Pembangunan Masjid
Nabi shallallahu alaihi wa sallam membangun Masjid Nabawi pada bulan Raibul Awal di awal-
awal hijarahnya ke Madinah. Pada saat itu panjang masjid adalah 70 hasta dan lebarnya 60 hasta
atau panjangnya 35 m dan lebar 30 m. Kala itu Masjid Nabawi sangat sederhana, kita akan sulit
membayangkan keadaannya apabila melihat bangunannya yang megah saat ini. Lantai masjid
adalah tanah yang berbatu, atapnya pelepah kurma, dan terdapat tiga pintu, sementara sekarang
sangat besar dan megah.
Shalat di masjidku ini lebih utama dari 1000 kali shalat di masjid selainnya, kecuali Masjid al-
Haram. (HR. Bukhari dan Muslim)
Mimbar Nabi
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Antara rumahku dan mimbarku ada taman dari taman-taman surga, dan mimbarku di atas
telagaku. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Awalnya Nabi berkhutbah di atas potongan pohon kurma kemudian para sahabat membuatkan
beliau mimbar, sejak saat itu beliau selalu berkhutbah di atas mimbar. Dari Jabir radhiallahu
anhu bahwa dulu Nabi shallallahu alaihi wa sallam saat khutbah Jumat berdiri di atas
potongan pohon kurma, lalu ada seorang perempuan atau laki-laki Anshar mengatakan, Wahai
Rasulullah, bolehkah kami membuatkanmu mimbar? Nabi menjawab, Jika kalian mau
(silahkan). Maka para sahabat membuatkan beliau mimbar. Pada Jumat berikutnya, beliau pun
naik ke atas mimbarnya, terdengarlah suara tangisan (merengek) pohon kurma seperti tangisan
anak kecil, kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam mendekapnya. Pohon it uterus
merengek layaknya anak kecil. Rasulullah mengatakan, Ia menagis karena kehilangan dzikir-
dzikir yang dulunya disebut di atasnya. (HR. Bukhari)
Di antara keagungan dan keutamaan mimbar ini, Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam melarang seseorang bersumpah di dekatnya, barangsiapa bersumpah di dekat mimbar
tersebut dia telah berdusta dan berdosa.
Janganlah seorang budak laki-laki atau perempuan bersumpah di dekat mimbar tersebut. Bagi
orang yang bersumpah, maka dia berdosa (HR. Ibnu Majah, Ahmad, dan Hakim)
Raudhah
Raudhah adalah suatu tempat di Masjid Nabawi yang terletak antara mimbar beliau dengan
kamar (rumah) beliau. Rasulullah menerangkan tentang keutamaan raudhah,
:
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Antara
rumahku dan mimbarku terdapat taman di antara taman-taman surga. Dan mimbarku di atas
telagaku. (HR. Bukhari).
Jarak antara mimbar dan rumah Nabi adalah 53 hasta atau sekitar 26,5 m.
Shufah Masjid Nabawi
Setelah kiblat berpindah (dari Masjid al-Aqsha mengarah ke Kabaj di Masjid al-Haram).
Rasulullah mengajak para
Yang disyariatkan untuk dicium kecuali hajar aswad (Majimu Fatanya 27:29)
Tidak boleh juga untuk thawaf mengelilingi kamar Nabi, thawaf adalah salah satu bentuk ibadah,
dan tidak diperkenankan beribadah kecuali hanya kepada Allah. Ada juga dijumpai sebagian
peziarah Masjid Nabawi yang bersujud mengarah ke makam Nabi Muhammad shallallahu
alaihi wa sallam, ini semua adalah ritual-ritual yang haram dilakukan ketika berziarah ke
Masjid Nabawi.
Perluasan Masjid Nabawi
Nabi shallallahu alaihi wa sallam melebarkan Masjid Nabawi pada tahun ke-7 H,
sepulangnya beliau dari Khaibar.
Pada zaman Umar bin Khattab, tahun 17 H, Masjid Nabawi kembali diperluas. Umar juga
menambahkan sebuah tempat yang agak meninggi di luar masjid yang dinamakan batiha.
Tempat ini digunakan oleh orang-orang yang hendak mengumumumkan suatu berita,
membacakan syair, atau hal-hal lainnya yang tidak terkait syiar agama. Sengaja Umar
membuatkan tempat ini untuk menjaga kemuliaan masjid.
Perluasan masjid di masa Utsman bin Affan tahun 29 H.
Perluasan masjid oleh Khalifah Umayyah, Walid bin Abdul Malik pada tahun 88-91 H.
Perluasan masjid oleh Khalifah Abbasiyah, al-Mahdi pada tahun 161-165 H.
Perluasan oleh al-Asyraf Qayitbay pada tahun 888 H.
Perluasan oleh Sultan Utsmani, Abdul Majid tahun 1265-1277 H.
Perluasan oleh Raja Arab Saudi, Abdul Aziz alu Suud tahun 1372-1375 H.
Perluasan oleh Khadimu al-Haramain asy-Syarifain, Fahd bin Abdul Aziz alu Suud
tahun 1406-1414 H.
Perluasan masjid yang saat ini sedang berlangsung oleh Khadimu al-Haramain asy-
Syarifain, Abdullah bin Abdul Aziz.
Mudah-mudahan sejarah singkat Masjid Nabawi ini semakin membangkitkan kecintaan kita
kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam, para sahabatnya, dan Masjid Nabawi itu sendiri.
Sejarah Mesjid Nabawi
YERUSALEM - Masjid Al-Aqsa yang berada di situs suci Yerusalem sedang jadi sorotan dunia
setelah pasukan keamanan Israel sempat menutup masjid itu untuk pertama kali sejak separuh
abad silam. Tindakan Israel dipicu oleh kematian dua polisinya akibat serangan tiga pria
bersenjata di situs suci pada 14 Juli 2017.
Israel membuka lagi membuka lagi masjid itu dua hari kemudian dengan aturan baru. Yakni,
pemasangan detektor logam dan CCTV. Aturan baru inilah yang memicu ketegangan lebih
lanjut, karena Israel diduga akan mengubah status quo situs masjid suci itu. Lebih dari 900 warga
Palestina terluka dalam bentrokan melawan pasukan keamanan Israel untuk memprotes aturan
baru di kompleks Masjid Al-Aqsa.
Masjid itu merupakan masjid bersejarah bagi umat Islam yang merupakan kiblat pertama untuk
salat umat muslim sebelum kiblat beralih ke Kakbah di Makkah, Arab Saudi. Setidaknya ada
delapan fakta tentang Masjid Al-Aqsa yang menarik untuk diketahui. Berikut fakta-fakta
tersebut.
1. Bukan Hanya Satu Masjid Saja
Namanya memang abadi sebagai Masjid Al-Aqsa. Namun, di situs itu sebenarnya ada beberapa
masjid. Di bangunan sebelah selatan ada masjid yang dikenal sebagai Masjid Qiblysebutan
untuk situs yang paling dekat dengan kiblat. Namun, semua bangunan termasuk kubah di situs
itu dianggap sebagai Masjid Al Aqsa atau terkadang disebuat sebagai Haram Al-Sharif.
Beberapa masjid yang ada di situs suci itu di antaranya Masjid Buraq, Masjid Marwani dan
beberapa masjid lainnya.
Tidak ada catatan berapa banyak nabi dan sahabat Nabi Muhammad yang dimakamkan di sana.
Tapi, dalam sejarahnya, Nabi Sulaiman diyakini dikuburkan di situs suci itu. Nabi Sulaiman
diyakini meninggal saat mengawasi pembangunan di situs tersebut dan dimakamkan di sana.
Pada periode waktu ketika tidak ada orang Yahudi yang diizinkan tinggal di Kota Yerusalem ini,
penduduk Romawi yang menguasai wilayah tersebut menggunakan area masjid sebagai tempat
pembuangan sampah.
Ketika sahabat Nabi Muhammad, Umar bin Khatab membebaskan Kota Yerusalem, dia
membersihkan sampah itu dengan tangan kosongnya. Dia juga mengakhiri pengasingan orang-
orang Yahudi yang sudah berlangsung selama berabad-abad. Umar bahkan mengundang 70
keluarga di sebuah desa pengungsi terdekat kembali ke Yerusalem dan diberikan hak untuk
tinggal di sana.
Salah satu kitab paling terkenal dalam literatur Islam adalah Ihyaa Ulumuddin karya ulama
besar Islam Abu Hamid Al-Ghazali. Dia adalah orang yang dihormati oleh semua aliran
pemikiran karena kemampuannya dalam mendalami ajaran Alquran dan hadits Nabi
Muhammad. Apa yang kebanyakan orang tidak tahu adalah bahwa Al-Ghazali pernah untuk
sementara waktu tinggal di Masjid Al-Aqsa dan menulis kitab legendaris itu di sana. Sebuah
bangunan di Masjid Al-Aqsa pernah ditandai sebagai lokasi kamar lamanya.
Fakta bahwa Masjid Al-Aqsa memang pernah menjadi kiblat pertama bagi umat Islam untuk
salat. Namun, oleh Nabi Muhammad yang mendapat petunjuk Allah, kiblat salat pindah
menghadap Kakbah yang berdiri di Masjidilharam, Makkah, Arab Saudi.
7. Pernah Dibakar
Pada tahun 1969, seorang zionis asal Australia, Dennis Michael Rochan, membakar Masjid Al-
Aqsa. Seluruh dinding, termasuk mimbar yang dikenal sebagai mimbar Salahuddin al-Ayyubi,
terbakar.
Siapa yang tak kenal Masjidil Haram, masjid termegah di dunia yang mampu menampung
hingga 850 ribu jemaah haji dan hingga 2 juta jemaah saat melakukan shalat ied. Masjidil Haram
menjadi masjid utama umat muslim dimana seluruh umat muslim mendambakan untuk
mengunjunginya dan beribadah di dalamnya. Seperti yang telah kita ketahui bahwa di dalam
Masjidil Haram terletak Kabah, kiblat bagi seluruh umat melakukan shalat. Dibalik itu semua,
sejarah pembangunan Masjidil Haram hingga bangunan masjid saat ini selalu menarik untuk
dikupas.
Pada zaman pra sejarah, tepatnya adalah pada masa Nabi Adam as diturunkan ke bumi, Allah
SWT mengutus untuk membangun Kabah untuk melakukan ibadah. Awalnya pembangunan
tersebut dilakukan di sudut kota Mekah dengan nama Bakkah. Pada masa kepemimpinan Nabi
Nuh as, bangunan tersebut hancur akibat banjir yang menerjang sehingga bangunan tersebut
tidak ada lagi. Lalu Allah memerintahkan Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as untuk membangun
Kabah tepat dimana Kabah berdiri saat ini. Berkat usaha Nabi Ibrahim as beserta putranya Nabi
Ismail as, Kabbah dapat berdiri dengan Hajar Aswad pada salah satu sisinya. Tidak lupa pula di
sekitar Kabah terdapat Maqam Ibrahim yang digunakan beliau sebagai pijakan saat membangun
Kabah.
Membangun Kabah pada masa itu bukanlah hal mudah karena banyaknya orang yang masih
menyembah berhala. Bahkan Nabi Ibrahim as harus menghancurkan banyak berhala di sekitar
Kabah pada masa awal pembangunannya. Tidak berhenti disitu saja, pada tahun gajah atau 571
M ketika Nabi Muhammad SAW dilahirkan, Raja Abraha dari Yaman mengutus pasukan gajah
untuk menghancurkan gajah. Namun tindakan tersebut digagalkan atas perintah Allah SWT
dengan turunnya burung ababil yang membawa batu neraka dan dijatuhkan ke pasukan gajah
sehingga mereka tewas dalam kondisi berlubang seperti yang telah dijelaskan pada surat Al-Fil
(QS. 105: 1-4).
Perkembangan pembangunan Kabah dan Masjidil Haram terus dilakukan dari masa ke masa.
Diperkirakan pada masa Rasulallah SAW masih berdakwah, luasan Masjidil Haram tidak lebih
dari 2000 meter persegi saja. Namun karena semakin hari semakin banyak umat muslim yang
mengunjunginya terlebih saat musim haji tiba, maka pelebaran Masjidil Haram terus dilakukan.
Sejak masa kekhalifahan Ustman bin Affan, pelebaran yang dilakukan mencapai 2040 meter
persegi dan kemudian dilebarkan lagi oleh Abdullah bin Zubair hingga 4050 meter persegi.
Dari segi pembangunan, bangunan Masjidil Haram telah mengalami beberapa kali perombakan.
Penambahan dinding dan pintu serta Menara juga dilakukan sebagai upaya memperbaiki dan
memberikan fasilitas agar cukup menampung jemaah yang menunaikan haji di Masjidil Haram.
Masa masa kekhalifahan Utsmaniyah, saat itu dipimpin oleh Sultan Salim al Utsmani, Masjidil
Haram sempat mengalami perombakan besar-besaran dengan dibantu oleh arsitek dari Turki
bernama Mimar Sinan. Tidak hanya pilar masjid, bahkan kubah masjid diganti dan bagian dalam
Masjidil Haram dihiasi dengan tulisan kaligrafi yang indah. Penambahan Menara juga dilakukan
sehingga Masjidil Haram memiliki tujuh menara yang menjulang. Bangunan megah seperti ini
cukup lama bertahan hingga tiga abad.