Anda di halaman 1dari 30

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian teori

1. Pengertian Akuntansi

America institute of certified publik accounting (AICPA)

dalam harahap (2013:4) mendefinisikan akuntansi dengan

pengertian akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan dan

pengiktisaran dengan cara tetentu dan dalam ukuran moneter,

transaksi dan kejadian-kejadian yang mungkin bersifat keuangan

dan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya. Halim dan Kusufi

(2013:6) memberikan definisi akuntansi adalah suatu aktivitas

jasa. Fungsinya adalah penyediaan informasi kualitatif, terutama

yang bersifat kuangan, tentang satuan-satuan ekonomi yang daat

bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomis dalam

penetapan pilihan-pilihan yang logis diantara berbagai tindakan

alternatif.

Menurut Lengenderfer dalam Mardiasmo (2018:160)

mendefiniskan aukuntansi merupakan suatu sistem pengukuran

dan sistem komunkasi untuk memberikan informasi ekonomi

dan sosial atas uatu entitas yang dapat didefinisikan sehingga

memungkinkan pemakai untuk membuat pertimbangan dan


keputusan mengenai alokasi sumber daya yang optimal

dan

tingkat pencapaian tujuan organisasi.

Berdasarkan pengertian diatas, mka dapat disimpulkan

bahwa informasi akuntansi diharapkan dapat digunakan sebagai

dasar pengambilan keputusan ekonomi dengan cara mencatat,

menggolongkan dan mengikhtisarkan transaksi-transaksi yang

bersifat keuangan dalam bentuk laporan keangan dan

melaporkan transaksi-transaksi ekonomi tersebut kepada pihak-

pihak yang berkepentingan.

Konsep dasar akuntansi telah diperkenalkan dalam

Al-Qur’an hal ni dapat dilihat berdasarkan Surah An-Nisa ayat

29, berikut :

ۗ ‫ض ِّم ْن ُك ْم‬ ِ َ‫ٰيٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا اَل تَْأ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِا ْلب‬
ٍ ‫اط ِل آِاَّل اَنْ تَ ُك ْونَ تِ َجا َرةً عَنْ تَ َرا‬

‫س ُك ْم ۗ اِنَّ هّٰللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِح ْي ًم‬


َ ُ‫َواَل تَ ْقتُلُ ْٓوا اَ ْنف‬

Artinya: “ Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah

kamu memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak

benar), kecuali dalam perdangan yang berlaku atas dasar suka

sama suka diantara kamu. Dan jangan lah kamu membunuh


dirimu. Sunggu, Allah maha penyayang kepadamu “(QS. An-

Nisa Ayat 29).

Allah secara garis besar telah menggariskan konsep

akuntansi yang menekankan pada pertanggungjawaban atau

akuntabilitas. Tujuan perintah dalam ayat tersebut jelas sekali

untuk menjaga keadilan dan kebenaran yang menekankan

adanya pertanggung jawaban. Dengan kata lain, Islam

menganggap bahwa transaksi ekonomi (muamalah) memiliki

nilai urgensi yang sangat tinggi, sehingga adanya pencatatan

dapat dijadikan sebagai alat bukti (hitam di atas putih),

menggunakan saksi (untuk transaksi yang material) sangat

diperlukan karena dikhawatirkan pihak-pihak tertentu

mengingkari perjanjian yang telah dibuat agar kita terhindar dari

dosa Riba.

Dalam hal ini pembukuan yang disertai penjelasan dan

persaksian terhadap semua aktivitas ekonomi keuangan harus

berdasarkan surat-surat bukti berupa: faktur, nota, kuitansi atau

akta notaris untuk menghindari perselisihan antara kedua belah

pihak. Dan tentu saja adanya sistem pelaporan yang

komprehensif akan memantapkan manajemen karena semua

transaksi dapat dikelola dengan baik sehingga terhindar dari

kecurangan dan dosa Riba.


Perusahaan dagang mempunyai aktivitas membeli dan

menjual barang dagang, maka persediaannya terdiri dari barang-

barang dagang yang akan dijual. Karena tidak membuat sendiri

produknya, maka perusahaan dagang harus membeli barang-

barang yang akan dijual. Barang yang akan dijual tersebut dapat

dibeli secara langsung atau melalui agen tunggal /distributor.

Aktivitas pembelian barang dagang ini menimbulkan arus barang

masuk ke perusahaan. Untuk membeli barang-barang tersebut,

perusahaan harus mengeluarkan uang sebagai bukti pembayaran

barang dagang yang dibeli.

Transaksi ini mengakibatkan arus kas keluar dari

perusahaan. Setelah memperoleh barang dagang, maka

perusahaan harus melakukan aktivitaspenjualan kepada

pelanggan. Aktivitas ini mengakibatkan arus barang keluar dari

perusahaan. Dari aktivitas penjualan barang dagang tersebut,

perusahaan akan memperoleh laba berupa penerimaan uang dari

pelanggan. Transaksi ini mengakibatkan terjadinya arus kas kas

masuk kedalam perusahaan.


Menurut (Warren, et al , 2016:440) menjelaskan bahwa

persediaan merupakan barang dagang yang dapat disimpan untuk

dijual dalam kegiatan operasi perusahaann dan dapat digunakan

untuk proses produksi untuk tujuan tertentu. Sedangkan menurut

(Diana & Setiawati, 2017 :

179)! menjelaskan bahwa persediaan merupakan aset lancar

yang terbesar dari perusahaan manufaktur. Perusahaan

manufaktur memproduksi barang untuk dijual kepada

perusahaan dagang. Dan perusahaan dagang membeli barang

dagangannya dalam bentuk barang yang siap untuk dijual

kembali kepada konsumen.

2. Persediaan

Persediaan merupakan aktiva lancar terbesar dari

perusahaan manufaktur maupun dagang. Pengaruh persediaan

terhadap laba lebih mudah terlihat ketika kegiatan bisnis sedang

berfluktuasi. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

No.14 (2008:14.2) memberikan pernyataan bahwa persediaan

adalah aset:

a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal

b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan, atau


c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (suplies) untuk

digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.

Menurut Skousen, Fred dan Stice (2012:653), persediaan

ditujukan untuk barang-barang yang tersedia untuk dijual dalam

kegiatan bisnis normal dan dalam kasus perusahaan manufaktur,

maka kata ini ditujukan untuk proses produksi atau yang

ditempatkan dalam kegiatan produksi. Weygandt, dkk

(2010:443)

mendefinisikan peredinan (inventory) adalah Pos-pos aktiva

yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis normal atau

barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam

memproduksi barang yang akan dijual

Wild dan Subramanyam (2013:440) mengatakan bahwa

persediaan adalah barang yang disimpan untuk dijual dalam

operasi bisnis perusahaan dan bahan yang digunakan dalam

proses produksi atau disimpan untuk tujuan itu. Persediaan yang

diperoleh perusahaan langsung dijual kembali tanpa mengalami

proses produksi selanjutnya disebut persediaan barang dagang.

Dengan demikian disimpulkan persediaan barang adalah

untuk dijual dalam operasi bisnis perusahaan, maka perusahaan

bisa saja menyimpan persediaan sebelum dijual didalam gudang,


yang sering dilakukan pedagang besar yang perputaran

persediaannya cukup tinggi dan beragam untuk mengantisipasi

penjualan supaya tidak terjadi kekurangan persediaan.

3. Jenis-Jenis Persediaan

jenis persediaan pada setiap perusahaan berbeda sesuai

dengan kegiatan bisnisnya Persediaan dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

a. Persediaan Barang Dagang

Barang yang diperoleh untuk dijual kembali diperoleh

Secara fisik tidak diubah kembali, barang tersebut tetap dalam

bentuk yang telah jadi ketika meninggalkan pabrik pembuatnya.

Dalam beberapa hal dapat terjadi beberapa komponen

yang dibeli untuk kemudian dirakit menjadi barang jadi

Misalnya, sepeda yang dirakit dari kerangka, roda gir dan

sebagainya serta dijual oleh pengecer sepeda.

b. Persediaan Manufaktur

1) Persediaan bahan baku

Barang berwujud yang dibeli atau diperoleh dengan cara

lain(misalnya menggali/menambang) dan disimpan untuk

peng-gunaan langsung dalam proses pembuatan barang

tersebut serta untuk dijual kembali. Bagian dari suku cadang


yang diproduksi sebelum digunakan terkadang

diklasifikasikan sebagai persediaan komponen suku cadang.

2) Persediaan barang dalam proses

Barang yang membutuhkan proses lebih lanjut sebelum

penyelesaian menjadi barang jadi siap untuk dijual,

3) Persediaan barang jadi

Barang yang sudah selesai diproses dan siap untuk

dijual.

c. Persediaan rupa-rupa

Barang-barang seperti perlengkapan kantor, kebersihan

dan pengiriman, persediaan ini biasanya dicatat sebagai

beban penjualan umum,

4. Metode Pencatatan Persediaan

a. Sistem Periodik pada Perusahaan Dagang

1) Transaksi Pengadaan/Pembelian Barang Dagang

Warson dan Andari (2015:246) mejelaskan bahwa

pengadaan atau pembelian barang dagang meliputi transaksi

pembelian, biaya angkut pembelian, retur pembelian,

keringanan pembelian, potongan pembelian dan pelunasan.


Menurut Sugiri dan Riyono (2012:212-213)

penjurnalan terhadap transaksi-transaksi yang berkaitan

dengan

pembelian barang dagang, yaitu:

a) Pembelian barang dagang - Tunai:

Pembelian Rp xxx

Kas Rp xxx

b.) Retur pembelian barang dagang-tunai

Kas Rp xxx

Retur pembelian Rp xxx

c.) Pembelian barang dagang-kredit

Pembelian Rp xxx

Utang usaha Rp xxx

d.) Retur pembelian barang dagang – kredit

Utang usaha Rp xxx

Retur pembelian Rp xxx

e.) Pembayaran biaya angkut pembelian

Biaya angkut pembelian Rp xxx


Kas Rp xxx

f.) Pembayaran utang usaha – diluar masa insentif potongan :

Utang usaha Rp xxx

Kas Rp xxx

g.) Pembayaran utang usaha – dimasa insentif potongan:

Utang uaha Rp xxx

Kas Rp xxx

Potongan pembelian Rp xxx

2) Transaksi Penjualan Barang Dagang

Menurut warso dan andaris (2015:249), transaksi

penjualan meliputi penjualan barang dagang, pengakuan

pengiriman penjualan (FOB destination), retur penjualan,

keringanan haga penjualan (sales allowance), potongan dan

penjualan dan pelunasan.

Menurut sugiri dan riyono (2012:214-216) pncatatan

transaksi terkait dengan penjualan barang dengan melalui

penjurnalan sebagai berikut:


a) Penjualan barang dagang – Tunai

Kas Rp xxx

Penjualan Rp xxx

b) Retur penjualan barang dagang – Tunai

Retur penjualan Rp xxx

Kas Rp xxx

c) Penjualan barang dagang – Kredit

Piutang uaha Rp xxx

Penjualan Rp xxx

d) Retur penjualan barang dagang – Kredit

Retur penjualan Rp xxx

Piutang usaha Rp xxx

e) Pembayaran biaya angkut penjualan


Biaya angkut penjualan Rp xxx

Kas Rp xxx

f) Pelunasan piutang usaha dimasa insentif potongan:

Kas Rp xxx

Potongan penjualan

piutang usaha Rp xxx

g) Pelunasan piutang usaha diluar masa insentif potongan:

Kas Rp xxx

Piutang usaha Rp xxx

b. Sistem Perpetual pada perusahaan dagang

1) Transaksi Pembelian barang dagang

Warson dan Andari (2015:219) Mengemukakan bahw

pengadaan atau pembelian barang dagang meliputi transaksi

pembelian, Biaya angkut pembelian (jika FOB shipping point),

retur pembelia, keringanan harga pembelian, potongan pembelian

dan pelunasan.
Menurut jusuf (2012:349-356) penjurnalan terhadap transaksi-

transaksi pembelian barang dagang, yaitu:

a) Pembelian barang dagang-Tunai

Persdiaan barang dagang Rp xxx

Kas Rp xxx

b) Retur pembelian barang dagang-Tunai

Kas Rp xxx

Persediaan barang dagang Rp xxx

c) Pembayaran biaya angkut pembelian-Tunai

Persedian barang dagang Rp xxx

Kas Rp xxx

d) Pembelian barang dagang-Kredit

Persediaan barang dagang Rp xxx

Utang usaha Rp xxx

e) Retur pembelian barang dagang-Kredit


Utang usaha Rp xxx

Persediaan barang dagang Rp xxx

f) Pembayaran biaya angakut pembelian – Kredit

Perdediaan barang dagang Rp xxx

Utang usaha Rp xxx

g) Perolehan keringanan harga pembelian – Kredit

Utang usaha Rp xxx

Persediaan barang dagang Rp xxx

h) Pelunasan utang usaha dimasa insentif potongan – Kredit

Utang usaha Rp xxx

Kas Rp xxx

Persediaan barang dagang Rp xxx

i) Pelunasan utang usaha diluar masa insentif potongan – Kredit

Utang usaha Rp xxx

Kas Rp xxx
2) Transaksi penjualan barang dagang

Menurut warson dan Andari (2015:221) Transaksi penjualan

barang dagang meliputi transaksi penjualan, pengakuan beban

pengiriman barang (FOB destination), retur penjualan, kernganan

penjualan dan pelunasan (termasuk potongan penjualan).

Menurut jusup (2012:357-363) pencatatan transaksi penjualan barang

dagang melalui penjumlahan sebagai berikut:

a) Penjualan barang dagang – Tunai

Kas Rp xxx

Penjualan Rp xxx

Beban pokok penjualan Rp xxx

Persediaan barang dagang Rp xxx

b) Penjualan barang dagang – Kredit

Piutang usaha Rp xxx

Persediaan barang dagang Rp xxx

Beban pokok penjualan Rp xxx


Persediaan barang dagang Rp xxx

c) Retur penjualan barang dagang – Tunai

Retur penjualan dan Rp xxx

pengurangan harga

Piutang usaha Rp xxx

Persediaan barang dagang Rp xxx

Beban pokok penjualan Rp xxx

d) Retur penjualan barang dagang – Kredit

Retur penjualan dan Rp xxx

pengurangan harga

Piutang usaha Rp xxx

Persediaan barang dagang Rp xxx

Beban pokok penjualan Rp xxx


e) Pembayaran biaya angkut penjualan

Biaya angkut penjualan Rp xxx

Kas Rp xxx

f) Pelunasan piutang dimasa insentif potongan

Kas Rp xxx

Potongan penjualan Rp xxx

Piutang usaha Rp xxx

g) Pelunasan piutang di luar masa insentif potongan

Kas Rp xxx

Piutang usaha Rp xxx

5. Metode Penilaiaan Persediaan

a. Penilaiaan persediaan berdasarkan harga pokok

Untuk menentukan harga pokok persediaan, ada beberapa

metode penilaiaanyang dipakai yaitu FIFO, LIFO dan metode

weighted average

1) Metode LIFO ( last in first out )


PSAK NO .14 (2008:14.21) telah merumuskan metode

MTL/LIFO dengan mengasumsikan barang yang dibeli atau

diproduksi terakir dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga

yang termasuk dalam persediaan akhir adalah yang di beli atau di

produksi terlebih dahulu.

Menurut Dyckman dan Pfeiffer (2010:396), metode LIFO

untuk kalkulasi biaya persediaan adalah menandingkan persediaan

yang dinilai pada biaya per unit akuisisi terbaru dengan pendapatan

penjualan periode berjalan. Unit-unit yang tetap ada dipersedian

akhir dibebankan pada biaya perunit terlama yang terjadi dan unit-

unit tersebut termasuk pada harga pokok penjualan yang dibebankan

pada biaya per unit terbaru yang muncul. Metode LIFO atau MTKP

terdiri dari dua macam yaitu:

a) Sistem Periodik

Metode LIFO sistem periodik adalah penilaian persediaan yang

ditentukan dengan cara saldo periodik yang ada dikalikan harga pokok

per unit barang yang masuk pada awal periode.

b) Sistem Perpetual
Metode LIFO penghubung perpetual adalah suatu metode

penilaian yang pencatatan persediaannya dilakukan secara terus

menerus dalam kartu persediaan. Setiap kali ada transaksi, baik

pembelian (pemasukan) maupun penjualan (pengeluaran), langsung

dicatat dalam kartu persediaan. Harga pokok penjualan dicatat

berdasarkan harga pokok barang pertama kali masuk. Jumlah yang

masih tersisa merupakan nialai persediaan akhir.

2) Metode FIFO (First in First Out)

Menurut Dyckman dan Pfeiffer (2010:402), dengan metode

FIFO, biaya persediaan dihitung berdasarkan asumsi bahwa barang

akan dijual atau dipakai sendiri dan sisa dalam persediaan menunjukkan

pembelian atau produksi yang terakhir.

PSAK No.14 (2008:14.21) merumuskan formula MPKP/FIFO

dengan mengasumsikan barang dalam persediaan yang pertama dibeli

akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga yang tertinggal

dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian.

Metode FIFO/MTKP dibagi atas dua bagian, yakni:


a) Sistem Periodik

Menurut sistem FIFO yang berdasarkan atas metode periodik nilai

persediaan akhir ditentukan dengan cara saldo periodik yang ada dikalikan

dengan harga pokok per unit barang yang terakhir kali masuk.

b) Sistem Perpetual

Metode FIFO perpetual adalah suatu metode penilaian persediaan

yang pencatatan persediaannya dilakukan terus menerus dalam kartu

persediaan. Setiap kali ada transaksi, baik pembelian maupun penjualan

(pemasukan dan pengeluaran) barang, langsung dicatat dalam kartu

persediaan. Harga pokok penjualan dicatat berdasarkan harga pokok barang

pertama masuk.

3) Metode Rata-Rata

a) Rata-rata Tertimbang (sistem pencatatan periodik)

PSAK No.14 (2008:14.21) merumuskan metode rata-rata dengan

rumus biaya rata-rata tertimbang, biaya setiap barang ditentukan


berdasarkan biaya rata-rata tertimbang dari barang serupa pada awal

periode dan biaya barang serupa yang dibeli atau diproduksi selama

periode. Perhitungan rata-rata dapat dilakukan secara berkala atau pada

setiap penerimaan kiriman, bergantung pada keadaan perusahaan.

Biaya per unit rata-rata tertimbang dihitung dengan membagi jumlah

biaya persediaan awal dan biaya pembelian periode berjalan. Biaya rata-rata

tertimbang per unit yang sama digunakan dalam menentukan biaya

persediaan barang pada akhir periode.

Dyckman dan Pfeiffer (2010:393) menyatakan bahwa biaya per

unit rata-rata tertimbang dihitung dengan membagi jumlah biaya

persediaan awal dan biaya pembelian periode berjalan dengan jumlah

unit persediaan awal ditambah unit pembelian selama periode tersebut.

Untuk suatu pembelian tertentu harga pokok rata-ratanya akan sama,

tanpa memperhatikan perkembangan harga, Biaya tambahan yang

harus dikeluarkan mungkin akan besar apabila pembelian dilakukan

berkali-kali dan jenis barangnya banyak

b) Rata-rata Bergerak (sistem pencatatan perpetual)

Apabila digunakan sistem pencatatan perpetual,maka biaya per unit

rata-rata bergerak digunakan. Metode ini tidak menandingkan biaya per unit

paling akhir dengan pendapatan penjulan periode berjalan. Namun menan-


dingkan biaya rata-rata periode tersebut dengan pendapatan dan nilai

persediaan akhir. Oleh karena itu jika biaya per unit pasti meningkat atau

menurun maka metode rata-rata bergerak akan memberikan jumlah

persediaan dan harga pokok yang berada diantara metode penilaian FIFO

dan LIFO.

b. Penilaian Persediaan Selain dari Harga Pokok

Persediaan dapat dinilai selain dari harga pokok. Warren dkk. (2007)

dalam Munawir (2010:43) menggambarkan bahwa situasi macam itu timbul

apabila biaya penggantian barang-barang persediaan lebih rendah dari biaya

yang tercatat dan persediaan tidak dapat dijual pada harga jual normal

karena cacat, usang, perubahan gaya, atau penyebab lainnya.

1) Nilai terendah antara harga pokok atau harga pasar

Jika biaya penggantian suatu persediaan lebih rendah daripada

biaya pembeliannya maka metode nilai terendah antara harga pokok atau

harga pasar (power of cost market method/LCM) digunakan untuk

menilai persediaan. Harga pasar, yang digunakan dalam LCM adalah


biaya untuk mengganti barang pada tanggal persediaan. Nilai pasar ini

didasarkan pada jumlah yang biasanya dibeli dari pemasok.

Skousen, Fred dan Stice (2012:395) mengatakan dasar pedoman

dalam menerapkan aturan ini adalah:

a) Menetapkan nilai pasar sebagai berikut:

 Biaya penggantian jika jatuh diantara harga tertinggi dan harga

terendah

 Harga terendah, jika biaya penggantian lebih kecil dari harga

terendah

 Harga tertinggi, jika biaya penggantian lebih tinggi dari pada

harga harga tertinggi

Dalam praktiknya, pada saat biaya penggantian, harga tertinggi dan

harga terendah dibandingkan dengan harga pasar terendah selalu diambil

nilai di tengah-tengah.

b) Membandingkan nilai pasar dengan harga pertama-tama dan memilih

jumlah yang lebih rendah.

2) Nilai Realisasi Bersih

Persediaan yang telah usang, rusak, cacat atau yang hanya bisa dijual

dengan harga dibawah harga pokok harus diturunkan nilainya. Barang


dagang semacam itu harus dinilai dengan nilai realisasai bersih. Warren,

dkk. (2007) dalam Munawir (2010:52) mengatakan bahwa, nilai realisasi

bersih (net realizible) adalah estimasi harga jual dikurangi biaya pelepasan

langsung, seperti komisi penjualan.

Menurut PSAK No.14 (2008:14.5) menjelaskan bahwa persediaan

harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih, yang lebih rendah

(the lower of cost and net reliazible value). Nilai persediaan bersih yang

telah ditentukan harus ditinjau kembali pada setiap periodenya. Apabila

kondisi yang semula mengakibatkan penurunan nilai persediaan dibawah

biaya ternyata tidak lagi berlaku, maka jumlah penurunan nilai harus

dieliminasi balik (reversed) sedemikian rupa sehingga jumlah tercatat baru

persediaan adalah yang terendah dari biaya atau nilai realisasi bersih yang

telah direvisi.

2) Metode Eceran

Warren dkk. dalam Munawir (2010:67) mengatakan metode

persediaan eceran (retail inventory method) mengestimasikan biaya

persediaan berdasarkan hubungan antara harga pokok barang dagang yang

sama.
Untuk menggunakan metode ini harga eceran dari semua barang

dagang harus ditetapkan dan dijumlahkan. Berikutnya, persediaan eceran

ditentukan dengan mengurangi penjualan selama periode berjalan dari

harga eceran barang yang tersedia untuk dijual selama periode

bersangkutan. Estimasi biaya persediaan kemudian dihitung dengan

mengalikan persediaan eceran dengan rasio biaya terhadap harga jual

(eceran) barang dagang yang tersedia untuk dijual.

4. Metode Laba Kotor

Persediaan berdasarkan metode laba kotor menurut Soemarso

(2010:394), metode laba bruto atau metode laba kotor (gross profit

method) adalah metode penetapan harga pokok persediaan secara taksiran

yang didasarkan atas hubungan, yang terdapat dalam periode yang lalu,

antara laba bruto dengan harga jual.

Metode laba kotor menggunakan estimasi laba kotor yang direalisasi

selama periode dimaksud untuk mengestmasi persediaan pada akhir

periode. Laba kotor biasanya diesti-masikan dari tahun sebelumnya,

disesuaikan dengan setiap perubahan yang terjadi dengan harga pokok dan

harga jual selama periode berjalan. Dengan menggunakan tingkat laba

kotor, penjualan untuk suatu periode dapat dibagi dalam dua komponen:
Laba kotor dan Harga pokok penjualan. Harga pokok penjualan dapat

dikurangkan dari harga pokok barang tersedia untuk dijual guna mendapat

estimasi persediaan akhir barang dagang.

6. Pernyatan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 14

Pernyatan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 14 tentang

Persediaan, bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk

persediaan. Pernyataan ini menyediakan panduan dalam menentukan biaya

persediaan dan pengakuan selanjutnya sebagai beban, termasuk setiap

penurunan nilai persediaan menjadi nilai realisasi neto.

Pernyatan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 14 menyatakan

bahwa persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto,

mana yang lebih rendah. Biaya persediaan harus meliputi semua biaya

pembelian, biaya konversi dan biaya lain yang timbul sampai persediaan

berada dalam kondisi dan lokasi saat ini.

Biaya persediaan untuk item yang biasanya tidak dapat diganti

dengan barang lain (not ordinary interchangeable) dan barang atau jasa

yang dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek tertentu harus

diperhitungkan berdasarkan identifikasi spesifik terhadap biayanya masing

masing. Biaya persediaan, harus dihitung dengan menggunakan rumus

biaya Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) atau Rata-rata Tertimbang.


Entitas harus menggunakan rumus biaya yang sama terhadap semua

persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang sama.

Formula MPKP mengasumsikan item persediaan yang pertama

dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga item yang

tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi

kemudian. Dalam rumus biaya rata-rata tertimbang, biaya setiap item

ditentukan berdasarkan biaya rata-rata tertimbang dari item yang serupa

pada awal periode dan biaya item yang serupa yang dibeli atau diproduksi

selama suatu periode. Perhitungan rata-rata dapat dilakukan secara berkala

atau pada setiap penerimaan kiriman, tergantung pada keadaan entitas.

B. Kajian Empiris

Penelitin yang dilakuakan oleh Nanda puji lestari (2019) yang

berjudul analisis Pencatatan dan Penilaian Persediaan Barang Dagangan

Pada CV. Titi Steel Sidoarjo. Dimana hasil dari penilitian ini

didapatkan hasil bahwa CV. Titi Steel Sidoarjo menggunakan metode

pencatatan persediaan perpetual yang artinya tiap terjadi transaksi maka


dicatat dalam jurnal. Dan metode penilaian persediaan yang digunakan

CV. Titi Steel Sidoarjo adalah metode FIFO ( First in first out)/MPKP

masuk pertama keluar pertama maka penulis melihat bahwa pencatatan

dan penilaian persediaan barang dagangan pada CV. Titi Steel Sidoarjo

telah menerapkan PSAK No. 14 Tahun 2018 dengan baik dan sesuai

dengan prinsip akuntansi.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa metode pencatatan dan

penilaian persediaan barang yang diterapkan oleh PT.Tirta Investama

sebagian besar telah sesuai dengan PSAK No.14 tentang persediaan.

Pengukuran persediaan sebaiknya berpedoman dan mengikuti ketentuan

yang telah ditetapan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang tertuang

dalam PSAK No.14 sehingga semua biaya yang seharusnya

diperhitungkan dalam pengukuran persediaan dapat terakumulasi

dengan baik.

Hasil penelitian diperoleh bahwa metode pencatatan dan penilaian

persediaan barang dagang pada CV. Duta Logam Tegal telah sesuai

dengan PSAK No.14. Dengan menerapkan metode perpetual dalam

proses pencatatan persediaan barang dagang. Sedangkan untuk penilaian

persediaan barang dagang CV. Duta Logam Tegal menerapkan metode

FIFO. Diharapkan CV. Duta Logam Tegal mempertahankan metode


pencatatan dan penilaian persediaan yang digunakan karena telah sesuai

PSAK No.14.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada dasarnya metode

pencatatan dan penilaian persediaan pada PT Toeng Makmur telah sesuai

dengan PSAK No. 14. Dengan menerapkan metode perpetual dalam

proses pencatatan persediaan barang dagangan. Sedangkan untuk menilai

persediaan barang dagangan PT Toeng Makmur menerapkan metode

FIFO. Namun ada beberapa penyebab sehingga terjadi adanya selisih

barang diantaranya barang hilang, salah input surat jalan sehingga

perhitungannya tidak sesuai.

Hasil dari penelitian ini adalah PT. Laut Timur Ardiprima

Samarinda dalam melakukan pencatatan persediaan menggunakan

metode perpetual yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan

Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Bab 11 Tentang

Persediaan. PT. Laut Timur Ardiprima Samarinda inkonsistensi dalam

menilai harga pokok

persediaan sehingga terjadi selisih harga pokok persediaan dan nilai

persediaan akhir.

C. Kerangka Pikir Penilitian

Rumah Makan Happy Belly


Pencatatan Persediaan Penilaian Persediaan

Menurut PSAK No. 14

Hasil Penelitian

D. Hipotesis
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka

penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut: “Diduga metode

pencatatan persediaan barang dagang pada rumah Makan Happy Belly

dikabupaten berau belum sesuai dengan PSAK No. 14.”

Anda mungkin juga menyukai