Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

LOGIKA MATEMATIKA

----------------------------------------------
--------------------------------------------
---------------------------------

Disusun Oleh :
Agus Ahmad Durri
(14121510609)

Fakultas / Jurusan : Tarbiyah / Tadris Matematika


Kelas / Semester : C / 2 (dua)

IAIN SYEKH NURJATI CIREBON


Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon - Jawa Barat 45132
Telp : (0231) 481264 Faxs : (0231) 489926
2013
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah ‘Azza wa jalla yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah serta Inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul
“Logika Matematika”.

Shalawat serta salam, senantiasa penulis curahkan kepada baginda Rasul


yakni Nabi Besar Muhammad Saw dan keluarganya, sahabatnya, sampai pada
umatnya akriruzaman. Semoga Allah ‘Azza wa jalla menjadikan makalah ini sebagai
wasilah untuk penulis dan para pembaca dalam meraih syafaatul ‘uzma Rasulullah
SAW.

Makalah ini Insya Allah tersusun dengan sistematis berisikan tentang logika
matematika, dengan pembahasannya mengenai konjungsi, disjungsi, implikasi dan
biimplikasi. Ucapan terima kasih yang mendalam penulis haturkan kepada rekan-
rekan dan semua pihak yang telah memberikan masukan yang bermanfaat sehingga
makalah kami ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya

Dengan segala kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan kritik dan


sarannya yang bersifat membangun, agar penulis dapat menyusun makalah lebih
baik lagi, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekhilafan di dalam
makalah ini, karena kesempurnaan sesungguhnya hanya datangnya dari Allah SWT.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya

Cirebon, Mei 2013

2
Agus Ahmad Durri
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL / COVER ...................................................................... 1


KATA PENGANTAR .................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................. 3
DAFTAR TABEL.......................................................................................... 4

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 5


A. Latar Belakang................................................................................... 5
B. Tujuan Penulisan ............................................................................... 6
C. Manfaat Penlisan ............................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 7


A. Oprasi Negasi .................................................................................... 7
B. Konjungsi .......................................................................................... 7
C. Disjungsi ............................................................................................ 8
D. Implikasi ............................................................................................. 9
E. Biimplikasi .......................................................................................... 12
F. Konvers, Invers dan Kontraposisi ...................................................... 13
G. Bilangan Berkuantor .......................................................................... 14
H. Penarikan Kesimpulan ....................................................................... 16
1. Modus Ponens .............................................................................. 17
2. Modus Tollens ............................................................................... 17
3. Silogisme ....................................................................................... 18
I. Hubungan Antara Logika dan Himpunan ........................................... 19

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 20


A. Kesimpulan ........................................................................................ 20
B. Saran ................................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA ............................................................. ...................... 22

3
DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Tabel kebenaran oprasi negasi ................................................. 7


Tabel 2 : Tabel kebenaran konjungsi ....................................................... 7
Tabel 3 : Tabel kebenaran disjungsi......................................................... 8
Tabel 4 : Tabel kebenaran implikasi ......................................................... 10
Tabel 5 : Tabel kebenaran tautologi ......................................................... 11
Tabel 6 : Tabel kebenaran kontradiksi ..................................................... 11
Tabel 7 : Tabel kebenaran implikasi logis ................................................ 12
Tabel 8 : Tabel kebenaran biimplikasi ...................................................... 12
Tabel 9 : Tabel kebenaran biimplikasi logis .............................................. 13
Tabel 10 : Tabel kebenaran modus ponens ............................................... 17
Tabel 11 : Tabel kebenaran modus tollens ................................................ 18
Tabel 12 : Tabel kebenaran silogisme........................................................ 18

4
BAB I
PENDAHULUAN

5
A. Latar Belakang

Di zaman yang modern ini berbagai kajian ilmu matematika telah


berkembang pesat. Bukan hanya sebatas hitung menghitung menggunakan
skala statistik, nilai, angka-angka real, kalkulus dan peluang. Akan tetapi,
perkembangan ilmu matematika juga terjadi didasarkan pada penalaran –
penalaran yang logis atas sistem matematis. Penalaran yang dilakukan oleh
para ahli matematika diperoleh atas realita kehidupan yang nyata yang
dirasakan oleh manusia. Perkembangan dan aplikasi dan bagian matematika ini
sangat dirasakan oleh manusia di berbagai kehidupan. Penalaran inilah dalam
bahasa matematika sering disebut logika.

Theresia Tirta Saputro (1992:3) berpendapat bahwa logika merupakan


suatu aktivitas manusia yang berkaitan dengan penggunaan akal dan pikiran
sehingga menghasilkan suatu penalaran dengan kebenaran – kebenaran yang
dapat dibuktikan secara matematis. Meskipun tanpa perhitungan melalui angka-
angka atau dengan statistik, tetapi dapat diuji dan masuk akal akan
kebenarannya. Logika sebagai suatu metode atau teknik yang digunakan untuk
meneliti ketepatan penalaran.

Pada abad ke-18 Masehi, G.W.Leibniz. ahli matematika berkebangsaan


Jerman, pertama kali mempelajari logika simbolik. Ahli matematika yang lainnya
yang berjasa dalam pengembangan logika simbolik adalah George Boole,
Leonard Euler, dan Bertrand Russel (Sartono Wirodikromo dkk, 1999:5).

Secara etimologis, logika berasal dari kata Yunani “logos” yang berarti
kata, ucapan, pikiran secara utuh, atau bias juga berarati ilmu pengetahuan.
Dalam arti luas, logika adalah sebuah metode dan prinsip-prinsip yang dapat
memisahkan secara tegas antara pealaran yang benar dengan penalaran yang
salah (Kusumah, 1986:1). Proses berpikir yang terjadi disaat menurunkan atau
menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang diketahui benar atau
dianggap benar itu biasanya disebut dengan penalaran.

Hal ini merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah bahwa
logika, penalaran dan argumentasi sangat sering digunakan dalam kehidupan

6
nyata sehari-hari. Merupakan matakuliah penting terutama bagi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam seperti Ilmu Komputer. Topik ini sangat
penting karena dapat meningkatkan daya nalar mahasiswa dan dapat
diaplikasikan di dalam kehidupan nyata dan pada saat mempelajari matakuliah
lainnya.

Oleh karena itu, kompetensi yang hendak dicapai adalah agar para
mahasiswa memiliki kemampuan dan keterampilan dalam hal mengembangkan
dan memanfaatkan logika yang dimiliki serta menambah pengetahuan tentang
mata kuliah Logika Matematika.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan beberapa


masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud konjungsi, disjungsi, implikasi dan biimplikasi?
2. Bagaimanakah invers, konvers, dan kontraposisi itu?
3. Apa itu bilangan berkuantor?
4. Bagaimana penarikan kesimpulan terakhirnya?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka adapun tujuan penulis dalam


merumuskan masalah tersebut, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui konjungsi, disjungsi, implikasi dan biimplikasi
2. Untuk mengetahui invers, konvers, dan kontroposisi dalam logika matematika.
3. Untuk mengetahui apa itu bilangan berkuantor.
4. Untuk mengetahui penarikan kesimpulan dalam logika matematika.

7
BAB II
PEMBAHASAN

A. Operasi Negasi
Operasi negasi atau ingkaran adalah operasi yang dikenakan hanya pada
sebuah pernyataan. Operasi negasi dilambangkan “~”. Jika p adalah pernyataan
tunggal, maka ~p adalah pernyataan majemuk.1 Negasi dari suatu pernyataan
yang bernilai benar adalah salah dan negasi dari suatu pernyataan yang bernilai
salah adalah benar.
Definisi: Suatu pernyataan dan negasinya mempunyai nilai kebenaran yang
berlawanan.
Definisi diatas dapat ditulis dalam tabel kebenaran sbb:
Tabel 1
𝑝 ~𝑞
B S
S B

Contoh:
p : Jakarta ibukota negara Republik Indonesia
~ p : Jakarta bukan ibukota negara Republik Indonesia

B. Konjungsi
Konjungsi adalah pernyataan baru yang dinyatakan dari dua pernyataan
dengan kata hubung “dan”. Kalau tersebut dinotasikan dengan "" . Dua
pernyataan 𝒑 dan 𝒒 yang dinyatakan dalam bentuk 𝒑 ∧ 𝒒 disebut konjungsi dan
dibaca 𝒑 dan 𝒒. Suatu pernyataan yang apabila kedua-duanya memenuhi
permintaan benar (B) maka jawabannya benar. Jika tidak demikian maka salah.
Nilai kebenaran konjungsi disajikan dengan tabel kebenaran dibawah ini.
Tabel 2
𝑝 𝑞 𝑝∧𝑞
B B B
B S S
S B S

1
Budiono. 1997. Matematika untuk SMU Kelas 1. Jakarta: Dian Ilmu, hal. 56

8
S S S
Contoh :
1) ~𝑝 ∧ 𝑞
𝑝 𝑞 ∼𝑝 ~𝑝 ∧ 𝑞
B B S S
B S S S
S B B B
S S B S

2) 𝑝 : Dana lahir di Madura


𝑞 : Dana Kuliah di Malang
𝑝 ∧𝑞 : Dana lahir di Madura dan Kuliah di Malang

C. Disjungsi
Apabila terdapat dua pernyataan, dapat dibentuk sebuah pernyataan baru
dengan kata penghubung “atau” yang dinotasikan “∨”. Dua pernyataan 𝑝 dan 𝑞
yang dinyatakan dalam bentuk 𝑝 ∨ 𝑞 disebut disjungsi dan dibaca 𝑝 atau 𝑞.
Sesuatu pernyataan apabila salah satunya benar, maka pernyataan disjungsi
benar, jika tidak demikian bernilai salah.
Nilai kebenaran disjungsi disajikan dengan tabel kebenaran dibawah ini.
Tabel 3
𝑝 𝑞 𝑝∨𝑞
B B B
B S B
S B B
S S S

Contoh :
1) ∼ 𝑝 ∨∼ 𝑞
𝑝 𝑞 ∼𝑝 ∼𝑞 ∼ 𝑝 ∨∼ 𝑞
B B S S S
B S S B B
S B B S B

9
S S B B B
2) 𝑝 ∶ Zahro membeli baju
𝑞 ∶ Zahro membeli tas
𝑝 ∨ 𝑞 ∶ Zahro membeli baju atau tas

3) Diketahui : p : Siswa MA Nurul Huda memenangkan piala olimpiade


matematika
q : Siswa MA Nurul Huda menjadi juara
Ditanya : Buatlah tabel kebenarannya
Penyelesaian
p : Siswa MA Nurul Huda memenangkan piala olimpiade matematika
q : Siswa MA Nurul Huda menjadi juara
p ∨ q : Siswa MA Nurul Huda memenangkan piala olimpiade matematika
atau menjadi juara
Tabel kebenarannya adalah :

p q p∨q
Siswa MA Nurul Huda Siswa MA Nurul Siswa MA Nurul Huda meme-
memenangkan piala Huda menjadi nangkan piala olimpiade mate-
olimpiade matematika (B) juara (B) matika atau menjadi juara (B)
Siswa MA Nurul Huda Siswa MA Nurul Siswa MA Nurul Huda
memenangkan piala Huda tidak memenangkan piala olimpiade
olimpiade matematika (B) menjadi juara matematika (B)
(S)
Siswa MA Nurul Huda Siswa MA Nurul Siswa MA Nurul Huda menjadi
tidak memenangkan piala Huda menjadi juara (B)
olimpiade matematika (S) juara (B)
Siswa MA Nurul Huda Siswa MA Nurul Tidak mendapat juara (S)
tidak memenangkan piala Huda tidak
olimpiade matematika (S) menjadi juara
(S)

D. Implikasi

10
Suatu pernyataan kebenaran dari p dan q dalam bentuk implikasi dinyatakan
dengan pernyataan baru yaitu “Jika p maka q”. Hal ini dinotasikan dengan “p 
q” atau 𝑝 ⇒ 𝑞. Sebuah pernyataan implikasi hanya salah jika antesedennya
benar konsekwennya salah, dalam kemungkinan lainnya implikasi bernilai benar
atau yang lebih mudah dipahami suatu pernyataan apabila p benar, q salah
bernilai salah. Bila tidak demikian bernilai benar. Jadi pernyataan p ⇒ q terjadi
pernyataan salah, hanya karena p benar, q salah.

Nilai kebenaran implikasi disajikan dengan tabel kebenaran dibawah ini.


Tabel 4
𝑝 𝑞 𝑝⇒𝑞
B B B
B S S
S B B
S S B

Contoh :
1) 𝑝 ⇒ (𝑝 ∧ 𝑞)
𝑝 𝑞 𝑝∧𝑞 𝑝 ⇒ (𝑝 ∧ 𝑞)
B B B B
B S S S
S B S B
S S S B

2) 𝑝 : Lisa memilih jurusan IPA


𝑞 : Nilai rata-rata dibidang studi MIPA sekurang-kurangnya 8
𝑝 ⇒ 𝑞 : Lisa memilih jurusan IPA maka nilai rata-rata bidang studi MIPA
sekurang- kurangnya 8

Dalam implikasi terdapat implikasi logis sebagai salah satu bentuk


ekuivalensi logis dalam logika matematika. Dibawah ini akan diuraikan mengenai
implikasi logis, namun terlebih dahulu akan diuraikan bentuk-bentuk pernyataan
logika matematika yaitu tautologi dan kontradiksi.
a. Tautologi

11
Tautologi adalah suatu pernyataan yang selalu bernilai benar untuk nilai
suatu kebenaran atau sebuah pernyataan majemuk yang benar dalam segala
hal, tanpa memandang nilai kebenaran dari komponen-komponennya.2
Untuk menentukan atau membuktikan apakah suatu pernyataan
merupakan tautologi. Kita dapat menggunakan tabel kebenaran berikut ini :

Tabel 5
p q p  q (p  q)⇒q
B B B B
B S S B
S B S B
S S S B

Pada kolom terakhir terdapat ( p  q ) ⇒ q yaitu notasi tautologi yang


terbentuk dari pernyataan “jika ( p dan q ) maka q”. Yang nilai kebenarannya
selalu benar untuk semua komponen – komponennya.
b. Kontradiksi
Kontradiksi adalah suatu pernyataan yang selalu bernilai salah untuk
setiap nilai kebenaran atau suatu bentuk pernyataan yang hanya mempunyai
contoh substitusi yang salah.3 Dalam sebuah pernyataan majemuk yang
salah dalam segala hal tanpa memandang nilai kebenaran dari komponen-
komponennya.
Hal ini merupakan kebalikan dari tautologi yang tersusun dari komponen
“p dan negari q” ( p  ~ q), sebagaimana tabel berikut ini:
Tabel 6
p q ~q p  ~q q  (p  ~q)
B B S S S
B S B B S
S B S S S
S S B S S

12
Kolom terakhir tampak jelas, bahwa semua komponen bernilai salah.
Oleh karena itu q  ( p  ~ q ) adalah suatu kontradiksi.
c. Implikasi logis
Implikasi logis adalah sutau implikasi yang mempunyai nilai logika selalu
benar untuk nilai kebenaran dari komponennya. 4 Dengan kata lain, implikasi
logis adalah implikasi yang merupakan tautologi yang dilambangkan dengan
“⇒”
Contoh :
Dengan tabel kebenaran, tunjukan bahwa ( p  q ) ⇒ ( p ∨ q ) merupakan
suatu implikasi logis.
Penyelesaian :
Tabel 7
p q p  q pVq (p  q ) ⇒ (p V q )
B B B B B
B S S B B
S B S B B
S S S S B

Pada kolom kel enam tabel di atas, tampak bahwa nilai logika ( p  q )
⇒ ( p ∨ q ) selalu benar. Hal ini yang dinamakan implikasi logis.

E. Biimplikasi
Suatu pernyataan majemuk yang terbentuk “ .... jika dan hanya jika ....”
dinamakan diimplikasi yang dinyatakan dengan notasi “p  q” atau “𝑝 ⇔ 𝑞”
(dibaca : p jika dan hanya jika q ) artinya menurut Theresia Tirta Saputro
(1992:35) memberikan kesimpulan bahwa sebuah pernyataan biimplikasi
bernilai benar jika komponen-koponennya mempunyai nilai kebenaran sama,
dan jika komponen-koponennya mempunyai nilai kebenaran tidak sama maka
biimplikasi bernilai salah. Biimplikasi memiliki niliai kebenaran yang sama
dengan bentuk singkat dari ( p ⇒ q )  ( p ⇒ q ).
Nilai kebenaran biimplikasi disajikan dengan tabel kebenaran dibawah ini.
Tabel 8

4
Ibid., hal.27

13
𝑝 𝑞 𝑝⇔𝑞
B B B
B S S
S B S
S S B
Untuk menentukan kebenaran nilai biimplikasi dapat digunakan table
kebenaran dengan meninjau 𝑝 ⇔ 𝑞 ≡ (𝑝 ⇒ 𝑞) ∧ (𝑞 ⇒ 𝑝).
𝑝 𝑞 𝑝⟺𝑞 𝑝⇒𝑞 𝑞⇒𝑝 (𝑝 ⇒ 𝑞) ∨ (𝑞 ⇒ 𝑝)
B B B B B B
B S S S B S
S B S B S S
S S B B B B
Contoh :
1) 𝑝 ⇔ (𝑝 ∧ 𝑞)
𝑝 𝑞 𝑝∧𝑞 𝑝 ⇔ (𝑝 ∧ 𝑞)
B B B B
B S S S
S B S S
S S S B

2) 𝑝 : 3 bilangan prima
𝑞 : 3 hanya mempunyai dua faktor pembagi
𝑝 ⟺ 𝑞 : 3 bilangan prima jika dan hanya jika 3 hanya mempunyai dua faktor
pembagi

Mengenai biimplikasi logis, tidak jauh dari implikasi logis yang merupakan
tautologi yaitu suatu nilai logika yang selalu benar. Diimplikasi logis
dilambangkan “”. Berikut ini tabel kebenarannya, yaitu biimplikasi logis ( p ⇒ ~
q )  ( q ⇒ ~ p ).
Tabel 9
p q ~p ~q p ⇒~q q ⇒~p (p ⇒ ~ q)  (q ⇒ ~ p)

14
B B S S S S B
B S S B B B B
S B B S B B B
S S B B B B B

F. Konvers, Invers dan Kontraposisi


1. Jika suatu bentuk implikasi p  q diubah menjadi q  p disebut konvers
Implikasi :
Jika x2 bilangan asli, maka x adalah bilangan asli
Konvers :
Jika x adalah bilangan asli, maka x2 bilangan asli
2. Jika suatu bentuk implikasi p  q diubah menjadi ~ p  ~ q disebut invers
Implikasi :
Jika fungsinya linier, maka grafiknya garis lurus.
Invers :
Jika fungsinya bukan linier, maka grafinya bukan garis lurus.
3. Jika suatu bentuk implikasi p  q diubah menjadi ~ q  ~ p disebut
kontraposisi
Implikasi :
Jika harga naik, maka permintaan turun.
Invers :
Jika permintaan tidak turun, maka harga tidak naik.

Pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan dalam bentuk Skema konvers,


invers dan kontraposisi sebagai berikut:

pq konvers qp

invers kontraposisi invers

~p  ~q konvers ~q  ~p

Contoh:

15
Carilah konvers, invers dan kontraposisi dari pernyataan: “ Jika binatang itu
bertubuh besar maka binatang itu disebut gajah”.
Konvers : Jika binatang itu disebut gajah maka binatang itu bertubuh besar
Invers : Jika binatanag itu tidak bertubuh besar maka binatang itu bukan
gajah
Kontraposisi : Jika binatang itu bukan gajah maka binatang itu tidak bertubuh
besar

Pernyataan bikondisional bernilai benar hanya jika komponen-komponennya


bernilai sama.
Contoh:
Jika p : 2 bilangan genap (B)
q : 3 bilangan ganjil (B)
maka p ⇔ q : 2 bilangan genap jhj 3 bilangan ganjil (B)

G. Bilangan Berkuantor
1. Pernyataan Berkuantor
Kuantor adalah suatu ucapan yang apabila dibubuhkan pada suatu
kalimat terbuka akan mengubah kalimat terbuka tersebut menjadi suatu
kalimat tertutup atau pernyataan.
Contoh pernyataan berkuantor:
 Semua manusia fana Semua mahasiswa mempunyai kartu mahasiswa
 Ada bunga mawar yang berwarna merah
 Tidak ada manusia yang tingginya 3 meter.

Suatu fungsi pernyataan adalah suatu kalimat terbuka di dalam semesta


pembicaraan (semesta pembicaraan diberikan secara eksplisit atau implisit). 5
Fungsi pernyataan merupakan suatu kalimat terbuka yang ditulis sebagai p(x)
yang bersifat bahwa p(a) bernilai benar atau salah (tidak keduanya) untuk
setiap a (a adalah anggota dari semesta pembicaraan). Ingat bahwa p(a)
suatu pernyataan.
Untuk memberikan notasi pada pernyataan berkuantor maka harus dibuat
fungsi proposisinya terlebih dahulu, misalnya untuk pernyataan “Semua

5
Budiono, op.cit, hal. 82

16
manusia fana” maka kita buat fungsi proposisi untuk manusia M(x) dan fana
F(x), sehingga notasi dari semua manusia fana adalah  x, M(x)  F(x).
2. Kuantor Umum (Kuantor Universal)
Simbol  yang dibaca “untuk semua” atau “untuk setiap” disebut kuantor
umum. Jika p(x) adalah fungsi proposisi pada suatu himpunan A (himpunan A
adalah semesta pembicaraannya) maka (x  A) p(x) atau x, p(x) atau x
p(x) adalah suatu pernyataan yang dapat dibaca sebagai “untuk setiap x
elemen A, p(x) merupakan pernyataan “untuk semua x, berlaku p(x)”.
3. Kuantor Khusus (Kuantor Eksistensial)
Simbol   dibaca “ada” atau “untuk beberapa” atau “untuk paling sedikit
satu” disebut kuantor khusus. Jika p(x) adalah fungsi pernyataan pada
himpunana tertentu A (himpunana A adalah semesta pembicaraan) maka (x
 A) p(x) atau x! p(x) atau x p(x) adalah suatu pernyataan yang dibaca
“Ada x elemen A, sedemikian hingga p(x) merupakan pernyataan” atau “Untuk
beberapa x, p(x)”. ada yang menggunakan simbol ! Untuk menyatakan “Ada
hanya satu”.
4. Negasi Suatu Pernyatan yang Mengandung Kuantor
Negasi pernyataan berkuantor adalah lawan/ kebalikan dari pernyataan
berkuantor tersebut.
Contoh:
Negasi dari pernyataan: “ Semua mahasiswa tidak mengerjakan tugas “
adalah “Ada mahasiswa yang mengerjakan tugas”
Jika p(x) adalah manusia tidak kekal atau x tidak kekal, maka “Semua
manusia adalah tidak kekal” atau x p(x) bernilai benar, dan “Beberapa
manusia kekal” atau x ~ p(x) bernilai salah. Pernyataan di atas dapat
dituliskan dengan simbol : ~ [x p(x)]  x ~ p(x)
5. Fungsi Pernyataan yang Mengandung Lebih dari Satu Variabel
Didefinisikan himpunan A1, A2, A3, . . ., An, suatu fungsi pernyataan yang
mengandung variabel pada himpunan A1 x A2 x A3 x . . . x An merupakan
kalimat terbuka p(x1, x2, x3, . . ., xn) yang mempunyai sifat p(a1, a2, a3, . . .,
an) bernilai benar atau salah (tidak keduanya) untuk (a1, a2, a3, . . ., an)
anggota semesta A1 x A2 x A3 x . . . x An.

H. Penarikan Kesimpulan

17
Penarikan kesimpulan suatu argumen dimulai dari ditentukannya himpunan
pernyataan tunggal yang saling berelasi dan telah diketahui kebenarannya ,
kemudian dapat diturunkan suatu pernyataan tunggal atau pernyataan majemuk.
Pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan
disebut premis, sehingga suatu premis dapat berupa aksioma, hipotesa, definisi
atau pernyataan yang sudah dibuktikan sebelumnya. Sedang yang dimaksud
dengan argumen adalah kumpulan kalimat yang terdiri atas satu atau lebih
premis yang mengandung bukti-bukti (evidence) dan suatu (satu) konklusi.
Konklusi ini selayaknya (supposed to) diturunkan dari premis-premis.
Himpunan pernyataan tunggal atau pernyataan majemuk yang ditentukan
(diketahui) disebut premis. Pernyataan tunggal atau pernyataan majemuk yang
diturunkan dari premis-premis disebut kesimpulan (konklusi). Kumpulan satu
atau lebih premis yang sudah dibuktikan kebenarannya dan satu konklusi yang
diturunkan dari premis-premisnya disebut argumen.6
Suatu argumen dikatakan sah (valid) jika dapat dibuktikan bahwa argumen
itu merupakan suatu tautologi untuk semua nilai kebenaran premis-premisnya.
Metode yang sederhana untuk membuktikan suatu argument sah (valid) adalah
dengan bantuan tabel kebenaran.
Pola penarikan kesimpulan disajikan dengan bentuk.
Premis (1) 𝑃1
Premis (2) 𝑃2
Premis (3) 𝑃3
………… …
Premis (n) 𝑃𝑛
Konklusi ∴𝑘
Berberapa pola penarikan kesimpulan yang sah, yaitu :
1. MODUS PONENS
Modus ponens adalah argumentasi yang berbentuk {(𝑝 ⇒ 𝑞) ∧ 𝑝} → 𝑞
atau dituliskan :
𝑃𝑟𝑒𝑚𝑖𝑠 1 ∶ 𝑝 ⇒ 𝑞 (suatu pernyataan yang benar)
𝑃𝑟𝑒𝑚𝑖𝑠 2 ∶ 𝑝 (suatu pernyataan yang benar)
𝐾𝑜𝑛𝑘𝑙𝑢𝑠𝑖 ∶ 𝑞 (suatu pernyataan yang benar)

6
Kusumah, Y.S. 1986. Logika Matematika Elementer. Bandung: Tarsito, hal.141

18
Dapat ditunjukkan dengan tabel kebenaran bahwa modus ponens
merupakan argumentasi yang sah yaitu :
Tabel 10
𝑝 𝑞 𝑝→𝑞 (𝑝 → 𝑞) ∧ 𝑝 {(𝑝 → 𝑞) ∧ 𝑝} → 𝑞
B B B B B
B S S S B
S B B S B
S S B S B

Contoh :
Tunjukkan bahwa persamaan kuadrat 𝑥 2 − 14𝑥 + 49 = 0 mempunyai dua
akar real yang sama.
𝑃𝑟𝑒𝑚𝑖𝑠 1 ∶ Jika diskriminan persamaan 𝑥 2 − 14𝑥 + 49 = 0 sama dengan
nol, maka persamaan tersebut mempunyai dua akar real yang sama (𝑥1 = 𝑥2 )
𝑃𝑟𝑒𝑚𝑖𝑠 2 ∶ 𝐷 = (−14)2 − 4,49 = 0
𝐾𝑜𝑛𝑘𝑙𝑢𝑠𝑖 ∶ Persamaan 𝑥 2 − 14𝑥 + 49 = 0 mempunyai dua akar real yang
sama.
2. MODUS TOLLENS
Modus tollens adalah argumentasi yang berbentuk {(𝑝 ⇒ 𝑞) ∧∼ 𝑞} →∼ 𝑝
atau dituliskan:
𝑃𝑟𝑒𝑚𝑖𝑠 1 ∶ 𝑝 ⇒ 𝑞 (benar)
𝑃𝑟𝑒𝑚𝑖𝑠 2 ∶ ∼ 𝑞 (benar)
𝐾𝑜𝑛𝑘𝑙𝑢𝑠𝑖 ∶ ∼ 𝑝 (benar)
Dapat ditunjukkan dengan tabel kebenaran bahwa modus tollens
merupakan argumentasi yang sah yaitu :
Tabel 11
𝑝 𝑞 ~𝑝 ~𝑞 𝑝→𝑞 (𝑝 → 𝑞) ∧∼ 𝑞 [(𝑝 → 𝑞) ∧∼ 𝑞] → ~𝑝
B B S S B S B
B S S B S S B
S B B S B S B
S S B B B B B

Contoh :

19
𝑃𝑟𝑒𝑚𝑖𝑠 1 ∶ Jika △ 𝐴𝐵𝐶 sama sisi, maka∠𝐴 = ∠𝐵 = ∠𝐶
𝑃𝑟𝑒𝑚𝑖𝑠 2 ∶ ∠𝐴 ≠ ∠𝐵 ≠ ∠𝐶
𝐾𝑜𝑛𝑘𝑙𝑢𝑠𝑖 ∶ △ 𝐴𝐵𝐶 bukan segitiga sama sisi

3. SILOGISME
Silogisme adalah argumentasi yang berbentuk {(𝑝 ⇒ 𝑞) ∧ (𝑞 ⇒ 𝑟)} →
(𝑝 ⇒ 𝑟) atau dituliskan :
𝑃𝑟𝑒𝑚𝑖𝑠 1 ∶ 𝑝 ⇒ 𝑞 (benar)
𝑃𝑟𝑒𝑚𝑖𝑠 2 ∶ 𝑞 ⇒ 𝑟 (benar)
𝐾𝑜𝑛𝑘𝑙𝑢𝑠𝑖 ∶ 𝑝 ⇒ 𝑟 (benar)
Dapat ditunjukkan dengan tabel kebenaran bahwa silogisme merupakan
argumentasi yang sah yaitu :
Tabel 12
𝑝 𝑞 ~𝑝 𝑝∨𝑞 (𝑝 ∨ 𝑞) ∧ ~𝑝 [(𝑝 ∨ 𝑞) ∧∼ 𝑝] → 𝑞
B B S B S B
B S S B S B
S B B B B B
S S B S S B

Contoh :
𝑃𝑟𝑒𝑚𝑖𝑠 1 ∶ Jika pada △ 𝐴𝐵𝐶 berlaku (𝑎 − 𝑏) cos 𝐶 = 0 maka
𝑎 = 𝑏 ∨ 𝐶 = 900
𝑃𝑟𝑒𝑚𝑖𝑠 2 ∶ Jika 𝑎 = 𝑏 atau 𝐶 = 900 maka △ 𝐴𝐵𝐶 adalah sama kaki atau
siku-siku
𝐾𝑜𝑛𝑘𝑙𝑢𝑠𝑖 ∶ Jika pada △ 𝐴𝐵𝐶 berlaku (𝑎 − 𝑏) cos 𝐶 = 0 maka △ 𝐴𝐵𝐶 sama kaki
atau siku-siku.

I. Hubungan Antara Logika Dan Himpunan


1. Semua bilangan bulat adalah bilangan real ( B(x); R(x) )
x, B(x)  R(x)

B(x)
R(x)

2. Ada bilangan prima yang genap ( P(x); G(x) )

20
 x, P(x)  G(x)
2

P(x) G(x)

3. Tidak ada bilangan ganjil yang genap ( J(x); G(x) )


Ekuivalen dengan: Semua bilangan ganjil bukan bilangan genap
x, J(x)  ~ G(x)
J(x) ~ G(x)

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Logika merupakan suatu aktivitas manusia yang berkaitan dengan
penggunaan akal dan pikiran sehingga menghasilkan suatu penalaran dengan
kebenaran – kebenaran yang dapat dibuktikan secara matematis. Dalam logika
matematika terdapat operasi logika sebagai salah satu kajian ilmu logika
matematika, diantaranya :
1. Operasi negasi atau ingkaran adalah operasi yang dikenakan hanya pada
sebuah pernyataan.

21
2. Konjungsi merupakan pernyataan kebenaran apabila p dan q benar, bila tidak
demikian bernilai salah.
3. Disjungsi yaitu p atau q ( p V q ), suatu pernyataan harus salah satu
kompenen yang bernilai benar atau keduanya, maka akan bernilai benar.
4. Implikasi yaitu pernyataan “jika p amaka q” dengan ketentuan q tidak boleh
salah (S) untuk mendapatkan nilai kebenaran yang benar, kecuali kedua-
duanya salah (S).
5. Biimplikasi (.... jika dan hanya jika ...” yaitu suatu pernyataan bernilai benar
apabila komponen – komponennya memiliki kebenaran yang sama.
6. Konvers, invers, dan kontraposisi yaitu jika suatu bentuk implikasi p  q
diubah menjadi q  p disebut konvers, jika suatu bentuk implikasi p  q
diubah menjadi ~ p  ~ q disebut invers, dan jika suatu bentuk implikasi p 
q diubah menjadi ~ q  ~ p disebut kontraposisi
7. Pernyataan berkuantor meliputi kuantor umum (uantor universal), kuantor
khusus (kuantor eksistensial), negasi suatu pernyatan yang mengandung
kuantor, dan fungsi pernyataan yang mengandung lebih dari satu variabel.
8. Penarikan kesimpulan meliputi modus ponens, modus tollens,dan silogisme.
 Modus ponens adalah argumentasi yang berbentuk {(𝑝 ⇒ 𝑞) ∧ 𝑝} → 𝑞
 Modus tollens adalah argumentasi yang berbentuk {(𝑝 ⇒ 𝑞) ∧∼ 𝑞} →∼ 𝑝
 Silogisme adalah argumentasi yang berbentuk {(𝑝 ⇒ 𝑞) ∧ (𝑞 ⇒ 𝑟)} → (𝑝 ⇒
𝑟)
9. Hubungan Antara Logika Dan Himpunan
o Semua bilangan bulat adalah bilangan real
o Ada bilangan prima yang genap
o Tidak ada bilangan ganjil yang genap

B. Saran
Dengan penyusunan makalah ini, penulis berharap kepada pembaca
khususnya para mahasiswa berikutnya dapat mengembangkan makalah ini
supaya lebih sederhana dan lebih mudah dimengerti serta semoga pengetahuan
mengenai logika matematika dapat diaplikasikan dalam kehidupan atau dapat
digunakan dalm banyak aspek kehidupan. Melalui logika kita dapat mengetahui
apakah suatu pernyataan benar atau salah. Hal terpenting yang akan

22
didapatkan setelah mempelajari logika matematika adalah kemampuan
mengambil kesimpulan dengan benar atau salah.

DAFTAR PUSTAKA

Kusumah, Y.S. 1986. Logika Matematika Elementer. Bandung: Tarsito.


Tirta, S.T. 1992. Pengantar Dasar Matematika Logika dan Teori Himpunan. Jakarta:
Erlangga.
Budiono. 1997. Matematika untuk SMU Kelas 1. Jakarta: Dian Ilmu.

23
Kurnianingsih, Sri dkk. 2001. Matematika untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Sartono Wirodikromo dkk. 1999. Matematika Untuk SMU Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas, 2003. Kurikulum Berbasis Kompotensi Untuk Sekolah Menengah Umum,
Jakarta: Depdiknas.
Ajah, Diki. 2012. Disjungsi,konjungsi,negasi,implikasi dan biimplikasi.
http://kuskuskom.blogspot.com/2012/10/disjungsikonjungsinegasiimplikasi-
dan.html (diakses tanggal 05 Mei 2013)
Italiana. 2012. Logika Matematika. http://ronyflush.blogspot.com/2013/01/makalah-
logika-matematika.html (diakses tanggal 05 Mei 2012)
Ismayani, Ani. 2009. Logika Matematika.
http://www.matematikamenyenangkan.com/logika-matematika/ (diakses
tanggal 20 Mei 2013)
Harahap, E.M. 2012. Makalah Logika Matematika.
http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/10/makalah-logika-
matematika.html (diakses tanggal 20 Mei 2013)
Noverdi, Fajar. 2012. Kuantor. http://fajarnoverdi.blogspot.com/2010/12/pengertian-
kuantor.html (diakses tanggal 20 Mei 2013)

24

Anda mungkin juga menyukai