Anda di halaman 1dari 37

Persediaan

Praktisi :
Edwin Ronald, S.E., M.M.
08119502401
Praktisi Mengajar Universitas Pamulang
Akuntansi Perpajakan Program Sarjana
Terapan
Materi

• Persediaan .

Waktu
• Sabtu, 27 Mei 2023
• 09.20 – 11.00.

Tatap Muka / E-Learning


Tatap Muka Universitas Pamulang
Kampus Viktor. Jl. Puspitek, Buaran,
Kec. Pamulang, Kota Tangerang
Selatan, Banten 15310
Agenda

1 Tujuan Pembelajaran

Uraian Materi : Persediaan


2

3 Latihan/Tugas

4 Daftar Pustaka

3
Tujuan
Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu :


1. Mengklasifikasikan persediaan berdasarkan jenis
perusahaannya.
2. Membandingkan sistem pencatatan persediaan antara
perpetual dan periodik.
3. Mengidentifikasi arus biaya persediaan dengan metode
identifikasi khusus, FIFO, dan rata-rata tertimbang.
4. Membuat kartu persediaan dengan menggunakan metode
FIFO dan rata-rata tertimbang.
5. Menentukan Cost of Goods Sold dan Persediaan Akhir
dengan menggunakan pilihan metode yang berbeda.
6. Menganalisis perputaran persediaan.
PERSEDIAAN (INVENTORY)
Setiap perusahaan pasti memiliki persediaan. Baik itu perusahaan jasa,
dagang, maupun manufaktur. Oleh karena itu, persediaan dalam setiap jenis
perusahaan memiliki perbedaan. Dalam hal ini, persediaan adalah aset
perusahaan yang berkaitan dengan suatu barang. Bagi perusahaan retail
(dagang), persediaan ini adalah bagian terpenting, karena berkaitan dengan
proses operasi perusahaan.

Menurut (Rudianto, 2012), persediaan adalah sejumlah barang jadi, bahan


baku, dan barang dalam proses yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk
dijual atau diproses lebih lanjut. Dalam lingkup akuntansi perusahaan dagang,
persediaan yang dimaksud hanyalah barang untuk dijual, sedangkan bagi
perusahaan manufaktur persediaannya adalah dimulai dari bahan baku, bahan
setengah jadi, hingga barang jadi.
Mengelola persediaan menjadi sangat penting dalam akuntansi. Sebab,
persediaan adalah aset lancar perusahaan yang menjadi tumpuan utama
perusahaan dalam mendapatkan kas. Dalam hal ini, pengelolaan persediaan
dalam lingkup akuntansi berkaitan dengan pencatatan, penyimpanan,
penilaian persediaan, serta perputaran persediaan.
JENIS-JENIS PERSEDIAAN Persediaan merupakan aset
Bagi perusahaan dagang, perusahaan yang perlu dikelola
persediaan adalah aset yang dengan baik agar perusahaan atau
paling menentukan aktivitas entitas bisnis mampu terhindar dari
operasional perusahannya. kerugian. Istilah persediaan
Menurut (Kieso, 2015), seringkali diidentikan dengan
persediaan adalah pos-pos persediaan barang dagangan dalam
aktiva yang dimiliki oleh akuntansi untuk perusahaan dagang.
perusahaan untuk dijual Padahal, terdapat beberapa jenis
dalam operasi bisnis normal, persediaan yang dimiliki oleh
atau barang yang akan perusahaan. Antara lain.
digunakan atau dikonsumsi 1) Persediaan untuk perusahaan
dalam membuat barang yang jasa
akan dijual. 2) Persediaan untuk perusahaan
barang
3) Persediaan untuk perusahaan
manufaktur
1. Persediaan untuk perusahaan 2. Persediaan untuk perusahaan 3. Persediaan untuk
jasa dagang perusahaan manufaktur
Perusahaan jasa tidak memiliki Persediaan pada perusahaan Dalam perusahaan
persediaan barang dagangan. dagang dianggap sebagai aset manufaktur, terdapat 3
Oleh karena itu, persediaan yang lancar yang merupakan faktor jenis persediaan yaitu :
dimaksud dalam perusahaan utama aktivitas operasi. Persediaan bahan baku
jasa itu lebih kepada persediaan Persediaan yang seperti ini (raw materials inventory),
bahan habis pakai atau disebut sebagai persediaan Persediaan dalamproses
perlengkapan (supplies). barang dagangan (merchandise (work in process), dan
Misalnya perusahaan jasa inventory). Persedaan barang jadi
bengkel mobil, persediaan yang (finished goods inventory).
dimilikinya dapat berupa ripet,
stemplet, serta perlengkapan
lain yang digunakan untuk
proses pemberian jasa.
PENCATATAN PERSEDIAAN

Periodik

Perpetual
Periodik
Perpetual
• Hanya dicatat pada periode tertentu,
dapat per-1 bulan, per-1 tahun, dan
seterusnya.
• Perpetual berarti terus menerus • Persediaan tidak dicatat baik itu dalam
transaksi penjualan maupun pembelian.
• Dalam pencatatan perpetual, akun • Persediaan dicatat berdasarkan hasil
persediaan dicatat secara terus perhitungan fisik (stock opname) yang
menerus setiap kali ada transaksi biasa dilakukan di akhir bulan, atau di
pembelian maupun penjualan. akhir tahun fiskal akuntansi (31
Desember).
• Pada transaksi penjualan, akun • Hasil dari persediaan akhir inilah yang
persediaan selalu berdampingan selanjutnya juga digunakan sebagai salah
dengan akun Beban Pokok satu instrumen untuk menentukan Beban
Penjualan. Pokok Penjualan.
PERPETUAL
TRANSAKSI PEMBELIAN
Pembelian Tunai

Pada 17 September, Dr Sport membeli barang dari Redlight Clothing secara tunai senilai
Rp. 1.200.000, dengan pengiriman FOB destination. Jurnalnya :

Merchendise Inventory Dr. 1.200.000


Cash Cr. 1.200.000

Dikarenakan syarat pengirimannya adalah FOB destination, Dr Sport tidak perlu mencatat ongkos
kirim karena ongkos kirim menjadi tanggung jawab pihak penjual.
Pembelian Kredit

Contoh : Pada 19 September, Dr Sport mencatat pembelian barang dari Redlight


Clothing secara kredit senilai Rp. 2.300.000 dengan syarat 2/10, n/30. Jurnalnya :

Merchandise Inventory Dr. 2.300.000


Account Payable Cr. 2.300.000

Selanjutnya pada 27 September, Dr Sport melunasi utang dagang kepada Redlight


Clothing atas pembelian barang tanggal 19 September. Jurnalnya :

Account Payable Dr. 2.300.000


Cash Cr. 2.254.000
Merchendise Inventory Cr. 46.000

Kenapa kasnya hanya 2.254.000? karena ada diskon 2 % yang didapatkan Dr Sport
dari ketentuan termin pembayaran. Oleh karena itu, dalam sistem perpetual diskon
tersebut harus mengkreditkan persediaan. Artinya, nilai persediaan yang tadinya
2.300.000, harus dikurangi seharga diskon.
Transaksi Penjualan
Penjualan Tunai

Contoh : Pada 20 September, Dr Sport mendapatkan kas Rp 2.000.000 untuk


penjualan persediaan kepada Junot Clothing dengan asumsi Beban Pokok Penjualan
senilai Rp 1.800.000. Jurnalnya :

Cash Dr. 2.000.000


Sales Cr. 2.000.000

Cost of Goods Sold Dr. 1.800.000


Merchandise Inventory Cr. 1.800.000
Penjualan Kredit

Contoh : Pada 17 September, Dr Sport menjual barang kepada Minos Clothing


secara kredit Rp 4.000.000 dengan syarat 2/10, n/30. Asumsi Beban Pokok
Penjualannya adalah Rp. 3.400.000. Jurnalnya :

Account Receivable Dr. 4.000.000


Sales Cr. 4.000.000

Cost of Goods Sold Dr. 3.400.000


Merchandise Inventory Cr. 3.400.000
Selanjutnya pada 25 September, Minos Clothing melunasi utangnya atas transaksi
tanggal 17 September. Jurnalnya :

Cash Dr. 3.920.000


Sales Discount Dr. 80.000
Account Receivable Cr. 4.000.000

Mengapa kas yang didapatkan hanya 3.920.000? karena ada diskon penjualan
sebesar 2%

Penjualan dengan Pajak


Pajak penjualan yang dipungut oleh negara yaitu PPN 10 %. Jika penjualan
dilakukan secara tunai, penjual secara langsung memungut nilai pajak dari pembeli
dengan mengkredit akun VAT Out (Value Added Tax Out) atau PPn Keluaran.
Contohnya,
menjual barang 1.200.000 dengan PPN 10 %, dengan BPP 800.000 pencatatannya
yaitu :
Cash Dr. 1.320.000
Sales Cr. 1.200.000
VAT Out Cr. 120.000

Cost of Goods Sold Dr. 800.000


Merchandise Inventory Cr. 800.00
Pada akhir bulan, biasanya penjual akan membayarkan pajak tersebut ke kantor pajak
dengan cara mendebit VAT Out dan mengkredit VAT In, apabila ada sisa, VAT Out, maka
sisanya itu harus didebit dengan mengkredit kas. Karena dalam hal ini
diasumsikan perusahaan tidak memiliki VAT In, maka pencatannya yaitu :

VAT Out Dr. 120.000


Cash Cr. 120.000
TRANSAKSI PEMBELIAN
Pembelian Tunai
Contoh : Dibeli barang secara tunai oleh Tuan Gondrong Rp. 4.000.000

Purchase Dr. 4.000.000


Cash Cr. 4.000.000

Pembelian Kredit
Dibeli barang secara kredit oleh Tuan Gondrong Rp. 4.000.000 dengan FOB titik
pengiriman, biaya kirim Rp. 120.000 yang disatukan ke dalam faktur. Syarat termin 2/5,
n/10
Purchase Dr. 4.000.000
Transport In Dr. 120.000
Account Payable Cr. 4.120.000
2 hari kemudian Tuan Gondrong membayar hutangnya, maka jurnal yang perlu dicatat
yaitu :

Account Payable Dr. 4.120.000


Purchase Discount Cr. 80.000
Cash Cr. 4.040.000

Karena Tuan Gondrong membayar hutangnya dalam kurun waktu tidak lebih dari 5 hari,
maka ia mendapatkan diskon 2 %. Angka 80.000 dari diskon pembelian tersebut dihitung
dari nilai pembelian yaitu 4.000.000.
PENGENDALIAN PERSEDIAAN
(Warren, 2015, p. 343)mengutarakan bahwa Penggunaan metode ini disesuaikan
dengan jenis persediaan yang dimiliki
terdapat dua tujuan utama pengendalian atas
perusahaan itu sendiri. Misalnya, jika
persediaan yaitu,
1) Melindungi persediaan dari kerusakan persediaannya berupa barang cepat rusak
seperti sembako dan sejenisnya, maka
maupun pencurian, dan
sirkulasi barang harus cepat, jangan
sampai terlalu lama disimpan.
2) Melaporkannya dengan benar dalam
laporan keuangan. Berdasarkan tujuan ini,
terdapat 2 aktivitas utama dalam Berkaitan dengan pencatatan persediaan,
terdapat 2 metode yang berbeda yaitu
pengendalian persediaan yaitu
penyimpanan untuk melindungi metode perpetual dan periodik.
persediaan, serta pencatatan untuk
Pemilihan metode ini juga berkaitan
pelaporan persediaan.
dengan jenis persediaan yang dimiliki.
Pada perusahaan ritel sepertiAlfamart
Penyimpanan persediaan perlu dilakukan
dengan metode yang benar agar persediaan atau Indomart, biasanya metode
pencatatan persediaan yang
tidak mudah rusak.
digunakan adalah perpetual dengan
menggunakan bantuan sistembarcode
Metode penyimpanan persediaan berkaitan
atau radio frequency identification
dengan arus masuk dan keluarnya persediaan.
codes (RFID) yang mencatat
persediaan secara terus-menerus
ketika ada transaksi penjualan
PENGUKURAN PERSEDIAAN

Pengukuran atau yang juga bisa Adanya perbedaan harga


disebut sebagai penilaian pembelian seperti ini akan
persediaan adalah taksiran atas mempengaruhi nilai penjualan,
nilai persediaan. Hal ini menjadi karena biaya persediaannya juga
sangat penting karena tidak berbeda. Meskipun harga
sedikit persediaan barang pembeliannya berbeda, tapi tidak
dengan jenis yang sama tetapi mungkin dijual kembali dengan
memiliki nilai atau harga yang harga yang bebeda, melainkan
berbeda. Misalnya, pada Bulan perlu dirata-ratakan terlebih
dahulu berapa nilai beban pokok
Agustus, harga atas satu pasang
penjualan dari 2 barang yang
sepatu jenis kets yang dibeli
berbeda biaya persediaan tersebut.
senilai 150.000, namun pada
Namun, boleh juga beban pokok
bulan depan, harga sepatu penjualannya tidak dirata-ratakan,
dengan jenis yang sama hal ini tergantung dari penggunaan
mengalami kenaikan menjadi metode pengukuran
170.000. persediaannya.
Terkait dengan pengukuran persediaan untuk biaya persediaan sejenis yang
nilainya berbeda, dikenal dengan arus biaya persediaan. Dalam hal ini, terdapat 4
metode pengukuran arus biaya persediaan yaitu

Khusus
01 02 03 04
Identifikasi

Cara mengidentifikasi
First in First
Out (FIFO)
Masuk Pertama
Last in First
Out (LIFO)
Masuk Terakhir Keluar
Rata-rata
Tertimbang

Keluar Pertama Pertama Biaya Rata-rata


beban pokok persediaan
berdasarkan kode
khusus.
ARUS BIAYA PERSEDIAAN

Arus biaya persediaan maksudnya adalah arus proses biaya persediaan dari
mulai pembelian hingga penjualan. Arus biaya persediaan ditentukan
berdasarkan jenis persediaan barang dagangan itu sendiri. Untuk dealer motor
atau mobil misalnya, biaya persediaan per-satu unit persediaan sudah
ditentukan dengan jelas dan tidak akan tertukar karena memiliki kode rangka
kendaraan yang unik.

Cara mengidentifikasi beban pokok persediaan berdasarkan kode khusus inilah


yang disebut sebagai metode Identifikasi Khusus.
Metode identifikasi khusus dianggap
sebagai metode yang paling ideal untuk
arus biaya persediaan. Namun, apabila
persediaan dengan jenis barang yang tidak
memiliki kode identik, harus memilih
salah satu diantara 3 metode Metode
identifikasi khusus dianggap sebagai
metode yang paling ideal untuk arus biaya
persediaan. Namun, apabila persediaan
dengan jenis barang yang tidak memiliki
kode identik, harus memilih salah satu
diantara 3 metode yaitu:
q FIFO
q LIFO
q Rata rata tertimbang

Tetapi, menurut PSAK 14, entitas


tidak boleh lagi menggunakan metode
masuk LIFO, baik itu dalam sistem
penyimpanan maupun arus biaya
persediaannya.
Ilustrasi :Pada tanggal 2 Juni, pembelian sepasang sepatu Beban Pokok
Penjualannya 150.000. Selanjutnya pada tanggal 8 Juni, dibeli lagi sepasang sepatu
dengan Beban Pokok Penjualan 170.000, lalu pada tanggal 11, harga pembelian
untuk sepasang sepatu naik lagi menjadi 180.000. Kemudian, pada tanggal 12,
terjual sepasang sepatu dengan harga 240.000, maka laba kotor dan persediaan
akhirnya akan berbeda apabila menggunakan metode arus biaya persediaan yang
berbeda. Berikut penjelasannya :
Pada metode rata-rata tertimbang, Beban
Pokok Penjualan untuk setiap Meskipun secara pencatatan bebas barang
unit persediaan terlebih dahulu dirata- mana saja yang dikeluarkan pada metode rata-
ratakan. Maka 150.000 + 170.000 + rata tertimbang, namun biasanya untuk
175.000 = 495.000 / 3 = 165.000. penjualan persediaan sepatu tetap yang
Pertanyaannya kemudian adalah, barang dikeluarkan lebih awal adalah persediaan yang
yang manakah yang harus terlebih dahulu lebih awal masuk (FIFO). Hal ini dilakukan untuk
keluar untuk metode rata-rata tertimbang?. menghindari rusaknya persediaan karena
Jawabannya adalah bebas, yang mana saja, terlalu lama mengendap di toko
karena nilai persediaan untuk setiap unit
barangnya sudah disamakan.

Jadi, perlu dipahami bahwa metode


penyimpanan persediaan dan sirkulasinya,
hanya ada 2 metode yaitu FIFO dan LIFO,
meskipun sekali lagi, metode LIFO sudah
tidak diperbolehkan
Metode LIFO tidak diperkenankan lagi digunakan
karena memiliki kecenderungan dapat menjadi alat
untuk menghindari pajak. Mengapa demikian?,
karena ketika menggunakan LIFO, maka Beban
Pokok Penjualan yang dihasilkan cenderung akan
lebih tinggi jika dibandingkan dengan FIFO dan
average. Apabila BPP tinggi, maka laba yang tercatat
akan lebih kecil. Tingkat laba yang kecil inilah yang
kemudian dapat menjadi pintu penghindaran
pembayaran pajak.
INVENTORY CARD
Arus biaya persediaan dapat dibuat dalam sebuah daftar persediaan
yang disebut dengan kartu persediaan (inventory card).
Kartu persediaan digunakan untuk mencatat sirkulasi masuk dan
keluarnya barang untuk setiap jenis barang. Setiap satu jenis barang,
harus dibuatkan satu inventory cardnya. Inti dari pembuatan inventory
card adalah agar pencatatan jumlah persediaan serta nilai BPP dapat
terestimasi dengan mudah.

Agar dapat dengan mudah dicantumkan dalam


jurnal, ketika menggunakan metode
perpetual. Sedangkan apabila menggunakan
metode periodik, yang dijadikan alat untuk
menghitung BPP adalah nilai persediaan
akhir.Dalam hal ini, BPP ditentukan setelah
melakukan stock opname.
Berikut
adalah contoh inventory card :
Dalam pencatatan perpetual, ketika menggunakan metode
FIFO maka BPP atau COGS diestimasi berdasarkan harga
barang yang pertama masuk. Jika misalnya setelah dilakukan
perhitungan fisik (stock opname) ternyata ditemukan adanya
kehilangan persediaan, maka perusahaan harus membuat
jurnal kehilangan persediaan dengan mendebit COGS dan
mengkredit persediaan.

Dalam kondisi inflasi relatif Dengan demikian, laba bersih


terus meningkat, maka yang dihasilkan akan tercatat
pencatatan dengan metode lebih besar.Metode FIFO banyak
FIFO cenderung akan digunakan oleh perusahaan-
menghasilkan BPP yang perusahaanyang perputaran
lebih kecil apabila persediaannya relatif cepat.
dibandingkan dengan Misalnya seperti toko elektronik,
metode rata-rata tertimbang. toko furnitur, dan lain
sebagainnya.
Kelebihan utama metode FIFO adalah relatif akurat dalam
menggambarkan nilai persediaan yang akan dilaporkan dalam
laporan posisi keuangan. Sedangkan kelemahannya adalah
cenderung kurang mencerminkan laba yang sesungguhnya, artinya
laba yang dicatat relatif lebih besar sehingga pajaknya juga besar.

Menurut (Martani, 2016, p. 253), FIFO merupakan metode yang


relatif
konsisten dengan arus fisik dari persediaan terutama untuk industri
yangmemiliki perputaran persediaan tinggi. Keunggulannya adalah
bahwa metode
ini dapat menghasilkan nilai persediaan yang relatif akurat dalam
laporan posisi
keuangan karena didasarkan kepada harga yang terkini.

Namun kelemahannya, biaya persediaan didasarkan kepada harga


pembeliaan yang paling jadul sehingga antara laba dengan
pendapatan terdapat gap. Oleh karenanya, metode ini kurang
akurat dalam merefleksikan nilai laba.
Apabila menggunakan sistem periodik
maka nilai persediaan akhir
didapatkan dengan terlebih dahulu jika terjadi kehilangan persediaan,
melakukan perhitungan fisik (stock nilai COGS nya dipastikan akan lebih
opname). Bila tidak terjadi kehilangan rendah, namun tidak perlu
persediaan, maka nilai persediaan dibuatkan jurnal untuk
serta COGS nya relatif sama dengan menyesuaikan kehilangan
yang dihasilkan oleh sistem perpetual. persediaan tersebut.

Metode FIFO untuk Sistem


Periodik
Metode Rata-Rata Tertimbang untuk Sistem
Perpetual

Penggunaan metode rata-rata tertimbang pada


sistem perpetual membuat COGS untuk setiap
transaksinya diestimasi berdasarkan harga
perolehan rata-rata. Nilai persediaan akhir
yang didapatkan dari metode ratarata
tertimbang cenderung kurang aktual apabila
dibandingkan dengan metode FIFO.
Metode Rata-Rata Tertimbang untuk Sistem
Periodik

Penggunaan metode rata-rata tertimbang untuk sistem


periodik akan menghasilkan COGS yang berbeda dengan
metode serupa pada sistem perpetual. Alasannya adalah,
dalam sistem perpetual, COGS didapatkan dari nilai rata-
rata persediaan untuk setiap transaksi. Jadi, setiap transaksi
penjualan, langsung ditentukan COGS nya, sehingga
nilainya cenderung lebih up to date dan akurat.
RASIO PERPUTARAN
PERSEDIAAN

Menurut (Warren, 2015), kemampuan


suatu perusahaan untuk mengatur
Perusahaan dagang yang dianggap
efisiensi persediaan dievaluasi
sukses salah satunya adalah yang
dengan menggunakan analisis
memiliki rasio perputaran
persediaan. Persediaan yang terlalu
persediaannya cepat. Rasio
banyak justru mengurangi likuiditas
perputaran persediaan
karena kas masih terpakai untuk
(inventory turnover) menunjukan
persediaan serta dapat meningkatkan
sejauh mana persediaan masuk
beban asuransi, pajak properti, beban
dapat segera dijual atau dikeluarkan.
penyimpanan, dan beban lain yang
berkaitan dengan persediaan.
Rasio perputaran persediaan merupakan
salah satu ukuran likuiditas perusahaan.
Dalam hal ini menunjukan sejauh mana
perusahaan mampu merubah aset lancar
(persediaan) menjadi kas. Selain
perputaran persediaan, analisis
persediaan juga dapat dengan
menggunakan jumlah hari penjualan
dalam persediaan (number of days sales
in inventory). Cara menghitung
perputaran persediaan adalah sebagai
berikut :

Nilai 5 menunjukan bahwa dalam satu periode,


perusahaan berhasil mengganti persedianya
sebanyak 5 kali. Semakin tinggi perputaran
persediaan, menunjukan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari
aktivitas operasi semakin baik. Sebaliknya,
semakin kecil nilai perputaran persediaan
makin semakin buruk untuk kondisi keuangan
perusahaan.
Selanjutnya, ukuran lain untuk mengestimasi
perputaran persediaan dapat dilihat dari nilai
jumlah hari penjualan dalam persediaan. Cara
perhitungannya adalah :
Nilai 70 menunjukan bahwa perusahaan dapat
mengganti total persediaannya selama 70 hari. Perlu
diingat bahwa 70 ini bukan berarti perusahaan
memerlukan waktu 70 hari untuk menjual persediaan,
karena setiap haripun perusahaan dapat menjual
persediaannya. Oleh karena itu, 70 hari yang dimaksud
dari rasio ini adalah waktu yang diperlukan perusahaan
untuk mengganti persediaan yang dibelinya dengan cara
menjualnya.

Sebagai contoh, pada tanggal 1 Januari, perusahaan


membeli persediaan senilai 80.000.000, maka total
persediaan 80.000.000 tersebut semuanya dapat habis
dijual dalam waktu 70 hari. Dengan demikian, jumlah
hari penjualan dalam persediaan adalah ukuran kasar
yang diperlukan untukmemperoleh, menjual, dan
mengganti persediaan(Warren, 2015).

Anda mungkin juga menyukai