Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah dan
rahmat-Nya, sehingga Buku Ajar Matematika Dasar untuk Tingkat Perguruan
Tinggi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Tujuan diterbitkan buku ini untuk membantu mahasiswa agar dapat
menguasai konsep matematika dasar secara mudah, dan utuh. Di samping itu
pula, buku ini dapat digunakan sebagai acuan bagi dosen yang mengampu mata
kuliah Matematika Dasar ataupun mata kuliah matematika yang lain. Isi buku
ini memuat 5 komponen utama yaitu; pendahuluan, penyajian materi,
rangkuman, latihan dan daftar pustaka. Buku Ajar ini merupakan buku terbitan
edisi pertama yang tentunya masih butuh disempurnakan. Oleh karena itu,
saran dan masukan oleh para pengguna sangat kami harapkan untuk
kesempurnaan isi buku ajar ini di masa yang akan datang.
Tim Penyusun
I
DAFTAR ISI
II
1. Menyelesaikan persamaan linear 1 variabel ...............................................18-19
2. Contoh pertidaksamaan penjumlahan dan pengurangan ............................19-20
3. Contoh pertidaksamaan bersifat perkalian dan pembagian .......................... 21
4. Sifat pertidaksamaan linear 1 variabel ...................................................... 22-24
B. Metode yang digunakan dalam pertidaksamaan linear ..................................24-25
III
C. Ruang sampel dan titik sampel ......................................................................42-43
D. Peluang suatu kejadian ..................................................................................44-46
E. Teknik menghitung ........................................................................................46-48
IV
BAB HIMPUNAN
I
Kompetensi Dasar :
A. Pengertian Himpunan
Himpunan diperkenalkan oleh George Cantor (1845 – 1918),
seorang ahli matematika Jerman. . Ia menyatakan bahwa himpunan adalah
kumpulan atas objek-objek. Objek tersebut dapat berupa benda abstrak
maupun kongkret. Pada dasarnya benda-benda dalam suatu himpunan
tidak harus mempunyai kesamaan sifat/karakter atau Himpunan adalah
kumpulan dari objek tertentu yang memiliki definisi yang jelas dan
dianggap sebagai satu kesatuan. Coba perhatikan contoh kumpulan
himpunan berikut ini:
Himpunan hewan berkaki dua
Himpunan bilangan asli
Himpunan lukisan yang bagus
Himpunan orang yang pintar
Dari contoh kumpulan himpunan di atas, bisakah kalian membedakan
mana yang merupakan himpunan dan yang bukan himpunan?
1
yang merupakan himpunan adalah contoh 1 dan 2, sedangkan contoh 3 dan 4
bukan himpunan. Pada contoh 1 hewan berkaki dua, kita akan memiliki
pendapat yang sama tentang hewan-hewan apa saja yang berkaki dua,
misalnya ayam, bebek, dan burung. hewan berkaki dua memiliki definisi yang
jelas sehingga merupakan suatu himpunan. Untuk contoh 2 bilangan asli juga
memiliki definisi yang jelas sehingga merupakan suatu himpunan.Pada contoh
2 lukisan yang bagus dan contoh 4 orang yang pintar, keduanya tidak
memiliki definisi yang jelas. Kata bagus dan pintar memiliki definisi yang
berbeda untuk setiap orang, misalnya gue menganggap lukisan A bagus tapi
kamu belum tentu menganggap lukisan A bagus juga kan? Oleh karena itu,
lukisan yang bagus dan orang yang pintar bukan suatu himpunan.
2
koma. Jika anggotanya terlalu banyak untuk disebutkan, kamu bisa
menulis dengan “…”.
Contoh: A merupakan bilangan prima antara 10 dan 40
Ditulis menjadi A={11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, 33, 37}
2. B={2, 3, 5, 7}
Bilangan prima adalah bilangan yang hanya memiliki dua
faktor, yaitu bilangan 1 dan bilangan itu sendiri. Jadi, anggota
himpunan B adalah 2, 3, 5, 7.
2. Jenis-jenis Himpunan
Jenis-jenis himpunan terdiri dari tiga macam, yakni himpunan
semesta, himpunan kosong, dan himpunan bagian.
a. Himpunan Semesta
3
Himpunan Semesta adalah himpunan yang memuat semua anggota
ataupun objek himpunan yang dibicarakan. Himpunan semesta
disimbolkan dengan S.
Contoh himpunan semesta adalah misalkan A = { 3, 5, 7, 9} maka kita
bisa menuliskan himpunan semesta yang mungkin adalah S =
{bilangan ganjil} atau S = {bilangan asli} atau S = {Bilangan Cacah}
atau S = {bilangan real}.
Tetapi kita tidak menuliskannya sebagai S = {bilangan prima} karena
ada angka 9 yang bukan termasuk bilangan prima.
b. Himpunan Kosong
Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak memiliki anggota.
Himpunan kosong disimbolkan dengan Ø atau { }. Sebagai contoh
himpunan kosong, misalkan B adalah himpunan bilangan ganjil yang
habis dibagi dua. Karena tidak ada bilangan ganjil yang habis dibagi
dua, maka A tidak memiliki anggota sehingga merupakan himpunan
kosong. Ditulis menjadi B = { } atau B = Ø.
Contoh soal:
Dari himpunan berikut yang termasuk himpunan kosong adalah…
1. Himpunan A adalah himpunan huruf vokal.
2. Himpunan B adalah himpunan nama-nama hari berawalan ‘C’.
Jawabannya yang B, karena tidak ada nama hari yang dimulai
dengan huruf C. sehingga himpunan B adalah himpunan kosong.
c. Himpunan Bagian
4
Maka P ⊂ Q atau Q ⊃ P
3. Operasi Himpunan
1. Irisan
Irisan dari dua himpunan A dan B adalah himpunan yang anggota-
anggotanya ada di himpunan A dan ada di himpunan B. Irisan antara
dua buah himpunan dinotasikan oleh tanda ‘∩’
Contoh Soal:
A = {a, b, c, d, e}
B = {b, c, e, g, k}
Maka A ∩ B = {b, c}
2. Gabungan
Gabungan dari dua himpunan A dan B adalah himpunan yang anggota-
anggotanya merupakan gabungan dari anggota himpunan A dan
himpunan B. Gabungan antara dua buah himpunan dinotasikan oleh
tanda ‘∪‘.
Contoh Soal:
A = {a, b, c, d, e}
B = {b, c, e, g, k}
Maka A ∪ B = {a, b, c, d, e, g, k}
5
3. Selisih
A selisih B adalah himpunan dari anggota A yang tidak memuat
anggota B. Selisih antara dua buah himpunan dinotasikan oleh tanda
‘–‘.
Contoh Soal:
A = {a, b, c, d, e}
B = {b, c, e, g, k}
Maka A – B = {a, d}
4. Komplemen
Komplemen dari suatu himpunan adalah unsur-unsur yang ada pada
himpunan universal (semesta pembicaraan) kecuali anggota himpunan
tersebut. Komplemen dari A dinotasikan 3 Cara Menyatakan
Himpunan Matematika - Jenis, Operasi, dan Contoh Soal 17 (dibaca A
komplemen).
Contoh Soal:
A = {1, 3, 5, 7, 9}
S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10}
Maka 3 Cara Menyatakan Himpunan Matematika - Jenis, Operasi, dan
Contoh Soal 17 = {2, 4, 6, 8, 10}
6
KONSEP BILANGAN RASIONAL
BAB
DAN BILANGAN REAL
II
Kompetensi Dasar :
7
4. Bilangan Prima adalah bilangan yang hanya dapat dibagi oleh dua
bilangan yaitu bilangan 1 dan dirinya sendiri, tanpa bisa dibagi oleh
bilangan lain.
2. Sifat-sifat Bilangan Rasional
Sifat-sifat bilangan rasional antara lain:
Dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan a/b dengan a, b adalah bilangan
bulat dan b ≠ 0
Mempunyai sifat tertutup.
Komutatif
Asosiatif
Distributif
Memiliki Elemen Identitas Penjumlahan dan Perkalian
Setiap Elemen Memiliki Invers Terhadap Operasi Penjumlahan dan
Perkalian
Perkalian Dengan Nol (0).
Mempunyai Bentuk Desimal yang Berulang.
1.Bilangan Rasional
Seperti penjelasan di atas, bilangan rasional adalah sistem bilangan yang dapat
dinyatakan dalam bentuk pecahan a/b dengan a dan b adalah bilangan bulat dan b
≠ 0.
8
Misalnya: -1,25; 0; 23; 1,25; dan lain-lain.
2.Bilangan Irasional
Asosiatif a + (b + c) = (a + b) + c a × (b × c) = (a × b) × c
Mempunyai
unsur a+0 = a a×1 = a
identitas
Setiap
bilangan
a + (−a) = 0 a × (1/a) = 1, dengan a ≠ 0
punya
invers
Distributif a × (b + c) = (a × b) + (a × c)
Pembagi
Tidak berlaku
Nol
9
2. Sifat-Sifat Bilangan Real
Jika a, b, dan c merupakan elemen dari himpunan bilangan real, maka berlaku
sifat-sifat berikut.
Keterangan:
10
1. (1/4) =….
2. (1/5) = ….
3. (1/20) = ….
4. 0,6 = ….
5. 0,04 = ….
Jawaban :
6. 23 + 0,023 = ….
7. 3,14 – 2,7 = ….
8. 3(1/2) × 4/7 = ….
9. 28 ÷ 1(1/4) = ….
10. 10 ÷ 1,25 = …..
Jawaban :
11
SISTEM PERSAMAAN
BAB
LINEAR
III
Kompetensi Dasar :
12
Nilai persmaan tidak berubah jika kedua ruas ditambah atau dikurangi
bilangan yang sama.
Suatu persamaan jika dipindah ruas maka penjumlahan berubah jadi
pengurangan,perkalian berubah menjadi pemabagian dan sebaliknya.
13
2. PERSAMAAN LINIER 2 VARIABEL
14
2x + 2y = 8 …………. Dengan memasukkan nilai (x = 6 – 2y)
2(6 – 2y) + 2y = 8
12 – 4y + 2y = 8
12 – 8 = 4y – 2y
4 = 2y
4/2 = y
2=y
Maka,nilai dari y = 2
Langkah ke 3 …………. Masukan ke persamaan tiga (niai sementara x = 6 –
2y)
x = 6 – 2y ……… Dengan memasukkan nilai (y = 2)
x = 6 – 2y
x = 6 – 2(2)
x=6–4
x=2
Maka,nilai dari x = 2
Jadi,nilai dari x dan y adalah 2 dan 2.
15
Contoh persamaan linier tiga variable menggunakan rumus :
ax + by + cz = d
x+y+z=5
x + 4y + 4z = 10
3x + y + 3z = 19
Penyelesaian :
x+y+z=5 (Karena koefisien dari x tidak ada,maka pindahkan dua
variable ke kanan)
z = 5 – x – y ……… Masukkan ke dalam salah 1 persamaan ( x + 5y + 5z = 10 )
x + 5y + 5(5 – x – y) = 10
x + 5y + 25 – 5x – 5y = 10 …….Dengan menggabungkan sesame koefeisien nya
x – 5x + 5y – 5y = 5 – 10
-5x = - 5
x = 5/5
x=1
Setelah nilai x diketahui x = 1 masukkan ke dalam persamaan berikutnya
3x + y + 3z = 19 …………… Dengan memasukkan x = 1 ke dalam persamaan
3(1) + y + 3(5 – 1 – y) = 19
3 + y + 15 – 3 – 3y = 19
3 + 15 – 3 + y – 3y = 19
15 – 2y = 19
-2y = 15 – 19
-2y = - 4
y = 4/2
y=2
Setelah menemukan nilai y = 2 masukkan ke dalam persamaan berikutnya
z=5–x–y
z=5–1–2
z=2
Maka,nilai dari x = 1 , nilai y = 2 , dan nilai z = 2
16
BAB
PERTIDAKSAMAAN LINEAR
IV
Kompetensi Dasar :
17
Kurang dari sama dengan
18
2. Jika maka [sifat pengurangan]
Hal ini juga berlaku untuk symbol symbol
menjadi
menjadi
menjadi
menjadi
a.
Jwb :
19
Hp = { 5,4,3,……..}
b.
Jwb :
[ kedua ruas ditambah 1]
Hp = {7,6.5.4,…..}
c. -
Jwb : -
-
-7
-6
Hp = {-6, -7,-8,-9,……}
20
3.Contoh pertidaksamaan bersifat perkalian dan pembagian;
a. -4
b. - 18
Jwb : -18
c.
Jwb : [ 2 dibagi berapa agar dapat nilai 1]
Hp = { 4,3,2,1,..}
d. -21
Jwb : -21
Hp = { -8,-9,-10,…}
21
4. Sifat Pertidaksamaan Linear Satu Variabel
Sifat I
Arti pertidaksamaan tidak akan berubah apabila tiap-tiap ruas/sisi ditambah atau
dikurangi dengan bilangan nyata yang sama.
Hal ini mengakibatkan bahwa sembarang suku bisa dipindahkan dari satu sisi ke
sisi lain dalam suatu pertidaksamaan, dengan syarat tanda suku diubah. Contoh:
a > b, dapat diubah menjadi:
a+c>b+c
a-b=0
Sifat II
Arti sebuah pertidaksamaan tidak berubah apabila tiap sisi dikalikan atau dibagi
dengan bilangan positif yang sama.
Contoh:
a > b dan k > 0 maka dapat dapat dikalikan atau dibagi, hasilnya:
ka > kb
a/k > b/k
Sifat III
Arti sebuah pertidaksamaan berubah apabila tiap-tiap sisi dikalikan atau dibagi
dengan bilangan negatif yang sama.
Contoh:
a > b dan k,0 maka dapat dapat dikalikan atau dibagi, hasilnya:
ka < kb
a/k < b/k
22
Sifat IV
Apabila a > b dan a, b, n adalah positif, maka a pangkat n > b pangkat n, tetapi a
pangkat minus n < b pangkat minus n.
Contoh:
5 > 3, n = 3, maka dapat dipangkatkan, hasilnya:
Sifat V
Apabila dan a, b adalah negatif, n adalah positif, genap, maka a pangkat n > b
pangkat n.
Contoh:
-5 < - 3, n=2 maka dapat dipangkatkan, hasilnya:
Sifat VI
Apabila dan a, b adalah negatif, n adalah positif, ganjil, maka a pangkat n < b
pangkat n
Contoh:
-5 < - 3, n=3 maka dapat dipangkatkan, hasilnya:
23
Sifat VII
Apabila a > b dan c > maka (a+c) > (b+d), maka hasilnya:
-4 > -10 dan 5>3, maka hasilnya:
(-4+5) > (-10+3) = 1 > -7
2. Ekuivalen
Pada cara ini ada dua opsi yang bisa dilakukan. Pertama, kita bisa
menambah dan mengurangi dengan bilangan yang sama, melakukan operasi
perkalian atau pembagian dengan bilangan positif dan tidak mengubah tanda
pertidaksamaan.
Contoh Soal
Soal 1 (Metode Subtitusi)
Selesaikan contoh soal pertidaksamaan berikut ini:
24
5x + 2 > 12
Jawab :
Jika x = 1 maka 5 (1) + 2 > 12
5+2 > 12
7 > 12 (salah)
Untuk cara pertama ini, kurang efektif karena harus melakukan beberapa
percobaan terlebih dahulu. Cara yang paling cepat gunakan cara ke dua atau
ketiga yang akan dijelaskan dibawah ini.
2x – 1 > 4 x + 5
Jawab :
= 2x – 1 + 1 > 4 x + 5 + 1 ( kedua ruas di tambah 1 dan tidak mengubah tanda)
= 2x > 4x + 6
= 2x – 2x > 4x – 2x + 6 (kedua ruas dikurangi 2x)
= -2x > 6
= -2x / -2 > 6/ -2 (kedua ruas dibagi -2 dan mengubah tanda )
= x < -3
25
BAB PENGUKURAN
V
Kompetensi Dasar :
A. Pengertian Pengukuran
Pengukuran dapat diartikan sebagai Penentuan besaran, dimensi
atau kapasitas suatu benda terhadap standar ukuran atau satuan ukur.
Secara sederhana, mengukur adalah membandingkan suatu besaran dengan
besaran standar. Mengukur tidak hanya tentang waktu dan panjang, tetapi
juga meliputi Pengukuran sudut, berat, dan satuan kuantitas.
B. Pengukuran Sudut
Sudut (∠) adalah daerah yang dibatasi oleh dua garis. Misalnya
ada garis A dan garis B. Nah, di antara garis A dan B ada daerah yang
besarnya disebut sudut.
26
Nah, biasanya pengukuran sudut dibantu dengan alat yang disebut dengan
busur derajat. Selain jam dinding, masih banyak lagi benda yang bisa
siswa ukur besar sudutnya seperti papan tulis, buku, atau pintu yang
terbuka.
Membandingkan Sudut
Saat melihat dua buah sudut, pasti muncul rasa penasaran sudut mana yang
lebih besar atau lebih kecil. Sebenarnya, bagaimana cara membandingkan
sudut?
Buat dua buah sudut yang berbeda, misalnya ∠A dan ∠B
Gunting gambar kedua sudut, lalu himpitkan garisnya dengan titik
sudut
Perhatikan sudut mana yang ada di dalam. Kalau ∠A ada di dalam
∠B, artinya ∠A lebih kecil dari ∠B. Begitu juga sebaliknya.
Contoh Soal
Dalam waktu 45 menit, berapa banyak sudut ¼ putaran yang dilalui jarum
panjang sebuah jam?
Jawaban:
Hal pertama yang harus siswa ketahui adalah besar sudut yang dibentuk
waktu 45 menit yaitu 45°. Nah, yang ditanyakan di sini adalah ¼ putaran
27
artinya jika satu putaran penuh besarnya 360° maka ¼ x 360°= 90°.Jarum
jam dari angka 12 ke angka 3 menjalani ¼ putaran yang pertama,
kemudian dari angka 3 ke 6 adalah ¼ putaran yang kedua, dan terakhir
dari angka 6 ke 9. Jadi dalam waktu 45 menit, sudut ¼ putaran dilalui 3
kali.
C. Pengukuran Waktu
Pengukuran waktu dilakukan untuk mengukur berapa lama sesuatu
berlangsung. Misalnya, berapa menit waktu yang dibutuhkan siswa untuk
sampai ke sekolah, atau berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
mengerjakan tugas.
Contoh Soal
Biasanya, soal-soal pengukuran waktu meliputi penjumlahan waktu
dengan satuan yang berbeda. Tujuannya, supaya siswa bisa ingat
perubahan satuan waktunya dan paham bagaimana cara mengubahnya.
1. 2 jam + 20 menit = … menit
Jawaban:
28
Untuk menjawab soal di atas, pastinya siswa harusnya merubah semua
satuan waktunya menjadi menit. 2 jam artinya 2 x 60 menit yaitu 120
menit. Jadi jawabannya 120 menit + 20 menit yaitu 140 menit.
2. Anti berangkat dari rumahnya pukul 6.45. Dia tiba di rumah nenek
setelah menghabiskan waktu 2 jam 25 menit. Pukul berapa dia tiba di
rumah nenek?
Jawaban:
Dari soal itu, siswa bisa menambahkan pukul dia berangkat (6 jam 45
menit) dengan total waktu yang dihabiskan (2 jam 25 menit) sehingga
hasilnya 8 jam 70 menit. Terus, waktu 70 menit diubah dulu ke dalam
jam menjadi 1 jam 10 menit. Jadi, Anti sampai di rumah nenek pukul
9.10.
D. Pengukuran Panjang
Tinggi, lebar, dan jarak itu menggunakan pengukuran panjang
yang satuannya bisa berupa cm, m, km, dan lainnya. Alat bantunya juga
beragam, misalnya penggaris, meteran, atau jangka sorong. Nah, untuk
menghafal satuan panjang, sebenarnya siswa cukup mengingat tangga
satuan panjang di bawah ini. Setiap turun satu anak tangga, maka
satuannya akan dikali sepuluh. Sementara setiap naik satu anak tangga,
satuannya akan dibagi sepuluh.
29
Contoh Soal
1. 0,25 km + 7,5 hm + 20 dam = … m
Jawaban:
0,25 km = 0,25 x 1.000 = 250 m
0,7,5 hm = 7,5 x 100 = 750 m
20 dam = 20 x 10 = 200 m
0,25 km + 7,5 hm + 20 dam = 250 + 750 + 200 = 1.200 m.
2. 5.000 m – (10 dam + 2 hm + 0,5 km) = … hm
Jawaban:
5.000 m = 5.000 : 100 = 50 hm
10 dam = 10 : 10 = 1 hm
2 hm = 2 hm
0,5 km = 0,5 x 10 = 5 hm
5.000 m – (10 dam + 2 hm + 0,5 km) = 50 – (1 + 2 + 5) = 50 – 8 = 42
hm.
E. Pengukuran Berat
Berat atau massa dipakai untuk mengukur berat sebuah objek.
Contohnya, siswa mengukur berat badan menggunakan alat bantu
timbangan. Satuan pengukuran berat sendiri adalah gram dan kilogram.
Pengukuran berat juga bisa diingat lebih mudah dengan bantuan tangga
satuan berat.
30
Contoh Soal
1. Ibu membeli beras 0,1 kuintal, tepung 500 ons, dan minyak goreng
3.500 dag. Berapa kg berat seluruh belanjaan Ibu?
Jawaban:
0,1 kuintal + 500 ons + 3.500 dag = … kg
0,1 kuintal = 0,1 x 100 = 10 kg
500 ons = 500 : 10 = 50 kg
3.500 dag = 3.500 : 100 = 35 kg
Berat belanjaan Ibu = 10 + 50 + 35 = 95 kg.
2. Sebuah toko menerima kiriman beras sebanyak 20 karung beras yang
beratnya masing-masing 50 kg. Keesokan harinya toko tersebut
menjual ke agen sebanyak 5 kuintal. Berapa kg sisa beras yang masih
tersedia di toko tersebut?
Jawaban:
(50 kg x 20) – 5 kuintal = … kg
50 x 20 = 1.000 kg
5 kuintal = 5 x 100 = 500 kg
Sisa beras toko = 1.000 – 500 = 500 kg.
31
F. Satuan Kuantitas
Satuan kuantitas adalah jumlah benda. Contohnya, siswa membeli
5 buku, maka jumlah 5 buku itu adalah satuan kuantitasnya.
Contoh Soal
32
STATISTIKA
BAB
VI
Konsep Dasar :
A. Pengertian Statistika
B. Penyajian Data
Mengajarkan penyajian data untuk siswa dapat kita mulai dari hal- hal
yang sederhana dan dekat dengan siswa. Siswa dapat kita minta untuk mendata
banyak siswa laki-laki dan perempuan di suatu kelas tertentu. Selain itu kita dapat
meminta siswa untuk mendata banyak buku yang dibawa oleh setiap siswa,
mendata tinggi badan siswa, berat badan siswa, dan lain-lain. Setelah
mengumpulkan data selesai maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data.
33
Penyajian data adalah salah satu tahapan dalam penyusunan laporan hasil
penelitian yang telah dilakukan sehingga data yang terkumpul dapat dipahami dan
dianalisis sesuai dengan tujuan penulis. Ada tiga jenis bentuk penyajian data yaitu:
1. Daftar
Penyajian dalam bentuk daftar adalah dengan mengurutkan data kemudian
dikumpulkan sesuai dengan kelompoknya. Contoh:
Daftar 5 jenis buah-buahan yang dipanen oleh petani yaitu:
Mangga = 50 kg
Jeruk = 45 kg
Pisang = 60 kg
Rambutan = 55 kg
Apel = 35 kg
2. Tabel
Tabel merupakan data yang disusun dalam bentuk kolom dan baris. Data
untuk tabel bersumber dari data yang masih dalam bentuk daftar.
Contoh: Data Nilai Ulangan Matematika Kelas IV SD Negeri 091496 Pematang
Tanah Jawa
34
3. Diagram
Diagram adalah sebuah grafik berupa suatu gambaran yang berguna untuk
memperlihatkan atau menerangkan suatu data yang disajikan
penulis.Terdapat beberapa macam diagram, diantaranya:
Diagram gambar: penyajian data dalam bentuk gambar atau simbol tertentu.
Contoh:
35
Diagram batang horizontal
36
Informasi yang diperoleh:
Berat badan 40 kg = 5 siswa
Berat badan 41 kg = 15 siswa
Berat badan 42 kg = 18 siswa
Berat badan 43 kg = 10 siswa
Berat badan 44 kg = 8 siswa
37
BAB UKURAN PEMUSATAN DATA
VII
Konsep Dasar :
Setelah membuat sajian data observasi dalam bentuk tabel atau diagram
maka kegiatan selanjutnya adalah menentukan beberapa ukuran statistik agar
gambaran yang diperoleh data observasi lebih lengkap.
Suatu ukuran nilai yang diperoleh dari nilai data observasi dan mempunyai
kecenderungan berada di tengah-tengah nilai data observasi. Ukuran gejala pusat
dipakai sebagai alat atau sebagai parameter untuk dapat digunakan sebagai bahan
pegangan dalam menafsirkan suatu gejala atau suatu yang akan diteliti
berdasarkan hasil pengolahan data yang dikumpulkan.
1. Mean
Mean atau rata-rata untuk menyatakan hasil dari jumlah data dibagi
banyaknya data. Mean dapat dihitung sebagai berikut:
Mean
Contoh : Hitunglah mean dari data berikut ini : 2,3,3,4
Jawab: Dik : =2 n=4 Dit : x ?
=3
=3
38
=4
2. Median
Median adalah nilai tengah dari sekumpulan data yang berurutan dari nilai
terkecil samapai ke nilai terbesar. Untuk menentukan nilai median dapat
dilakukan sebagai berikut:
Apabila banyaknya data ganjil, median adalah nilai paling tengah dari
kumpulan data yang sudah diurutkan.
Apabila banyaknya data genap, median adalah rata-rata hitung dua nilai data
paling tengah.
Contoh : Hitunglah median dari data 9,1,3,7,5 !
Langkah 1 : urutkan data 9,1,3,7,5 dari terkecil hingga terbesar yaitu 1,3,5,7,9
Sehingga , Me = = =
Maka median pada data diatas terletak pada yaitu 5.
3. Modus
Modus adalah nilai terbanyak pada suatu data atau data yang paling sering
muncul pada sekumpulan data.
Contoh : Carilah nilai modus dari data berikut : 2,5,5,7,7,6
Jawab : Langkah pertama urutkan data 2,5,5,7,7,6 menjadi 2,5,5,6,7,7. Maka kita
akan menemukan 2 buah modus yaitu 5 dan 7 karena muncul sebanyak 2 kali.
Modus dari data diatas ialah 5 dan 7, hal ini disebuat Bimodal karena memiliki 2
modus.
39
pemusatan data terdapat median, mean dan modus. Pada ukuran letak data
terdapat kuartil, desil dan persentil. Untuk menentukan nilai ukuran letak data,
data harus kita urutkan terlebih dahulu dari data nilai yang paling kecil ke data
yang lebih besar.
1. Kuartil (Qi)
Kuartil adalah sebuah nilai yang membagi data menjadi empat bagian
dengan jumlah yang sama besar atau ukuran letak yang membagi data menjadi
empat bagian yang sama besar, yaitu bagian pertama, bagian kedua, ketiga, dan
keempat. Dari empat bagian tersebuat didapat tiga buah kuartil, yaitu: kuartil
pertama atau kuartil bawah (Q1), kuartil kedua atau kuartil tengah (Q2), dan
kuartil ketiga atau kuartil atas (Q3).
Kuartil bawah merupakan nilai tengah antara nilai terkecil dan median dari
kelompok data, kuartil kedua (Q2) adalah median data yang membagi data
menjadi (berada di tengah-tengah data), kuartil ketiga atau kuartil atas (Q3) adalah
nilai yang berada di tengah antara median dengan nilai tertinggi dalam kelompok
data.
2. Desil (Di)
Desil adalah nilai yang membagi sekumpulan data menjadi sepuluh bagian
yang sama dalam distribusi frekuensi, yaitu bagian pertama, bagian kedua, bagian
ketiga, keempat, kelima, keeman, ketujuh, kedelapan, kesembilan, dan kesepuluh.
Nah dari kesepuluh bagian tersebut didapatkan 9 desil, yaitu desil 1 sampai desil 9.
Kemudian, desil data kelompok dilambangkan dengan (Di), dimana i adalah
bagian desil.
3. Persentil (Pi)
Persentil adalah ukuran letak yang membagi data menjadi 100 sama
banyak atau sama besar. Jadi, dalam persentil terdapat 99 buah nilai persentil.
40
BAB PELUANG
VIII
Kompetensi Dasar :
A. Pengertian Peluang
Peluang merupakan bagian matematika yang membahas pengukuran
tingkat keyakinan orang akan muncul atau tidak munculnya suatu kejadian atau
peristiwa. Oleh karena itu, untuk mendiskusikan dimulai dengan suatu
pengamatan tersebut dinamakan suatu percobaan. Hasil dari suatu percobaan
dinamakan hasil (outcomes) atau titik sampel. Peluang disebut juga probabilitas
yang berarti ilmu kemungkinan.
Peluang semata-mata adalah suatu cara untuk menyatakan kesempatan
terjadinya suatu peristiwa. Secara kualitatif peluang dapat dinyatakan dalam
bentuk kata sifat untuk menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu keadaan
seperti “baik”, “lemah”, “kuat”, “miskin”, “sedikit” dan lain sebagainya. Secara
kuantitatif, peluang dinyatakan sebagai nilai-nilai numeris baik dalam bentuk
pecahan maupun desimal antara 0 dan 1. Peluang sama dengan 0 berarti sebuah
peristiwa tidak bisa terjadi sedangkan peluang sama dengan 1 berarti peristiwa
tersebut pasti terjadi.
41
Peluang disebut juga probabilitas yang berarti ilmu kemungkinan. Di
dalam peluang dikenal ruang sampel dan titik sampel. Ruang sampel adalah
himpunan yang berisi semua hasil yang mungkin dari suatu percobaan. Ruang
sampel biasa dinotasikan dengan S.
Contoh 1.1
Suatu percobaan melempar satu mata uang logam . Ruang sampelnya adalah
S=(B,D)
Contoh 1.2
Suatu percobaan mengambil satu buah kartu dari enam buah kartu yang diberi
nomor 1 sampai dengan 6. Ruang sampelnya adalah S=(1,2,3,4,,5,6).
42
Contoh 1.1
Suatu percobaan melempar satu mata uang logam . ruang sampelnya
adalah S=(B,D)
Contoh 1.2
Suatu percobaan mengambil satu buah kartu dari enam buah kartu yang diberi
nomor 1 sampai dengan 6. Ruang sampelnya adalah S=(1,2,3,4,,5,6).
Pengetosan Dua Mata Uang
A G
A (A,A) (A,G)
G (G,A) (G,G)
1 2 3 4 5 6
1 (1,1) (1,2) (1,3) (1,4) (1,5) (1,6)
2 (2,1) (2,2) (2,3) (2,4) (2,5) (2,6)
3 (3,1) (3,2) (3,3) (3,4) (3,5) (3,6)
4 (4,1) (4,2) (4,3) (4,4) (4,5) (4,6)
5 (5,1) (5,2) (5,3) (5,4) (5,5) (5,6)
6 (6,1) (6,2) (6,3) (6,4) (6,5) (6,6)
Banyak titik sampel = 6x6 = 36
43
D. Peluang Suatu Kejadian
Pada suatu percobaan terdapat n hasil yang mungkin dan masing-masing
berkesempatan sama untuk muncul. Jika dari hasil percobaan ini terdapat k hasil
yang merupakan kejadian A, maka peluang kejadian A ditulis P ( A ) ditentukan
dengan rumus
Contoh :
Pada percobaan pelemparan sebuah dadu, tentukanlah peluang percobaan
kejadian muncul bilangan genap!
Jawab : S = { 1, 2, 3, 4, 5, 6} maka n ( S ) = 6
Misalkan A adalah kejadian muncul bilangan genap, maka:
A = {2, 4, 6} dan n ( A ) = 3
Misalnya S mewakili suatu ruang sampel dengan n(s) banyaknya hasil
yang mungkin yang mempunyai kesempatan sama untuk muncul dan misal A
suatu kejadian pada ruang sampel S yang berisi n(A) hasil. Peluang kejadian A
didefinisikan :
Peluang (P) =Banyak kejadian muncul/Banyak kejadian yang mungkin
Contoh: P=400/1200 = 1/3
Komplemen dari nilai di atas = 1200-400:1200
= 800/1200
= 2/3
Frekuensi nisbi = Banyak Kejadian Muncul/Banyak percobaan
Frekuensi harapan = Banyak percobaan x Peluang
1) Permutasi
Permutasi adalah susunan unsur-unsur yang berbeda dalam urutan tertentu.
Pada permutasi urutan diperhatikan sehingga Permutasi k unsur dari n unsur
adalah semua urutan yang berbeda yang mungkin dari k unsur yang diambil dari n
unsur yang berbeda. Banyak permutasi k unsur dari n unsur ditulis atau.
Permutasi siklis (melingkar) dari n unsur adalah (n-1) !
44
Cara cepat mengerjakan soal permutasi
Dengan penulisan nPk, hitung 10P4. Kita langsung tulis 4 angka dari 10
mundur, yaitu 10, 9, 8, 7.
Jadi 10P4 = 10x9x8x7, berapa itu? Hitung sendiri.
Contoh permutasi siklis :
Suatu keluarga yang terdiri atas 6 orang duduk mengelilingi sebuah meja
makan yang berbentuk lingkaran. Berapa banyak cara agar mereka dapat duduk
mengelilingi meja makan dengan cara yang berbeda?
Jawab :
Banyaknya cara agar 6 orang dapat duduk mengelilingi meja makan dengan
urutan yang berbeda sama dengan banyak permutasi siklis (melingkar) 6 unsur
yaitu :
2) Kombinasi
Kombinasi adalah susunan unsur-unsur dengan tidak memperhatikan
urutannya. Pada kombinasi AB = BA. Dari suatu himpunan dengan n unsur dapat
disusun himpunan bagiannya dengan untuk
Setiap himpunan bagian dengan k unsur dari himpunan dengan
unsur n disebut kombinasi k unsur dari n yang dilambangkan dengan :
Contoh :
Diketahui himpunan. Tentukan banyak himpunan bagian dari himpunan A
yang memiliki 2 unsur!
Jawab :
Banyak himpunan bagian dari A yang memiliki 2 unsur adalah C (6, 2).
Cara cepat mengerjakan soal kombinasi
Dengan penulisan nCk, hitung 10C4 kita langsung tulis 4 angka dari 10 mundur
lalu dibagi 4!, yaitu 10.9.8.7 dibagi 4.3.2.1 jadi 10C4 = 10x9x8x7 / 4x3x2x1
berapa itu? Hitung sendiri.
3) Kisaran Nilai Peluang Matematika
Misalkan A adalah sebarang kejadian pada ruang sampel S dengan n ( S ) = n, n
( A ) = k dan
45
Jadi, peluang suatu kejadian terletak pada interval tertutup [0,1]. Suatu kejadian
yang peluangnya nol dinamakan kejadian mustahil dan kejadian yang peluangnya
1 dinamakan kejadian pasti.
4) Frekuensi Harapan Suatu Kejadian
Jika A adalah suatu kejadian pada frekuensi ruang sampel S dengan peluang P
( A ), maka frekuensi harapan kejadian A dari n kali percobaan adalah n x P( A ).
Contoh :
Bila sebuah dadu dilempar 720 kali, berapakah frekuensi harapan dari munculnya
mata dadu 1? Jawab :
Pada pelemparan dadu 1 kali, S = { 1, 2, 3, 4, 5, 6 } maka n (S) = 6.
Misalkan A adalah kejadian munculnya mata dadu 1, maka:
A = { 1 } dan n ( A ) sehingga :
5) Peluang Komplemen Suatu Kejadian
Misalkan S adalah ruang sampel dengan n ( S ) = n, A adalah kejadian pada ruang
sampel S, dengan n ( A ) = k dan Ac adalah komplemen kejadian A, maka nilai n
(Ac) = n – k, sehingga
Jadi, jika peluang hasil dari suatu percobaan adalah P, maka peluang hasil itu
tidak terjadi adalah (1 – P).
6) Peluang Kejadian Majemuk
a. Gabungan Dua Kejadian
Untuk setiap kejadian A dan B berlaku :
b. Kejadian-kejadian Saling Lepas
E. Teknik Menghitung
Contoh (1) :
Pada lomba lari cepat 100 meter, empat orang lolos keputaran akhir, yaitu Adri
(A), firdaus (F), Ilham (I), dan Wahyu (W). Pada pertandingan itu tersedia dua
hadiah. Beberapa macam susunan pemenang yang mungkin muncul pada akhir
pertandingan ?
Penyelesaian :
46
Pada putaran akhir yaitu pertandingan ada 4 kemungkinan pengisian pemenang
pertama, yaitu A, F, I, atau W. Setelah salah satu mereka ini mencapai garis akhir,
pelari berikutnya adalah salah satu dari tiga pelari yang tidak berhasil menjadi
juara pertama. Apa saja susunan pemenang pertama dan kedua yang mungkin,
untuk lebih jelasnya dapat disusun dalam diagram pohon.
Dari diagram pohon tersebut dapat ditemukan hasil : 4 × (4 – 1) = 12 susunan
pemenang yang mungkin yaitu {AF, AL, AW, FA, FI, FW, IA, IF, W, WA, WF,
WI}. Huruf pertama adalah peserta yang menempati juara pertama dan huruf
kedua adalah peserta yang menempati juara kedua.
Contoh-contoh yang diberikan, mengarah pada suatu prinsip yang disebut prinsip
dasar menghitung, yaitu berikut ini.
a. Jika dua percobaan yang dilakukan secara berurutan dengan hasil yang
mungkin dari percobaan pertama dan hasil yang mungkin dari percobaan
kedua maka ada × kombinasi hasil dari percobaan pertama dan kedua.
b. Secara sama, jika k percobaan dilakukan berurutan, dengan banyaknya hasil
yang mungkin dari tiap-tiap percobaan berturut-turut adalah , , ..., maka ada
(×) hasil yang mungkin dari percobaan-percobaan yang dilakukan tersebut.
Jadi, jika pada taraf pertama suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan n
cara, taraf kedua dengan n cara, dan seterusnya sampai taraf terakhir dapat
diselesaikan dengan z cara maka cara keseluruhan pekerjaan dapat diselesaikan
dengan (m.n..z) cara. Prinsip dasar menghitung ini sangat menolong dalam
menyelesaikan soal-soal peluang.
Contoh (2) :
Ada 5 buah kartu yang diberi nomor 1, 2, 3, 4, dan 5 ditempat dalam kotak.
Dari kartu-kartu tersebut akan dibentuk bilangan yang terdiri dari 2 angka. Untuk
itu dilakukan dua percobaan, yaitu pertama mengambil Satu buah kartu dari dalam
kotak lalu ditempatkan ditempat satuan pada bilangan yang akan dibentuk, dan
percobaan kedua mengambil kartu kedua lalu ditempatkan ditempat puluhan. Jelas
bahwa kartu pertama yang diambil tidak dikembalikan lagi kedalam kotak
47
sebelum pengambilan kartu kedua, dari percobaan ini, berapa peluang bilangan
yang terbentuk adalah bilangan genap ?
Penyelesaian :
Dengan prinsip dasar menghitung, ada 5 cara pengambilan kartu pertama
dan 4 cara pengambilan kartu kedua. Jadi banyak bilangan seluruhnya yangg
dapat terbentuk : 5 × 4 = 20. Angka ini merupakan banyaknya ruang sampel, jadi
n(S) = 20. Sementara itu, ciri-ciri bilangan genap angka satunyahabis dibagi 2.
48
GLOSARIUM
49
decimal, maka angkanya akan berhenti disuatu
bilangan tertentu atau jika angkanya tidak berhenti
maka akan membentuk suatu pola pengulangan.
Pengukuran : Suatu kegiatan yang ditujukan untuk
mengidentifikasi besar kecilnya objek atau gejala.
Bilangan Irasional : Sistem bilangan yang tidak dapat dinyatakan
dalam bentuk pecahan (a/b) namun dapat ditulis
dalam bentuk desimal.
Komutatif : Suatu operasi hitung dikatakan memiliki sifat
komutatif jika letak bilangan nya saling ditukarkan
akan tetap menghasilkan hasil yang sama meskipun
bilangan itu merupakan bilangan positif maupun
negatif.
Asosiatif : Sifat dari beberapa operasi biner yang berarti
bahwa mengatur ulang tanda kurung dalam ekspresi
yang tidak mengubah hasilnya.
Distributif : Sifat yang mendistribusikan perkalian terhadap
operasi penambahan. Sifat ini merupakan sifat dari
operasi biner dalam aljabar dasar, hukum tersebut
mengatakan bahwa persamaan selalu benar.
Elemen : Bagian-bagian dasar yang mendasari
sesuatu.
Invers : Berasal dari bahasa inggris dan memiliki arti
Terbalik, memiliki fungsi kebalikan dari fungsi
asalnya.
Persamaan Linier : Salah satu persamaan dari ilmu aljabar dimana
persamaan sukunya mengandung konstanta dengan
variabel tunggal
Aljabar : Salah satu bagian dari bidang matematika yang
luas, bersama-sama dengan teori bilangan, geometri
dan analisis.
50
Konstanta : Suatu nilai tetap, berlawanan dengan variabel yang
berubah-ubah.
Koefisien : Faktor perkalian dalam beberapa suku dari sebuah
polynomial, deret, atau ekspresi, biasanya berupa
angka.
Relasi : Hubungan antara dua himpunan dengan himpunan
lainnya.
Substitusi : Pemisalan pada suatu variabel terhadap nilai atau
ekspresi tertentu yang kemudian akan ditukarkan
dengan variabel tersebut.
Ekuivalen : Jika jumlah anggota kedua himpunan sama namun
bendanya ada yang tidak sama.
Sudut : Salah satu daerah yang dibentuk dari dua buah
garis lurus yang akan bertemu pada satu titik
pangkal yang sama.
Busur Derajat : Sebuah alat yang bisa digunakan untuk mengukur
dan membentuk sudut.
Satuan Kuantitas : Jumlah atau banyaknya barang atau benda.
Statistik : Kesimpulan fakta berbentuk bilangan yang disusun
dalam bentuk daftar atau tabel yang
menggambarkan suatu kejadian.
Data : Sekumpulan informasi atau juga keterangan-
keterangan dari suatu hal yang diperoleh dengan
melalui pengamatan atau juga pencarian ke sumber-
sumber tertentu.
Pengamatan : Aktivitas terhadap suatu proses atau objek dengan
maksud merasakan dan kemudian memahami
pengetahuan untuk mendapatkan informasi.
Tabel : Susunan data dalam baris dan kolom atau mungkin
dalam struktur yang lebih kompleks.
51
Daftar : Catatan sejumlah nama atau hal yang disusun
berderet dari atas ke bawah atau dengan dipisahkan
tanda koma.
Diagram : Suatu representasi simbolis informasi dalam
bentuk geometri dua dimensi sesuai teknik
visualisasi.
Ukuran Pemusatan Data : Sembarang ukuran yang menunjukkan
pusat segugus data, yang telah diurutkan dari
yang terkecil sampai yang terbesar atau
sebaliknya.
Parameter : Bilangan nyata yang menyatakan sebuah
karakteristik dari sebuah populasi.
Mean : Kumpulan data atau nilai rata-rata yang dianggap
suatu nilai yang paling dekat dengan hasil ukuran
yang sebenarnya.
Median : Suatu nilai yang berada di tengah-tengah
data, setelah data tersebut diurutkan dari data yang
terkecil ke yang terbesar atau sebaliknya.
Modus : Data yang paling banyak keluar atau muncul.
Kuartil : Membagi data menjadi empat bagian dengan
jumlah yang kurang lebih sama.
Desil : Nilai-nilai yang membagi serangkaian data atau
suatu distribusi frrekuensi menjadi sepuluh bagian
yang sama.
Persentil : Istilah dalam statistika untuk yang membagi
kelompok data menjadi seratus bagian yang sama.
Peluang : Harga angka yang menunjukkan seberapa
besar kemungkinan suatu peristiwa atau kejadian
akan terjadi.
52
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Himpunan_28matematika29
http://rumushitung.com/2013/05/25/soal-himpunan-matematika-dan
pembahasannya
http://pariyantiblora.blogspot.com/2010/07/materi-himpunan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Himpunan_(matematika)
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/196612131
92031-CECE_KUSTIAWAN/Himpunan.pdf
Nar Herrhyanto dan H.M. Akib Hamid. 1993/1994. Statistika Dasar. Jakarta:
Dikdasmen.
53