Pada zaman Rasulullah SAW ada seorang wanita hitam bernama Ummu
Mahjan. Dia selalu menyempatkan diri membersihkan masjid Rasulullah
SAW. Suatu hari ketika Rasul sedang ke pemakaman, beliau melihat sebuah
kuburan baru.
Rasul SAW langsung menangis begitu mendengar berita tersebut, lalu beliau
menyalahkan para sahabatnya, “Mengapa kalian tidak memberitahukan
kematiannya kepadaku supaya aku bisa menyalatinya?”
Mereka menjawab, “Ya Rasulullah, pada waktu itu matahari sedang terik
sekali.” Rasulullah diam saja mendengar jawaban tersebut.
Lalu, beliau berdiri dan shalat untuk mayit yang sudah ditanam beberapa hari
itu dari atas kuburnya. “Bila ada di antara kalian yang meninggal dunia, beri
tahukan kepadaku, sebab orang yang kushalati di dunia, shalatku itu akan
menjadi syafa‘at di akhirat.”
Rasulullah SAW diam sejenak. Tak lama kemudian beliau berkata, “Dia
menjawab bahwa pekerjaannya membersihkan masjid Rasulullah adalah
pekerjaan yang paling bernilai di sisi Allah. Allah Taala berkenan mendirikan
rumah untuknya di surga dan dia kini sedang duduk-duduk di dalamnya.”
Secara fisik, masjid adalah bangunan biasa yang terdiri atas lantai, tiang, dan
atap. Namun, secara spiritual, masjid adalah poros nadi umat yang sangat
fundamental. Selain menjadi perekat umat di mana mereka bisa menebarkan
kebajikan, masjid juga merupakan media bagi sang Muslim agar sukses
dalam menjalin hubungan vertikal dengan Allah; melalui masjid, sang Muslim
bisa melakukan mi'raj menuju Ilahi.
Tempat yang paling dicintai oleh Allah adalah masjid. (HR Muslim). Mungkin
kita pernah memasuki masjid dalam kondisi yang kurang bersih. Karpetnya
kusam, tidak rapi, serta banyak sampah-sampah kecil.
Dan ketika bersujud, hidung kita mencium bau yang kurang sedap. Belum lagi
tempat wudhunya yang cukup kotor, lantainya tidak dipel, keran airnya
banyak yang rusak, dan bau toiletnya mengganggu hidung.
Masjid adalah tempat suci dan tempat bersujudnya umat Islam kepada Allah
SWT. Kata masjid terulang sebanyak 28 kali dalam Alquran. Dari segi
bahasa, kata masjid terambil dari kata sajada-sujud, yang berarti patuh, taat,
serta tunduk penuh hormat dan takzim. Meletakkan dahi, kedua tangan, lutut,
dan kaki ke bumi, yang kemudian dinamai sujud oleh syariat, adalah bentuk
lahiriah yang paling nyata dari makna-makna di atas.
Secara fisik, masjid hanyalah sebuah bangunan yang terdiri atas lantai, atap,
tiang, tembok, dll. Namun, secara nilai spiritual, masjid sejatinya poros
kegiatan dan urat nadi yang sangat penting untuk umat Islam. Selain sebagai
tempat untuk menebar kebaikan dan pahala, masjid juga tempat untuk
seorang hamba bersujud dan berdoa kepada Allah SWT.
Salah satu indikasi Muslim yang beriman dengan baik, yaitu mampu
menciptakan kondisi masjid yang bersih dan nyaman. Tidak membiarkan
masjid menjadi tempat yang kotor. Secara kasat mata, membersihkan masjid
adalah kegiatan yang biasa-biasa saja. Bahkan, membersihkan masjid oleh
sebagian orang dianggap sepele dan tidak memiliki makna ibadah.
Akan tetapi, jangan lupakan perhatian dan balasan dari Allah bagi yang
melakukannya. Ganjaran yang tak terhingga besarnya dari Allah akan
diterima. Sabda Rasulullah, Barang siapa yang mengeluarkan kotoran dari
masjid, maka Allah akan membangunkan untuknya rumah di surga. (HR Ibnu
Majah). Sungguh, balasan yang sangat pantas dan layak didapatkan.
HADIST KEUTAMAAN MEMBERSIHKAN MASJID
Ya, itu pekerjaan mulia. Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam sangat menghormati orang
yang membersihkan masjid.
أن رجالا أسود أو امرأة سوداء كان يقم المسجد فمات فسأل النبي صلى هللا عليه وسلم عنه فقالوا مات قال أفال كنتم آذنتموني
به ؟ دلوني على قبره أو قال قبرها فأتى قبرها فصلى عليها
Ada seorang laki-laki atau wanita hitam yang suka membersihkan masjid, dan dia wafat.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya kepada para sahabat tentang
keberadaannya. Para sahabat menjawab: “Dia telah wafat.”
Maka Nabi Shallallahu’Alaihi wa Sallam berkata: “Kenapa kalian tidak memberitahu aku
kematiannya? Tunjukkan kepada aku di mana kuburnya.” Maka, Rasulullah Shallallahu’Alaihi
wa Sallam mendatangi kuburnya dan shalat di atasnya (shalat jenazah). (HR. Bukhari No. 458
dan Mualim No. 956)
Aisyah Radhiyallahu ‘Anha berkata:
أمر رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ببناء المساجد في الدُّور وأن تنظف وتطيب
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan membangun masjid di berbagai
negeri, membersihkan dan memberikan wewangian. (HR. Abu Dawud No. 455, At Tirmidzi
No. 594, Shahih)
Dari Abu Sa’id Al Khudri Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda:
طاهر كدم وزرق طير ومخاط وبصاق وتراب وحجر وقمامة ونحوها من كل ما يقذره (بنى هللا له بيتا في الجنة) نجس أو
وفي بعض الروايات إن ذلك مهور الحور العين
Yaitu membersihkan mesjid dari najis, atau darah, tahi burung, ingus, ludah, tanah, batu,
sampah, dan semisalnya, yg mengotori masjid (maka Allah akan bangunkan baginya rumah di
surga) dalam riwayat lain itu sebagai mahar bagi bidadari di surga. (Faidhul Qadir, 6/43)
Demikian. Wallahu a’lam
KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-
MALIKI
BAB MASJID
HADITS KE 213 :
MAKNA HADITS :
Rasulullah (s.a.w) amat mengambil berat kebersihan masjid. Barang siapa yang
membersihkan kotoran di dalam masjid meskipun itu sedikit, maka dia pasti
memperoleh pahala, terlebih lagi bagi orang yang menyapu, membersihkan debu dan
kotoran. Dengan demikian, dia pasti memperoleh ganjaran pahala yang lebih besar lagi.
Barang siapa yang mencemari masjid atau mengotorkannya, dia mendapat dosa.
FIQH HADITS :
4. Dilarang memandang remeh amal kebaikan, betapa pun itu kecil, sebab bisa jadi itu
menjadi penyebab dosa diampuni.
Iya, tukang sapu masjid, pekerjaan yang sering dipandang sebelah mata ini
teenyata amalan yang mulia dan luhur. Pemilihan kata “tukang sapu” bukan
bermaksud membatasi makna. Namun segala pekerjaan membersihkan masjid,
seperti mengepel, mencabut rerumputan liar di halaman masjid dan yang
sejenisnya, semua itu masuk dalam cakupan pembahasan ini.
“Tempat yang paling dicintai oleh Allah adalah masjid, dan tempat yang paling
dibenci Allah adalah pasar” (HR. Muslim)
Dia menjadi tukang sapu, tapi untuk tempat yang paling dicintai oleh Allah,
bagaimana tidak mulia?! Tentu ini sebuah pekerjaan yang mulia dan harus
dihargai.
Sebagai tauladan dalam hal ini, seorang ulama karismatik bernama Abu Syuja’
Ahmad bin al-Husain al-Ashfahani (w 593 H). Beliau ini adalah ulama yang
terpandang di kalangan kaum muslimin. Buku karyanya yang berjudul “Matan
al-Ghayah wat-Taqriib” menjadi materi yang wajib untuk dipelajari, bagi yang
hendak mendalami fikih mazhab Syafi’i. Jabatannya sebagai hakim (qodhi) di
masanya, tidak membuatnya enggan untuk membersihkan masjid. Beliau biasa
menyapu masjid Nabawi, dan menghidupkan lentera-lentera masjid bila senja
tiba. Beliau pula yang merapikan tikar-tikar masjid bila hendak shalat.
Pekerjaan ini senantiasa ditekuni, sampai ajal menjemputnya.
Bukti lain, yang menunjukkan bahwa amalan ini adalah amalan yang mulia,
sebuah hadis yang menceritakan tentang seorang perempuan berkulit hitam,
yang biasa menyapu masjid di masa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.
ََ ُصلَّى هللا َ يُّ ِع ْن َها النَّب َ َ ف: قَال-َت ت َقُ ُّم ْال َمس ِْج َد
َ سأ َ َل ْ ص ِة ْال َم ْرأَةِ الَّتِي كَان
َّ ِفِي ق- ُع ْنه َ ُي هللا
َ ضِ ع ْن أَبِي ه َُري َْرة َ َر َ
ُّ
,ُ فَ َدلوه,”علَى قَب ِْرهَا ُّ َ
َ “دُلونِي: فَقَا َل.صغَّ ُروا أ ْم َرهَا َ َ ْ َمات:سلَّ َم فَقَالُوا
َ “أفََلَ ُك ْنت ُ ْم آذَ ْنت ُ ُمونِي”? فَكَأنَّ ُه ْم: فَقَا َل,َت َ علَ ْي ِه َو
َ
َ
عل ْي َها َّ
َ صل ى َ َف.
Mulia bukan…?!
Setelah menukil hadis ini, Syaikh Abdullah bin Sholih Al-Fauzan dalam bukunya
al-Fawaid al-Majmu’ah menjelaskan,
ألن صَلة النبي صلى هللا عليه وسلم على قبر من يكنس المسجد دليل،ففي هذا دليل على فضل تنظيف المسجد
على تعظيم عمله
Kita diciptakan oleh Allah SWT. di muka bumi ini tak lain, supaya mau beribadah dan
bertaqarrub kepadaNya, sesuai dengan firman Allah yang sering kita dengar dalam Surat ad-Dzariyaat ayat 56.
َس إِ ََّّل ِليَ ْعبُد ُْون ِ ْ َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َّن َو
َ اْل ْن
Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
Bahkan dalam salah satu penafsiran yang ada dalam kitab Hasyiyah Sanusiah. Penciptaan Jin dan Manusia itu
berakibat pada kewajiban mereka untuk beribadah kepada Allah SWT. lam yang ada pada kalimat َِليَ ْعبُد ُْون
tersebut menggunakan makna shoiruroh (akibatnya), bukan dengan menggunakan
makna ta’lil (alasan/supaya). Jadi sudah suatu kodrat bagi Jin dan Manusia untuk wajib menyembah, mengabdi
Kepada Allah SWT.
Jika manusia sudah mendedikasikan dirinya kepada Allah SWT, dengan berbuat kesalehan, maka amal
perbuatan yang ia lakukan pasti tidak sia-sia, karena Allah SWT sendiri menjajikan tempat bagi mereka yang
jauh lebih indah, lebih luas, lebih menyenangkan, lebih elok daripada dunia. Yakni Surga.
Surga merupakan suatu tempat yang sakral nan abadi, tempat persinggahan terakhir bagi makhluk-makhluk
Allah SWT. kemanisan yang ada di dunia ini hanya sementara, bahkan sekejap, sedangkan kemanisan yang
ada pada surga berlipat ganda, sentausa dan tak pernah membosankan. Banyak orang yang mendambakan
tempat tersebut, akan tetapi sedikit dari mereka yang mau menjalani aktifitas-aktifitas yang mengantarkan pada
surga.
Ada beberapa amalan-amalan yang bisa meraih kenikmatan yang ada dalam surga. Rasulullah SAW. bersabda
:
ج ْالقُ َما َم ِة مِ ْن َهاُ َوإِ ْخ َرا،ّلِلاِ بَ ْيتًا بَنَى للاُ لَه ُ بَ ْيتًا فِي ْال َجنَّ ِة
فَ َم ْن بَنَى ِ ه،اجدَ َوأ َ ْخ َر ُج ْو ْالقُ َما َمةَ مِ ْن َها
ِ سَ للا ا ُ ْبنُ ْو ْال َم
ِ س ْو ُل َ ع ْن أ َ ِبي قَ ْر
ُ قَا َل َر،َصافَةَ قَال َ
ُم ُه ْو ُر ْال ُح ْو ِر ْال ِعي ِْن
Dari Abi Qarshah berkata, Rasulullah SAW. bersabda : Bangunlah masjid-masjid, dan keluarkanlah kotoran
yang ada di dalamnya, barangsiapa yang medirikan sebuah bangunan (masjid) karena Allah, maka ia akan
dibuatkan oleh Allah bangunan di Surga. Dan mengeluarkan kotoran yang ada dalam masjid merupakan mas
kawinnya para bidadari.
Hadits ini mengandung 2 pesan, yakni kita sebagai umat muslim diperintahkan oleh Rasulullah saw. untuk
mendirikan masjid dengan tujuan mengharap RidhaNya, yang mana masjid tersebut berfungsi sebagai tempat
berkumpulnya para muslim untuk menjalankan berbagai ibadah, mendekatkan diri kepada Allah. baik itu
dengan shalat, khataman al-qur’an, dzikir, mendalami ilmu agama dan lain sebagainya. Dan bagi siapa saja
yang mau mendirikan masjid, Rasulullah saw. menjaminankan baginya suatu rumah yang ada di surga kelak,
dengan luas 10 kali lipatnya masjid yang didirikan tersebut. Hal ini sesuai dengan apa yang sudah difirmankan
oelh Allah SWT :
َ … َم ْن َجا َء ِب ْال َح
سنَ ِة فَلَه ُ ِع ْش ُر أ َ ْمثَا ِل َها
Artinya : “Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat
amalnya…” (QS. Al An’am 160)
Pesan yang selanjutnya yaitu kita sebagai umat islam diperintahkan untuk membersihkan kotoran-kotoran atau
debu-debu yang berserakan di masjid. Baik itu yang ada di lantai, dinding, maupun atap, dengan cara
menyapu, mengepel, dan lain sebagainya. Bagi kita, pekerjaan tersebut merupakan suatu pekerjaan yang cukup
ringan, akan tetapi balasannya di akhirat sungguh luar biasa.
Rasulullah berpesan, mereka yang mau meluangkan waktunya untuk sekedar kerja bakti membersihkan
masjid, kelak akan mendapatkan mas kawin untuk “menikah” dengan bidadari-bidadari di surga, yang oleh
Allah dianugerahi mata yang lebar serta bola mata yang tajam. Al Munawi menambahkan, bahkan Allah
menyediakan satu bidadari untuk setiap aktifitas bersih-bersihnya. Dan semakin banyak waktu yang dia
habiskan untuk membersihkan masjid, semakin banyak pula dia memperoleh bidadari di Surga, sebaliknya,
semakin jarang ia menghabiskan waktunya untuk membersihkan masjid, maka semakin sedikit pula ia
memperoleh bidadari di Surga.
Banyak jalan menuju surga, sudah selayaknya kita menjadi sosok pemerhati plus pengamal sekian banyak
ragam Ibadah yang sudah Allah dan RasulNya perintahkan. Merupakan suatu hal yang rugi jika kita
meremehkan kebaikan-kebaikan yang dirasa kecil, akan tetapi mengandung suatu faidah yang cukup besar,
seperti apa yang sudah disampaikan Rasulullah SAW. tadi.