Anda di halaman 1dari 40

INTEGRASI KOMPLEKS

OLEH
KELOMPOK IV
NUR SUCI RAMADHANI (60600114017)

HARDIANTI (60600114035)

ALFRIYATI MALIK (60600114063)

RATNASARI (60600114045)

ASRI MAYASARI (60600114068)

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt., karena atas petunjuk dan

pertolongan-Nya, sehingga makalah ini dapat terwujud tepat pada waktunya yang

berjudul: Integrasi Kompleks.

Makalah ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu,

sepatutnyalah penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada berbagai pihak yang turut memberikan andil, baik secara

langsung maupun tidak, moral maupun material.

Akhirnya, semoga Allah swt., senantiasa meridhai semua amal usaha yang

penulis laksanakan dengan baik dan penuh kesungguhan serta keikhlasan karena Dia-

lah yang telah merahmati dan meridhai kita semua.

Amin Ya Rabbal ‘Alamin

Wassalamu ‘Alaikum Wr. Wb.

Gowa, 28 Desember 2016

Penyusun,
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 4
C. Tujuan ................................................................................... 4
D. Manfaat ................................................................................. 5
E. Batasan Masalah ................................................................... 5
F. Sistematika Penulisan ........................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Fungsi Kompleks w(t) ........................................................... 7
B. Properties dari Integral Kompleks ........................................ 10
C. Integral Lintasan……………………………………………
14
D. Pengintegralan Kompleks………………………………….
21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................... 30
B. Instrumen Penelitian ............................................................ 30
C. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................. 30
D. Metode Pengumpulan Data ................................................. 31
E. Teknik Analisis Data ............................................................ 32
BAB IV
PEMBAHASAN ........................................................................ 33
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................... 37
B. Saran .................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 39
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan matematika dalam kehidupan sangat berguna untuk

meningkatkan pemahaman dan penalaran, serta untuk memecahkan suatu masalah

dan menafsirkan solusi dari permasalahan yang ada. Tanpa disadari dalam

mempelajari matematika, seseorang akan memiliki ketelitian dan kecermatan yang

sangat baik karena nilai-nilai pada matematika yang menggunakan nilai yang

kompleks, sehingga faktor ketelitian sangat diperlukan untuk menghitung suatu

rumusan masalah.

Turunan atau diferensial merupakan bagian dari matematika dalam kalkulus

yang banyak sekali diterapkan dalam bidang teknik dan ekonomi. Karena itu, integral

sebagai invers atau kebalikan dari turunan juga menjadi bagian yang tak kalah

pentingnya. Integral merupakan suatu bagian dari matematika yang juga banyak

berperan dalam perkembangan ilmu matematika dan penerapannya diberbagai bidang

tidak dapat dipungkiri. Di bidang teknik, integral berperan sebagai alat untuk

menghitung luas di bidang datar dan volume benda putar. Tentunya integral sangat

berguna sebab dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai bentuk-bentuk yang

tidak teratur yang tidak dapat dihitung dengan rumus-rumus yang sudah dikenal,

seperti persegi, segitiga, lingkaran, dan sebagainya. Bentuk-bentuk yang tidak teratur
itu kemudian didekati dengan suatu fungsi tertentu yang kemudian luasnya dihitung

dengan menggunakan integral. Di bidang ekonomi, integral digunakan untuk

menentukan fungsi biaya total dan fungsi pendapatan total dari fungsi biaya marginal

dan fungsi pendapatan marginal.

Berkaitan dengan integral, Al-Qur’an hanya menjelaskan secara umum

dan mencoba mengkajinya dengan pendekatan kesesuaian. Sebagaimana Allah SWT

berfirman dalam Q.S. Al-Fathir 35 : 1 yang berbunyi :

Terjemahnya :

“Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan

malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam

urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua,

tinga, dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang

dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala

sesuatu.”

Dalam ayat di atas, menerangkan bahwa puji dan syukur itu adalah bagi

Allah, yang telah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya

dengan ciptaan yang amat indah dan ajaib, ciptaan yang belum ada sebelumnya, dan

telah diaturnya dengan tata tertib yang lengkap dan sempurna. Tuhan yang telah
menugaskan malaikat menyampaikan wahyu pada para nabi-nabi-Nya, untuk

menyampaikan kepada mereka berbagai macam urusan. Malaikat itu adalah sejenis

makhluk yang mempunyai sayap sebelah menyebelah disampingnya, dua-dua, tiga-

tiga, atau empat-empat, yang akan membantu di dalam perjalanannya menyampaikan

dengan segera perintah-perintah Allah, baik berupa suruhan maupun berupa larangan,

kepada para Nabi-Nya. Allah SWT berkuasa menambah sayap para malaikat lebih

banyak lagi menurut kehendak-Nya, sesuai dengan keperluan. Tidak ada kekuatan

yang bagaimanapun kuatnya yang dapat menghalangi-Nya Karena Dia itu Maha

Kuasa atas segala sesuatu.

Dari ayat di atas, diketahui bahwa malaikat dapat digolongkan menjadi

beberapa golongan yaitu yang memiliki 2 sayap, 3 sayap, 4 sayap, dan sebagainya.

Untuk menghitung jumlah seluruh malaikat dapat dilakukan dengan menghitung

jumlah malaikat yang memiliki 2 sayap, menghitung jumlah malaikat yang memiliki

3 sayap, menghitung jumlah malaikat yang memiliki 4 sayap dan sebagainya lalu

menjumlahkan setiap hasil yang diperoleh meskipun dalam hal ini malaikat adalah

makhluk ghaib yang jumlahnya hanya Allah yang mengetahui. Jika dikaitkan dengan

integral, hal ini memiliki keterkaitan dalam menentukan luas suatu daerah dimana

daerah tersebut dipartisi menjadi beberapa bagian lalu dihitung luas setiap daerah

tersebut dan hasil yang diperoleh dari luas setiap daerah tersebut dijumlahkan untuk

memperoleh luas total daerah.


Namun, pada kenyataannya banyak yang masih belum memahami perbedaan

antara teknik-teknik integrasi dalam menyelesaikan persoalan yang berhubungan

dengan integral. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman tentang langkah-langkah

penyelesaian pada integral.

Oleh Karena itu, penulis membuat sebuah makalah tentang Integrasi

Kompleks serta contoh dan alternative penyelesaiannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana menyelesaikan problematika teknik integrasi yang memiliki unsur

imaginer?

2. Bagaimana mengaplikasian teorema eksistensi integral kompleks dalam

menentukan luas suatu daerah menggunakan integral?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis merumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Memahami dan menganalisa cara menyelesaikan problematika teknik

integrasi unsur imaginer.


2. Menganalisa dan menerapkan serta mengaplikasikan teorema eksistensi

integral kompleks dalam menentukan luas suatu daerah menggunakan

integral.

D. Manfaat

Berdasarkan tujuan di atas, manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Peneliti dapat memahami cara menyelesaikan problematika teknik integrasi

yang memiliki unsur imaginer.

2. Peneliti dapat memahami dan mengaplikasikan teorema eksistensi integral

kompleks dalam menentukan luas suatu daerah menggunakan integral.

E. Batasan Masalah

1. Menyelesaikan problematika teknik integrasi yang memiliki unsur imaginer.

2. Mengaplikasikan teorema eksistensi integral kompleks dalam menentukan luas

suatu daerah menggunakan integral.

F. Sistematika penulisan

1. Bab 1 berupa pendahuluan yang terdiri dari:

 Latar belakang

 Rumusan Masalah

 Tujuan

 Manfaat
 Batasan Masalah

 Sistematika penulisan

2. Bab 2 berupa kajian pustaka yang terdiri dari:

 Penguraian kajian teori atau pustaka yang berkaitan dengan integrase kompleks

3. Bab 3 berupa metode penelitian yang terdiri dari :

 Jenis penelitian

 Instrumen penelitian

 Waktu dan tempat penelitian

 Metode pengambilan data

 Teknik analisis data

4. Bab 4 berupa hasil penelitian dan pembahasan

5. Bab 5 berupa kesimpulan dan saran

6. Daftar pustaka
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Fungsi Kompleks 𝑤(𝑡)

Misalkan bahwa nilai dari sebuah fungsi kompleks 𝑤 = 𝑓(𝑧) didefinisikan

sebagai suatu istilah dari satu variabel real t sebagai berikut:

𝑤(𝑡) = 𝑢(𝑡) + 𝑖𝑣(𝑡)

Dan menganggap suatu interval 𝑎 ≤ 𝑡 ≤ 𝑏.

Sekarang integral tentu 𝑤 = 𝑓(𝑧) dapat ditulis sebagai berikut:

𝑏 𝑏 𝑏

∫ 𝑤(𝑡)𝑑𝑡 = ∫ 𝑢(𝑡)𝑑𝑡 + 𝑖 ∫ 𝑣(𝑡)𝑑𝑡


𝑎 𝑎 𝑎

Integral dari fungsi kompleks dapat diartikan kedalam dua integral dari fungsi real

𝑢(𝑡) 𝑑𝑎𝑛 𝑣(𝑡). integral fungsi ini menggunakan teorema dasar yang telah ditetapkan

dalam kalkulus dengan beberapa kondisi.

Buat definisi:

𝑑𝑈 𝑑𝑉
= 𝑢(𝑡) 𝑑𝑎𝑛 = 𝑣(𝑡)
𝑑𝑡 𝑑𝑡

maka

𝑏 𝑏 𝑏

∫ 𝑤(𝑡)𝑑𝑡 = ∫ 𝑢(𝑡)𝑑𝑡 + 𝑖 ∫ 𝑣(𝑡)𝑑𝑡


𝑎 𝑎 𝑎

= 𝑈(𝑏) − 𝑈(𝑎) + 𝑖[𝑉(𝑏) − 𝑉(𝑎)]


Contoh:
2
1. Hitung integral ∫0 (1 − 𝑖𝑡)2 𝑑𝑡

Solusi:

Langkah pertama adalah menulis integral dalam bagian real dan imaginer. Dalam

kasus ini

(1 − 𝑖𝑡)2 = (1 − 𝑖𝑡)(1 − 𝑖𝑡)

= 1 − 𝑖2𝑡 − 𝑡 2

= 1 − 𝑡 2 − 𝑖2𝑡

Menurut definisi

𝑢(𝑡) = 1 − 𝑡 2 𝑑𝑎𝑛 𝑣(𝑡) = −2𝑡

Integral dapat ditulis sebagai :


2 2 2

∫(1 − 𝑖𝑡)2 𝑑𝑡 = ∫ 𝑢(𝑡) 𝑑𝑡 + ∫ 𝑣(𝑡) 𝑑𝑡


0 0 0

2 2

= ∫(1 − 𝑡 2 ) 𝑑𝑡 − 𝑖 ∫ 2𝑡 𝑑𝑡
0 0

Integral dasar ini dapat diselesaikan dengan mudah sebagai berikut:


2 2
𝑡3 8 2
∫(1 − 𝑡 2 )𝑑𝑡
− 𝑖 ∫ 2𝑡 𝑑𝑡 = 𝑡 − − 𝑖𝑡 2 |20 = 2 − − 4𝑖 = − − 4𝑖
3 3 3
0 0
𝜋
2. Hitung ∫04 𝑒 𝑖2𝑡 𝑑𝑡

Penyelesaian :

Dengan menggunakan cara dari kalkulus dasar diperoleh :


𝜋 𝜋 𝜋
4 1 𝑖2𝑡 1 1 𝑖𝜋 1
∫ 𝑒 𝑖2𝑡 𝑑𝑡 = 𝑒 | 4 = − 𝑒 𝑖2𝑡 | 4 = − 𝑒 2 +
0 2𝑖 0 2 0 2 2

Selanjutnya menggunakan formula Euler’s :

𝑖𝜋 𝜋 𝜋
𝑒 2 = cos ( ) + 𝑖 𝑠𝑖𝑛 ( ) = 𝑖
2 2

Jadi, diperoleh :
𝜋
4 𝑖 𝑖 1+𝑖
∫ 𝑒 𝑖2𝑡 𝑑𝑡 = − (𝑖) + =
0 2 2 2

B. Properties dari Integral Kompleks

Jika 𝑓(𝑧) adalah suatu fungsi yang bergantung pada satu variabel real t

sedemikian hingga 𝑓 = 𝑢(𝑡) + 𝑖𝑣(𝑡) maka digunakan teorema dari kalkulus variabel

real untuk menyelesaikan beberapa integral kompleks. Misalkan bahwa 𝛼 = 𝑐 + 𝑖𝑑

adalah nilai suatu bilangan kompleks. Disebutkan dari kalkulus variabel real bahwa

nilai yang constant dapat ditempatkan berada di luar integral. Hal yang sama berlaku

pada bilangan kompleks, sehingga diperoleh :

𝑏 𝑏 𝑏 𝑏
∫ 𝛼 𝑓 𝑑𝑡 = ∫ (𝑐 + 𝑖𝑑)(𝑢 + 𝑖𝑣)𝑑𝑡 = (𝑐 + 𝑖𝑑) ∫ 𝑢 𝑑𝑡 + 𝑖(𝑐 + 𝑖𝑑) ∫ 𝑣 𝑑𝑡
𝑎 𝑎 𝑎 𝑎
Misalkan 𝑔 adalah fungsi kompleks yang tergantung pada variabel real

seperti 𝑔(𝑡) = 𝑟(𝑡) + 𝑖𝑠(𝑡). Integral jumlah atau selisih 𝑓 ± 𝑔 adalah :

𝑏 𝑏 𝑏
∫ (𝑓 ± 𝑔) 𝑑𝑡 = ∫ 𝑓 𝑑𝑡 ± ∫ 𝑔 𝑑𝑡
𝑎 𝑎 𝑎

Tentunya, bagian bilangan real dan imaginer juga dapat ditambahkan pada 2

fungsi, diperoleh :

𝑏 𝑏 𝑏 𝑏
∫ (𝑓 ± 𝑔) 𝑑𝑡 = ∫ (𝑢 + 𝑖𝑣) ± (𝑟 + 𝑖𝑠)𝑑𝑡 = ∫ (𝑢 ± 𝑟) 𝑑𝑡 + 𝑖 ∫ (𝑣 ± 𝑠) 𝑑𝑡
𝑎 𝑎 𝑎 𝑎

Perkalian dari dua fungsi kompleks dari variabel real dapat diintegrasikan

sebagai berikut :

𝑏 𝑏 𝑏 𝑏
∫ (𝑓𝑔)𝑑𝑡 = ∫ (𝑢 + 𝑖𝑣)(𝑟 + 𝑖𝑠)𝑑𝑡 = ∫ (𝑢𝑟 − 𝑣𝑠) 𝑑𝑡 + 𝑖 ∫ (𝑣𝑟 + 𝑢𝑠) 𝑑𝑡
𝑎 𝑎 𝑎 𝑎

Dalam kalkulus variabel real, dapat dibagi dalam suatu interval 𝑎 ≤ 𝑡 ≤ 𝑏.

Misalkan bahwa 𝑎 < 𝑐 < 𝑏. Maka dapat ditulis :

𝑏 𝑐 𝑏
∫ 𝑓(𝑡)𝑑𝑡 = ∫ 𝑓(𝑡)𝑑𝑡 = ∫ 𝑓(𝑡)𝑑𝑡
𝑎 𝑎 𝑐

Menukarkan limit dari integral ke dalam bentuk minus menjadi :

𝑏 𝑎
∫ 𝑓(𝑡)𝑑𝑡 = − ∫ 𝑓(𝑡)𝑑𝑡
𝑎 𝑏

Contoh :

1. Diberikan

𝜋 𝜋
2
𝑡+𝑖𝑡
𝑒2 (1 − 𝑖)
∫ 𝑒 𝑑𝑡 = −[ ]
0 2 2
Tentukan
𝜋
2
∫ 𝑒 𝑡+𝑖𝑡 𝑑𝑡
𝜋
4

𝜋
Dengan menghitung ∫04 𝑒 𝑡+𝑖𝑡 𝑑𝑡 .

Penyelesaian :

Diperoleh :
𝜋 𝜋
4
𝑡+𝑖𝑡
4 1 (1+𝑖)𝑡 𝜋4 1 (1+𝑖)𝜋
∫ 𝑒 𝑑𝑡 = ∫ 𝑒 (1+𝑖)𝑡 𝑑𝑡 = 𝑒 |0 = 𝑒 4 −1
0 0 1+𝑖 1+𝑖

Dari formula Euler’s diperoleh bahwa :

𝜋 𝜋 𝑖𝜋 𝜋 𝜋 𝜋
𝑒 (1+𝑖) 4 = 𝑒 4 𝑒 4 = 𝑒 4 (𝑐𝑜𝑠 ( ) + 𝑖 𝑠𝑖𝑛 ( ))
4 4

Dari table trigonometri diperoleh bahwa :

𝜋 𝜋 √2 1
𝑐𝑜𝑠 ( ) = 𝑠𝑖𝑛 ( ) = =
4 4 2 √2

Jadi,
𝜋
𝜋 𝑒4
𝑒 (1+𝑖)4 = (1 + 𝑖)
√2

Oleh sebab itu,


𝜋
4 1
∫ 𝑒 𝑡+𝑖𝑡 𝑑𝑡 =
0 1+𝑖
𝜋 𝜋
(1+𝑖)
𝜋 1 𝑒4 𝑒4 1
(𝑒 4 − 1) = ( (1 + 𝑖) − 1) = −
1 + 𝑖 √2 √2 1 + 𝑖

Tulis istilah terakhir dalam bentuk standar diperoleh :

1 1 1−𝑖 1−𝑖
= ( )=
1+𝑖 1+𝑖 1−𝑖 2

Dengan demikian,
𝜋
4 𝜋
𝑒4 1−𝑖
∫ 𝑒 𝑡+𝑖𝑡 𝑑𝑡 = −
√2 2
0

Selanjutnya gunakan untuk menulis suatu persamaan yang dapat digunakan

untuk menemukan integral :


𝜋 𝜋 𝜋
2 4 2

∫ 𝑒 𝑡+𝑖𝑡 𝑑𝑡 = ∫ 𝑒 𝑡+𝑖𝑡 𝑑𝑡 + ∫ 𝑒 𝑡+𝑖𝑡 𝑑𝑡


0 0 𝜋
4

𝜋 𝜋 𝜋
2 2 4

→ ∫ 𝑒 𝑡+𝑖𝑡 𝑑𝑡 = ∫ 𝑒 𝑡+𝑖𝑡 𝑑𝑡 − ∫ 𝑒 𝑡+𝑖𝑡 𝑑𝑡


𝜋 0 0
4

𝜋 𝜋 𝜋 𝜋
𝑒2 1−𝑖 𝑒4 1 − 𝑖 𝑒2 1−𝑖 𝑒4 1−𝑖
= −( )−( − )= −( )− +( )
22 2 √2 2 2 2 √2 2

𝜋 𝜋
𝑒2 𝑒4
= −
2 √2

C. Integral lintasan
Misalkan C suatu lintasan yang dinyatakan dengan 𝑧(𝑡) = 𝑥(𝑡) + 𝑖 𝑦(𝑡)

dengan 𝑡 ril dan 𝑎 ≤ 𝑡 ≤ 𝑏. C disebut lintasan tertutup bila 𝑧(𝑎) = 𝑧(𝑏). Lintasan

tutup C disebut lintasan tutup sederhana bila 𝑧(𝑡1 ) ≠ 𝑧(𝑡2 ) untuk 𝑡1 ≠ 𝑡2 (lintasan

tidak berpotongan).

Integral dari fungsi kompleks 𝑓(𝑧) atas lintasan 𝐶 disebut integral lintasan

atau integral garis atau integral contour dinyatakan sebagai

∫𝑓(𝑧) 𝑑𝑧
𝐶

Bila C = lintasan tutup maka dinotasikan ∮𝐶 f(z)𝑑𝑧

Sifat integral lintasan:

1. ∫𝐶 𝑓 [𝑘 𝑓(𝑧) + 1 𝑔 (𝑧)] 𝑑𝑧 = 𝑘 ∫𝐶 𝑓 (𝑧) 𝑑𝑧 = 1 ∫𝐶 𝑓 𝑔(𝑧) 𝑑𝑧, dengan 𝑘, 1 ∈

(𝑠𝑖𝑓𝑎𝑡 𝑙𝑖𝑛𝑒𝑎𝑟)

2. ∫𝐶 𝑓(𝑧) 𝑑𝑧 = ∫𝐶 𝑓 (𝑧) 𝑑𝑧 = ∫𝐶 𝑓 (𝑧)𝑑𝑧 (𝐶 : komposisi dari 𝐶1 𝑑𝑎𝑛 𝐶2 )


1 2

𝑧 𝑧
3. ∫𝑧 1 𝑓(𝑧)𝑑𝑧 = − ∫𝑧 0 𝑓(𝑧)𝑑𝑧 (𝑧0 dan𝑧1 merupakan ujung-ujung dari lintasan
0 1

𝐶)

1. Integral Bergantung Lintasan

Misalkan lintasan C dengan 𝑧(𝑡) = 𝑥(𝑡) + 𝑖 𝑦(𝑡)(𝑎 ≤ 𝑡 ≤ 𝑏) dan 𝑓(𝑧)

fungsi tidak analitik pada domain D ( yang memuat lintasan 𝐶). Maka nilai integrase

lintasan 𝑓(𝑧) terhadap 𝐶 bergantung pada bentuk lintasan yang diambil dan dapat

dinyatakan :
𝑏
∫𝑓(𝑧) 𝑑𝑧 = ∫ 𝑓[𝑧(𝑡)]𝑧 ′ (𝑡)𝑑𝑡
𝐶 𝑎

Untuk menghitung integral lintasan diatas dilakukan cara sebagai berikut :

1. Nyatakan lintasan 𝐶 dalam 𝑧(𝑡) = 𝑥(𝑡) + 𝑖 𝑦(𝑡), 𝑎 ≤ 𝑡 ≤ 𝑏

2. Cari turunan, 𝑧 ′ (𝑡)

3. Subtitusikan 𝑧(𝑡) kedalam 𝑓(𝑧)

4. Integrasikan 𝑓(𝑧)𝑧 ′ 𝑡 terhadap 𝑡.

Berikut beberapa lintasan 𝐶 dan pengujiannya dalam 𝑧(𝑡):

a. Lingkaran

Misal diberikan lintasan 𝐶 berbentuk lingkaran satuan ( lingkran

dengan pusat (0,0) dan jari-jari 1) dan 𝑡 sebagai sudut pusat. Maka diperoleh

hubungan 𝑥 = cos 𝑡 dan 𝑦 = sin 𝑡. Oleh karena itu persamaan lintasan

𝐶, 𝑧(𝑡) = 𝑥(𝑡) + 𝑖 𝑦(𝑡) = 𝑟𝑒 𝑖 𝑡 dengan 0 ≤ 𝑡 ≤ 2𝜋.

Sedangkan lintasan 𝐶 berbentuk lingkaran dengan pusat 𝑧 = (0,0)

dan jari-jari r dapat ditentukan dengan cara sama, sehingga persamaan

dituliskan sebagai :

𝑧(𝑡) = 𝑥(𝑡) + 𝑖 𝑦(𝑡) = 𝑟𝑒 𝑖 𝑡 dengan 0 ≤ 𝑡 ≤ 2𝜋

Menggunakan trasformasi salib sumbu dan bentuk persamaan lintasan

di atas didapatkan persamaan lintasan 𝐶 berbentuk lingkaran dengan pusat 𝑧0

dan jari-jari 𝑟, yaitu: 𝑧(𝑡) = 𝑧0 + 𝑟𝑒 𝑖 𝑡 , dengan 0 ≤ 𝑡 ≤ 2𝜋

Contoh :
1
Hitung integral dari 𝑓(𝑧) = 𝑧 atas lintasan 𝐶 berbentuk lingkaran satuan

dengan arah berlawanan jarum jam.

Jawab :

 Persamaan lintasan 𝐶 ∶ 𝑧(𝑡) = 𝑒 𝑖 𝑡 dengan 0 ≤ 𝑡 ≤ 2𝜋.

 𝑧 ′ (𝑡) = 𝑖 𝑒 𝑖 𝑡
1
 𝑓(𝑧) = 𝑧 = 𝑒 −𝑖 𝑡

2𝜋 2𝜋
 ∮𝐶 f(z)𝑑𝑧 = ∫0 𝑓(𝑧)𝑧 ′ (𝑡)𝑑𝑡 = ∫0 𝑒 𝑖 𝑡 𝑖𝑒 −𝑖 𝑡 𝑑𝑡 = 2 𝜋

b. Segmen Garis

Misal lintasan 𝐶 berbentuk segmen garis dari 𝑧0 (𝑥0 , 𝑦0) ke 𝑧0 (𝑥0 , 𝑦0) .

Maka kita pilih terlebih dahulu interval parameter 𝑡, misal 0 ≤ 𝑡 ≤ 1 dan

dengan cara deduktif dapat diturunkan persamaan untuk lintasan 𝐶 yaitu :

𝑡 = 0 ↔ 𝑥(𝑡) = 𝑥0 , 𝑦(𝑡) = 𝑦0 ↔ 𝑧(𝑡) = 𝑥0 + 𝑖 𝑦0 = 𝑧0

1 𝑥0 + 3𝑥1 𝑦0 + 3𝑦1 1
𝑡= ↔ 𝑥(𝑡) = , 𝑦(𝑡) = → 𝑧(𝑡) = 𝑧0 + (𝑧1 − 𝑧0 )
4 4 4 4

…..

𝑡 = 1 → 𝑥(𝑡) = 𝑥1 , 𝑦(𝑡) = 𝑦1 → 𝑧(𝑡) = 𝑧1

Secara umum persamaan lintasan 𝐶 berbentuk segmen garis dari 𝑧0 ke 𝑧1

yaitu :

𝑧(𝑡) = 𝑧0 + 𝑡(𝑧1 − 𝑧0 ) dengan 0 ≤ 𝑡 ≤ 1

Contoh :
Hitung ∫𝐶 𝑓(𝑧) 𝑑𝑧 dengan 𝑓(𝑧) = 𝑧 zdan lintasan 𝐶 berupa segmen garis dari z =

2 − 3𝑖 ke 𝑧 = 1 + 2𝑖

Jawab :

 Persamaan lintasan 𝐶 ∶ 𝑧(𝑡) = 2 − 3𝑖 + 𝑡(−1 + 5𝑖) = 2 − 𝑡 +

𝑖(−3 + 5𝑖)𝑑𝑡 0 ≤ 𝑡 ≤ 1Turunan, 𝑧 ′ (𝑡) = −1 + 5𝑖

 𝑓(𝑧) = 𝑧̅ = 2 − 𝑡 − 𝑖(−3 + 5𝑡)


1 1 −7
 ∫𝐶 𝑓(𝑧) 𝑑𝑧 = ∫0 𝑓(𝑧)𝑧 ′ (𝑡)𝑑𝑡 = ∫0 (2 − 𝑡 + 𝑖(−3 + 5𝑖))𝑑𝑡 = + 7𝑖
2

c. Ellips

(𝑥−𝑥0 )2 (𝑦−𝑦0 )2
Misal Lintasan C berbentuk ellips : + =1 dengan arah
𝑎2 𝑏2

positif. Maka dengan cara sama seperti menentukan persamaan lintasan yang

berbentuk lingkaran, didapatkan :

𝑧(𝑡) = 𝑧0 + 𝑎 𝑐𝑜𝑠 𝑡 + 𝑖 𝑏 sin 𝑡 denga 0 ≤ 𝑡 ≤ 2𝜋 dan (𝑥0 , 𝑦𝑜 )

Contoh

Hitung ∫𝐶 𝑓(𝑧) 𝑑𝑧 dengan 𝑓(𝑧) = 𝑥 + 𝑖 𝑦 dan lintasan 𝐶 berbentuk ellips

4 𝑥 2 + 𝑦 2 = 4 dengan arah berlawanan jarum jam.

Jawab :

𝑦2
 Persaman lintasan 𝐶 : 𝑥 2 22 = 1 dengan penyajian 𝑧(𝑡) =

cos 𝑡 + 2 𝑖 sin 𝑡, 0 ≤ 𝑡 ≤ 2𝜋
 Turunan, 𝑧 ′ (𝑡) = − sin 𝑡 + 2 𝑖 cos 𝑡.

 𝑓(𝑧) = cos 𝑡 − 2 𝑖 sin 𝑡


2𝜋
 ∫𝐶 𝑓(𝑧) 𝑑𝑧 = ∫0 (cos 𝑡 − 2 𝑖 sin 𝑡 )(− sin 𝑖 + 𝑖 cos 𝑡) 𝑑𝑡 =

2𝜋 3
∫0 (2 sin 2𝑡 + 2 𝑖) 𝑑𝑡

2
−3
= ( cos 2𝑡 + 2𝑖 𝑡) = 4 𝑖
4 0

d. Kurva

Bila lintasan 𝐶 dinyatakan sebagai persamaan kurva maka kita dapat

memisalkan 𝑥(𝑡) = 𝑡. Sehingga interval parameter 𝑡 dan bentuk 𝑦(𝑡) sangat

bergantung berturut-turut terhadap nilai x dari titik dan persamaan kurva yang

diberikan. Sebagai contoh, misal lintasan 𝐶 berupa kurva dengan persamaan

𝑦 = 3𝑥 2 − 3 dari titik ( −1,0 ) ke titik ( 0, −3 ). Persamaan lintasan

: 𝑧(𝑡) = 𝑥(𝑡) + 𝑖 𝑦(𝑡) = 𝑡 + 𝑖 ( 3 𝑡 2 − 3 ) dengan −1 ≤ 𝑡 ≤ 0.

Contoh

Hitung integral dari fungsi 𝑓(𝑧) = 𝑥 𝑦 + 2 𝑖 𝑦 atas lintasan 𝐶 sepanjang

kurva 𝑦 = 3

𝑥 2 − 3 dari titik ( −1,0 ) ke titik ( 0, −3 ).

Jawab :
 Persamaan lintasan 𝐶 ∶ 𝑧(𝑡) = 𝑥(𝑡) + 𝑖 𝑦(𝑡) = 𝑡 +

𝑖 ( 3 𝑡 2 – 3 )dengan −1 ≤ 𝑡 ≤ 0

 Turunan, 𝑧 ‘ (𝑡) = 1 + 6 𝑖 𝑡

 𝑓 (𝑧) = 𝑡 (3𝑡 2 − 3) + 2 𝑖(3𝑡 2 − 3) = 3𝑡3 − 3𝑡 +

𝑖(6𝑡 2 − 6)
0
 ∫𝐶 𝑓(𝑧)𝑑𝑧 = ∫−1[3𝑡 2 − 3𝑡 + 𝑖(6𝑡 2 − 6)] (1 + 6 𝑖 𝑡 )𝑑𝑡 =

−39 32
+ 𝑖
4 5

2. Integral Bebas Lintasan

Dalam keadaan khusus integral lintasan tidak bergantung ( bebas )

terhadap lintasan artinya nilai integral lintasan akan bernilai sama walaupun

lintasannya berbeda asalkan titik-titik ujung lintasan tetap. Syarat perlu dan

cukup untuk keadaan tersebut diberikan berikut.

Domain D disebut tersambung sederhana bila setiap lintasan tutup

sederhana dalam D melingkupi titik-titik pada D. Misal 𝑓(𝑧) analitik pada

domain tersambung sederhana D. Maka terdapat fungsi analitik 𝐹(𝑧)

sehingga 𝐹’ (𝑧) = 𝑓(𝑧) untuk setiap 𝑧 ∈ 𝐷 dan nilai integral dari 𝑓(𝑧)

terhadap setiap lintasan yang menghubungkan dari titik 𝑧0 𝑘𝑒 𝑧0 dinyatakan

sebagai:
𝑧1
∫ 𝑓(𝑧)𝑑𝑧 = 𝑓(𝑧1 ) − 𝑓(𝑧0 )
𝑧0
Dari kondisi di atas dapat disimpulkan bahwa bila 𝑓(𝑧) analitik pada domain

tersambung sederhana yang memuat lintasan tutup C maka ∮𝐶 f(z)𝑑𝑧 = 0

Contoh

Hitung ∫𝐶 𝑓(𝑧) 𝑑𝑧 bila 𝑓(𝑧) = 𝑧 𝑠𝑖𝑛 𝑧 dan lintasan C berupa ruas garis yang

menghubungkan dari titik (𝜋, 3𝜋 ) ke titik ( 2𝜋, −𝜋 ).

Jawab :

Pandang bahwa 𝑓(𝑧) = 𝑧 𝑠𝑖𝑛 𝑧 merupakan fungsi entire, sehingga analitik

pada domain

tersambung sederhana yang memuat lintasan 𝐶. Oleh karena itu, integral

lintasan dari 𝑓(𝑧) tidak

bergantung ( bebas ) bentuk lintasan.

Jadi :

2−𝑖
∫𝑓(𝑧) 𝑑𝑧 = ∫ 𝑧 sin 𝑧 𝑑𝑧 = (−𝑧 cos + sin 𝑧)2−𝑖
+3 𝑖
𝐶 +3 𝑖

= (𝑖 − 2) cosh − sinh −(+3 𝑖) cosh 3

+ sinh 3

D. Pengintegralan Kompleks

Misalkan 𝐶 ∶ 𝑧(𝑡) = 𝑥(𝑡) + 𝑖𝑦(𝑡), 𝑎 ≤ 𝑡 ≤ 𝑏 adalah kurva mulus dan 𝑤 =

𝑓(𝑧) didefinisikan pada 𝐶, maka pengintegralan kompleks ∫𝐶 𝑓(𝑧)𝑑𝑧 dikontruksi

sebagai berikut:
1. Buatlah partisi ∆ pada [a,b] dengan titik pembagian 𝑎 = 𝑡0 < 𝑡1 < 𝑡3 < ⋯ <

𝑡𝑖−1 < 𝑡𝑖 < ⋯ < 𝑡𝑛 = 𝑏. Selang bagian ke-I pada partisi ∆ adalah [𝑡𝑖−1 , 𝑡2 dan

panjang partisinya adalah ‖∆‖ dengan ‖∆‖ = max ∆ . Situasi tersebut


0≤𝑡𝑡≤𝑛

diperlihatkan pada gambar berikut.

2. Kurva dibagi atas n bagian yaitu 𝑧0 𝑧1 , 𝑧1 𝑧2 , … , 𝑧𝑖−1 𝑧𝑖 , … , 𝑧𝑛−1 𝑧𝑛 denga𝑛 𝑧0 =

(𝑥(𝑎), 𝑦(𝑎)) dan 𝑧𝑛 = (𝑥(𝑏), 𝑦(𝑏))

3. Pilih 𝑐𝑖 ∈ 𝑧𝑖−1 𝑧𝑖 , 1 ≤ 𝑖 ≤ 𝑛

4. Definisikan jumlah ∑𝑛𝑖=1 𝑓(𝑐𝑖 )∆𝑧𝑖 dimana

5. Tentukan lim ∑𝑛𝑖=1 𝑓(𝑐𝑖 )∆𝑧𝑖 Jika limit ada, maka 𝑓 terintegralkan pada 𝐶
‖∆‖→0

6. Dalam kasus f terdiferensialkan pada C, integral kompleks dari f pada C

dinotasikan dengan ∫𝐶 𝑓(𝑧)𝑑𝑧 dimana ∫𝐶 𝑓(𝑧)𝑑𝑧 = lim ∑𝑛𝑖=1 𝑓(𝑐𝑖 )∆𝑧𝑖


‖∆‖→0

Contoh:

a. ∫𝐶 𝑑𝑧

b. ∫𝐶 𝑧𝑑𝑧

Penyelesaian:

a. ∫𝐶 𝑑𝑧 = lim ∑𝑛𝑖=1 𝑓(𝑐𝑖 )∆𝑧, 𝑐𝑖 ∈ 𝑧𝑖−1 𝑧𝑖


‖∆‖→0

= lim ∑ 𝑓(𝑐𝑖 ). (𝑧𝑖 − 𝑧𝑖−1 )


‖∆‖→0
𝑖=1
Misalkan 𝑓(𝑧) = 1, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑓(𝑐𝑖 ) = 1 untuk setiap 𝑐𝑖 ∈ 𝑧𝑖−1 𝑧𝑖

Jadi diperoleh

∫𝐶 𝑑𝑧 = lim ∑𝑛𝑖=1( 𝑧𝑖 − 𝑧𝑖−1 )


‖∆‖→0

= lim [ (𝑧1 − 𝑧0 ) + (𝑧2 − 𝑧1 ) + ⋯ + (𝑧𝑛−1 − 𝑧𝑛−2 ) + (𝑧𝑛 − 𝑧𝑛−1 )]


‖∆‖→0

= lim [ (𝑧𝑛 − 𝑧𝑛−1 )


‖∆‖→0

𝑧
= 𝑧𝑛 − 𝑧0 = 𝑧]𝑧0𝑛

b. ∫𝑐 𝑧𝑑𝑧 = lim ∑𝑛𝑖=1 𝑓(𝑐𝑖 )∆𝑧, 𝑐𝑖 ∈ 𝑧𝑖−1 𝑧𝑖


‖∆‖→0

= lim ∑ 𝑓(𝑐𝑖 ). (𝑧𝑖 − 𝑧𝑖−1 )


‖∆‖→0
𝑖=1

Misalkan f(z)=z, maka 𝑓(𝑐𝑖 ) = 𝑐𝑖 . Diambil 𝑐𝑖 = 𝑧𝑖−1.

Jadi, diperoleh

∫ 𝑧𝑑𝑧 = lim ∑ 𝑧𝑖−1 . (𝑧𝑖−1 𝑧𝑖)


‖∆‖→0
𝑐 𝑖=1

= lim ∑𝑛𝑖=1(𝑧𝑖−1 𝑧𝑖 − 𝑧𝑖−1 2 ) … (1)


‖∆‖→0

Diambil 𝑐𝑖 = 𝑧𝑖 , 𝑚𝑎𝑘𝑎
𝑛

∫ 𝑧𝑑𝑧 = lim ∑ 𝑧𝑖 . (𝑧𝑖 − 𝑧𝑖−1 )


‖∆‖→0
𝑐 𝑖=1

= lim ∑(𝑧𝑖 2 − 𝑧𝑖 𝑧𝑖−1 ) … (2)


‖∆‖→0
𝑖=1
Persamaan (1) + (2) diperoleh
𝑛

2 ∫ 𝑓(𝑧)𝑑𝑧 = lim ∑[(𝑧1 2 − 𝑧0 2 ) + (𝑧2 2 − 𝑧1 2 ) + ⋯ + (𝑧𝑛−1 2 − 𝑧𝑛−2 2 )


‖∆‖→0
𝑐 𝑖=1

+ (𝑧𝑛 2 − 𝑧𝑛−1 2 )]

= lim (𝑧𝑛 2 − 𝑧0 2 )
‖∆‖→0

= 𝑧𝑛 2 − 𝑧0 2

1 1 𝑧
Jadi, diperoleh bahwa ∫𝑐 𝑓(𝑧)𝑑𝑧 = 2 (𝑧𝑛 2 − 𝑧0 2 ) = 2 𝑧 2 ]𝑧0𝑛

TEOREMA (eksistensi integral kompleks) :

Jika 𝑓(𝑧) = 𝑢(𝑥, 𝑦) + 𝑖𝑣(𝑥, 𝑦), kontinyu pada setiap titik di suatu kurva

mulus C, maka integral f sepanjang C ada dan

∫ 𝑓(𝑧)𝑑𝑧 = ∫ 𝑢𝑑𝑥 − ∫ 𝑣𝑑𝑦 + 𝑖(∫ 𝑢𝑑𝑦 + ∫ 𝑣𝑑𝑥)


𝑐 𝑐 𝑐 𝑐 𝑐

Pada teorema diatas, terdapat hal yang menarik untuk disimak bahwa jika C

merupakan suatu interval pada suatu sumbu real, maka f pada C akan menjadi fungsi

dari x saja. Dengan demikian adanya integral pada fungsi x yang kontinu merupakan

kasus khusus pada teorema di atas. Dalam pengertian tersebut suatu integra kompleks

dapat dipandang sebagain perluasan dari integral real.


Penggunakan rumus pada teorema di atas akan diilustrasikan melalui contoh-

contoh, setelah disampaikan beberapa sifat dasar integral kompleks yang disajikan

dibawah ini.

SIFAT-SIFAT ∫𝑐 𝑓(𝑧)𝑑𝑧:

1. C tetap, f dipandang sebagai variable

a. Jika f kontinu dan C terbatas, maka ∫𝑐 𝑓(𝑧)𝑑𝑧 ada

b. Jika f dan g kontinu dan C terbatas, maka ∫𝑐 (𝑓 + 𝑔)𝑓(𝑧)𝑑𝑧 =

∫𝑐 𝑓(𝑧)𝑑𝑧 + ∫𝑐 𝑔(𝑧)𝑑𝑧

c. Jika 𝛼 ∈ 𝐶 dan f kontinu pada C, maka ∫𝑐 𝛼𝑓(𝑧)𝑑𝑧 = 𝛼 ∫𝑐 𝑓(𝑧)𝑑𝑧

2. Fungsi f tetap, C dipandang sebagai variable

a. ∫−𝑐 𝑓(𝑧)𝑑𝑧 = − ∫𝑐 𝑓(𝑧)𝑑𝑧

b. ∫𝑐 𝑓(𝑧)𝑑𝑧 = ∫𝑐 𝑓(𝑧)𝑑𝑧 + ∫𝑐 𝑓(𝑧)𝑑𝑧


1 +𝑐2 1 2

3. Jika f kontinu pada C, C terbatas, untuk suatu M>0 berlaku |𝑓(𝑧)| ≤ 𝑀 untuk

setiap z pada C dan |𝐶| panjang C, maka |∫𝑐 𝑓(𝑧)𝑑𝑧| ≤ 𝑀. |𝐶|

Contoh:

Hitunglah ∫𝑐 𝑧̅ 𝑑𝑧 dengan

𝐶1 : 𝑦 = 4𝑥 𝐶 − 𝑥2; 𝑥: 3 → 0, 𝑦: 3 → 4 → 0
𝐶2 : 𝑦 = 𝑥; 𝑥: 0 → 3, 𝑦: 0 → 1

𝐶3 : 𝑥 = 3; 𝑦: 1 → 3

𝐶 = 𝐶1 + 𝐶2 + 𝐶3

Penyelesaian:

∫ 𝑧̅ 𝑑𝑧 = ∫ 𝑧̅ 𝑑𝑧 + ∫ 𝑧̅ 𝑑𝑧 + ∫ 𝑧̅ 𝑑𝑧
𝐶 𝐶1 𝐶2 𝐶3

1) ∫𝐶 𝑧̅ 𝑑𝑧 = ∫𝐶 (𝑥 − 𝑖𝑦)(𝑑𝑥 + 𝑖𝑑𝑦) = ∫𝐶 𝑥 𝑑𝑥 + ∫𝐶 𝑦 𝑑𝑦 + 𝑖(∫𝐶 𝑥 𝑑𝑦 −


1 1 1 1 1

∫𝐶 𝑦 𝑑𝑥)
1

0 4 0 0 0

= ∫ 𝑥 𝑑𝑥 + (∫ 𝑦 𝑑𝑦 + ∫ 𝑦 𝑑𝑦) + 𝑖(∫ 𝑥(4 − 2𝑥) 𝑑𝑥 − ∫(4𝑥 − 𝑥 2 )𝑑𝑥)


3 3 4 3 3

1 1
= −4 2 − 4 2 + 𝑖(0 + 9)

= −9 + 9𝑖

2) ∫𝐶 𝑧̅𝑑𝑧 = ∫𝐶 𝑥̅ 𝑑𝑥 + ∫𝐶 𝑦̅𝑑𝑦 + 𝑖(∫𝐶 𝑥̅ 𝑑𝑦 − ∫𝐶 𝑦 𝑑𝑥)


2 2 2 2 2

3 3
̅̅̅̅
1 1
= 𝑦 + 𝑖(∫ 𝑥𝑑𝑦 − ∫ 𝑦𝑑𝑥)
3 3
0 0

=4½ + ½ +0
3) ∫𝐶 𝑧̅𝑑𝑧 = ∫𝐶 𝑥𝑑𝑥 + ∫𝐶 𝑦𝑑𝑦 + 𝑖(∫𝐶 𝑥𝑑𝑦 − ∫𝐶 𝑦𝑑𝑥)
3 3 3 3 3

3 3 3 3

= ∫ 𝑥𝑑𝑥 + ∫ 𝑦𝑑𝑦 + 𝑖(∫ 3𝑑𝑦 − ∫ 𝑦. 0)


3 1 1 1

= 0 + 4 + 6𝑖

= 4 + 6𝑖

Jadi, ∫𝐶 𝑧̅𝑑𝑧 = ∫𝐶 𝑧̅𝑑𝑧 + ∫𝐶 𝑧̅𝑑𝑧 + ∫𝐶 𝑧̅𝑑𝑧 = (−9 + 9𝑖) + 5 + (4 + 6𝑖) = 15𝑖


1 2 3

Contoh:

Misalkan 𝐶:|𝑧−1| = 1 dengan orientasi negative. Hitunglah ∫𝐶 𝑧̅𝑑𝑧

Penyelesaian:

a. ∫𝐶 𝑧̅𝑑𝑧 = ∫𝐶 (𝑥 − 𝑖𝑦)(𝑑𝑥 + 𝑖𝑑𝑦) = ∫𝐶 𝑥𝑑𝑥 + ∫𝐶 𝑦𝑑𝑦 + 𝑖 (∫𝐶 𝑥𝑑𝑦 + ∫𝐶 𝑦𝑑𝑥)

𝐶: |𝑧 − 1| = 1

𝐶: (𝑥 − 1)2 + 𝑦 2 = 1

𝐶: 𝐹⃗ (𝑡) = (cos 𝑡 + 1)𝑖⃗ − (sin 𝑡)𝑗⃗ , 0 ≤ 𝑡 ≤ 2𝜋


𝑥=cos 𝑡+1, 0≤𝑡≤2𝜋
{𝑦=− sin 𝑡

Diperoleh

2𝜋

∫ 𝑥𝑑𝑥 = ∫ (cos 𝑡 + 1)(− sin 𝑡 𝑑𝑡)


𝐶 0
2𝜋

= ∫ (cos 𝑡 + 1)𝑑(cos 𝑡 + 1)
0

1
= (cos 𝑡 + 1)2 ]2𝜋
0
2

=0

2𝜋

∫ 𝑦𝑑𝑦𝑢 = ∫ (− sin 𝑡)𝑑(− sin 𝑡)


𝐶 0

1
= − 𝑠𝑖𝑛2 𝑡]2𝜋
0
2

=0

2𝜋

∫ 𝑥𝑑𝑦 = ∫ (cos 𝑡 + 1)(− cos 𝑡) 𝑑𝑡


𝐶 0

2𝜋 2𝜋
1 1
= − ∫ ( + cos 𝑡)𝑑𝑡 − ∫ cos 𝑡 𝑑𝑡
2 2
0 0

= −𝜇

2𝜋

∫ 𝑦𝑑𝑥 = ∫ (− sin 𝑡)(− sin 𝑡)𝑑𝑡


𝐶 0

2𝜋
1 1
= ∫ ( − cos 𝑡)𝑑𝑡
2 2
0
=𝜋

Jadi, ∫𝐶 𝑧̅𝑑𝑧 = 0 + 0 + 𝑖(−𝜋 − (𝜋)) = −2𝜋𝑖


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam tugas ini adalah penelitian kajian

pustaka dimana peneliti berusaha mengkaji dan menganalisa suatu teorema tertentu

dan melakukan pendekatan suatu fungsi tertentu untuk membuktikan kebalikan

teorema tersebut.

B. Instrumen Penelitian

Alat utama yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian

ini adalah beberapa buku yang mengandung berbagai rumus-rumus dan teorema yang

berkaitan dengan integral dan pengintegralan kompleks.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Lokasi penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

No. Lokasi Hari, Tanggal Pukul Keterangan

1. Perpustakaan Umum Selasa, 22 09.45- Mendapatkan buku

UIN Alauddin November 2016 10.30 yang berkaitan


Makassar dengan penelitian

2. Lab C Jurusan Selasa, 22 11.00- Mendiskusikan

Matematika Fakultas November 2016 12.30 tentang data apa

Sains dan Teknologi yang akan diteliti

UIN Alauddin

Makassar

3. Lab B C Jurusan Kamis, 24 10.15- Menentukan hal-hal

Matematika Fakultas November 2016 12.30 apa saja yang akan

Sains dan Teknologi diteliti

UIN Alauddin

Makassar

4. Lab B C Jurusan Sabtu, 26 12.10- Sentuhan

Matematika Fakultas November 2016 12-45 akhir/menyusun

Sains dan Teknologi laporan penelitian

UIN Alauddin

Makassar

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah:

1. Beberapa buku, untuk mengambil data

2. Alat tulis dan buku, untuk mencatat data di lokasi


3. Flashdisk, untuk menyalin soft copy data

4. Handphone dan computer, untuk mengambil data-data atau referensi dari

internet

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis

deskriptif konklusif untuk memeberikan gambaran dan menjawab perumusan

masalah.
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Problematika Teknik Integrasi yang Memiliki Unsur Imaginer


𝜋
Hitung ∫04 𝑒 𝑖2𝑡 𝑑𝑡

Penyelesaian :

Dengan menggunakan cara dari kalkulus dasar diperoleh :


𝜋 𝜋 𝜋
4
𝑖2𝑡
1 𝑖2𝑡 1 𝑖2𝑡 1 𝑖𝜋 1
∫ 𝑒 𝑑𝑡 = 𝑒 | 4 = − 𝑒 | 4 = − 𝑒 2 +
0 2𝑖 0 2 0 2 2

Namun, penyelesaian di atas tidak tepat karena tidak mengerti makna soal

yang sesungguhnya. Soal di atas mengandung bilangan imaginer sehingga dalam

menyelesaikannya harus mengarah pada bentuk bilangan kompleks. Penyelesaian

integral di atas dapat diseleikan dengan metode integral substitusi dan mengarahkan

hasil dari teknik integral ke dalam formula Euler’s untuk memperoleh hasil yang

sebenarnya. Langkah-langkah penyelesaian yang tepat adalah :

1. Integralkan fungsi

Dengan menggunakan cara dari kalkulus dasar diperoleh :


𝜋 𝜋 𝜋
4 1 𝑖2𝑡 1 1 𝑖𝜋 1
∫ 𝑒 𝑖2𝑡 𝑑𝑡 = 𝑒 | 4 = − 𝑒 𝑖2𝑡 | 4 = − 𝑒 2 +
0 2𝑖 0 2 0 2 2
2. Gunakan formula Euler’s untuk memperoleh bilangan kompleks dari hasil

pengintegralan sebelumnya.

Menggunakan formula Euler’s diperoleh :

𝑖𝜋 𝜋 𝜋
𝑒 2 = cos ( ) + 𝑖 𝑠𝑖𝑛 ( ) = 𝑖
2 2

3. Substitusikan hasil yang diperoleh dari formula Euler’s ke dalam persamaan hasil

penginegralan sebelumnya.

Jadi, diperoleh :
𝜋
4 𝑖 𝑖 1+𝑖
∫ 𝑒 𝑖2𝑡 𝑑𝑡 = − (𝑖) + =
0 2 2 2

B. Mengaplikasian Teorema Eksistensi Integral Kompleks dalam Menentukan Luas

Daerah Menggunakan Integral.

Contoh :

Hitunglah ∫𝑐 𝑧̅ 𝑑𝑧 dengan

𝐶1 : 𝑦 = 4𝑥 𝐶 − 𝑥2; 𝑥: 3 → 0, 𝑦: 3 → 4 → 0

𝐶2 : 𝑦 = 𝑥; 𝑥: 0 → 3, 𝑦: 0 → 1

𝐶3 : 𝑥 = 3; 𝑦: 1 → 3

𝐶 = 𝐶1 + 𝐶2 + 𝐶3

Dalam menyelesaikan bentuk integral di atas, tidak dapat dilakukan dengan

mensubstitusi langsung batas yang diketahui karena batas yang diketahui berbeda-

beda. Untuk menyelesaikan model integral ini maka harus dengan menggolongkan
setiap bagian atau dalam bilangan kompleks menggolongkan bilangan yang termasuk

real dan bilangan yang termasuk imaginer dengan menggunakan teorema eksistensi

bilangan kompleks yaitu

∫ 𝑓(𝑧)𝑑𝑧 = ∫ 𝑢𝑑𝑥 − ∫ 𝑣𝑑𝑦 + 𝑖(∫ 𝑢𝑑𝑦 + ∫ 𝑣𝑑𝑥)


𝑐 𝑐 𝑐 𝑐 𝑐

Setelah itu, substitusi setiap batas yang diketahui ke dalam teorema di atas

untuk menghasilkan luas setiap daerah bipartisi. Setelah luas setiap daerah dipartisi

diketahui, maka jumlahkan luas setiap daerah tersebut untuk menghaliskan luas total

dari daerah yang ditentukan.

Atau secara aljabar, penyelesaiannya dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

∫ 𝑧̅ 𝑑𝑧 = ∫ 𝑧̅ 𝑑𝑧 + ∫ 𝑧̅ 𝑑𝑧 + ∫ 𝑧̅ 𝑑𝑧
𝐶 𝐶1 𝐶2 𝐶3

1. ∫𝐶 𝑧̅ 𝑑𝑧 = ∫𝐶 (𝑥 − 𝑖𝑦)(𝑑𝑥 + 𝑖𝑑𝑦) = ∫𝐶 𝑥 𝑑𝑥 + ∫𝐶 𝑦 𝑑𝑦 + 𝑖(∫𝐶 𝑥 𝑑𝑦 −


1 1 1 1 1

∫𝐶 𝑦 𝑑𝑥)
1

0 4 0 0 0

= ∫ 𝑥 𝑑𝑥 + (∫ 𝑦 𝑑𝑦 + ∫ 𝑦 𝑑𝑦) + 𝑖(∫ 𝑥(4 − 2𝑥) 𝑑𝑥 − ∫(4𝑥 − 𝑥 2 )𝑑𝑥)


3 3 4 3 3

1 1
= −4 2 − 4 2 + 𝑖(0 + 9)

= −9 + 9𝑖
2. ∫𝐶 𝑧̅𝑑𝑧 = ∫𝐶 𝑥̅ 𝑑𝑥 + ∫𝐶 𝑦̅𝑑𝑦 + 𝑖(∫𝐶 𝑥̅ 𝑑𝑦 − ∫𝐶 𝑦 𝑑𝑥)
2 2 2 2 2

3 3
̅̅̅̅
1 1
= 𝑦 + 𝑖(∫ 𝑥𝑑𝑦 − ∫ 𝑦𝑑𝑥)
3 3
0 0

=4½ + ½ +0

3. ∫𝐶 𝑧̅𝑑𝑧 = ∫𝐶 𝑥𝑑𝑥 + ∫𝐶 𝑦𝑑𝑦 + 𝑖(∫𝐶 𝑥𝑑𝑦 − ∫𝐶 𝑦𝑑𝑥)


3 3 3 3 3

3 3 3 3

= ∫ 𝑥𝑑𝑥 + ∫ 𝑦𝑑𝑦 + 𝑖(∫ 3𝑑𝑦 − ∫ 𝑦. 0)


3 1 1 1

= 0 + 4 + 6𝑖

= 4 + 6𝑖

Jadi, ∫𝐶 𝑧̅𝑑𝑧 = ∫𝐶 𝑧̅𝑑𝑧 + ∫𝐶 𝑧̅𝑑𝑧 + ∫𝐶 𝑧̅𝑑𝑧 = (−9 + 9𝑖) + 5 + (4 + 6𝑖) = 15𝑖


1 2 3
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Langkah-langkah penyelesaian problematika integral yang mengandung

unsur imaginer adalah :

a. Integralkan fungsi

b. Gunakan formula Euler’s untuk memperoleh bilangan kompleks dari hasil

pengintegralan sebelumnya.

c. Substitusikan hasil yang diperoleh dari formula Euler’s ke dalam

persamaan hasil penginegralan sebelumnya.

2. Cara mengaplikasian teorema eksistensi bilangan kompleks dalam

menentukan luas suatu daerah menggunakan integral adalah :

a. Menggolongkan setiap bagian atau dalam bilangan kompleks

menggolongkan bilangan yang termasuk real dan bilangan yang termasuk

imaginer

b. Hitung integral dari fungsi yang diketahui menggunakan teorema

eksistensi bilangan kompleks yaitu

∫ 𝑓(𝑧)𝑑𝑧 = ∫ 𝑢𝑑𝑥 − ∫ 𝑣𝑑𝑦 + 𝑖(∫ 𝑢𝑑𝑦 + ∫ 𝑣𝑑𝑥)


𝑐 𝑐 𝑐 𝑐 𝑐
c. Substitusi setiap batas yang diketahui ke dalam teorema di atas untuk

menghasilkan luas setiap daerah bipartisi.

d. Jumlahkan luas setiap daerah bipartisi untuk menghaliskan luas total dari

daerah yang ditentukan.

B. Saran

Langkah pertama dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan integral

adalah memahami maksud dan makna dari permasalahan tersebut dan menganalisa

teknik yang sesuai yang dapat digunaikan untuk menyelsaikan permasalah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Hasugian, M. Jimmy san Agus Prijono. 2006. Menguasai Analisis Kompleks dalam

Matematika Teknik. Bandung : Rekayasa Sains.

McMahon, David. 2006. Complex Variables Demystified. McGraw Hill.

Mutaqin, Anwar. Bilangan Kompleks. http://bilangan-kompleks11(1).pdf.

Purwanto, Heri, dkk. Kalkulus. Jakarta : PT. ERCONTARA RAJAWALI

Suprijanto, H. Sigit, dkk. Matematika SMA Kelas XI. Jakarta : Yudhistira.

Anda mungkin juga menyukai