Anda di halaman 1dari 17

PENTINGNYA MATA KULIAH INOVASI

PENDIDIKAN IPA KELAS TINGGI

Nama : Eliza Putri Tambunan


NPM : 2101010180
Mata Kuliah : Pembelajaran IPA Kelas Tinggi
Dosen Pengampu : Maria Barus, M.Pd.

GRUP PG A5

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN PEMATANG SIANTAR
TA 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik, dengan isi yang kami peroleh dari berbagai sumber yang berkaitan
dengan materi yang akan dipelajari pada mata kuliah Pembelajaran IPA Kelas
Tinggi. Kami berterimakasih kepada Ibu Maria Barus,M.Pd selaku Dosen
Pengampu mata kuliah Pembelajaran IPA Kelas Tinggi.

Semoga makalah ini dapat menjadi sumber tambahan ilmu pengetahuan


walaupun jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu apabila dalam penyajian
makalah ini terdapat kesalahan atau kekurangan, kami minta maaf dan kami
berharap adanya kritik dan saran dari pembaca. Sehingga kami dapat memperbaiki
kesalahan yang ada untuk pembelajaran di masa yang akan datang.

Pematangsiantar, 04 November 2022

Eliza Putri Tambunan

I
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR ............................................................................................. I


DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. II

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1


1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah ............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................3

2.1 PENGERTIAN INOVASI DAN PENDIDIKAN .........................................3


2.2 TUJUAN DAN ALASAN DIBUTUHKANNYA INOVASI ......................3-4
2.3 SIFAT-SIFAT PERUBAHAN INOVASI ................................................... 4-5
2.4 PENGERTIAN PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, DAN
MODEL PEMELAJARAN ........................................................................5-7
2.4.1 Pemilihan Metode Pembelajaran ........................................................7-9
2.4.2 Pemilihan Model-Model Pembelajaran .............................................9-11
2.5 PENERAPAN INOVASI PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH .......... 11-12

BAB III PENUTUP ................................................................................................13


3.1 KESIMPULAN .............................................................................................13
3.2 SARAN ......................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................14

II
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada masa reformasi ini, pendidikan di Indonesia tetap membutuhkan


perbaikan dan peningkatan mutu. Salah satunya dengan melalukan inovasi-inovasi
pendidikan, untuk memajukan kualitas pendidikan di Indonesia. Apalagi pada
masa globalisasi yang menuntut kita untuk mampu bersaing di tengah-tengah
bangsa lain yang mungkin lebih maju, baik dalam hal pendidikan, maupun ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sebab, jika kita tidak mampu bersaing dan mengikuti
perkembangan jaman, maka generasi muda tidak mampu mengembangkan potensi
yang ada dalam bangsa dan negara, baik sumber daya manusia, maupun sumber
daya alam untuk kesejahteraan bangsa. Maka dalam hal ini inovasi pendidikan
sangat dibutuhkan.
Pembelajaran IPA pada intinya adalah upaya memahami konsep IPA
melalui proses internalisasi dalam diri siswa dan selanjutnya penguasaan konsep
tersebut diterapkan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Kenyataan
yang dijumpai selama ini guru dalam mengampu IPA menunjukkan bahwa
hambatan yang paling besar pada penyelesaian masalah adalah lemahnya siswa
dalam berlogika dan upaya menggambarkan gejala secara benar.
Agar dapat tercapainya pemahaman konsep IPA dan internalisasi dalam
diri siswa dengan baik, guru perlu menggunakan berbagai strategi, metode
maupun pendekatan yang sesuai dengan karakteristik materi dan siswa dalam
proses belajar mengajar. Tidak ada satu metode, pendekatan, model atau strategi
yang paling baik dalam pembelajaran IPA. Kesesuaian antara metode pilihan guru
dengan karakteristik siswa dan lingkungan serta tersedianya sarana prasarana
merupakan bagian yang perlu dipertimbangkan oleh guru.
Oleh karena itu guru dituntut untuk terus mengembangkan diri dalam
melakukan inovasi-inovasi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa
dan daya dukung yang dimiliki. Inovasi tersebut diterapkan dalam 4 tahapan
kegiatan, yaitu:
1) perencanaan program pembelajaran;
2) pelaksanaan program pembelajaran;
3) monitoring dan evaluasi proses pembelajaran; dan
4) analisis hasil monitoring dan evaluasi untuk selanjutnya digunakan
sebagai masukan dalam merevisi program pembelajaran.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud inovasi dan inovasi pendidikan?


2. Mengapa dibutuhkan inovasi pendidikan?
3. Strategi apa yang diperlukan dalam penguasaan iptek?
4. Bagaimana membangun profesionalisme dan keunggulan?
5. Bagaimana menyikapi perkembangan iptek ?
6. Mengethui Pengertian Pendekatan,Strategi,Metode, dan Model Pembelajaran?
7. Penerapan Inovasi Pembelajaran pada Bidang Studi IPA di Sekolah?

1.3 Tujuan Makalah

1. Mahasiswa mengerti apa yang dimaksud inovasi dan inovasi pendidikan.


2. Mahasiswa mengerti alasan dibutuhkannya inovasi pendidikan.
3. Mahasiswa mampu menguasai iptek.
4. Mahasiswa memahami cara membangun profesionalisme dan keunggulan.
5. Mahasiswa dapat menyikapi penguasaan iptek dengan arif.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN INOVASI DAN PENDIDIKAN

Inovasi berasal dari kata latin, innovation yang berarti pembaruan dan
perubahan. Kata kerjanya innovo yang artinya memperbarui dan mengubah.
Inovasi adalah suatu ide, barang, kejadian, metode, yang dirasakan atau diamati
sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang, baik itu
berupa hasil invensi atau diskoveri. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan
tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu (Ibrahim, 1988). Invensi
adalah suatu penemuan yang benar-benar baru artinya hasil kreasi manusia yang
berupa benda atau hal yang ditemukan itu benar-benar sebelumnya belum ada,
kemudian diadakan dengan hasil kreasi baru. Sedangkan diskoveri adalah suatu
penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada,
tetapi belum diketahui orang.
Ibrahim (1988) mengemukakan bahwa inovasi pendidikan adalah inovasi
dalam bidang pendidikan untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi inovasi
pendidikan adalah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai
suatu hal yang baru bagi seseorang atau kelompok orang (masyarakat), yang
digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah
pendidikan.

2.2 TUJUAN DAN ALASAN DIBUTUHKANNYA INOVASI


Arah tujuan inovasi pendidikan Indonesia tahap demi tahap,yaitu :
a. Mengejar ketinggalan-ketinggalan yang dihasilkan oleh kemajuan ilmu dan
teknologi sehingga makin lama pendidikan di Indonesia makin berjalan
sejajar dengan kemajuan-kemajuan tersebut.
b. Mengusahakan terselenggaranya pendidikan sekolah maupun luar sekolah
bagi setiap warga negara. Misalnya daya tampung usia sekolah SD, SLTP,
SLTA, dan Perguruan Tinggi.

Adapun masalah-masalah yang menjadi alasan dituntutnya adanya inovasi


pendidikan di Indonesia, yaitu :
 Perkembangan ilmu pengetahuan menghasilkan kemajuan teknologi yang
mempengaruhi kehidupan social, ekonomi, politik, pendidikan dan
kebudayaan bangsa Indonesia.Sistem pendidikan yang dimiliki dan
dilaksanakan di Indonesia belum mampu mengikuti dan mengendalikan
kemajuan-kemajuan tersebut sehingga dunia pendidikan belum dapat
menghasilkan tenaga-tenaga pembangunan yang terampil, kreatif, dan aktif
sesuai dengan tuntutan dan keinginan masyarakat.
 Laju eksplorasi penduduk yang cukup pesat, yang menyebabkan daya
tampung, ruang, dan fasilitas pendidikan yang sangat tidak seimbang.
 Melonjaknya aspirasi masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang lebih
baik, sedangkan di pihak lain kesempatan sangat terbatas.

3
 Mutu pendidikan yang dirasakan makin menurun, yang belum mampu
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
 Belum mekarnya alat organisasi yang efektif, serta belum tumbuhnya suasana
yang subur dalam masyarakat untuk mengadakan perubahan-perubahan yang
dituntut oleh keadaan sekarang dan yang akan datang.

2.3 SIFAT-SIFAT PERUBAHAN INOVASI


1. Penggantian (substitution)
Penggantian (substitution), misalnya inovasi dalam penggantian jenis
sekolah, penggantian bentuk perabot, alat-alat, atau system ujian yang lama
diganti yang baru.
2. Perubahan (alternation)
Perubahan (alternation), sebagai contoh upaya mengubah tugas guru
yang tadinya hanya bertugas mengajar, ditambah dengan tugas menjadi guru
bimbingan dan penyuluhan atau mengubah kurikulum sekolah menengah
umum yang semula bercorak teoritis akademis, menjadi kurikulum dan mata
pelajaran yang berorientasi bernuansa keterampilan hidup praktis. Perubahan
semacam ini mengandung sifat mengganti hanya sebagian komponen dari
sekian banyak komponen yang masih dapat dipertahankan dalam system
yang lama.
3. Penambahan (addition)
Penambahan (addition), dalam inovasi yang bersifat penambahan ini
tidak ada penggantian atau perubahan. Kalaupun ada yang ebrubah maka
perubahan tersebut hanya berupa perubahan dalam hubungan antar
komponen yang terdapat dalam system yang masih perlu dipertahankan.
Sebagai contoh, adanya pengenalan cara penyusunan dan analisis item tes
objektif di kalangan guru sekolah dasar dengan tidak mengganti atau
mengubah cara-cara penilaian yang sudah ada.
4. Penyusunan kembali (restructuring)
Penyusunan kembali, yaitu upaya penyusunan kembali berbagai
komponen yang ada dalam system dengan maksud untuk menyesuaikan
dengan tuntutan dan kebutuhan. Sebagai contoh, upaya penyusunan kembali
susunan peralatan, menyusun kembali komposisi serta ukuran da daya
tampung kelas, menyusun kembali urutan mata pelajaran atau kesuluruhan
system pembelajaran, system kepangkatan, system pembinaan karir baik
untuk tenaga edukatif maupun tenaga administrative, teknisi, dalam upaya
pengembangan keseluruha sumber daya manusia dalam system pendidikan.
5. Penghapusan (elimination)
Penghapusan (elimination), adalah upaya pembaharuan dengan cara
menghilangkan aspek-aspek tertentu dalam pendidikan, atau pengurangan
komponen-komponen tertentu dalam pendidikan, atau penghapusan pola
ataupun cara-cara lama. Sebagai contoh, upaya menghapuskan mata
pelajaran tertentu, seperti mata pelajaran menulis halus, menghapus fasilitas
tertentu, seperti permainan olahraga atau menghapus kebiasaan untuk
senantiasa berpakaian seragam.

4
6. Penguatan (reinforcement)
Penguatan (reinforcement), yaitu upaya peningkatan untuk
memperkokoh atau memantapkan kemampuan atau pola dan cara-cara yang
sebelumnya terasa lemah. Misalnya, upaya peningkatan atau pemantapan
kemampuan tenaga dan fasilitas sehingga berfungsi secara optimal dalam
mempermudah tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

2.4 PENGERTIAN PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, DAN MODEL


PEMBELAJARAN

Istilah pendekatan, strategi, metode, dan model pembelajaranseringkali


dipakai secara bersamaan dan ada kalanya dipisahkan satu sama lain. Pemisahan
istilah tersebut seringkali dengan maksud agar memberikan ketegasan
implementasinya, sehingga tindakan yang dilakukan dapat segera direfleksi lewat
pengalaman empiris sehari-hari.

Pembelajaran IPA di sekolah dapat dipandang dari berbagai segi, misalnya


pembelajaran diartikan sebagai proses penyelesaian masalah, proses pemberian
informasi, membangun interaksi antar guru-siswa-sumber belajar dan bentuk lain
yang kesemuanya itu bermuara dalam upaya meningkatkan kualitas peserta didik.
Lewat pengertian belajar demikian inilah ke empat istilah tersebut dibeda-bedakan.

Berkaitan dengan penyelesaian masalah pendekatan pembelajaran


diartikan sebagai kerangka berpikir dalam menyelesaikan masalah. Dalam hal ini
pendekatan pembelajaran dapat berupa cara pandang guru dalam melihat dan
menyikapi masalah beserta bentuk penyelesaiannya. Pendekatan pembelajaran ini
secara real di kelas dikenali dari aspek bentuk bantuan guru terhadap peserta didik
agar mereka mampu menyelesaikan masalah berkaitan dengan topik yang sedang
dipelajarinya. Misalnya seorang guru dalam pembelajaran menekankan
penggunaan pendekatan PAKEM, maka tekanan utama pendekatan ini adalah
bagaimana guru dapat membantu peserta didik menemukan sendiri cara belajar
secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Keterlibatan secara aktif dan
kreatif ini dapat diterjemahkan terlibat secara aktif aspek fisik dan psikologis
untuk menyelesaikan masalah. Pendekatan PAKEM tentu sangat luas cakupan
bentuk kegiatan belajar di pihak siswa maupun pembelajaran di pihak guru,
sehingga secara spesifik perlu dioperasionalkan ke dalam istilah strategi, metode
dan model pembelajaran untuk mewujudkan pembelajaran yang memiliki payung
PAKEM tersebut.

Dalam istilah kemiliteran strategi adalah the art of the general, yakni
pengaturan sumber daya dan perhitungan faktor pembatasnya dalam pengaturan
siasat perang. Selanjutnya dalam pengertian manajemen, strategi ditekankan pada
upaya pengaturan perencanaan dan pengelolaan sumber daya yang tersedia. Di
sini fokusnya tentu ketercapaian tujuan dengan efektif dan efisien, oleh karena itu
ide/gagasan, tujuan, urutan langkah perlu memperhitungkan faktor keunggulan
dan keterbatasannya. Perhitungan tentang keunggulan dan faktor pembatas yang

5
cermat tentang potensi diri dan lembaga menjadi fokus utamanya. Dalam kaitan
dengan penerapan pendekatan PAKEM, maka strategi adalah pemikiran seorang
guru tentang cara memberikan bantuan kepada peserta didik dalam menyelesaikan
masalah. Strategi ini seringkali dilakukan jauh sebelum proses pembelajaran,
khususnya saat perencanaan. Dalam istilah lain dilakukan di belakang meja.
Sebagai upaya mengembangkan strategi pembelajaran agar lebih spesifik,
misalnya pendekatan PAKEM dilakukan dengan mengembangkan diskusi. Dari
segi strategi tujuan penggunanan diskusi bagi siswa adalah agar siswa dapat
berpartisipasi aktif mengeluarkan pendapatnya, menyelesaikan masalah dengan
saling tukar pendapat, terlatih menghargai pendapat orang lain dengan
memperoleh feedback dari teman lain mengenai kemampuan berfikir, berpendapat,
dan menyimpulkan, mengembangkan penalarannya secara teoretis maupun praktis,
menambah pengetahuan dan kemampuannya, lebih bersemangat dalam belajar
lebih lanjut. Dari tujuan tersebut selanjutnya perlu dipikirkan peran guru dan
siswa dalam diskusi. Sebagai gambaran peran guru dan siswa dalam diskusi agar
berlangsung secara optimal antara lain : Peran guru dalam diskusi
meliputi, Initiating, Seeking information, Giving information, Giving Opinion,
Clarifying, Controling dan Encouraging.

Secara rinci beberapa istilah tersebut diartikan sebagai berikut :

1. Initiating, yakni menyarankan gagasan baru atau cara baru dalam melihat
pokok/materi yang didiskusikan.
2. Seeking information, meminta fakta yang relevan (info kualitatif) tentang
topik diskusi.
3. Giving information, memberi fakta relevan, menghubungkan pokok diskusi
dengan pengalaman pribadi siswa.
4. Giving Opinion, memberi pendapat tentang pokok yang sedang
dipertimbangkan oleh kelompok dengan maksud memberi semangat/motivasi.
5. Clarifying, merumuskan kembali per-nyataan seseorang dengan maksud
memperjelas pernyataan.
6. Controling, mengatur/mengawasi giliran bicara.
7. Encouraging, bersikap reseptif dan responsif terhadap pernyataan dan buah
pikiran siswa.

Beberapa peran siswa dalam diskusi antara lain menjaga dan menegakkan
tata tertib diskusi, berpartisipasi aktif dalam diskusi, mau mendengar dan
menerima pendapat orang lain, self controling dan self convidence serta aktif
berinisiatip untuk memberikan kontribusi pendapatnya. Jadi berbagai hal yang
diuraikan di atas merupakan gambaran tentang implementasi strategi.

Metode pembelajaran memiliki pengertian lebih spesifik, yang merupakan


persoalan bagaimana tujuan, peran guru dan siswa dalam diskusi dapat
diimplementasikan dalam kelas agar pembelajaran mencapai tujuan dengan efektif
dan optimal. Dalam terapannya di kelas metode ini pada umumnya selalu
dibarengi dengan penerapan taktik, yakni saat implementasi pembelajaran di kelas

6
dengan keadaan real siswa, sarana prasarana yang tersedia. Jika pada
implementasi di kelas mengalami pergeseran dari perencanaan, dengan kondisi
dan situasi siswa nyata, ketersediaan sarana dan prasarana yang ada, maka seorang
guru harus segera memutuskan apa yang harus dan patut dilaksanakan dalam
pembelajaran di kelas secara cepat. Banyak metode pembelajaran yang telah
dikembangkan baik lewat riset maupun lewat pemikiran, menyimpulkan bahwa
belajar menjadi lebih bermakna manakala melibatkan siswa secara aktif.
Keterlibatan secara aktif ini sering ditafsirkan bermacam-macam yang bergantung
pada konteksnya. Di satu pihak diterjemahkan dalam terlibat aktif dari segi
fisiknya, di lain pihak terlibat aktif dari segi psikisnya dapat diartikan sebagai
belajar secara aktif. Tentu saja yang dikehendaki adalah terlibat aktif baik dari
segi fisik maupun psikisnya. Melalui cara ini diharapkan muncul komunikasi
secara horisontal sehingga pembelajaran menjadi lebih bervariasi dan bermakna.

Model pembelajaran didefinisikan sebagai suatu pola pembelajaran yang


dapat menerangkan proses, menyebutkan dan menghasilkan lingkungan belajar
tertentu sehingga siswa dapat berinteraksi yang selanjutnya berakibat terjadinya
perubahan tingkah laku siswa secara khusus. Ciri model pembelajaran yang baik
antara lain

1. memiliki prosedur yang sistematik dalam mengubah tingkah laku siswa

2. menyebutkan hasil belajar secara detail tentang penampilan siswa

3. menjelaskan secara pasti kondisi lingkungan belajar, yang pada lingkungan


tersebut perilaku siswa dapat diamati.

4. Memiliki kriteria penampilan siswa yang spesifik dan dapat ditampilkan


melalui langkah-langkah pembelajaran yang ditetapkan.

5. Menyebutkan mekanisme yang merujuk pada reaksi siswa dalam interaksinya


dengan lingkungan yang ditetapkan.

2.4.1 Pemilihan Metode Pembelajaran

Di antara metode-metode pembelajaran yang dirumuskan ini banyak aspek


yang harus mendapatkan perhatian dalam terapannya di kelas. Penggantian
penampilan guru di kelas dengan suatu alat/media pembelajaran tentu memiliki
dampak yang berbeda bagi siswa. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa dalam
pembelajaran di kelas akan melibatkan banyak domain yang dapat dicapai lewat
interaksi antara guru dengan siswa. Gagne (1965) mengungkapkan 8 tipe belajar
yakni belajar signal, belajar stimulus respon, berantai, asosiasi verbal, belajar
diskriminasi, belajar konsep, belajar aturan dan problem solving. Kedelapan tipe
ini tersusun secara hierarkhis yang diawali dengan belajar signal dan membentuk
hubungan stimulus respon yang dianggap sebagai prasyarat belajar. Selanjutnya
rantai dan asosiasi verbal merupakan kelanjutan dari belajar stimulus–respon yang

7
pada gilirannya merupakan prasyarat belajar yang lebih lengkap, sehingga
memunculkan kemampuan deskriminasi yang dalam hal ini mendahului belajar
konsep. Melalui proses yang lebih lanjut belajar konsep ini merupakan prasyarat
bagi belajar yang lebih kompleks sehingga menghasilkan belajar aturan, dan
tingkatan belajar aturan inilah yang nantinya mampu mengantarkan siswa untuk
melakukan problem solving. Belajar seperti diatas sifatnya hierakhikal, setiap
langkah mesti diambil sebelum langkah berikutnya yang dilakukan dengan
berhasil.

Dalam kaitannya dengan pemilihan metode pembelajaran, aktivitas


pemilihan metode selalu menuntut guru untuk selalu bertanya dimana posisi siswa,
yakni apakah siswa telah berada pada hierarkhi yang tingi dari keterampilan
belajar, dan prasyarat apa yang perlu dalam belajar yang lebih tinggi. Dalam
kaitan ini pengetahuan tentang kesiapan siswa menjadi sangat penting, seperti
halnya saran Ausubel yang menyatakan bahwa ‘mulailah pembelajaran dengan
apa yang telah diketahui siswa, yakinlah akan hal itu’. Oleh karena itu, kadar
keaktifan siswa ditentukan oleh dua hal pokok yakni (1) informasi tentang
keberartian belajar bagi siswa dan (2) kadar penemuan yang didapat dari siswa
saat belajar. Kedua hal ini memberikan indikasi bahwa ada dua ujung yang
ekstrim untuk menilai kebermaknaan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru
yakni metode ceramah (guru aktif, siswa pasif) di satu pihak dan metode
penemuan (siswa aktif, guru sebagai fasilitator pembelajaran) di lain pihak. Kedua
ujung ini tidaklah selalu bertentangan, atau yang satu lebih baik dari yang lain.
Oleh karena itu seorang guru haruslah dapat menempatkan dirinya secara baik,
metode ceramah barangkali akan bermakna dan efektif dalam tujuan tertentu,
misalnya: penyampaian informasi, memberikan pengertian pada siswa. Metode
penemuan bermakna dan efektif bagi upaya pembelajaran yang ditekankan pada
proses.

Setiap penetapan metode pembelajaran sampai dengan implementasinya di


kelas, akan berhasil jika seorang guru mampu menciptakan situasi yang
mendukung proses pembelajaran sehingga siswa benar-benar belajar tentang
sesuatu materi. Oleh karena itu setiap guru perlu menyadari bahwa prinsip-prinsip
belajar tidak terwujud hanya dengan memilih metode pembelajaran semata.
Dalam hal ini motivasi belajar siswa amat bergantung pada banyak variabel,
misalnya tantangan, kemanfaatan hal yang dipelajari bagi siswa, kemudahan akses
belajar di kelas dan sebagainya. Beberapa aspek yang pilihan yang ada
hubungannya antara prinsip belajar dengan metode pembelajaran antara lain
motivasi, pelibatan secara aktif, pendekatan pribadi, pentahapan, umpan balik dan
transfer belajar.

Motivasi merupakan bagian penting yang perlu mendapatkan perhatian


guru, sebab motivasi belajar siswa meningkat apabila materi ditampilkan secara
menarik, dapat diterapkan dalam praktik hidup sehari-hari dan membawa manfaat
bagi siswa. Dalam hal pemilihan metode pembelajaran, sampai pada tingkat
tertentu masih dapat dicapai lewat pemilihan metode tertentu oleh guru. Namun
demikian metode partisipatif yang banyak langsung menerapkan pengetahuan

8
siswa untuk materi pelajaran dalam kehidupan sehari-hari siswa akan mampu
memberikan peningkatan gairah siswa untuk mempelajarinya. Pelibatan secara
aktif merupakan landasan utama dalam metode partisipatif. Lazimnya apabila
siswa merasa dirinya banyak dilibatkan, motivasi (baik motivasi intrinsik maupun
ekstrinsik) akan meningkat sehingga memungkinkan semakin banyak materi
pelajaran yang dikuasainya. Sebagai catatan penting bagi guru: metode yang
dianggap paling partisipatif juga belum menjamin pelibatan siswa secara total,
dan keterlibatan siswa ini juga sangat bergantung pada persiapan guru, gaya
kepemimpinan guru, gaya belajar siswa, dan faktor lainnya. Siswa tentu akan
bersifat pasif manakala menganggap bahwa materi ajar bermutu rendah atau
tingkat komptensi guru rendah khususnya kepedulian dan kecakapan guru kurang.

Pendekatan dari segi pribadi siswa, merupakan bagian yang tak


terpisahkan saat guru membangun komunikasi dengan siswa. Guru perlu
memperhatikan keadaan pribadi siswa, khususnya berkait dengan bakat siswa.
Setiap siswa memiliki bakat yang barangkali berbeda satu sama lain, dan
kecepatan belajar yang berbeda pula. Siswa kadang-kadang juga memiliki gaya
belajar yang berbeda satu sama lain, oleh karena itu perlu diupayakan agar semua
siswa memiliki kepedulian terhadap materi yang diajarkan guru. Beberapa
indikator untuk melihat komitmen siswa antara lain guru perlu memperhatikan
berbagai hal antara lain : (a). perhatikan pekerjaan yang wajib dilakukan oleh
siswa sendiri (bacaan, latihan dsb) (b). gunakan alat peraga/media yang dapat
membantu mengembangkan komunikasi dengan siswa (c). upayakan membagi
tugas kepada siswa secara merata dan kembangkan tugas tambahan siswa secara
sukarela dalam rangka mendeteksi siswa yang pandai dan aktif.

2.4.2 Pemilihan Model-Model Pembelajaran

Model pembelajaran didefinisikan sebagai suatu pola pembelajaran yang


dapat menerangkan proses, menyebutkan dan menghasilkan lingkungan belajar
tertentu sehingga siswa dapat berinteraksi yang selanjutnya berakibat terjadinya
perubahan tigkah laku siswa secara khusus. Melalui pemahaman berbagai model
pembelajaran yang banyak dikembangkan di kelas, seorang guru dapat
mengembangkan strategi pembelajaran lewat pemikiran di belakang meja sebelum
yang bersangkutan menghadapi siswa.

Model pembelajaran dapat membantu guru dalam penguasaan kemampuan


dan keterampilan yang berkaitan dengan upaya mengubah tingkah laku siswa
sejalan dengan rencana yang telah ditetapkan. Hal ini berarti model pembelajaran
diharapkan dapat berperan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, baik di
kelas maupun di luar kelas. Umumnya model pembelajaran yang dikembangkan
memiliki berbagai jenis sumber dan pengembangannya, yang secara umum akan
membedakan pendekatan yang digunakannya yang sasaran akhirnya adalah
perubahan tingkah laku siswa. Oleh karena itu kegunaan model pembelajaran bagi
guru antara lain membimbing, membantu dalam pengembangan kurikulum,
penetapan material pembelajaran, dan peningkatan efektivitas pembelajaran.
Membimbing yang dimaksudkan disini adalah menolong guru dalam menentukan

9
apa yang seharusnya dilakukan guru dalam rangka pencapaian tujuan. Membantu
dalam pengembangan kurikulum berkaitan dengan pemahaman tentang usia siswa,
sehingga perhatian guru di samping pada materi yang akan dikembangkan dalam
pembelajaran juga kondisi psikologis yang sejalan dengan usia siswa. Selanjutnya
penetapan material pembelajaran berkaitan dengan macam dan jenis material yang
dipilih dan digunakan guru dalam rangka mengubah tingkah laku siswa. Melalui
pemilihan material pembelajaran ini kepribadian siswa diharapkan dapat terbentuk
lewat kebiasaan cara belajar yang dilakukan.

Akhirnya dari semua hal di atas, efektivitas pembelajaran dapat dicapai


lewat pembelajaran yang dilakukan guru. Efektivitas merujuk pada aktivitas guru
yang tidak semata-mata bertindak secara prosedural, tetapi juga mampu dan
menggerakkan partisipasi siswa dalam pembelajaran.

Kelima ciri model pembelajaran seharusnya dapat di ukur lewat


perencanaan dan penampilan siswa melalui pembelajaran yang dikembangkan.
Sejalan dengan kelima ciri tersebut dikenal 4 model pembelajaran yakni (a)
interaksi sosial (b) pemrosesan informasi (c) sumber pribadi dan (d) modifikasi
tingkah laku. Masing-masing model pembelajaran ini memiliki asumsi-asumsinya
masing-masing.

Interaksi sosial, model pembelajaran lebih menekankan pentingnya


hubungan sosial antara siswa dalam masyarakat. Dalam hal ini model ini
diharapkan dapat mengembangkan dan meningkatkan proses demokratisasi dalam
masyarakat. Asumsi yang dipergunakan oleh model ini adalah bahwa hubungan
sosial adalah sarana pembelajaran yang tepat.

Pemrosesan informasi, tekanan pembelajaran yang dikembangkan ditandai


dengan kemampuan siswa dalam menangani stimulus, data yang terorganisir dan
permasalahan serta penyelesaiannya. Model pembelajaran tipe ini berasumsi
bahwa proses berfikir merupakan proses transaksi aktif di pihak siswa, sehingga
kemampuan intelektual siswa berkembang secara bertahap. Tahapan–tahapan
berpikir siswa dapat dipelajari, sehingga model ini pada umumnya berkembang
pesat terutama dalam IPA, sebab struktur materi IPA selalu membahas mengenai
kesanggupan intelektual siswa.

Sumber pribadi, merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada


individu-individu sebagai sumber ide dalam pendidikan. Penekanan pada model
ini diberikan pada bagian mana proses berlangsung dalam individu yang ditandai
dengan kemampuan individu untuk menyusun dan mengorganisasikan realitas.
Asumsi yang dipergunakan dari model ini antara lain kehidupan pribadi siswa,
emosional dan organisasi internal mampu mempengaruhi lingkungannya.
Modifikasi tingkah laku, fokus pembelajarannya seringkali merupakan bagian dari
‘operant conditioning models’ yang dikembangkan oleh BF Skinner. Pada model
ini yang diutamakan dalam pembelajaran adalah kegiatan yang ditujukan pada
perubahan tingkah laku pengutamaan penguatan.

10
Berikut ini ditampilkan empat (4) klasifikasi model pembelajaran yang banyak
dikembangkan di kelas sebagai berikut :

1. Proses berfikir pada individu manusia dapat dipelajari.

2. Proses berfikir dapat dianggap sebagai proses transaksi aktif antara individu
yang belajar dengan data, sehingga operasi berfikir tidak lain adalah operasi
mental yang tidak dapat diajarkan secara langsung, tetapi harus melalui
materi pelajaran. Tugas guru hanyalah membantu proses internalisasi dan
konseptualisasi.

3. Proses berfikir berkembang secara bertahap dan tahapannya tak dapat dibalik,
untuk menghasilkan pembelajaran bermakna perlu dipilih saat yang tepat
yakni siswa dalam keadaan rasa ingin tahunya.

4. Pengetahuan seharusnya memiliki struktur tertentu dan semua pengetahuan


dapat dipetakan ke dalam struktur yang besar yang membentuk dunia mental
masing-masing individu. Upaya menghadapkan siswa ke dalam situasi yang
membingungkan bermakna dalam kemampuan mengorganisasikan pikirannya
yang diharapkan mampu pola berfikir yang baru dengan membawa ke pada
kesimbangan internal dan eksternal.

2.5 PENERAPAN INOVASI PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH

Perlu ditegaskan di sini bahwa tidak ada satu metode, pendekatan, model
atau strategi yang paling baik dalam pembelajaran IPA. Kesesuaian antara metode
pilihan guru dengan karakteristik siswa dan lingkungan serta tersedianya sarana
prasarana merupakan bagian yang perlu dipertimbangkan oleh guru. Oleh karena
itu guru dituntut untuk mengembangkan sendiri inovasi-inovasi pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik siswa dan daya dukung yang dimiliki.

Sebagai seorang guru, kita dituntut untuk menyelesaikan target yang


diungkap oleh kurikulum, masyarakat maupun stakeholder untuk dapat
melaksanakan menajemen pembelajaran. Manajemen pembelajaran meliputi 4
tahapan, yaitu: 1) perencanaan program pembelajaran; 2) pelaksanaan program
pembelajaran; 3) monitoring dan evaluasi proses pembelajaran; dan 4) analisis
hasil monitoring dan evaluasi untuk selanjutnya digunakan sebagai masukan
dalam merevisi program pembelajaran. Terkait dengan perencanaan pembelajaran
di samping guru merumuskan tujuan pembelajaran, berupa kompetensi-
kompetensi yang harus dimiliki setelah mengikuti proses pembelajaran, guru
harus dapat mengidentifikasi karakteristik siswa yang akan mengikuti proses
pembelajaran. Identifikasi karakteritik siswa antara lain meliputi:

a) kompetensi yang dimiliki siswa sebelum mengikuti pembelajaran,

b) tingkat motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran,

c) heterogenitas kompetensi siswa,

11
d) kebiasaan-kebiasaan siswa dalam proses pembelajaran, dan

e) perilaku-perilaku lain bagi tiap individu dalam belajar. Pengetahuan guru


tentang indikator masing-masing siswa, sangat bermanfaat bagi guru dalam
menyusun program pembelajaran.

Banyak teori-teori belajar telah dikemukakan oleh para psikolog atau


pakar pendidikan yang dapat digunakan sebagai dasar pengembangan
pembelajaran yang inovatif. Untuk pembelajaran IPA, dengan sifat dan
karakteristik materi banyak disarankan menggunakan model pemrosesan
informasi seperti yang telah diungkap di atas. Di antaranya aliran Psikologi
Tingkah Laku dikemukakan antara lain oleh: Thorndike, Ausubel, Gagne, Pavlov
dan teori tentang Psikologi Kognitif antara lain dikemukakan oleh Piaget, Brunner,
Brownell, Dienes dan Van Hiele. Beberapa asumsi dalam Psikologi Tingkah Laku:
Salah satu contoh yang dapat menggambarkan bahwa belajar merupakan
pemrosesan informasi, berikut ini ditampilkan rancangan science inquiry
models yang langkah-langkah pembelajarannya diungkapkan sebagai berikut :

Tahapan awal dimulai dengan pemilihan topik, yakni adakah disekitar


tempat tinggal siswa didapati peristiwa alam yang sesuai dengan topik yang akan
dipelajari siswa. Peristiwa tersebut sebaiknya diambil yang dapat membingungkan
siswa di awal pembelajaran. Misalnya: dalam mata pelajaran fisika di kelas dipilih
gejala pemantulan dan pembiasan cahaya yang terjadi secara bersamaan.
Pembelajaran diawali dengan gejala yang memungkinkan munculnya konflik
penalaran siswa, selanjutnya langkah pembelajaran yang disarankan adalah
sebagai berikut:

(1). Menghadapkan siswa dengan masalah.

(2). Mengumpulkan data dan informasi untuk melakukan klasifikasi.

(3). Melakukan pengumpulan data dalam experimentasi.

(4). Memformulasikan penyelesaian masalah dan analisis proses inkuari.

Menurut UNESCO, kecenderungan pendidikan di abad 21 memuat empat


pilar utama, yaitu: (1). Learning to know, (2) Learning to do, (3). Learning to live
together, (4). Learning to be. Hal ini sejalan dengan tuntutan kurikulum yang
harus dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip: (1) berpusat pada potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya, (2)
beragam dan terpadu, (3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni (4) relevan dengan kebutuhan kehidupan (5) menyeluruh dan
berkesinambungan (6) belajar sepanjang hayat (7) seimbang antara kepentingan
nasional dan kepentingan daerah.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Untuk tercapainya pemahaman konsep IPA secara utuh dan


internalisasinya dalam diri siswa serta penerapannya untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi, dibutuhkan penerapan berbagai pendekatan, strategi,
metode maupun model-model pembelajaran. Peningkatan kualitas pembelajaran
IPA perlu bertumpu pada kebutuhan siswa, artinya pengoptimalan
penggunaan sense siswa menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran.
Integrasi antara evaluasi dengan pembelajaran memungkinkan guru mengungkap
potensi siswa secara optimal. Hal ini berarti aktivitas mendidik, melatih dan
pembelajaran perlu diintegrasikan dalam tingkah laku dalam tugas dan hidup
keseharian guru. Berbagai hal yang berkaitan dengan pemilihan inovasi
pembelajaran dalam bidang studi IPA pembelajaran perlu mendapatkan perhatian
yang sebaik-baiknya, dengan mempertimbangkan kesesuaian antara metode
pilihan guru dengan karakteristik siswa dan lingkungan serta tersedianya sarana
prasarana yang ada.

3.2 SARAN

Saran bagi semua dalam menyikapi perkembang iptek yaitu,: Terbuka


terhadap inovasi dan perubahan., berorientasi pada masa depan daripada masa
lampau., memanfaatkan iptek dengan bijaksana, menghargai jenis pekerjaan
sesuai dengan prestasi, menggunakan potensi lingkungan secara tepat untuk
pembangunan berkelanjutan, menghargai dan menghormati hak-hak asasi manusia,
etap menjunjung nilai keluhuran bangsa dengan menjadi manusia yang bermoral.

13
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, S. (1987). Berbagai Pendekatan dalam PBM. Jakarta: Bina Aksara.

Piet A. Suhertian, (1992). Profil Pendidik Profesional. Yogyakarta: Andi Ofset.

Udin S. Winataputra,dkk.(2001). Strategi Belajar Pembelajaran IPA. Jakarta :


Pusat Penerbitan UT.

Wahyudin, Dinn, dkk. Pengantar Pendidikan. 2008. Jakarta: Universitas Terbuka

. Tirtarahardja, Umar. Pengantar Pendidikan. 2000. Jakarta: Rineka Cipta.

14

Anda mungkin juga menyukai