Masjid
sengaja dibangun sebagai tempat manusia beribadah kepada Allah SWT
guna mensucikan diri mereka. Masjid juga dibangun sebagai pusat
kegiatan pembinaan umat dalam rangka mewujudkan pribadi dan
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Tercatat dalam sejarah Islam,
masjid adalah bangunan pertama yang dibangun oleh Rasulullah SAW
ketika Beliau berhijrah ke kota Madinah.
ُّق أَ ْن تَقُو َم فِي ِه فِي ِه ِر َجا ٌل ي ُِحبُّونَ أَ ْن يَتَطَهَّرُوا َوهَّللا ُ يُ ِحب َ ْج ٌد أُس
ُّ ِّس َعلَى التَّ ْق َوى ِم ْن أَ َّو ِل يَوْ ٍم أَ َح ِ لَ َمس
108 : التوبة – َْال ُمطَّه ِِّرين
“Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa [masjid Quba], sejak hari
pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalam masjid itu ada
orang-orang yang ingin membersihkan diri, dan sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bersih” (QS. at-Taubah: 108).
Masjid adalah salah satu di antara syiar-syiar Islam yang agung dan
mempunyai peran sangat strategis demi tercapainya kemuliaan Islam dan
umat Islam. Umat Islam diperintahkan oleh Allah SWT agar senantiasa
mengagungkan masjid sebagai wujud dari ketakwaan mereka kepada-
Nya.
RELATED POST
Banjir di Kalbar, Muhammadiyah Terjunkan Relawan
Siaran Pers Diktilitbang PP Muhammadiyah Terkait Permen
Dikbudristek No 30 Tahun 2021
ش إِاَّل هَّللا َ فَ َع َسى َّ اج َد هَّللا ِ َم ْن آ َمنَ ِباهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر َوأَقَا َم ال
َ صاَل ةَ َوآتَى ال َّز َكاةَ َولَ ْم يَ ْخ ِ إِنَّ َما يَ ْع ُم ُر َم َس
18 : التوبة – َأُولَئِكَ أَ ْن يَ ُكونُوا ِمنَ ال ُم ْهتَ ِدين
ْ
“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah adalah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan tidak takut [kepada siapa pun] selain kepada Allah, Maka
merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang
mendapat petunjuk” (QS. at-Taubah: 18).
Seiring dengan kemuliaan masjid, Rasulullah SAW dalam beberapa
sabdanya menjelaskan berbagai keutamaan bagi orang yang gemar ke
masjid, di antaranya, ia termasuk di antara tujuh golongan yang kelak di
hari kiamat akan mendapatkan naungan Allah SWT (HR. Bukhari).
Di dalam hadits yang lain, Nabi SAW bersabda:
َ اح أَ َع َّد هَّللا ُ لَهُ فِي ْال َجنَّ ِة نُزُاًل ُكلَّ َما َغدَا أَوْ َر
اح َ ْج ِد أَوْ َر
ِ َم ْن َغدَا إِلَى ْال َمس
“Barangsiapa berangkat pagi atau sore hari ke masjid, maka Allah akan
mempersiapkan hidangan baginya di surga, setiapkali ia berangkat pagi atau
sore hari” (HR. Bukhari dan Muslim).
ْ َتْ ض هَّللا ِ َكان ِ ت هَّللا ِ لِيَ ْق ٍ َم ْن تَطَهَّ َر فِي َب ْيتِ ِه ثُ َّم َم َشى إِلَى بَ ْي
ُخَط َوتَاه ِ ِيضةً ِم ْن فَ َرائ
َ ض َي فَ ِر ِ ت ِم ْن بُيُو
ًُط خَ ِطيئَةً َواأْل ُ ْخ َرى تَرْ فَ ُع د ََر َجة ُّ إِحْ دَاهُ َما تَح
“Barangsiapa bersuci di rumahnya, kemudian berjalan ke salah satu rumah
Allah [masjid] untuk melaksanakan kewajiban yang Allah tetapkan, maka kedua
langkahnya, yang satu menghapus kesalahan dan satunya lagi meninggikan
derajat” (HR. Muslim).
Karena sedemikian besar kedudukan masjid, maka ada beberapa adab
(sopan santun) yang ditentukan oleh syari’at Islam ketika seorang berada
di dalamnya. Di antara adab seseorang di dalam masjid adalah
melaksanakan shalat Tahiyatul Masjid.
رواه أحمد عن أبي هريرة – ُصلِّ َي َر ْك َعتَي ِْن ِ إِ َذا َدخَ َل أَ َح ُد ُك ُم ْال َمس
َ ْج َد فَالَ يَجْ لِسْ َحتَّى ي
“Apabila salah seorang di antara kamu masuk masjid, maka janganlah ia duduk
sehingga ia melaksanakan shalat dua raka’at” (HR. Ahmad dari Abu
Hurairah).
َ َ َي ْخطُبُ فَق-صلى هللا عليه وسلم- اس َيوْ َم ْال ُج ُم َع ِة َوالنَّبِ ُّى
ال لَهُ النَّبِ ُّى َ ََجا َء َر ُج ٌل يَتَخَ طَّى ِرق
ِ َّاب الن
رواه أبو داود – » َ « اجْ لِسْ فَقَ ْد آ َذيْت-صلى هللا عليه وسلم-
“Seorang laki-laki datang [masuk masjid] dan melangkahi pundak-pundak
manusia, sedangkan Rasulullah SAW berkhutbah, maka Beliau berkata:
duduklah, sungguh engkau telah menyakiti mereka” (Shahih, HR. Abu Dawud,
dishahihkan oleh Syaikh al-Albani).
Kedua, hadits AbuWaqid al-Laitsi r.a.:
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم بَ ْينَ َما ه َُو َجالِسٌ فِي ْال َم ْس ِج ِد َوالنَّاسُ َم َعهُ ِإ ْذ َ ع َْن أَبِي َواقِ ٍد اللَّ ْيثِ ِّي أَ َّن َرس
َ ِ ُول هَّللا
هَّللا
ِ ال فَ َوقَفَا َعلَى َرسُو ِل َ ََب َوا ِح ٌد ق َّ
َ صلى ُ َعلَ ْي ِه َو َسل َم َو َذه هَّللا َّ َ ِ ُول هَّللا ِ أَ ْقبَ َل ثَاَل ثَةُ نَفَ ٍر فَأ َ ْقبَ َل ْاثنَا ِن إِلَى َرس
س خَ ْلفَهُ ْم َوأَ َّما َ َس فِيهَا َوأَ َّما اآْل خَ ُر فَ َجل َ َصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَأ َ َّما أَ َح ُدهُ َما فَ َرأَى فُرْ َجةً فِي ْال َح ْلقَ ِة فَ َجل َ
ال أَاَل أُ ْخبِ ُر ُك ْم ع َْن النَّفَ ِر الثَّاَل ثَ ِة أَ َّما َ ق مَّ
َ َ َ َ ِ َ ُل س و ه ْ
ي َ ل ع هَّللا ىَّ ل ص هَّللا
َ ِ ُ َ َ َّ ل ُو
س ر َ
غ رَ ف ا مَ لَ ف ًا ب ها َ
ذ
ِ ََ ر ب ْ
د َ أَ ف ُ
ث ِ َّالث
ل ا
ُ ض هَّللا َ ض فَأ َ ْع َر َ آواهُ هَّللا ُ َوأَ َّما اآْل خَ ُر فَا ْستَحْ يَا فَا ْستَحْ يَا هَّللا ُ ِم ْنهُ َوأَ َّما اآْل َخ ُر فَأ َ ْع َر َ َأَ َح ُدهُ ْم فَأ َ َوى إِلَى هَّللا ِ ف
َُع ْنه
“Dari Abu Waqid al-Laitsi, sungguh Rasulullah SAW ketika sedang duduk
bermajelis di masjid bersama para sahabat, datanglah tiga orang. Yang dua
orang menghadap Nabi SAW dan yang seorang lagi pergi, yang dua orang terus
duduk bersama Nabi SAW di mana satu di antaranya melihat tempat yang
kosong lalu ia duduk di tempat itu sedangkan yang kedua duduk di belakang
mereka, sedangkan yang ketiga berbalik pergi. Setelah Rasulullah SAW selesai
bermajelis, Beliau bersabda: Maukah kalian Aku beritahu tentang ketiga orang
tadi?”Adapun salah seorang di antara mereka, dia meminta perlindungan
kepada Allah, maka Allah lindungi dia. Yang kedua, dia malu kepada Allah, maka
Allah pun malu kepadanya. Sedangkan yang ketiga berpaling dari Allah, maka
Allah pun berpaling darinya” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ketiga, hadits Thalhah bin Ubaidullah r.a.:
ْ
صوْ تِ ِه َواَل نَ ْفقَهُ َما
َ ي َّ س نَ ْس َم ُع د َِوِ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِم ْن أَ ْه ِل نَجْ ٍد ثَائِ ُر الرَّأ
َ ِ ُول هَّللا
ِ َجا َء َر ُج ٌل إِلَى َرس
ُ صلَّى هَّللاَ ِ ال َرسُو ُل هَّللا َ
َ َصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَإ ِ َذا ه َُو يَسْأ ُل ع َْن اإْل ِ ْساَل ِم فَق
َ ِ ُول هَّللا
ِ يَقُو ُل َحتَّى َدنَا ِم ْن َرس
َّ َ اَّل
ي َغ ْي ُره َُّن قَا َل اَل إِ أ ْن تَط َّو َع َّ َال هَلْ َعل َّ ْ
َ َت فِي اليَوْ ِم َوالل ْيلَ ِة فَق َ َُعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم خَ ْمس
ٍ صلَ َوا
“Seorang laki-laki dari penduduk Nejd yang rambutnya berdiri datang kepada
Rasulullah SAW, kami mendengar gumaman suaranya, namun kami tidak dapat
memahami sesuatu yang dia ucapkan hingga dia dekat dari Rasulullah SAW,
ternyata dia bertanya tentang Islam. Maka Rasulullah SAW menjawab, Islam
adalah shalat lima waktu siang dan malam. Dia bertanya lagi, apakah saya
masih mempunyai kewajiban selainnya? Beliau menjawab, tidak, kecuali kamu
melakukan shalat sunnah” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits yang pertama dan kedua menjelaskan tentang orang yang masuk
ke masjid dan langsung duduk dengan tidak melakukan shalat Tahiyatul
Masjid tanpa ditegur oleh Rasulullah SAW. Hal ini menunjukkan bahwa
shalat tersebut tidak wajib. Pendapat ini diperkuat oleh penjelasan pada
hadits ketiga. Oleh karena itu, pendapat kedua adalah yang lebih kuat.
Dalam pada itu, jika seseorang masuk ke masjid dan menjumpai imam
sedang berkhutbah, maka ia tetap disunnahkan untuk mengerjakan shalat
Tahiyatul Masjid, dan hendaknya shalat tersebut diringankan atau
dipercepat. Ketentuan tersebut tidak berlaku apabila seorang khatib
hampir selesai melaksanakan khutbah. Sebab, menurut dugaan kuat,
apabila “memaksakan diri” mengerjakan shalat Tahiyatul Masjid, maka ia
akan ketinggalan shalat wajib (shalat Jum’at). Dalam hadits riwayat al-
Bukhari dan Muslim dari Jabir, ia berkata:
ك قُ ْم
ُ يَا ُسلَ ْي:ُ فَقَا َل لَه.س َ ِ ك ْال َغطَفَانِ ُّي يَوْ َم ْال ُج ُم َع ِة َو َرسُو ُل هَّللا
َ َ فَ َجل, ُصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَ ْخطُب ٌ َجا َء ُسلَ ْي
ْ ْ َ ُ ْ إْل ْ ُ َ
إِذا َجا َء أ َح ُدك ْم يَوْ َم ال ُج ُم َع ِة َوا ِ َما ُم يَخطبُ فليَرْ َك ْع َرك َعتَي ِْن:ال َ ُ
َ فَارْ َك ْع َر ْك َعتَي ِْن َوت ََج َّوز فِي ِه َما! ث َّم ق
َ ْ
َو ْليَت ََج َّو ْز فِي ِه َما
“Sulaik al-Ghathafani datang pada hari Jum’at, sementara
Rasulullah SAW sedang berkhutbah, dia pun duduk. Maka Beliau langsung
bertanya padanya: wahai Sulaik, bangun dan shalatlah dua
raka’at, kerjakanlah dengan ringan. Kemudian Beliau bersabda: jika salah
seorang dari kalian datang pada hari Jum’at, sedangkan imam sedang
berkhutbah, maka hendaklah dia shalat dua raka’at, dan hendaknya dia
mengerjakannya dengan ringan” (HR. Bukhari dan Muslim).
Berdasarkan hadits di atas pula, para ulama berpendapat bahwa
sekiranya seseorang masuk masjid dan langsung duduk karena tidak tahu
atau lupa, dan belum mengerjakan shalat Tahiyatul Masjid, maka ia tetap
disyari’atkan untuk mengerjakan shalat tersebut. Sebab, orang yang
diberi uzur (karena lupa atau tidak tahu) tidak hilang kesempatan untuk
mengerjakan shalat Tahiyatul Masjid, dengan syarat, jarak antara duduk
dengan waktunya tidak terlalu lama. Hal ini dijelaskan oleh Ibnu Hajar di
dalam “Kitab Fathul Bari” (Lihat, Fathul Bari: 2/408).
Demikian halnya apabila seseorang masuk ke dalam masjid dan azan
sedang dikumandangkan, maka sebaiknya ia sambil berdiri menjawab
azan terlebih dahulu, dan menunda sebentar untuk mengerjakan shalat
Tahiyatul Masjid. Dengan demikian, ia dapat melaksanakan dua perintah
sekaligus, yaitu menjawab azan dan mengerjakan shalat Tahiyatul Masjid.
Rasulullah SAW bersabda:
رواه البخاري ومسلم – ُإِ َذا َس ِم ْعتُ ْم النِّدَا َء فَقُولُوا ِم ْث َل َما يَقُو ُل ْال ُمؤَ ِّذن
“Apabila kamu mendengar azan, maka bacalah seperti yang dibaca muazin”
Namun, apabila muazin telah mengumandangkan iqamat, sebagai tanda
shalat wajib akan dilaksanakan, maka seseorang tidak diperbolehkan
mengerjakan shalat Tahiyatul Masjid, melainkan segera mengikuti shalat
wajib. Rasulullah SAW bersabda: