Anda di halaman 1dari 18

Sejarah Masjid Nabawi

Pembangunan Masjid

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membangun Masjid Nabawi pada bulan Raibul Awal di awal-
awal hijarahnya ke Madinah. Pada saat itu panjang masjid adalah 70 hasta dan lebarnya 60 hasta
atau panjangnya 35 m dan lebar 30 m. Kala itu Masjid Nabawi sangat sederhana, kita akan sulit
membayangkan keadaannya apabila melihat bangunannya yang megah saat ini. Lantai masjid
adalah tanah yang berbatu, atapnya pelepah kurma, dan terdapat tiga pintu, sementara sekarang
sangat besar dan megah.

Area yang hendak dibangun Masjid Nabawi saat itu terdapat bangunan yang dimiliki oleh Bani
Najjar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Bani Najjar, “Wahai Bani
Najjar, berilah harga bangunan kalian ini?” Orang-orang Bani Najjar menjawab, “Tidak, demi
Allah. Kami tidak akan meminta harga untuk bangunan ini kecuali hanya kepada Allah.” Bani
Najjar dengan suka rela mewakafkan bangunan dan tanah mereka untuk pembangunan Masjid
Nabawi dan mereka berharap pahala dari sisi Allah atas amalan mereka tersebut.

Anas bin Malik yang meriwayatkan hadis ini menuturkan, “Saat itu di area pembangunan
terdapat kuburan orang-orang musyrik, puing-puing bangunan, dan pohon kurma. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk memindahkan mayat di makam tersebut,
meratakan puing-puing, dan menebang pohon kurma.”

Pada tahun 7 H, jumlah umat Islam semakin banyak, dan masjid menjadi penuh, Nabi pun
mengambil kebijakan memperluas Masjid Nabawi. Beliau tambahkan masing-masing 20 hasta
untuk panjang dan lebar masjid. Utsman bin Affan adalah orang yang menanggung biaya
pembebasan tanah untuk perluasan masjid saat itu. Peristiwa ini terjadi sepulangnya beliau dari
Perang Khaibar.

Masjid Nabawi adalah masjid yang dibangun dengan landasan ketakwaan. Di antara keutamaan
masjid ini adalah dilipatgandakannya pahala shalat di dalamnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,

‫ ِإاَّل ْال َم ْس ِج َد ْال َح َرا َم‬،ُ‫صاَل ٍة فِي َما ِس َواه‬ ِ ‫ض ُل ِم ْن َأ ْل‬


َ ‫ف‬ َ ‫صاَل ةٌ فِي َم ْس ِج ِدي هَ َذا َأ ْف‬
َ

“Shalat di masjidku ini lebih utama dari 1000 kali shalat di masjid selainnya, kecuali Masjid al-
Haram.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Mimbar Nabi

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ ْ‫اض ْال َجنَّ ِة َو ِم ْنبَ ِري َعلَى َحو‬


‫ضي‬ ِ َ‫ضةٌ ِم ْن ِري‬
َ ْ‫َما بَ ْينَ بَ ْيتِي َو ِم ْنبَ ِري َرو‬

“Antara rumahku dan mimbarku ada taman dari taman-taman surga, dan mimbarku di atas
telagaku.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Awalnya Nabi berkhutbah di atas potongan pohon kurma kemudian para sahabat membuatkan
beliau mimbar, sejak saat itu beliau selalu berkhutbah di atas mimbar. Dari Jabir radhiallahu
‘anhu bahwa dulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saat khutbah Jumat berdiri di atas
potongan pohon kurma, lalu ada seorang perempuan atau laki-laki Anshar mengatakan, ‘Wahai
Rasulullah, bolehkah kami membuatkanmu mimbar?’  Nabi menjawab, ‘Jika kalian mau
(silahkan)’. Maka para sahabat membuatkan beliau mimbar. Pada Jumat berikutnya, beliau pun
naik ke atas mimbarnya, terdengarlah suara tangisan (merengek) pohon kurma seperti tangisan
anak kecil, kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendekapnya. Pohon it uterus
‘merengek’ layaknya anak kecil. Rasulullah mengatakan, ‘Ia menagis karena kehilangan dzikir-
dzikir yang dulunya disebut di atasnya’.” (HR. Bukhari)

Di antara keagungan dan keutamaan mimbar ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
melarang seseorang bersumpah di dekatnya, barangsiapa bersumpah di dekat mimbar tersebut
dia telah berdusta dan berdosa.

ْ َ‫ ِإاَّل َو َجب‬،‫ب‬
‫ت لَهُ النَّا ُر‬ ْ ‫ك َر‬
ٍ ‫ط‬ ٍ ‫ َولَوْ َعلَى ِس َوا‬،‫ َعلَى يَ ِمي ٍن آثِ َم ٍة‬،ٌ‫اَل يَحْ لِفُ ِع ْن َد هَ َذا ْال ِم ْنبَ ِر َع ْب ٌد َواَل َأ َمة‬

“Janganlah seorang budak laki-laki atau perempuan bersumpah di dekat mimbar tersebut. Bagi
orang yang bersumpah, maka dia berdosa…” (HR. Ibnu Majah, Ahmad, dan Hakim)

Raudhah

Raudhah adalah suatu tempat di Masjid Nabawi yang terletak antara mimbar beliau dengan
kamar (rumah) beliau. Rasulullah menerangkan tentang keutamaan raudhah,

‫ضي‬ ِ َ‫ضةٌ ِم ْن ِري‬


ِ ْ‫ َو ِم ْنبَ ِري َعلَى َحو‬،‫اض ال َجنَّ ِة‬ َ ْ‫ “ َما بَ ْينَ بَ ْيتِي َو ِم ْنبَ ِري َرو‬:‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه أن النبي قال‬

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Antara
rumahku dan mimbarku terdapat taman di antara taman-taman surga. Dan mimbarku di atas
telagaku.” (HR. Bukhari).

Jarak antara mimbar dan rumah Nabi adalah 53 hasta atau sekitar 26,5 m.

Sakiah bani saadah

Saqifah Bani Saidah atau as-Saqifah dulu merupakan bangunan beratap yang digunakan kabilah
Bani Saidah, suku Khazraj, salah satu kabilah dari Madinah, Hijaz, barat daya Jazirah Arab.
Tempat itu merupakan tempat Abu Bakar dibaiat menjadi khalifah.

Letak lokasi tersebut berada di tengah Kota Madinah, tepatnya di barat daya Masjid Nabawi, di
antara pemukiman dan perkebunan milik kabilah Bani Saidah. Awalnya, bentuk saqifah sangat
besar. Maklum, saqifah berfungsi sebagai tempat berkumpulnya kaum Anshar.
Di depan Saqifah, terdapat halaman yang luas dan lebar. Di dekatnya, terdapat sumur milik Bani
Saidah. Saat ini, Saqifah menjadi sebuah taman yang berada di sebelah barat dinding Masjid
Nabawi.

Namun kini kondisi Saqifah bani Saidah sudah berubah menjadi taman asri. Tidak ada lagi
bangunan dan sumur. Hanya beberapa pohon serta kolam di tengah area yang dikelilingi oleh
pagar besi.

Saqifah Bani Saidah sering kali disebut dalam buku-buku sejarah Islam, terutama ketika menceritakan
peristiwa pemilihan pemimpin pasca wafatnya Rasulullah SAW.

"Kaum Anshor yang saat itu sudah siap untuk membaiat kandidat yang mereka usung yaitu Saad bin
Ubadah harus rela menyerahkan posisi khalifah kepada Sayidana Abu Bakar Shiddiq atas usulan Sayidina
Umar," kata pakar sejarah Islam

Sempat terjadi perdebatan saat itu, bahkan kelompok Anshor sempat berujar minna amirun wa
minkum amirun (kita memilih pemimpin masing-masing), tapi kemudian sayidana Umar
menjawab minna amirun wa minkum wuzara (pemimpin dari kami sedangkan kalian adalah para
menteri).

Sayidana Umar berhasil meyakinkan kaum Anshor sehingga akhirnya mereka membaiat Abu
Bakar. Sebetulnya sahabat Abu Bakar cenderung memilih satu di antara dua orang, yaitu Abu
Ubaidillah bin al Jarrah dan Umar bin Khottab menjadi kholifah.

Akan tetapi, sayidana Umar menolak dan berujar, "bagaimana mungkin aku menjadi pemimpin
umat yang di dalamnya terdapat Abu bakar". Dan beliau pun mengulurkan tangannya membaiat
sahabat Abu Bakar begitu juga dengan sahabat yang lainnya.

MESID GHOMAMAH

Pelaksanaan shalat hari raya disunnahkan untuk dilaksanakan di lapangan terbuka atau di masjid.
Sebab, yang demikian itulah dilakukan Rasul SAW setiap tiba hari raya.

Dan, salah satu tempat yang biasa digunakan oleh Rasulullah SAW mendirikan shalat Id adalah
di lapangan yang terletak di kawasan al-Manakha. Lokasi ini terletak sekitar 300 meter dari
Masjid Nabawi.

Sebagai bentuk penghormatan atas kebiasaan Rasul SAW mendirikan shalat di tempat tersebut,
didirikanlah sebuah masjid yang diberi nama Masjid Al-Mushalla, yakni masjid tempat shalat. Di
Masjid inilah Rasul mendirikan shalat Idul Fitri atau Idul Adha.

Abu Hurairah berkata, Setiap kali Rasulullah melalui Al-Mushalla, Baginda akan menghadap ke
arah kiblat dan berdoa.

Masjid Al-Musalla yang sekarang dikenal sebagai Masjid Al-Ghamamah terletak di sebelah
timur Madinah, yaitu berhadapan dengan Pasar Tamar sekarang. Letak masjid ini berdampingan
dengan Masjid Nabawi di sebelah barat. Dari arah Babus Salam, bila kita melihat ke arah barat
akan terlihat masjid yang memiliki kubah-kubah kecil. Warnanya kelabu dan berkubah putih.

Disebut dengan Al-Mushalla yang berarti tempat shalat karena Rasulullah mengerjakan shalat
hari raya di sekitar kawasan terbuka, yang menjadikan kawasan ini sebagai tempat khas shalat
hari raya. Konon, peristiwa itu terjadi pada tahun kedua Hijriyah.

Karena itu, masjid ini memiliki sejarah penting dalam kehidupan umat Islam.

Menurut riwayat, Khalifah Umar bin Khattab adalah orang yang membangun masjid ini persis di
tempat shalat Nabi SAW. Adapun bangunan masjid yang ada sekarang ini adalah peninggalan
pembangunan Sultan Abdul Majid al-Utsmani. Masjid ini pernah direnovasi kembali pada masa
Raja Fahd (1411H).

MESID AB BAKAR

ada dua versi tentang latar belakang sejarah Masjid Abu Bakar. Versi pertama menyebutkan di
lokasi masjid ini Khalifah Abu Bakar Siddiq semasa hidupnya pernah menyelenggarakan salat
Hari Raya bersama Rasululah SAW dan umat muslim pada waktu itu. Itulah yang kemudian
melatarbelakangi didirikannya masjid di lokasi tersebut yang kemudian dinamakan Masjid Abu
Bakar sebagai bentuk penghormatan.

Sedang versi kedua menyebutkan, di lokasi masjid ini dulunya berdiri rumah kediaman Abu
Bakar Ash Siddiq RA. Karena latar belakang sejarah tersebut, dibangun masjid di lokasi ini.
Hanya terpaut sekitar 335 meter dari Masjid Nabawi.

MESJID ALI BIN ABI TALIB

Masjid Ali Bin Abu Thalib tidak lagi digunakan sebagai tempat ibadah, karena lokasinya yang
berdekatan dengan Masjid Nabawi, semua aktivitas sholat lima waktu dialihkan ke Masjid Nabawi. Pintu
masjid ini selalu terkunci, namun tetap menarik perhatian Jemaah dari berbagai Negara untuk sekedar
berkunjung.

Menurut riwayat, Nabi pernah sholat Ied di tempat ini. sementara riwayat yang lain menyebutkan
bahwa masjid ini dibangun di teratak rumah Khalifah Ali Bin Abi Thalib bersama istrinya
Fatimah Az-Zahra yang merupakan putri kesayangan Rosulullah S.A.W. itu sebabnya masjid ini
dinamai dengan nama Masjid Ali Bin Abu Thalib.

Bersamaan dengan dimulainya proyek perluasan Masjid Nabawi, masjid Ali Bin Abi Thalib dan
dua masjid lainnya di lokasi yang berdekatan sempat dikabarkan akan di gusur, namun ternyata
berita itu tak terbukti, masjid Ali Bin Abu Thalib masih berdiri ditempatnya meski tidak dibuka
untuk umum. Semua aktivitas sholat berjamaah lima waktu dialihkan ke Masjid Nabawi karena
memang lokasinya yang tidak berjauhan. Dan memang tidak ada anjuran ataupun keistimewaan
untuk melakukan sholat di masjid ini.
MAKAM BAKI

Di pemakaman ini banyak terdapat keluarga serta sahabat Nabi Muhammad yang dikuburkan.

Yang dimakamkan di Baqi'


Sekitar 10.0000 jenazah dimakamkan di Baqi', termasuk keluarga dan sahabat Nabi Muhammad:
[1]

Orang pertama yang dimakamkan di al-Baqi adalah As'ad bin Zurarah, sahabat Anshar yang
meninggal tak lama setelah Nabi hijrah ke Madinah. Nabi memilih tempat untuk menjadi
kuburannya.

Sedangkan orang pertama dari kalangan Muhajirin yang dimakamkan di sana adalah Utsman bin
Mazh'un yang meninggal tak lama setelah Nabi kembali dari perang Badar.

Beberapa tokoh Islam berkubur di Jannatul Baqi adalah:

 Istri-istri Nabi, juga dikenal sebagai Ummahatul Mu'minin (Ibu dari orang yang beriman)
termasuk Aisyah, Hafsah dan Saudah. Kedua istri yang tidak dimakamkan di sini adalah Khadijah
binti Khuwaylid yang dimakamkan di Makkah dan Maimunah binti al-Harits yang dimakamkan
di Sarif.
 Anak-anak perempuan Nabi:
o Fatimah az-Zahra,
o Ruqayyah,
o Zainab
o Ummu Kultsum
 Ibrahim, anak bayi Nabi dari Mariatul Qibthiyah
 Hasan bin Ali, cucu Nabi
 Ali bin Husain, anak dari Husain bin Ali dan sekaligus cicit Nabi
 Abbas bin Abdul Muththalib, paman Nabi
 Para bibi Nabi
o Safiyyah
o Aatikah
 Utsman bin Affan, Khalifah ketiga dan menantu Nabi
 Halimah Sa'diyah, ibu susu Nabi
 Sa'ad bin Abi Waqqas
 Abdurrahman bin Auf
 Abdullah bin Mas'ud
 Abu Sa'id al-Khudri
 Imam Malik
 Imam Nafi'
 Abu Hurairah
PERCETAKAN AL QURAN

Kompleks Percetakan Al-Qur'an Raja Fahd (bahasa Arab: ‫مجمع الملك فهد لطباعة المصحف الشريف‬
Mujamma' al-Mālik Fahd lithibā'ati al-Mushaf asy-Syarīf) adalah pabrik percetakan Al-Qur'an
yang terbesar di dunia[butuh rujukan], yang terletak di Madinah, Arab Saudi yang mencetak Al-Qur'an
dan terjemahannya ke berbagai bahasa. Percetakan ini merupakan salah satu upaya pemerintah
Arab Saudi untuk membantu agama islam dan kaum muslim di seluruh dunia. Raja Fahd bin
Abdul Aziz telah meletakkan batu pertama pembangunan komplek percetakan pada tahun 1403
Hijriah dan membuka secara resmi pada tahun 1405 Hijriah.

Percetakan ini telah memproduksi rata-rata 10 juta copy Al-Qur'an per tahunnya, dan
mendistribusikannya ke seluruh benua, dan juga mencetak lebih dari 160 terjemah sejumlah 193
juta copy. Selain itu, juga terdapat studi dan penelitian yang berlanjut untuk membantu
percetakan al-Qur'an dan al-Hadits dan terus menggunakan teknik percetakan yang paling
modern. Setiap tahunnya komplek percetakan ini dikunjungi oleh 400 ribu pengunjung.[1] Sampai
saat ini, komplek percetakan ini sudah mencetak 264 juta cetakan (al-Qur'an, terjemah, buku-
buku islam dan sebagainya) sejak dibukanya percetakan ini.[2]

Semakin bertambahnya kebutuhan dunia islam atas al-Qur'an, terjemahnya ke berbagai bahasa yang
dituturkan oleh muslim di berbagai dunia, dan merawat berbagai ilmu-ilmu al-Qur'an, juga membantu
penyebaran al-Hadits dan sejarah nabi, pemerintah Arab Saudi memiliki peran utama dalam menyebarkan
agama islam dan membantu kaum muslim. Pelayan Dua Tanah Suci Raja Fahd bin Abdul Aziz Alu Saud
meletakkan batu pertama pembangunan komplek percetakan al-qur'an di kota Madinah pada tahun 1983
dan membukanya secara resmi pada tahun 1984.

Pabrik-pabrik di percetakan ini mempunyai 12 alat cetak Ronald yang memunyai kecepatan cetak 10 ribu
lembar perjam dalam semua warna. Mesin cetak film yang ada di sana mempunyai kecepatan cetak 60
ribu lembar per jam. Di dalam komplek penjilidan, ada 60 mesin dengan kecepatan kerja yang terkenal
sangat cepat. Mesin-mesin ini diperlengkap dengan alat-alat elektronik yang bisa melihat kesalahan cetak.
Untuk penanggulangan kesalahan, ada alat penjahit kertas untuk menempel dan menambah yang kurang.
[3]
Di bidang pengeditan, ada keistimewaan yang barangkali tidak didapat pada percetakan lain di dunia.
Pertama, dikerjakan oleh lembaga khusus yang punya spesialisasi dalam bidang tajwid, qiraat, dan rasm
dalam satu lembaga yang diberanggotakan ulama-ulama. Kedua, diedit bagian demi bagian dalam waktu
dua menit saja. Terakhir, diteliti dengan jeli. Bahkan, cetakan dalam lembar besar ini dibawa ke sejumlah
ulama besar untuk diteliti tiap hurufnya dengan kaca pembesar. Di bagian pengeditan, ada 600 tenaga
pengedit. Rombongan pengunjung percetakan akan dipertunjukkan mana-mana saja yang salah, tetapi
banyak yang tak bisa. Maka, petugaslah yang menunjukkan kesalahan. Percetakan ini berkerja untuk
perkembangan Islam semata; bukan bisnis. Semua biaya ditanggung kerajaan

MASID KIBLATAIN

Masjid Qiblatain (artinya: masjid dua kiblat) adalah salah satu masjid terkenal di Madinah.
Masjid ini mula-mula dikenal dengan nama Masjid Bani Salamah, karena masjid ini dibangun di
atas bekas rumah Bani Salamah. Letaknya di tepi jalan menuju kampus Universitas Madinah di
dekat Istana Raja ke jurusan Wadi Aqiq atau di atas sebuah bukit kecil di utara Harrah Wabrah,
Madinah.
Sejarah
Pada permulaan Islam, orang melakukan salat dengan kiblat ke arah Baitul Maqdis (nama lain
Masjid Al-Aqsa) di Yerusalem/Palestina. Baru belakangan turun wahyu kepada Rasulullah SAW
untuk memindahkan kiblat ke arah Masjidil Haram di Mekkah.

Peristiwa itu terjadi pada tahun ke-2 Hijriyah hari Senin bulan Rajab waktu dhuhur di Masjid
Bani Salamah ini. Ketika itu Rasulullah SAW tengah salat dengan menghadap ke arah Masjidil
Aqsha. Di tengah salat, tiba-tiba turunlah wahyu surat Al Baqarah ayat 144,[1] yang artinya:

“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan
kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu
berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang
diberi Alkitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar
dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.” [2]

Setelah turunnya ayat tersebut di atas, berkata seseorang dari Bani Salamah, "Ketahuilah,
sesungguhnya kiblat telah diganti," maka mereka berpaling sebagaimana mereka menghadap
kiblat, dan kemudian meneruskannya dengan memindahkan arah kiblat menghadap ke Masjidil
Haram.[3] Merujuk pada peristiwa tersebut, lalu masjid ini dinamakan Masjid Qiblatain, yang
artinya masjid berkiblat dua.

Masjid Qiblatain telah mengalami beberapa kali pemugaran. Pada 1987 Pemerintah Kerajaan
Arab Saudi di bawah Raja Fahd melakukan perluasan, renovasi dan pembangunan konstruksi
baru, tetapi tidak menghilangkan ciri khas masjid tersebut.[1] Kini bangunan Masjid Qiblatain
memang memiliki dua arah mihrab yang menonjol (arah Makkah dan Palestina) yang umumnya
digunakan oleh Imam salat. Setelah direnovasi oleh pemerintah Arab Saudi, dengan hanya
memfokuskan satu mihrab yang menghadap Ka’bah di Makkah dan meminimalisir mihrab yang
menghadap ke Yerusalem, Palestina. Ruang mihrab mengadopsi geometri ortogonal kaku dan
simetri yang ditekankan dengan menggunakan menara kembar dan kubah kembar. Kubah utama
yang Menunjukkan arah kiblat yang benar dan kubah kedua adalah palsu dan dijadikan sebagai
pengingat sejarah saja. Ada garis silang kecil yang menunjukkan transisi perpindahan arah. Di
bawahnya terdapat replika mihrab tua yang menyerupai ruang bawah kubah batu di Yerusalem,
bernuansa tradisional.[4] Sebelumnya Sultan Sulaiman telah memugarnya pada tahun 893 H atau
1543 M. Masjid Qiblatain merupakan salah satu tempat ziarah yang biasa dikunjungi jamaah haji
dan umrah dari seluruh dunia.

MESJID KUBA

Masjid Quba terletak di sebuah desa dengan nama yang sama di 6 kilo meter kota Madinah yang
saat ini masjid dan desa tersebut telah menjadi bagian dari kota Madinah. Alasan penamaan
masjid ini dengan nama Masjiq Quba disebutkan karena masjid ini dibangun di samping desa
Quba. Penamaan desa ini juga dikarenakan memiliki sumur yang terkenal dengan nama sumur
Quba.
Menurut beberapa riwayat, Masjid Quba Madinah merupakan masjid yang pertama kali
dibangun oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬pada saat hijrah ke Madinah.

Masjid Quba Madinah merupakan bangunan yang di dirikan atas dasar taqwa, sebab menurut
catatan sejarah masjid ini di dirikan Rasulullah ‫ ﷺ‬pada saat unta yang di tunggangi nya berhenti
dalam perjalanan hijrah dari Mekkah ke Madinah, dan merupakan masjid pertama yang didirikan
Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬di Kota Madinah sebelum Masjid Nabawi.

Ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬hijrah dari Mekkah atas perintah Allah untuk menghindari kekejaman
kaum kafir Quraisy, yang bertepatan pada Senin 8 Rabiul Awal atau 23 September 622 Masehi.

Dalam upaya hijrah itu, lokasi pertama yang disinggahi Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah Gua Jabal Tsur. Di
dalam gua ini, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersembunyi bersama Abu Bakar dari kejaran kaum kafir Quraisy.

Setelah kondisinya dirasa aman, Rasulullah ‫ ﷺ‬kemudian melanjutkan perjalanan menuju


Madinah. Beliau memilih jalan yang berbeda dari jalan umum. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari pertemuan secara langsung dengan orang-orang kafir Quraisy.

Dan sebelum tiba di Madinah, Rasulullah ‫ ﷺ‬sempat singgah di beberapa tempat dan salah
satunya adalah Quba bersama Bani ‘Amru bin Auf di rumah Kalthum bin Al-Hadm.

Hanafi al-Malawi dalam bukunya Tempat Bersejarah yang dikunjungi Rasulullah ‫ﷺ‬,
menjelaskan, Rasulullah ‫ ﷺ‬tinggal di desa Quba selama empat hari dan kemudian membangun
sebuah masjid yang sekarang dikenal dengan nama Masjid Quba.
Inilah masjid yang dibangun dengan dasar ketaatan dan ketaqwaan Rasulullah ‫ ﷺ‬kepada Allah
Subhanahu wa ta’ala.

”Sesungguhnya Masjid yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba) sejak hari pertama
adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalam masjid itu ada orang-orang yang ingin
membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (QS At-Taubah [9]: 108).

Setelah masjid berdiri, Rasulullah ‫ ﷺ‬menjadi imam ketika melaksanakan shalat berjamaah
secara terbuka bersama para sahabat di Masjid Quba yang kiblatnya yang pada saat itu mengarah
ke Masjid Al-Aqsha.

Keistimewaan dan Keutamaan Masjid Quba Madinah


bukan hanya memiliki nilai sejarah saja, akan tetapi ada keistimewaan dan keutamaan yang
bisa dijadikan amalan untuk menambah keimanan kita kepada Allah Azza wa jalla.

Setelah berada di Madinah, Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. selalu menyempatkan diri mendatangi Masjid
Quba untuk melakukan salat dua rakaat. Dalam hadis riwayat Imam Muslim dari Abdullah bin
Umar, dia berkata;

‫صلِّي فِ ْي ِه َر ْك َعتَي ِْن‬


َ ُ‫اشيًا َو َرا ِكبًا فَي‬ ٍ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَْأتِي َمس ِْج َد قُبَا ٍء ُك َّل َس ْب‬
ِ ‫ َم‬،‫ت‬ َ ‫ان النَّبِ ُّي‬
َ ‫َك‬
“Dahulu Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. mendatangi Masjid Quba setiap hari Sabtu dengan berjalan kaki
atau berkendaraan kemudian melaksanakan salat dua rekaat.”

JABAL UHUD

Jabal Uhud adalah salah satu gunung yang dijanjikan kelak ada di surga.

“Jika kita hendak melihat gunung yang terdapat di surga, maka ziarahlah ke Gunung Uhud. Nabi
Muhammad ‫ ﷺ‬bersabda, ‘Gunung Uhud ialah salah satu dari bukit-bukit yang terdapat di
surga’,” demikian hadis yang diriwayatkan HR Bukhari.

Gunung yang menyimpan sejarah ini memang tampak seperti gunung yang menyendiri, tidak tersambung
dengan gunung lainnya. Karena itu nama Jabal Uhud diberikan yang berarti gunung yang menyendiri.

Di lokasi ini juga terdapat Makam Syuhada Uhud. Lokasinya dipagar secara rapat. Selain itu
dilapisi kaca plastik tipis sehingga tidak bisa dilihat terlalu jelas dalamnya. Tempat ini
merupakan pemakaman bagi 70 sahabat Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬yang gugur pada Pertempuran
Uhud.

Di lembah bukit ini dahulu pernah terjadi perang dahsyat antara kaum muslimin berjumlah 700
orang melawan gerombolan musyrikin Mekkah dengan jumlah yang tidak seimbang. Mereka
menyerang dengan serdadu tak kurang dari 3.000 orang.

Soal jumlah pasukan kaum muslimin yang ikut berperang sangat timpang. Awalnya ada 1.000 orang,
tetapi ada sejumlah orang-orang munafik yang ikut perang tersebut mengundurkan diri dan kembali ke
Madinah. Alhasil, total pasukan yang dipimpin sendiri oleh Rasulullah shalallahu alaihi wassalam
berjumlah 700 orang. Sementara musuh, terdiri dari 3.000 orang musyrikin Quraisy.

Terjadilah pertempuran hebat. Dalam peperangan tersebut, kaum muslimin sebenarnya telah
mendapatkan kemenangan dan kaum musyrikin pontang panting.

Namun, para pemanah yang berada di atas Gunung Arrimah tergoda melihat barang-barang
berharga yang ditinggalkan oleh kaum musyrikin tersebut. Dan akhirnya, para pemanah ini
meninggalkan posnya. Mereka turun dari bukit hingga lupa pesan Rasulullah ‫ ﷺ‬agar mereka
tidak meninggalkan bukit tersebut. Semuanya turun kecuali komandannya Abdullah bin Jabir
dan 6 pemanah lainnya.

Alhasil, melihat situasi itu Khalid bin Walid (komandan Quraisy saat itu dan belum masuk
Islam) memanfaatkan keadaan membawa pasukan berbelok dari arah belakang pasukan Islam
dan pasukan kaum muslim mengalami kekalahan yang tidak sedikit.

Korban dari pasukan Islam pun berjatuhan. Perang ini menggugurkan 70 sahabat Nabi termasuk
7 pahlawan Uhud. Yang paling membuat Rasulullah ‫ ﷺ‬terpukul dan sedih adalah gugurnya sang
paman, Hamzah bin Abdul Mutholib.

Keistimewaan Jabal Uhud


Ada beberapa kutamaan atau keistimewaan Jabal Uhud. Pertama, Jabal Uhud merupakan
gunung yang ada di surga. Jika ingin melihat bukit yang ada di surga, maka berziarahlah ke
Bukit Uhud sebagaimana Nabi ‫ ﷺ‬pernah bersabda: “Bukit Uhud adalah salah satu dari bukit-
bukit yang ada di surga.” Demikian hadis riwayat Al-Bukhari.

Kedua, Rasulullah ‫ ﷺ‬mencintai Jabal Uhud

“Gunung Uhud adalah gunung yang mencintai kami dan kami juga mencintainya,” demikian
hadits riwayat Al Bukhori. Jabal Uhud pernah bergetar ketika Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬berjalan di
atasnya bersama Sayyidina Abu Bakar, Umar dan Utsman RA.

Ketika itu Nabi menghentakkan kakinya dan berkata: “Diamlah engkau Uhud, di atasmu
sekarang ada Rasulullah ‫ ﷺ‬dan orang yang selalu membenarkannya (Abu Bakar RA) dan dua
orang yang akan mati syahid (Umar bin Khattan dan Utsman bin Affan)”

Seketika Gunung Uhud pun diam mentaati ucapan Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Dari riwayat ini kita
bisa menyimpulkan betapa cintanya Gunung Uhud kepada Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Terbayang
gunung saja girangnya bukan main ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬menginjaknya.

Umumnya pihak penyelenggara umroh atau travel umroh mengagendakan untuk mengajak para
jamaah umroh ziarah ke makam para Syuhada di Jabal Uhud.

MESID KHANDAK

Perang Khandaq merupakan salah satu perang bersejarah yang telah dilalui oleh Rasulullah
SAW. Dari perang ini, terdapat sejumlah peninggalan.

Kini di areal tersebut, terdapat masjid dan benteng yang menjadi salah satu peninggalan Nabi
Muhammad SAW di Madinah.

Khandaq sendiri memiliki arti parit. Kata khandaq sendiri sebenarnya berasal dari Persia yang
telah diserap ke dalam Bahasa Arab.

Dalam perjalanan sejarah Islam, khandaq adalah peristiwa penggalian parit untuk benteng
pertahanan melawan kaum kafir Quraisy bersama sekutu-sekutunya yang mengepung Madinah.
Pembuatan khandaq ini merupakan ide seorang sahabat Rasulullah SAW yang berasal dari
Persia, Salman Al Farisi.

Sejarah perang Khandaq terjadi pada bulan Syawal tahun kelima Hijriyah. Sebelum serangan
dimulai, Rasulullah bersama sahabat dan umat muslim menggali parit bersama-sama.

Setiap 10 orang kaum Muslimin harus bisa menyelesaikan penggalian parit sepanjang 40 meter.
Umat muslim berhasil menggali parit sepanjang 5,5 km, lebar 4,6 meter dan kedalaman lebih
dari 3 meter. Penggalian itu membutuhkan waktu sekitar 10 hari.
Dalam peristiwa itu, sempat terjadi pertarungan satu lawan satu antara Ali bin Abi Thalib dengan Amr bin
Abdu Wudd. Ali berhasil membunuhnya. Saat perang terjadi kaum muslim menjadi syuhada sebanyak
enam orang. Sedangkan dari pasukan Quraisy sebanyak 12 orang.

Saat ini, parit yang terletak di bagian selatan Madinah sudah hilang. Sedangkan di atas bukit Sila
masih terlihat beberapa benteng batu yang dulu dijadikan tempat untuk mengawasi.

Untuk mengenang dan menghormati jasa pejuang dan syuhada Khandaq, kaum muslim
membangun masjid di lokasi yang menjadi tempat pertahanan para sahabat. Ada tujuh buah
masjid yang dibangun. Karena itu kemudian dinamakan Masjid Tujuh (Sabah), yakni Masjid
Salman, Masjid Abu Bakar, Masjid Umar, Masjid Utsman, Masjid Ali, Masjid Fatimah, dan
Masjid Fatah.

Saat ini bekas-bekas peninggalan perang Khandaq yang ada hanyalah berupa lima buah masjid.
Masjid di tempat itu sekarang dikenal dengan nama Masjid Sab’ah atau Masjid Khamsah
(Masjid Lima), yang terdiri dari Masjid Fatah, Masjid Salman, Masjid Umar, Masjid Ali dan
Masjid Fatimah.

Kondisi dari Masjid Fatah, yang dahulu digunakan Rasulullah SAW sebagai pos pertahanan kini
keadaannya tidak terawat. Begitu juga dengan Masjid Umar.

Sementara Masjid Salman, tengah direnovasi. Sementara Masjid Ali dan Masjid Fatimah tidak
bisa didekati karena dipagar dan digembok.

Di antara masjid-masjid tersebut, berdiri satu masjid besar di tengah-tengah, itu adalah Masjid
Khandaq. Masjid ini pun dibangun sekira 12 tahun lalu.

JABAL TSUR

Gunung ini punya tiga puncak yang saling berdekatan dan menyambung. Gunung ini termasuk
salah satu gunung tertinggi yang ada di Kota Makkah. Di puncaknya, ada sebuah gua yang
sangat bersejarah, yaitu Gua Tsur.

Di gua yang berada di Jabal Tsur inilah Rasulullah diselamatkan dari orang Quraisy yang
mengejarnya. Dengan mukjizat dari Allah, di depan gua tersebut tiba-tiba ada sarang laba-laba
dan sarang burung merpati, yang membuat Rasulullah yang telah berada di dalamnya, luput dari
kejaran kaum Quraisy.

Dalam buku Ensiklopedi Haji dan Umrah dengan editor Abdul Halim tercatat, bahwa pada tahun
622 Masehi, ketika itu Rasulullah dan para sahabatnya akan melakukan hijrah dari Kota Makkah
menuju ke lokasi baru yang nantinya bernama Madinah. 

Hijrah ini dilakukan karena Rasululah mendapatkan banyak ancaman dari kaum kafir. Masa itu
adalah masa yang kelam, masa yang sangat sulit untuk menegakkan agama Allah. 
Kepergian Rasulullah tersebut, tidak sepenuhnya berjalan mulus. Beberapa kaum pengikutnya
mengaku menjadi dirinya dan dibunuh. Rencana Rasulullah yang akan melakukan hijrah pun
tercium oleh mereka. Rasulullah diburu oleh para kaum kafir di Makkah, mereka pun
mengejarnya dan berusaha untuk membunuhnya.

Rasulullah dan para sahabat pun terus berlari dan menyelamatkan jiwa. Meski berat dalam
memperjuangkan tegaknya Islam, Rasulullah tetap teguh berjuang dan tak pernah lelah berdoa.
Saat itu, banyak pula kaum muslim yang rela berkorban demi keselamatan Rasulullah.

Saat itu, ketika rombongan Rasulullah dikejar oleh kaum Quraisy di sekitar Jabal Tsur,
Rasulullah pun menemukan Gua Tsur. Gua ini tidak terlalu besar, hanya cukup dimasuki orang
tanpa berdiri tegak. Selama tiga hari tiga malam Rasulullah bersembunyi disana. 

Keajaiban pun terjadi. Pertolongan Allah SWT pada Rasulullah pun muncul ketika sedang sangat
dibutuhkan saat itu. Saat rombongan kaum Quraisy yang mengejar Rasulullah tiba di depan gua,
secara ajaib, di sana terdapat sarang laba-laba yang menutup mulut gua, juga sarang burung
merpati.

Dalam waktu yang sangat singkat, makhluk-makhluk Allah ini berusaha melindungi Rasulullah,
denga membuat sarang besar yang biasanya harus dibuat dalam waktu yang lama. 

Dalam buku Mekkah: Kota Suci, Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim yang ditulis oleh Zuhairi
Misrawi, dijelaskan bahwa Jabal Tsur sendiri terletak sekitar 4 km di sebelah selatan Masjidil
Haram. Tingginya sekitar 747 meter dari permukaan laut dan 458 dari permukaan bukit.

Bentuk Gua Tsur ini seperti perahu, dari batang gua hingga ke atasnya sangat sempit. Tingginya
sekitar 1,25 meter. Panjangnya sekitar 3,5 meter dan lebarnya sekitar 3,5 meter. Ada dua pintu
masuk menuju gua ini, yaitu di sebelah timur dan sebelah barat.

Kemiringan gunung ini sekitar 45 atau 50 derajat. Sebenarnya, pemerintah Arab Saudi tak
menganjurkan para jamaah untuk mendaki Jabal Tsur ini hingga ke puncak, dengan alasan
keamanan. Para jamaah bisa memandanginya dari bawah.

JABAL RAHMAH

Jabal Rahmah ini dipercaya sebagai tempat bertemunya Nabi Adam As dan Siti Hawa setelah
sekian lama terpisah didunia. Di jabal ini terdapat tugu untuk mengenang pertemuan dua insan
manusia kesayangan Allah SWT itu. Cikal bakal perkembangan dan pertumbuhan manusia di
muka bumi-Nya.

Jabal Rahmah, sebuah bukit tempat bertemunya kembali Nabi Adam dan Siti Hawa setelah
berpisah ratusan tahun, usai diturunkan ke bumi dari surga karena memakan buah terlarang,
khuldi. Padahal Allah telah melarang mereka, akan tetapi setan terus menggoda. Begitu riwayat
tertulis dalam kitab suci Alquran.
Di puncak Jabal Rahmah, kini telah dibangun monumen dari beton yang tingginya mencapai
delapan meter, lebar sekitar 1,8 meter. Dibangun juga sebanyak 168 anak tangga untuk
memudahkan mendaki ke puncak.

Sesuai namanya, Jabal berarti bukit, sementara Rahmah adalah kasih sayang. Bukit itu terletak
persis di tepi Padang Arafah, pinggiran timur Kota Makkah. Bukit Kasih Sayang, demikian biasa
orang menyebutnya, menjadi saksi 3 peristiwa penting bagi peradaban Islam.

Tiga peristiwa penting itu sebagai berikut, dikutip dari beberapa sumber:

1. Pertemuan Nabi Adam dan Siti Hawa

Nabi Adam dan Siti Hawa kembali berjumpa, yang membawa berkah kepada seluruh umat
manusia. Menurutnya, manusia selayaknya bersyukur atas upaya Nabi Adam dengan
kesadarannya memohon kepada Allah SWT mengaku dirinya melakukan kedzoliman terhadap
dirinya sendiri.

"Nabi Adam pernah berdoa: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari sesuatu
yang aku tidak mengetahui hakekatnya, dan sekiranya tidak Engkau ampuni dan belas kasih
niscaya aku termasuk orang – orang yang merugi.”

2. Mimpi Nabi Ibrahim

Di balik perintah berqurban, ada sebuah kisah Nabi Ibrahim As yang membuktikan kegelisahaan
Nabi Ibrahim As. Beliau beberapa kali bermimpi sebelumnya menyembelih anaknya Nabi Ismail
As. Mimpi ataukah godaan, sadar atau tidaknya tentang mimpi itu, dipercaya terjadi di Jabal
Rahmah.

Kemudian Nabi Ibrahim digoda setan di Jamarat, yang kini menjadi tempat pelemparan batu saat
melempar jumroh pada pelaksanaan rukun haji.

3. Wahyu Terakhir

Di Jabal Rahmah, Nabi Muhammad SAW pernah memberikan dakwah yang menjelaskan
kesempurnaan agama. Kabar tersebut disambut gembira oleh kaum muslimin. Namun tidak
dengan Umar bin Khattab dan Sayyidina Abu Bakar. Keduanya justru menangis, karena
berfirasat akan ditinggalkan oleh Rasulullah.

Kala itu, Nabi Muhammad SAW, menyampaikan surah An Nashr. “Apabila telah datang
pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan
berbondong-bondong,maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun
kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.”

JABAL NUR
kata 'Nur' pada nama gunungnya memiliki arti cahaya. Bukan cahaya dalam arti kata sesungguhnya,
cahaya yang dimaksud punya arti sebagai tempat pertama kali Nabi Muhammad menerima wahyu dari
Allah.

Dalam sejarah, saat itu Nabi Muhammad sedang berada di dalam Gua Hira, salah satu gua di Jabal Nur.
Ini adalah gua kecil dengan panjang 3,5 meter dan lebar 1,5 meter, serta letaknya berada 4 meter dari atas
bagian puncak gunungnya.

Rupanya, Nabi Muhammad sudah sejak lama suka datang ke Gua Hira untuk menyendiri. Nabi
Muhammad sering menenangkan pikiran di sana, hingga suatu hari wahyu tersebut turun melalui malaikat
Jibril. Setelah wahyu pertama turun, lalu Nabi Muhammad melalui serangkaian proses panjang menjadi
nabi dan rasul hingga Isra dan Miraj.

Tak heran, umat Muslim menyebut gunung tersebut dengan sebutan Jabal Nur atau gunung yang
bercahaya. Turunnya wahyu dari Allah ke Nabi Muhammad, adalah titik awal cahaya Islam yang terus
menerus benderang hingga kini.

MESJID JIN

Masjid Jin berlokasi di Kampung Ma’la yang berada tak jauh dari kompleks pemakaman Kota
Suci Makkah Al-Mukarramah. Menjulang tinggi dua lantai, Masjid Jin memiliki luas sekitar 200
meter persegi. Masjid Jin menjadi salah satu tempat paling bersejarah di Jazirah Arab yang
sangat erat kaitannya dengan perkembangan dakwah Islam pada masa Nabi Muhammad SAW.

Dalam riwayat Imam Bukhari dan Imam Tirmidzi yang berasal dari Ibnu Abbas, sejarah Masjid
Jin di Makkah bermula dari perirstiwa peretemuan antara Rasulullah SAW dan serombongan jin
terjadi ketika sedang mengadakan perjalanan menuju Pasar Ukkadz. Saat tiba di wilayah
Tihamah, Rasulullah melaksanakan Shalat Subuh yang menyebabkan terhalangnya berita-berita
langit yang biasa dicuri dengar oleh bangsa jin.

Bangsa jin yang tetap nekat mencuri berita langit bahkan terkena lemparan bintang-bintang
menyala. Karena kesal, bangsa jin berpencar ke seluruh penjuru bumi untuk mencari sumber
penghalang tersebut. Serombongan bangsa jin tiba di wilayah Tihamah dan mendengar bacaan
ayat Al-Qur’an Rasulullah SAW saat sedang menunaikan Sholah Subuh.

Mendengar lantunan ayat Al-Qur’an membuat hati para bangsa jin bergetar, hingga mereka
memutuskan untuk menjadi mualaf. Para bangsa jin kemudian turun dan menghadap Nabi
Muhammad SAW. Bangsa jin melakukan baiat suci untuk beriman kepada Allah SWT,
mengikuti ajaran Islam, dan menyebarkan agama Allah SWT dikalangan bangsanya. Atas
peristiwa bersejarah tersebut akhirnya masjid ini dikenal dengan nama Masjid Al-Bai’ah atau
yang lebih populer disebut Masjid Jin.

Peristiwa bersejarah tersebut diabadikan dalam Q.S. Al-Ahqaf: 29-32 dan melatarbelakangi
turunnya Surat Al-Jin dalam Al-Qur’an. Konon bangsa jin yang dahulu berbaiat suci kepada
Rasulullah SAW saat ini mendiami kubah Masjid Jin dan selalu berdzikir setiap saat, memuji
keagungan Allah SWT. Masjid Jin selalu menjadi destinasi wisata rohani paling banyak
dikunjungi selain Masjidil Haram oleh jamaah haji dan umroh.

MESID JIN

Sejarah masjid Jin ini bermula dari peristiwa pertemuan nabi Muhammad SAW dengan para jin.

disebutkan bahwa dulunya pada suatu hari Rasulullah SAW mengajak Abdullah bin Mas'ud ke
suatu daratan untuk kemudian memintanya membuat sebuah lingkaran besar.

Rasulullah lalu memerintahkan Abdullah bin Mas'ud memasukinya dan membacakan surat Jin
hingga selesai, sementara Rasulullah pergi meninggalkannya. Kemudian, tak berselang lama
beberapa mahkluk yang tak dikenal disebut muncul dan berusaha melukai Ibnu Mas'ud.

Namun, mereka tak dapat masuk ke dalam lingkaran yang sebelumnya telah digaris oleh
Rasulullah. Setelah Mas'ud selesai membaca surah tersebut, makluk itupun pergi.

Pertemuan dengan Rasulullah


Sedangkan dilansir dari riwayat Imam Bukhari dan Imam Tirmidzi disebutkan, bahwa saat
Rasulullah sedang melakukan perjalanan ke pasar Ukkadz, di jalan Rasulullah SAW sempat
melaksanakan sholat subuh.

Karena hal itu, membuat berita-berita dari langit yang biasanya dicuri dengar oleh bangsa jin
menjadi terhalang. Kemudian, bangsa jin berpencar ke seluruh bumi untuk mencari sumber
penghalang.

Lalu, ada serombongan jin tiba di daerah Tihamah dan mendengar bacaan ayat Al-Quran yang
dibaca Rasulullah ketika sholat subuh. Pada kesempatan itu, para jin langsung berbaiat atau
berjanji setia untuk beriman kepada Allah SWT dan mengikuti ajaran Islam.

Oleh sebab itu, masjid ini dikenal juga dengan nama Masjid Al-Bai’ah, yakni masjid tempat
serombongan jin melakukan baiat.

Masjid Jin
Lokasi peristiwa itu yang kemudian dijadikan sebagai tempat ibadah atau ziarah dan diberi nama
Masjid Al-Bai'ah atau populer disebut Masjid Jin. Bangunan masjid tersebut termasuk salah satu
bangunan yang dipelihara oleh pemerintah kerajaan Arab Saudi.

Di atap masjid bagian kubah dihias dengan tulisan kaligrafi Alquran Surat Al Jin ayat 1-9. Dalam
Asbabun Nuzul (sebab turun)-nya, ayat tersebut diturunkan kepada Nabi Muhammad terkait
pertemuan Rasulullah bertemu jin di tempat ini.

PEMAKAMAN MAALA
Ma'la sendiri merupakan satu dari dua tempat pemakaman bersejarah bagi umat Islam selain Al
Baqi di Madinah. Salah satunya karena Istri Nabi Muhammad SAW, Siti Khodijah, dimakamkan
di sana.

Ma'la terbentang di dataran tinggi bukit Jabal As-Sayyidah, perkampungan Al-Hujun yang
letaknya hanya berjarak sekitar 1,1 kilometer dari Masjidil Haram. Tepatnya, di kawasan
Dahlatul Jin tak jauh dari Masjid Jin. 

Kompleks pemakaman Ma'la ukurannya tak sebesar Al Baqi di Madinah. Area pemakaman itu
dibatasi oleh dinding batu putih yang mengelilinginya. Dulunya, kata Howard Kramer dalam
Jannatul Mualla Cemetry, Ma'la dipenuhi dengan marmer yang indah dan batu-batu putih. 

Keberadaan Jannatul Ma'la atau pemakaman Ma'la sebenarnya sudah eksis jauh sebelum
peradaban Islam dimulai di Makkah. Bahkan, ujar Kramer, pemakaman itu sempat dijadikan area
kuburan pribadi anggota keluarga Bani Hasyim hingga masa kelahiran Nabi Muhammad SAW.

"Beberapa di antaranya yang dimakamkan di Ma'la adalah Kakek Nabi Muhammad, Abdul
Muttalib dan Ibunda Nabi, Aminah," tutur Kramer.

Sedangkan pada masa peradaban awal Islam atau sebelulm Nabi hijrah ke Madinah sejumlah
tokoh Islam juga dimakamkan di sana seperti, paman Nabi, Abu Thalib dan putra Nabi, Qasim
yang meninggal saat masih anak-anak.

"Yang terpenting dari semua itu adalah istri pertama Nabi, Siti Khodijah, juga dimakamkan di
Ma'la," ungkap Kramer seperti dikutip dari thecompletepilgrim.com, Selasa (4/8).

Direktur Islam Nusantara Center (INC), A Ginanjar Sya’ban, mengatakan, Jannatul Ma'la
merupakan tempat pemakaman bersejarah karena telah menjadi lokasi pemakaman umat muslim
sejak masa kenabian. Selain istri Nabi, kata Ginanjar, sejumlah sahabat Nabi juga dimakamkan
di sana.

Ginanjar menambahkan, komplek pemakaman Ma'la juga menjadi tempat peristirahatan terakhir
sejumlah ulama dari Nusantara. Para ulama Nusantara, sambung Ginanjar, banyak dimakamkan
di Ma'la pada abad Ke-19 Masehi. Kebanyakan dari mereka adalah para ulama yang menjadi
guru besar di Makkah pada masa itu.

"Sejak pra-kemerdekaan Indonesia, sejumlah ulama besar Nusantara banyak dimakamkan di


sana," ujar Ginajar kepada Republika.co.id, Selasa (4/8).

Adapun ulama nusantara yang dimakamkan di Ma'la, kata Ginanjar, diataranya, Syaikh Ahmad
Khatib Sambas (wafat tahun 1875), Syaikh Nawawi Banten (1897), Syaikh Junaid Betawi (akhir
abad 19 M), dan Syaikh Abdul Haq Banten (1903). 

Selanjutnya, Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau (1916), Syaikh Abdul Hamid Kudus (1916),
Syaikh Mahfuzh Tremas (1920), Syaikh Mukhtar Bogor (1930), Syaikh Umar Sumbawa (1930-
an), dan Syaikh Abdul Qadir Mandailing (1956).
"Hingga generasi ulama besar asal Nusantara yang menjadi guru besar di Makkah yakni Syaikh
Yasin Padang (wafat tahun 1990) yang merupakan guru dari KH Maimoen Zubair," ungkap
Dosen Filologi dari Universitas Padjajaran itu.

Mbah Moen menghembuskan nafas terakhirnya ketika sedang menjalankan ibadah haji di
Makkah, Arab Saudi, pada Selasa (6/8) pukul 04.17 waktu setempat. Kiai kharismatik tersebut
wafat di usia 90 tahun.

Mbah Moen merupakan pengasuh Pondok Pesantren Al Anwar di Sarang, Rembang, Jawa
Tengah. Ia juga merupakan tokoh kenamaan Nahdlatul Ulama.

Selain itu, Mbah Moen juga dikenal sebagai salah satu sesepuh di Partai Persatuan Pembangunan
(PPP). Ketika kontestasi Pilres 2019 lalu, kiai kharismatik itu sempat dikunjungi kedua calon
presiden, yakni Joko Widodo dan Prabowo Subianto.

Anda mungkin juga menyukai