Anda di halaman 1dari 13

KHUTBAH JUMAT

MEMAKNAI BULAN RAJAB


DAN KUALITAS SHALAT DIRI
‫‪KHUTBAH I‬‬

‫ق م َنْ شَاء َ م ِنْ خ َل ْقِه ِ بِف َضْ لِه ِ وَك َرَمِه ِ‪،‬‬ ‫ا َ ْلحم َْد ُ لِله ِ الَّذ ِيْ و ََّف َ‬
‫شي ْئَتِه ِ و َعَدْلِه ِ‪ .‬و َأَ شْهَد ُ أَ ْن‬
‫ل م َنْ شَاء َ م ِنْ خ َل ْقِه ِ بِم َ ِ‬ ‫وَخَذ َ َ‬
‫ل‬ ‫َّلا ِإلٰه َ ِإ َّلا الله ُ وَحْدَه ُ ل َا شَر ِي ْ َ‬
‫ك لَه ُ‪ ،‬وَل َا شَبِي ْه َ وَل َا مِث ْ َ‬
‫وَل َا ن ِ َّد لَه ُ‪ ،‬وَل َا ح ََّد وَل َا ج َُّثة َ وَل َا أَ ْعضَاء َ لَه ُ‪ .‬و َأَ شْهَد ُ‬
‫أَ َّن سَي ِد َن َا وَحَبِي ْبَنَا وَعَظِيْم َنَا و َقَائِد َن َا و َق ُ َّرة َ أَ عْيُن ِنَا مُح ََّمدًا‬
‫سل ِ ْم‬
‫ل وَ َ‬
‫ص ِ‬ ‫سوْلُه ُ‪ ،‬وَص ُّ‬
‫َفِيه ُ وَحَبِي ْب ُه ُ‪ .‬اَللهم َ‬ ‫عَبْدُه ُ وَر َ ُ‬
‫ن عَبْدِ اللهِ‪ ،‬و َعَلَى آلِه ِ و َصَ ح ْبِه ِ‬
‫ك عَلَى سَي ِدِن َا مُح ََّمدِ ب ْ ِ‬
‫و َب َارِ ْ‬
‫وَم َنْ َّوال َاه ُ‪ ،‬وَم َنْ تَبِعَه ُ ْم ب ِِإحْ سَا ٍ‬
‫ن ِإلَى يَوْ ِم ال ْقِيَامَة ِ‪ ،‬وَل َا‬
‫ل وَل َا ق َُّوة َ ِإ َّلا ب ِاللهِ‪ .‬أَ َّما بَعْد ُ‪ ،‬ف َِإن ِي ُّأ ْو ِ‬
‫صيْك ُ ْم‬ ‫حو ْ َ‬
‫َ‬
‫ي بتَِقْو َى الله ِ ال ْعَل ِِي ال ْعَظِي ِْم الْق َائ ِ ِ‬
‫ل ف ِ ْي مُحْكَمِ ك ِتَابِه ِ‪:‬‬ ‫و َن َ ْفس ِ ْ‬
‫َالصلَاة ِ ال ْو ُسْ طَى و َق ُوم ُوا ل َِّله ِ‬ ‫َات و َّ‬ ‫الصل َو ِ‬ ‫ح َافِظ ُوا عَلَى َّ‬
‫ٰ‬
‫قَانتِِينَ ﴿البقرة‪﴾٢٣٨ :‬‬
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat


kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi
untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan
dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala
dengan menjalankan semua kewajiban dan
menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan
diharamkan.

Hadirin yang dirahmati Allah,


Di setiap bulan Rajab, kita selalu diingatkan oleh guru-
guru kita, para kiai kita, bahwa pada saat Mi’raj,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menerima
perintah shalat lima waktu. Begitu istimewanya shalat,
sampai-sampai Allah mewahyukan perintah shalat di
tempat yang istimewa. Di suatu tempat di atas langit
ketujuh, di atas sidratul muntaha. Di suatu tempat yang
tidak pernah sekali pun dilakukan kufur, syirik, dosa, dan
maksiat di dalamnya.

Hadirin yang dirahmati Allah,


Allah SWT berfirman:

ِ ‫َالصلَاة ِ ال ْو ُسْ طَى و َق ُوم ُوا لله‬


َّ ‫َات و‬ َّ ‫ح َافِظ ُوا عَلَى‬
ِ ‫الصل َو‬
ٰ
﴾٢٣٨ :‫قَانتِِينَ ﴿البقرة‬
Maknanya: “Peliharalah semua shalat(mu), dan
(peliharalah) shalat wustha (shalat ‘Ashar). Berdirilah
untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk” (QS al-
Baqarah: 238).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ فَم َنْ ج َاء َ بِه َِّن‬،ِ‫َات كَتَبَه َُّن الله ُ عَلَى ال ْع ِبَاد‬
ٍ ‫ْس صَل َو‬ ُ ‫خَـم‬
ِ ‫شي ْئًا اسْ ت ِخْ ف َافًا بِ ح َقِه َِّن ك َانَ لَه ُ عِنْد َ الله‬
َ ‫ل َ ْم يُضَي ِعْ مِنْه َُّن‬
َ ‫ت بِه َِّن فَلَي‬
ُ ‫ْس لَه‬ ِ ْ‫ وَم َنْ ل َ ْم ي َأ‬،َ ‫ع َ ْهدٌ أَ ْن ي ُ ْدخِلَه ُ الْج َّنَة‬
َ ‫عِنْد َ الله ِ ع َ ْهدٌ ِإ ْن شَاء َ ع ََّذبَه ُ و َِإ ْن شَاء َ أَ ْدخ َلَه ُ الْج َّن َة‬
)‫(رواه البيهقي‬
Maknanya: “Ada lima shalat yang Allah wajibkan atas
para hamba. Barangsiapa melaksanakannya dan tidak
melalaikan salah satu darinya dengan tidak memenuhi
haknya, maka ia mendapatkan janji dari Allah akan
dimasukkan ke surga. Dan barangsiapa tidak
melaksanakannya, maka ia tidak mendapatkan janji dari
Allâh tersebut. Jika Allah menghendaki, maka Ia
menyiksanya dan jika Allah menghendaki, maka Allah
memasukkannya ke surga” (HR al Bayhaqi).

Jadi shalat kedudukannya sangat agung, karena ia


adalah amal yang paling utama setelah iman.
Barangsiapa yang menjaga dan memeliharanya,
sungguh ia telah menjaga agamanya. Dan barangsiapa
yang terhadap shalat ia lalai, maka terhadap selain
shalat, pastilah ia lebih abai. Begitu agungnya shalat,
dalam beberapa ayat Al-Qur’an shalat sering disebutkan
secara beriringan dengan iman kepada Allah dan Rasul-
Nya. Di antaranya:
َّ ‫ات و َأَ قَام ُوا‬
‫الصلَاة َ و َآتَوُا‬ َّ ‫ن آم َن ُوا و َعَم ِلُوا‬
ِ َ ‫الصالِ ح‬ َ ‫ِإ َّن الَّذ ِي‬
‫ْف عَلَيْه ِ ْم وَل َا ه ُ ْم‬
ٌ ‫خو‬
َ ‫جر ُه ُ ْم عِنْد َ ر َبِه ِ ْم وَل َا‬ َّ
ْ َ‫الزك َاة َ لَه ُ ْم أ‬
﴾٢٧٧ :‫يح ْزَنُونَ ﴿البقرة‬
َ
Maknanya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman,
mengerjakan amal shalih, mendirikan shalat dan
menunaikan zakat, mereka mendapat pahala yang
diberikan Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS al-
Baqarah: 277).

Apabila kita perhatikan juga, betapa banyak disebutkan


dalam al-Qur’an secara beriringan antara perbuatan
meninggalkan shalat dengan kekufuran. Allah ta’ala
berfirman memberitakan tentang penduduk neraka
ketika ditanya:

َ‫ن ال ْمُصَل ِين‬ ُ َ ‫) قَالُوا ل َ ْم ن‬٤٢( َ ‫سق َر‬


َ ِ‫ك م‬ َ ‫م َا سَلـَكَك ُ ْم فِي‬
‫ُوض‬
ُ ‫) وَك ُناَ نَخ‬٤٤( َ‫سكِين‬ ُ َ ‫) و َل َ ْم ن‬٤٣(
ْ ِ ‫ك ن ُطْعِم ُ الْم‬
)٤٦( ‫ن‬
ِ ‫) وَك ُناَ نُكَذِبُ بيَِو ْ ِم الد ِي‬٤٥( َ‫م َ َع الْخَائ ِضِ ين‬
﴾٤٦-٤٢ :‫﴿المدثر‬
Maknanya: “Apakah yang memasukkan kalian ke dalam
Saqar (neraka)?. Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak
termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat dan
kami tidak (pula) memberi makan orang miskin dan kami
membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-
orang yang membicarakannya, dan kami mendustakan
hari pembalasan” (QS al Muddatstsir: 42-46).

Hadirin yang dirahmati Allah,


Para ulama Ahlussunnah mengatakan bahwa, jika
seseorang meninggalkan shalat karena mengingkari
kewajibannya atau melecehkannya, maka ia telah kafir.
Sedangkan jika ia meninggalkannya karena malas,
maka ia tidak kafir, tetapi dihukumi fasiq, pelaku dosa
besar. Hadirin, Janganlah kita menunda-nunda shalat
sampai keluar waktunya. Janganlah kita bermalas-
malasan melakukan shalat. Di dunia ini, kita bisa saja
menunda jadwal perjalanan atau pekerjaan, sedangkan
kematian adalah kepastian yang tidak bisa ditunda atau
dibatalkan. Kita selamatkan diri kita sebelum lewat
waktunya.

Jatah umur kita terbatas, embusan napas kita ada


penghabisannya dan kematian bagaikan pedang yang
telah terhunus di atas leher kita, kita tidak tahu kapan ia
turun dan menebas batang leher kita. Jika seseorang
meninggalkan shalat, tidakkah ia malu kepada Allah
yang telah menciptakannya dan menganugerahkan
sekian banyak rahmat dan nikmat kepada-Nya?

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,


Dari sahabat Jabir radliyallahu ‘anhu, ia berkata:
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫َاب‬
ِ ‫ل نَهْرٍ ج َارٍ غَمْرٍ عَلَى ب‬
ِ َ ‫س ك َمَث‬
ِ ْ َ ‫َوات الخم‬ َّ ‫ل‬
ِ ‫الصل‬ ُ َ ‫م َث‬
‫ات ( رواه‬ َ ‫ل مِن ْه ُ ك َُّل يَوْ ٍم خَم‬
ٍ ‫ْس م ََّر‬ ِ َ ‫أحَدِك ُ ْم يَغْت‬
ُ ‫س‬
)‫مسلم‬
Maknanya: “Perumpamaan Shalat lima waktu adalah
ibarat sungai yang melimpah airnya, yang mengalir ke
arah pintu rumah salah seorang di antara kalian, lalu ia
mandi dari air tersebut setiap hari sebanyak lima kali.”
(HR Muslim).

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

َّ ُ ‫ و َعَم ُودُه‬،ُ ‫الإسْ لام‬


‫الصلاة ُ (أخرجه أحمد‬ ِ ِ ‫س الأَ مْر‬
ُ ْ‫ر َأ‬
‫ حديث حسن‬:‫والنسائي والترمذي وغيرهم وقال‬
)‫صحيح‬
Maknanya: “Induk dari segala perkara adalah Islam dan
tiangnya adalah shalat” (HR Ahmad, an-Nasaa’i, at-
Tirmidzi dan lain-lain. At-Tirmidzi berkata: Hadits ini hasan
shahih).

Allah telah menjadikan shalat sebagai penyejuk mata


dan jiwa, serta pelipur lara bagi mereka yang dirundung
kesedihan. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
memberikan teladan kepada kita bahwa ketika beliau
sedang mengalami masa-masa sulit dan berat, beliau
menghibur diri dengan mendirikan shalat (HR Ahmad
dan Abu Dawud).
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َّ ‫ت ق ُ َّرة ُ عَيْنِي فِي‬


‫الصلاة ِ (أخرجه أحمد في‬ ْ َ ‫وَجُعِل‬
‫مسنده والنسائي والبيهقي في السنن وصححه الحاكم في‬
)‫المستدرك وغيرهم‬
Maknanya: “Telah dijadikan kesejukan mata dan jiwaku
(kebahagiaanku) pada shalat” (HR Ahmad dalam
Musnadnya, an-Nasaa’i, al-Baihaqi dalam as-Sunan, dan
hadits ini dishahihkan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak).

Beliau juga terbiasa menyeru:

َّ ‫ أَ رِحْ نَا ب‬،ُ‫ي َا بِلال‬


)‫ِالصلاة ِ (أخرجه أحمد وغيره‬
Maknanya: “Wahai Bilal, (kumandangkan iqamat),
berilah kami kenyamanan dan kedamaian dengan
(mengerjakan) shalat” (HR Ahmad dan lainnya). Shalat
menjadi kesenangan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam, kedamaian kalbunya serta kebahagiaan hatinya.

Hadirin yang dirahmati Allah,


Marilah kita jadikan bulan Rajab, bulan peringatan
mukjizat Isra’ dan Mi’raj, sebagai momentum untuk
memperbaiki kualitas shalat kita. Shalat yang berkualitas
adalah shalat yang sah dan diterima oleh Allah ta’ala.
Shalat seseorang dikatakan sah apabila telah memenuhi
seluruh syarat sah dan rukunnya serta menjauhi semua
hal yang dapat membatalkannya.
Namun demikian, hadirin sekalian, shalat yang sah belum
tentu diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Al-Habib
Abdullah bin Husain bin Thahir Ba’alawi dalam Sullamut
Taufiq menjelaskan bahwa supaya shalat kita diterima
oleh Allah, selain kita harus memenuhi syarat sah dan
rukunnya, kita juga harus memenuhi syarat-syarat
diterimanya shalat, yaitu: Berniat ikhlas karena
mengharap ridha Allah semata. Makanan dan minuman
yang ada di perut kita sewaktu shalat harus halal.
Pakaian yang kita kenakan pada saat shalat harus halal.
Tempat yang kita gunakan shalat harus halal. Shalat
yang kita lakukan harus disertai kekhusyukan, walaupun
hanya sebentar.

Semakin lama kadar khusyuk kita dalam shalat, maka


semakin besar pahala yang kita dapat dari Allah ta’ala.
Tidak ujub dengan shalat yang dilakukan. Ujub artinya
apabila seseorang melihat bahwa kemampuannya
menjalankan ibadah adalah keistimewaan dirinya, dan
ia lalai untuk mengingat bahwa hal itu sejatinya adalah
karunia dari Allah.

Hadirin yang dirahmati Allah,


Khusyuk adalah menghadirkan dalam hati rasa takut
kepada Allah, disertai rasa cinta dan pengagungan
kepada-Nya.

Khusyuk dalam shalat adalah perbuatan hati yang bisa


diraih dan dilakukan dengan beberapa sebab dan cara.
Di antaranya adalah memperbanyak mengingat
kematian. Ketika kita akan memulai shalat, kita berucap
dalam hati: “Mungkin ini adalah shalat terakhirku,
setelahnya mungkin aku tidak akan merasakan
kehidupan lagi di dunia ini.” Di antara sebab dan cara
untuk menghadirkan khusyuk dalam shalat juga adalah
dengan merenungkan dan menghayati makna yang
terkandung dalam bacaan-bacaan shalat.

Hadirin yang dirahmati Allah,


Ali bin al-Husain bin Ali bin Abi Thalib, cicit Baginda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saking khusyuknya
dalam menjalankan shalat, sampai-sampai suatu ketika
rumah beliau terbakar pada saat beliau mendirikan
shalat. Orang-orang berteriak memanggilnya, “Api
wahai Ali, api wahai Ali,” namun beliau tetap kokoh tak
tergoyahkan dalam shalatnya. Pada waktu selesai
shalat, beliau mengatakan: “Pikiranku disibukkan dengan
api akhirat daripada api kalian.”

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Demikian khutbah yang singkat ini, mudah-mudahan


pada bulan Rajab ini kita senantiasa diberi kekuatan,
kemudahan dan kemampuan untuk memperbanyak
kebaikan dan ketaatan kepada Allah subhanahu wa
ta’ala. Amin.

،ُ ‫ فَاسْ تَغْف ِر ُ ْوه‬،ْ‫ل قَو ْل ِ ْي هٰذَا و َأَ سْ تَغْفِر ُ الله َ ل ِ ْي و َلـ َكُم‬ ُ ْ‫أَ قُو‬
. ُ ‫حي ْم‬ َّ ُ ‫ِإ َّنه ُ ه ُو َ ال ْغَفُوْر‬
ِ ‫الر‬
‫‪KHUTBAH II‬‬

‫ِإ َّن ا ْلحم َْد َ لِله ِ نَحْمَدُه ُ و َنَسْت َع ِين ُه ُ و َنَسْتَغْفِرُه ُ‪ ،‬و َنَعُوْذ ُ ب ِالله ِ‬

‫ات أَ عْمَالِنَا‪ ،‬م َنْ يَهْدِ الله ُ‬ ‫م ِنْ شُر ُ ْورِ أَ نْفُسِنَا وَم ِنْ سَي ِئ َ ِ‬
‫فَلَا م ُضِ َّل لَه ُ وَم َنْ يُضْ لِلْ فَلَا ه َادِيَ لَه ُ‪ ،‬و َأَ شْهَد ُ أَ ْن َّلا‬
‫ك لَه ُ‪ ،‬و َأَ شْهَد ُ أَ َّن سَي ِد َن َا‬
‫ِإلٰه َ ِإ َّلا الله ُ وَحْدَه ُ ل َا شَر ِي ْ َ‬
‫سل ِ ْم عَل ٰى سَي ِدِن َا‬
‫ل وَ َ‬
‫ص ِ‬ ‫مُح ََّمدًا عَبْدُه ُ وَر َ ُ‬
‫سو ْلُه ُ‪ ،‬اَللهم َ‬
‫ق ال ْوَعْدِ الْأَ م ِي ْنِ‪ ،‬و َعَل ٰى ِإخْ وَانِه ِ َّ‬
‫النب ِي ِيْنَ‬ ‫ن َّ‬
‫الصادِ ِ‬ ‫مُح ََّمدِ ِ‬
‫ل‬
‫ات ال ْمُؤْم ِنِيْنَ‪ ،‬و َآ ِ‬ ‫ْض اللهم ع َنْ ُّأ َّمه َ ِ‬ ‫و َال ْمُرْسَلِيْنَ‪ ،‬و َار َ‬
‫شدِيْنَ‪ ،‬أَ ب ِ ْي بَكْرٍ و َع ُم َر َ‬
‫الرا ِ‬ ‫ن الْخل َُف َاء ِ َّ‬ ‫ْت َّ‬
‫الطاهِر ِيْنَ‪ ،‬وَع َ ِ‬ ‫ال ْبَي ِ‬
‫ن الْأَئ َِّمة ِ ال ْمُهْتَدِيْنَ‪ ،‬أَ ب ِ ْي حَنِيْف َة َ‬ ‫وَعُثْم َانَ و َعَل ٍِي‪ ،‬وَع َ ِ‬
‫ن الْأَ وْلِيَاء ِ و َّ‬
‫َالصالِ ح ِيْنَ‪ .‬أَ َّما‬ ‫ِك و َّ‬
‫َالشافِع ِِي و َأَ حْمَدَ وَع َ ِ‬ ‫وَم َال ٍ‬
‫ي بتَِقْو َى الله ِ‬ ‫بَعْد ُ‪ ،‬فَيَا أَ ُّيهَا ال ْمُسْل ِمُوْنَ‪ُّ ،‬أ ْو ِ‬
‫صيْك ُ ْم و َن َ ْفس ِ ْ‬
‫ال ْعَل ِِي ال ْعَظِي ِْم ف َ َّاتقُوْه ُ‪ ،‬و َاع ْلَمُوْا أَ َّن الله َ أَ م َرَك ُ ْم ب ِأَ مْرٍ عَظِي ٍْم‪،‬‬
‫ل ِإ َّن َّ‬
‫الله َ‬ ‫َالسلَا ِم عَل ٰى نَب ِي ِه ِ الـْكَر ِ ْي ِم فَق َا َ‬‫ِالصلَاة ِ و َّ‬ ‫أَ م َرك ُ ْم ب َّ‬
‫َ‬
‫ن آم َن ُوا ص َُّلوا‬ ‫النب ِ ِي ۚ ي َا أَ ُّيهَا الَّذ ِي َ‬
‫وَم َلَائِكَت َه ُ يُص َُّلونَ عَلَى َّ‬
‫ل عَل ٰى سَي ِدِن َا مُح ََّمدٍ و َعَل ٰى‬ ‫ص ِ‬ ‫عَلَيْه ِ وَسَل ِم ُوا تَسْلِيم ًا‪ ،‬اَللٰه َُّم َ‬
‫ل سَي ِدِن َا مُح ََّمدٍ كَمَا ص ََّلي ْتَ عَل ٰى سَي ِدِن َا ِإ ب ْرَاهِيْم َ و َعَل ٰى آ ِ‬
‫ل‬ ‫آ ِ‬
‫ك عَل ٰى سَي ِدِن َا مُح ََّمدٍ و َعَل ٰى آ ِ‬
‫ل سَي ِدِن َا‬ ‫سَي ِدِن َا ِإ ب ْرَاهِي ْم َ و َب َارِ ْ‬
‫مُح ََّمدٍ كَمَا ب َارَكْ تَ عَل ٰى سَي ِدِن َا ِإ ب ْرَاهِي ْم َ و َعَل ٰى آ ِ‬
‫ل سَي ِدِن َا‬
‫مجِيْدٌ‪ .‬اَللٰه َُّم اغْفِر ْ‬ ‫ك حَمِيْدٌ َ‬ ‫ِإ ب ْرَاهِي ْم َ‪ ،‬ف ِ ْي ال ْعَالمَي ِْنَ ِإ َّن َ‬
‫ات الْأَ حْ يَاء ِ‬‫ات وال ْمُؤْم ِنِيْنَ و َال ْمُؤْم ِن َ ِ‬ ‫لِل ْمُسْل ِمِيْنَ و َال ْمُسْل ِم َ ِ‬
‫َات‪ ،‬اَللٰه َُّم اجْ عَل ْنَا هُدَاة ً مُه ْتَدِي ْ َ‬
‫ن غَيْر َ ضٰ ال ِيْنَ‬ ‫مِنْه ُ ْم و َالْأَ مْو ِ‬
‫و َلا َ م ُضِ ل ِيْنَ‪ ،‬اَللٰه َُّم اسْ تُرْ عَوْر َاتنَِا وآم ِنْ َّروْعَاتنَِا و َاكْ فِنَا‬
‫حسَن َة ً‬ ‫ف‪ ،‬ر ََّبنَا آتنَِا فِي ُّ‬
‫الدن ْيَا َ‬ ‫م َا أَ ه ََّمنَا و َق ِنَا ش ََّر ما نَتَخو َ ُ‬
‫النارِ‪ .‬عِبَاد َ اللهِ‪َّ ،‬‬
‫إن‬ ‫حسَن َة ً و َق ِنَا عَذَابَ َّ‬ ‫خرَة ِ َ‬ ‫و َفِي الْآ ِ‬
‫ن و َِإي ْتَاء ِ ذِي الْقُر ْب ٰى ويَنْهٰ ى‬ ‫ل و َالْإحْ سَا ِ‬ ‫الله َ ي َأْ م ُرُ ب ِال ْعَ ْد ِ‬
‫ن الف َحْ شٰاء ِ و َال ْمُن ْكَر ِ و َالبَغ ِْي‪ ،‬يَعِظُك ُ ْم لَع َ َّلـك ُ ْم تَذ َ َّكر ُ ْونَ‪.‬‬ ‫عَ ِ‬
‫فَاذك ُر ُوا الله َ ال ْعَظِيْم َ ي َ ْذكُر ْك ُ ْم و َاشْ ك ُر ُ ْوه ُ عَل ٰى ن ِعَمِه ِ يَزِدْك ُ ْم‬
َ ُ ‫و َاسْ أَ لُوْه ُ م ِنْ ف َضْ ل ِه ِ يُعْطِك ُ ْم و ََّاتقُوْه‬
ْ‫يج ْعَلْ لـَك ُ ْم م ِن‬
. ُ‫ وَلَذِكْر ُ الله ِ أَ كْ ب َر‬،‫مخ ْرَج ًا‬
َ ‫أَ مْرِك ُ ْم‬

Ustadz Nur Rohmad, Pemateri/Peneliti di Aswaja NU


Center PWNU Jawa Timur dan Ketua Biro Peribadatan &
Hukum, Dewan Masjid Indonesia Kab. Mojokerto

Anda mungkin juga menyukai