunikasi vertikalnya dengan Allah lebih


utama dilakukan di dalam masjid. Di dalam masjid itulah, seorang Muslim
membangun jembatan untuk mi'raj menuju Sang Khalik. Masjid dihidupkan
dan dimakmurkan dengan lantunan doa-doa, zikir, dan tasbih kepada Tuhan
semesta alam.
Allah SWT berfirman dalam Hadis Qudsi, Sesungguhnya rumahrumah- Ku di
Bumi adalah masjid-masjid dan para pengunjungnya adalah orang-orang
yang memakmurkannya. (HQR Abu Na'im dari Sa'id al- Khudri). Itulah
sebabnya, seorang Muslim yang beriman akan sangat tidak setuju dan
prihatin serta tidak rela jika ada orang yang seenaknya mengotori masjid.

Atau, membiarkan kotoran (sampah-sampah kecil) berserakan di dalam atau


sekitar masjid. Menjaga keindahan, kebersihan, serta memakmurkan masjid
termasuk ibadah yang berpahala dan akan mendapatkan petunjuk Allah. Allah
SWT mengabarkan hal ini dalam firman-Nya, Sesungguhnya orang-orang
yang memakmurkan masjid Allah, ialah orang yang beriman kepada Allah dan
hari kemudian, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, dan tidak takut
kecuali hanya kepada Allah semata.

Karena itu, semoga mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.


(QS at-Taubah [9]: 18). Ber-fastabikul khairat (berlomba-lomba dalam
kebaikan) bukan saja melulu ritual ibadah kepada Allah, melainkan menjaga
kebersihan masjid pun termasuk amalan yang berpahala di sisi Allah.

Salah satu indikasi Muslim yang beriman dengan baik, yaitu mampu
menciptakan kondisi masjid yang bersih dan nyaman. Tidak membiarkan
masjid menjadi tempat yang kotor. Secara kasat mata, membersihkan masjid
adalah kegiatan yang biasa-biasa saja. Bahkan, membersihkan masjid oleh
sebagian orang dianggap sepele dan tidak memiliki makna ibadah.

Akan tetapi, jangan lupakan perhatian dan balasan dari Allah bagi yang
melakukannya. Ganjaran yang tak terhingga besarnya dari Allah akan
diterima. Sabda Rasulullah, Barang siapa yang mengeluarkan kotoran dari
masjid, maka Allah akan membangunkan untuknya rumah di surga. (HR Ibnu
Majah). Sungguh, balasan yang sangat pantas dan layak didapatkan.
HADIST KEUTAMAAN MEMBERSIHKAN MASJID

Bismillah wal Hamdulillah …

Ya, itu pekerjaan mulia. Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam sangat menghormati orang
yang membersihkan masjid.

Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu bercerita:

‫أن رجالا أسود أو امرأة سوداء كان يقم المسجد فمات فسأل النبي صلى هللا عليه وسلم عنه فقالوا مات قال أفال كنتم آذنتموني‬
‫به ؟ دلوني على قبره أو قال قبرها فأتى قبرها فصلى عليها‬
Ada seorang laki-laki atau wanita hitam yang suka membersihkan masjid, dan dia wafat.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya kepada para sahabat tentang
keberadaannya. Para sahabat menjawab: “Dia telah wafat.”
Maka Nabi Shallallahu’Alaihi wa Sallam berkata: “Kenapa kalian tidak memberitahu aku
kematiannya? Tunjukkan kepada aku di mana kuburnya.” Maka, Rasulullah Shallallahu’Alaihi
wa Sallam mendatangi kuburnya dan shalat di atasnya (shalat jenazah). (HR. Bukhari No. 458
dan Mualim No. 956)
Aisyah Radhiyallahu ‘Anha berkata:

‫أمر رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ببناء المساجد في الدُّور وأن تنظف وتطيب‬
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan membangun masjid di berbagai
negeri, membersihkan dan memberikan wewangian. (HR. Abu Dawud No. 455, At Tirmidzi
No. 594, Shahih)
Dari Abu Sa’id Al Khudri Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda:

‫ّللا لَه بَ ْيت اا في ا ْل َجنَّة‬ ْ ‫َم ْن أ َ ْخ َر َج أَذاى م ْن ا ْل َم‬


َّ ‫سجد بَنَى‬
“Barangsiapa mengeluarkan kotoran dari dalam masjid, maka Allah akan membuatkan baginya
rumah di surga.” (HR. Ibnu Majah No. 749, dhaif)
Imam Al Munawi Rahimahullah berkata:

‫طاهر كدم وزرق طير ومخاط وبصاق وتراب وحجر وقمامة ونحوها من كل ما يقذره (بنى هللا له بيتا في الجنة) نجس أو‬
‫وفي بعض الروايات إن ذلك مهور الحور العين‬
Yaitu membersihkan mesjid dari najis, atau darah, tahi burung, ingus, ludah, tanah, batu,
sampah, dan semisalnya, yg mengotori masjid (maka Allah akan bangunkan baginya rumah di
surga) dalam riwayat lain itu sebagai mahar bagi bidadari di surga. (Faidhul Qadir, 6/43)
Demikian. Wallahu a’lam
KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-
MALIKI

BAB MASJID

HADITS KE 213 :

‫ور أ ُ همتِي َحتهى ا َ ْل َقذَاةُ يُ ْخ ِر ُجهَا‬


ُ ‫ي أ ُ ُج‬
‫علَ ه‬
َ ْ‫ّللَا صلى هللا عليه وسلم ( ع ُِرضَت‬ ِ ‫سو ُل َ ه‬ ُ ‫ قَا َل َر‬: ‫َوع َْن أَنَ ٍس رضي هللا عنه قَا َل‬
َ‫ص هح َحهُ اِ ْبنُ ُخ َز ْي َمة‬
َ ‫ست َ ْغ َربَهُ َو‬
ْ ‫ِي َوا‬ ُ ‫س ِج ِد ) َر َواهُ أَبُو د‬
ُّ ‫َاو َد َواَلتِ ْر ِمذ‬ ْ ‫لر ُج ُل ِم ْن ا َ ْل َم‬
‫اَ ه‬

Dari Anas Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam


bersabda: “Diperlihatkan kepadaku pahala-pahala umatku sampai pahala orang yang
membuang kotoran dari masjid.” Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi. Hadits Gharib
menurut Tirmidzi dan shahih menurut Ibnu Khuzaimah.

MAKNA HADITS :

Rasulullah (s.a.w) amat mengambil berat kebersihan masjid. Barang siapa yang
membersihkan kotoran di dalam masjid meskipun itu sedikit, maka dia pasti
memperoleh pahala, terlebih lagi bagi orang yang menyapu, membersihkan debu dan
kotoran. Dengan demikian, dia pasti memperoleh ganjaran pahala yang lebih besar lagi.
Barang siapa yang mencemari masjid atau mengotorkannya, dia mendapat dosa.

FIQH HADITS :

1. Allah tidak pernah menyia-nyiakan pahala seseorang yang melakukan amal


kebaikan, meskipun amalnya itu sedikit.

2. Menerangkan yang Rasulullah (s.a.w) diperlihatkan oleh Allah mengenai perkara-


perkara yang berkaitan dengan akhirat.

3. Dianjurkan membersihkan masjid dan mengeluarkan sampah dari dalamnya.

4. Dilarang memandang remeh amal kebaikan, betapa pun itu kecil, sebab bisa jadi itu
menjadi penyebab dosa diampuni.

Wallahu a’lam bisshowab..


Tulisan ini hanyalah catatan ringan. Membahas bagian kecil dari bab
kehormatan masjid. Cukup beberapa paragraf ringan sebagai pengingat untuk
kita. Tentang suatu pekerjaan yang seringkali dianggap hina di mata orang.
Apa itu?

Tukang sapu masjid.

Iya, tukang sapu masjid, pekerjaan yang sering dipandang sebelah mata ini
teenyata amalan yang mulia dan luhur. Pemilihan kata “tukang sapu” bukan
bermaksud membatasi makna. Namun segala pekerjaan membersihkan masjid,
seperti mengepel, mencabut rerumputan liar di halaman masjid dan yang
sejenisnya, semua itu masuk dalam cakupan pembahasan ini.

Sebenarnya sudahlah cukup sebagai bukti, bahwa membersihkan masjid


adalah amalan yang agung adalah sabda Rasulullah shallallahu’alaihi
wasallam,

‫َض ْالبِ ََل ِد إِلَى هللاِ أَس َْواقُ َها‬


ُ ‫ َوأ َ ْبغ‬،‫اج ُدهَا‬
ِ ‫س‬َ ‫أ َ َحبُّ ْالبِ ََل ِد إِلَى هللاِ َم‬

“Tempat yang paling dicintai oleh Allah adalah masjid, dan tempat yang paling
dibenci Allah adalah pasar” (HR. Muslim)

Dia menjadi tukang sapu, tapi untuk tempat yang paling dicintai oleh Allah,
bagaimana tidak mulia?! Tentu ini sebuah pekerjaan yang mulia dan harus
dihargai.

Alamgkah indahnya, bila orang-orang yang memiliki kedudukan di masyarakat,


untuk sesekali menyapu rumah Allah. Selain supaya masyarakat menjadi sadar
akan wibawa masjid, sehingga mereka menjadi lebih sadar akan kehormatan
masjid, juga untuk membuatnya menjadi lebih dekat dengan masyarakat dan
mengikisifat-sifat angkuh dalam diri.

Sebagai tauladan dalam hal ini, seorang ulama karismatik bernama Abu Syuja’
Ahmad bin al-Husain al-Ashfahani (w 593 H). Beliau ini adalah ulama yang
terpandang di kalangan kaum muslimin. Buku karyanya yang berjudul “Matan
al-Ghayah wat-Taqriib” menjadi materi yang wajib untuk dipelajari, bagi yang
hendak mendalami fikih mazhab Syafi’i. Jabatannya sebagai hakim (qodhi) di
masanya, tidak membuatnya enggan untuk membersihkan masjid. Beliau biasa
menyapu masjid Nabawi, dan menghidupkan lentera-lentera masjid bila senja
tiba. Beliau pula yang merapikan tikar-tikar masjid bila hendak shalat.
Pekerjaan ini senantiasa ditekuni, sampai ajal menjemputnya.
Bukti lain, yang menunjukkan bahwa amalan ini adalah amalan yang mulia,
sebuah hadis yang menceritakan tentang seorang perempuan berkulit hitam,
yang biasa menyapu masjid di masa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.

ََ ُ‫صلَّى هللا‬ َ ‫ي‬ُّ ِ‫ع ْن َها النَّب‬ َ َ‫ ف‬:‫ قَال‬-‫َت ت َقُ ُّم ْال َمس ِْج َد‬
َ ‫سأ َ َل‬ ْ ‫ص ِة ْال َم ْرأَةِ الَّتِي كَان‬
َّ ِ‫فِي ق‬- ُ‫ع ْنه‬ َ ُ‫ي هللا‬
َ ‫ض‬ِ ‫ع ْن أَبِي ه َُري َْرة َ َر‬ َ
ُّ
,ُ‫ فَ َدلوه‬,”‫علَى قَب ِْرهَا‬ ُّ َ
َ ‫ “دُلونِي‬:‫ فَقَا َل‬.‫صغَّ ُروا أ ْم َرهَا‬ َ َ ْ ‫ َمات‬:‫سلَّ َم فَقَالُوا‬
َ ‫ “أفََلَ ُك ْنت ُ ْم آذَ ْنت ُ ُمونِي”? فَكَأنَّ ُه ْم‬:‫ فَقَا َل‬,‫َت‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ
َ
‫عل ْي َها‬ َّ
َ ‫صل ى‬ َ َ‫ف‬.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu. Beliau berkisah tentang seorang wanita


yang biasa membersihkan masjid (di masa Nabi).

Nabi shallallahu’alaihiwasallam, menanyakan tentang kabar wanita itu, para


sahabat menjawab, “Ia telah meninggal.”

” Mengapa kalian tidak mengabariku?” Tanya


Nabi shallallahu’alaihiwasallam kepada sahabatnya.

Para sahabat mengira, bahwa pekerjaannya tersebut tidak terlalu terpandang.

“Tunjukkan aku makamnya” Pinta Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.

Merekapun menunjukkan makam wanita tersebut, kemudian beliau


mensholatkannya” (Muttafaqun ‘ alaihi).

Mulia bukan…?!

Sampai Rasulullah saja menyempatkan diri untuk menyolatkan jenazahnya,


meski sudah dikuburkan. Sebuah kemuliaan bila orang termulia saja sampai
menegur para sahabatnya, karena lupa mengabarkan perihal kematiannya.
Saat beliau tahu bahwa perempuan tersebut telah dikuburkan, beliau
sempatkan diri untuk tetap menyolati jenazahnya, meski sudah dimakamkan.

Setelah menukil hadis ini, Syaikh Abdullah bin Sholih Al-Fauzan dalam bukunya
al-Fawaid al-Majmu’ah menjelaskan,

‫ ألن صَلة النبي صلى هللا عليه وسلم على قبر من يكنس المسجد دليل‬،‫ففي هذا دليل على فضل تنظيف المسجد‬
‫على تعظيم عمله‬

“Hadis ini dalil akan utamanya pekerjaan membersihkan masjid. Karena


shalatnya Nabi shallallahu ‘alaihiwasallam, atas kuburan orang yang menyapu
masjid tersebut, bukti bahwa perbuatan ini adalah amalan yang luhur.” (al-
Fawaid al-Majmu’ah fi Syarhi Fushulil Adab wa Makaarimil Akhlaq Al-
Masyruu’ah, hal. 247
Ada Surga Dan Bidadri Dalam Masjid
Posted on Juli 21, 2015 by Ustadz Shofi Moehadjir

Kita diciptakan oleh Allah SWT. di muka bumi ini tak lain, supaya mau beribadah dan
bertaqarrub kepadaNya, sesuai dengan firman Allah yang sering kita dengar dalam Surat ad-Dzariyaat ayat 56.
َ‫س إِ ََّّل ِليَ ْعبُد ُْون‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َّن َو‬
َ ‫اْل ْن‬
Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
Bahkan dalam salah satu penafsiran yang ada dalam kitab Hasyiyah Sanusiah. Penciptaan Jin dan Manusia itu
berakibat pada kewajiban mereka untuk beribadah kepada Allah SWT. lam yang ada pada kalimat َ‫ِليَ ْعبُد ُْون‬
tersebut menggunakan makna shoiruroh (akibatnya), bukan dengan menggunakan
makna ta’lil (alasan/supaya). Jadi sudah suatu kodrat bagi Jin dan Manusia untuk wajib menyembah, mengabdi
Kepada Allah SWT.
Jika manusia sudah mendedikasikan dirinya kepada Allah SWT, dengan berbuat kesalehan, maka amal
perbuatan yang ia lakukan pasti tidak sia-sia, karena Allah SWT sendiri menjajikan tempat bagi mereka yang
jauh lebih indah, lebih luas, lebih menyenangkan, lebih elok daripada dunia. Yakni Surga.
Surga merupakan suatu tempat yang sakral nan abadi, tempat persinggahan terakhir bagi makhluk-makhluk
Allah SWT. kemanisan yang ada di dunia ini hanya sementara, bahkan sekejap, sedangkan kemanisan yang
ada pada surga berlipat ganda, sentausa dan tak pernah membosankan. Banyak orang yang mendambakan
tempat tersebut, akan tetapi sedikit dari mereka yang mau menjalani aktifitas-aktifitas yang mengantarkan pada
surga.
Ada beberapa amalan-amalan yang bisa meraih kenikmatan yang ada dalam surga. Rasulullah SAW. bersabda
:
‫ج ْالقُ َما َم ِة مِ ْن َها‬ُ ‫ َوإِ ْخ َرا‬،‫ّلِلاِ بَ ْيتًا بَنَى للاُ لَه ُ بَ ْيتًا فِي ْال َجنَّ ِة‬
‫ فَ َم ْن بَنَى ِ ه‬،‫اجدَ َوأ َ ْخ َر ُج ْو ْالقُ َما َمةَ مِ ْن َها‬
ِ ‫س‬َ ‫للا ا ُ ْبنُ ْو ْال َم‬
ِ ‫س ْو ُل‬ َ ‫ع ْن أ َ ِبي قَ ْر‬
ُ ‫ قَا َل َر‬،َ‫صافَةَ قَال‬ َ
‫ُم ُه ْو ُر ْال ُح ْو ِر ْال ِعي ِْن‬
Dari Abi Qarshah berkata, Rasulullah SAW. bersabda : Bangunlah masjid-masjid, dan keluarkanlah kotoran
yang ada di dalamnya, barangsiapa yang medirikan sebuah bangunan (masjid) karena Allah, maka ia akan
dibuatkan oleh Allah bangunan di Surga. Dan mengeluarkan kotoran yang ada dalam masjid merupakan mas
kawinnya para bidadari.
Hadits ini mengandung 2 pesan, yakni kita sebagai umat muslim diperintahkan oleh Rasulullah saw. untuk
mendirikan masjid dengan tujuan mengharap RidhaNya, yang mana masjid tersebut berfungsi sebagai tempat
berkumpulnya para muslim untuk menjalankan berbagai ibadah, mendekatkan diri kepada Allah. baik itu
dengan shalat, khataman al-qur’an, dzikir, mendalami ilmu agama dan lain sebagainya. Dan bagi siapa saja
yang mau mendirikan masjid, Rasulullah saw. menjaminankan baginya suatu rumah yang ada di surga kelak,
dengan luas 10 kali lipatnya masjid yang didirikan tersebut. Hal ini sesuai dengan apa yang sudah difirmankan
oelh Allah SWT :
َ ‫… َم ْن َجا َء ِب ْال َح‬
‫سنَ ِة فَلَه ُ ِع ْش ُر أ َ ْمثَا ِل َها‬
Artinya : “Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat
amalnya…” (QS. Al An’am 160)
Pesan yang selanjutnya yaitu kita sebagai umat islam diperintahkan untuk membersihkan kotoran-kotoran atau
debu-debu yang berserakan di masjid. Baik itu yang ada di lantai, dinding, maupun atap, dengan cara
menyapu, mengepel, dan lain sebagainya. Bagi kita, pekerjaan tersebut merupakan suatu pekerjaan yang cukup
ringan, akan tetapi balasannya di akhirat sungguh luar biasa.
Rasulullah berpesan, mereka yang mau meluangkan waktunya untuk sekedar kerja bakti membersihkan
masjid, kelak akan mendapatkan mas kawin untuk “menikah” dengan bidadari-bidadari di surga, yang oleh
Allah dianugerahi mata yang lebar serta bola mata yang tajam. Al Munawi menambahkan, bahkan Allah
menyediakan satu bidadari untuk setiap aktifitas bersih-bersihnya. Dan semakin banyak waktu yang dia
habiskan untuk membersihkan masjid, semakin banyak pula dia memperoleh bidadari di Surga, sebaliknya,
semakin jarang ia menghabiskan waktunya untuk membersihkan masjid, maka semakin sedikit pula ia
memperoleh bidadari di Surga.
Banyak jalan menuju surga, sudah selayaknya kita menjadi sosok pemerhati plus pengamal sekian banyak
ragam Ibadah yang sudah Allah dan RasulNya perintahkan. Merupakan suatu hal yang rugi jika kita
meremehkan kebaikan-kebaikan yang dirasa kecil, akan tetapi mengandung suatu faidah yang cukup besar,
seperti apa yang sudah disampaikan Rasulullah SAW. tadi.

Anda mungkin juga menyukai