Anda di halaman 1dari 42

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018

BAB 2 Pengukuran Dasar


Kelompok 12

BAB 2
PENGUKURAN DASAR

2.1 Tujuan
Tujuan dari praktikum pengukuran adalah :
1 Melakukan pengukuran menggunakan jangka sorong, mikrometer sekrup,
gelas ukur dan neraca.
2 Mengukur besaran turunan massa jenis logam

2.2 Dasar Teori


Sebuah benda dengan bentuk sembarang, apabila volume (V) dan massa (m)
benda tersebut diketahui maka massa jenis benda dinyatakan dengan :
m
 = ……………………………………..……………………..(2.1)
V
Keterangan :
 = Massa jenis (kg/m3)
m = Massa (Kg)
V = Volume (m3)
dengan demikian, berdasar perumusan di atas kita dapat menentukan massa
jenis beberapa benda.

2.2.1 Penggunaan Alat


Berikut ini penjelasan mengenai alat ukur yang di gunakan dalam
praktikum pengukuran kali ini,
a. Jangka sorong
Mempunyai dua rahang dan satu penduga. Rahang dalam digunakan
untuk mengukur diameter bagian dalam. Rahang luar digunakan
untuk mengukur diameter bagian luar, sedangkan penduga
digunakan untuk mengukur kedalaman. Roda penggerak digunakan
untuk menggeser-geser rahang agar mendapatkan hasil pengukuran

5
Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 6

yang tepat. Pengunci rahang digunakan untuk mengunci setelah


besaran yang diukur dapat terukur supaya tidak bergeser-geser.
b. Mikrometer Sekrup
Hanya dapat digunakan untuk mengukur bagian luar saja. Cara
menggunakannya adalah putarkan roda bagian pemutar kasar, jika
sudah mendekat, putarkan bagian pemutar halus. Jika sudah pas,
ditandai dengan bunyi “klik”, kunci dengan menggunakan pengait.
Skala besarnya adalah bagian horizontal, sedangkan skala
penghalusnya bagian vertikal terdiri dari 50 skala, sedangkan satu
putaran bagian vertikal akan mengubah skala horizontal sebesar 0,5
mm.
c. Neraca
Neraca menggunakan prinsip keseimbangan karena bidang kerjanya
harus mendatar. Ketelitiannya adalah 0,1 gram.
Cara pengukuran massa benda dengan neraca adalah:
1. Letakkan benda pada cawan penimbang.
2. Geser beban-beban pada lengan-lengannya hingga terjadi
keseimbangan terhadap angka nol di ujung paling kanan.
3. Baca berapa gram massa benda tersebut.

2.2.2 Pelaporan Hasil Pengukuran


Berikut ini penjelasan mengenai hasil pengukuran dalam praktikum
pengukuran kali ini,
a. Pengukuran Tunggal
Apabila pengukuran hanya dilakukan satu kali, ketidakpastian
pengukuran diperkirakan berdasarkan skala terkecil alat ukur yang
digunakan, yaitu:
∆X = ½ nilai skala terkecil alat ukur
Hasil pengukuran biasanya ditulis:
X = (Xo ± ∆X) [satuan besaran yang diukur] ..................(2.1)
Keterangan:
X = besaran yang diukur
Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 7

Xo = nilai besaran yang diperoleh pada pengukuran tunggal


∆X = ketidakpastian pada pengukuran tunggal (ketidakpastian
mutlak)
Ketidakpastian ini disebut ketidakpastian mutlak dan berkaitan
dengan ketepatan pengukuran. Makin kecil ∆X, makin tepat
pengukuran tersebut. Selain itu, terdapat juga ketidakpastian relatif
(∆X/X) yang dinyatakan dalam prosentase. Semakin kecil
ketidakpastian relatif, maka makin tinggi tingkat ketelitiannya.

b. Pengukuran Berulang
Apabila pengukuran dilakukan beberapa kali, akan diperoleh
informasi yang lebih baik tentang nilai yang sebenarnya. Untuk
pengukuran berulang, Xo di peroleh melalui harga rata-rata ( X )
dari seluruh hasil pengukuran:

Xo = X = ΣXi/N = (X1+X2+X3+…+Xn)/N…..........................(2.3)

Keterangan:
X0 = Pengukuran berulang
X = Pengukuran rata rata
Xi =Pengukuran ke-i
N = Jumlah Rata

Sedang ketidakpastian menggunakan:

( Xi  X ) 2
X 
( N  1) ……..................................................................(2.4)

Keterangan :
X = Simpangan Pengukuran

X = Pengukuran rata rata


Xi = Pengukuran ke-i
N = Jumlah Rata
Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 8

Sumber : ( Paul A. Tipler,FISIKA Untuk Sains dan Teknik,Edisi


Ketiga )

2.2.3 Angka Berarti yang Dilaporkan


Berikut ini informasi mengenai angka berarti yang di laporkan
Jika:
a. Ketidakpastian relatif 10%, maka 2 angka berarti.
b. Ketidakpastian relatif 1%, maka 3 angka berarti.
c. Ketidakpastian relatif 0,1%, maka 4 angka berarti.

2.3 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum pengukuran ini
adalah sebagai berikut :

2.3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Jangka sorong
2. Mikrometer sekrup
3. Gelas ukur
4. Neraca

2.3.2 Bahan
Benda dengan bentuk yang berbeda-beda.seperti :
a. Silinder pejal d. Kerucut
b. Silinder berongga e.Benda tak beraturan (kerikil)
c. Silinder bersusun
Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 9

2.3.3 Gambar Alat dan Bahan


Berikut ini disertakan gambar alat dan bahan yang digunakan pada
percobaan pengukuran :

Gambar 2.1 Jangka Sorong Gambar 2.2 Mikrometer sekrup

Gambar 2.3 Gelas ukur Gambar 2.4 Benda tak beraturan (kerikil)

Gambar 2.5 Silinder pejal Gambar 2.6 Silinder berongga

Gambar 2.7 Silinder bersusun Gambar 2.8 Kerucut


Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 10

Gambar 2.9 Neraca


2.4 Prosedur Kerja
Berikut adalah penjelasan mengenai prosedur kerja dalam praktikum
Pengukuran kali ini
1. Perhatikan baik-baik semua alat ukur yang hendak digunakan dan
pahami cara menggunakannya.
a. Jangka sorong
Bagian-bagian jangka sorong:
1. Skala
2. Nonius
3. Rahang
4. Pengunci.
5. Penggeser jangka sorong bagian bawah.
6. Skala metrik.
7. Skala imperial.
Cara membaca skala jangka sorong :
1. Jangka sorong terdiri dari dua bagian “rahang”, bagian atas dan
bagian bawah yang dapat digeser. Pada masing – masing rahang
terdapat garis – garis tegak skala.

Gambar 2.10 Bagian jangka sorong


Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 11

2. Amati garis-garis skala rahang bagian atas dan bawah. Skala


rahang bagian bawah menggunakan sistem metrik, sedangkan skala
bagian bawah menggunakan sistem imperial / inci.

Skala Metrik

Skala Imperial

Gambar 2.11 Skala metrik dan imperial


3. Geserlah jangka sorong bagian bawah sehingga kedua rahang
berimpit. Garis tegak angka nol pada nonius HARUS tepat segaris
dengan garis tegak angka nol pada skala metric.

Gambar 2.12 Menggeser jangka sorong bagian bawah sehingga kedua rahang
berimpit

4. Perhatikan angka yang tertera pada nonius skala metrik. Hitunglah


banyaknya garis-garis tegak yang terdapat di dalam nonius.
5. Dalam posisi seperti di atas carilah skala pada rahang atas yang
segaris dengan skala nonius. Tulislah hasil pengamatan dan simpulan
apa yang anda peroleh.
6. Geserlah sedikit micrometer bagian bawah agar garis tegak angka
nol skala nonius tepat segaris dengan skala angka 1 mm pada skala
rahang bawah, kemudian carilah skala pada rahang atas yang segaris
dengan skala nonius.
7. Dari pengamatan di atas dapat disimpulkan bahwa skala 1 mm pada
jangka sorong dapat dibagi lagi menjadi 10 skala nonius.
Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 12

8. Bukalah rahang micrometer dengan cara menggeser bagian bawah


jangka sorong. Misalkan skala jangka sorong terlihat seperti di
bawah ini.

Gambar 2.13 Melepas sampel


9. Pada gambar terlihat bahwa skala nol pada nonius terletak di antara
skala … dengan … pada rahang bawah. Sedangkan skala nonium
yang tepat segaris dengan skala rahang bawah adalah angka
…..Dengan demikian panjang benda adalah …. + ….. mm

b. Mikrometer sekrup.

Gambar 2. 14 Gambar 2.15


Mengukur dengan mikrometer sekrup Bagian mikrometer sekrup

1. Pahami cara menggunakan serta membaca skala jangka


sorong dan mikrometer sekrup.
2. Catatlah resolusi alat ukur jangka sorong dan mikrometer
yang digunakan.
Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 13

c. Neraca.

Gambar 2.16 Bagian bagian neraca


1. Pahami cara menggunakan serta membaca skala neraca.
2. Aturlah agar dalam keadaan tanpa beban, skala neraca menunjukkan
angka nol.
3. Catatlah resolusi neraca yang digunakan.

d. Gelas ukur.
1. Pahami cara menggunakan serta membaca skala gelas ukur.
2. Catatlah resolusi gelas ukur yang anda gunakan.

2. Pengukuran volume dan massa benda yang berbentuk teratur.


a. Silinder pejal.
1. Ukurlah panjang silinder pada 3 tempat yang berbeda. Isikan hasil
pengukuran ke dalam tabel di bawah ini. Hitunglah panjang
silinder rata-rata p dan simpangan bakunya Sd.

Gambar 2.17 Mengukur panjang silinder pejal

2. Ukurlah diameter silinder di 3 tempat yang berbeda. Isikan hasil


pengukuran ke dalam tabel di bawah ini. Hitunglah diameter
silinder rata-rata dan simpangan bakunya, kemudian hitung jari-jari
silinder rata-rata dan juga simpangan bakunya.
Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 14

Gambar 2.18 Mengukur diameter silinder pejal


3. Hitunglah volume rata-rata silinder dan simpangan bakunya.
4. Timbanglah silinder tersebut.
b. Silinder berongga I.
Ulangi prosedur percobaan nomer 2.a di atas untuk benda silinder
berongga..

c. Kerucut.
1. Ukurlah diameter alas kerucut pada 3 tempat yang berbeda. Isikan
hasil pengukuran ke dalam tabel di bawah ini. Kemudian hitunglah
diameter rata-rata serta jari-jari rata-rata beserta simpangan
bakunya.

2. Ukurlah tinggi kerucut pada 3 tempat yang berbeda dan hitunglah


tinggi rata-rata beserta simpangan bakunya.
3. Hitunglah volume rata-rata kerucut dan simpangan bakunya.
4. Timbanglah kerucut tersebut.

Gambar 2.19 Mengukur massa kerucut


Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 15

d. Silinder Bersusun
1. Ukurlah diameter silinder bersusun pada 3 tempat yang berbeda.
Isikan hasil pengukuran ke dalam tabel di bawah ini. Kemudian
hitunglah diameter rata-rata serta jari-jari rata-rata beserta simpangan
bakunya

Gambar 2.20 Mengukur Diameter Silinder Bersusun


2. Ukurlah tinggi silinder bersusun pada 3 tempat yang berbeda dan
hitunglah tinggi rata-rata beserta simpangan bakunya.
3. Hitunglah volume rata-rata silinder bersusun dan simpangan
bakunya.
4. Timbanglah silinder bersusun tersebut.

Gambar 2.21 Mengukur massa silinder bersusun


3. Pengukuran volume dan massa benda yang berbentuk tidak teratur:
a. Isilah gelas ukur dengan air kira-kira setengah penuh dan catatlah volum
air.
b. Dengan hati-hati, masukkan benda ke dalam gelas ukur.
Catatlah posisi permukaan air.
c. Hitunglah volume benda tersebut.
d. Timbanglah benda tersebut.
Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 16

2.5 Diagram Alur


Untuk lebih memperjelas prosedur kerja praktikum Pengukuran
yang telah dijelaskan, berikut gambar diagram alur prosedur kerja
praktikum pengukuran
Alur kerja dalam pengukuran adalah :

Mulai

Menyediakan alat dan bahan

Mengukur diameter silinder pejal, silinder berongga, kerucut, silinder


bersusun dan benda tidak beraturan dengan micrometer sekrup atau
jangka sorong

Mengukur diameter silinder pejal, silinder berongga, kerucut, silinder


bersusun dan benda tidak beraturan dengan micrometer sekrup atau
jangka sorong

Mengukur massa semua benda

Mengulangi langkah 1-4 sebanyak tiga kali

Memasukan data hasil pengamatan ke dalam tabel yang tersedia

Menganalisis data dengan menghitung volume dan massa jenis benda

Kesimpulan

Selesai

Gambar 2.22 Alur Kerja Percobaan Pengukuran


Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 17

2.6 Data Hasil Percobaan


Resolusi Alat Ukur :
1. Jangka Sorong : 0.2 mm
2. Mikrometer Sekrup : 0.01 mm
3. Neraca : 0.1 g
Pengukuran dimensi dan massa benda :
1. Silinder Pejal
Untuk lebih jelasnya pengukuran pada silinder pejal bisa dilihat pada
Tabel 2.1, Tabel 2.2 , Tabel 2.3, Tabel 2.4, Tabel 2.5 dan Tabel 2.6
Tabel 2.1 Pengukuran Panjang Silinder Pejal
Pengukuran Tinggi (t) 𝑡1 − 𝑡̅ |𝑡1 − 𝑡̅|2
ke (cm) (cm) (cm)
1. 4,480 -8 x 10-4 6,4 x 10-7
2. 4,484 3,2 x 10-3 1,024 x 10-5
3. 4,478 -2.8 x 10-3 7,84 x 10-6
4. 4,480 -8 x 10-4 6,4 x 10-7
5. 4,482 1,2 x 10-3 1,44 x 10-6
Jumlah ∑t = 22,404 ∑|𝑡1 − 𝑡̅|2= 2,08 x 10—5
2
∑(𝑡𝑖−𝑡̅) 2,08 𝑥 10−5
𝑡̅= St =√ =√ =
(𝑛−1) (5−1)
̅
∑(𝑡1 − 𝑡)
∑t 22,404
= 2,08 𝑥 10−5
5 5 =0 √
4
= 4,4808
= 2.2804 x 10-3
Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 18

Tabel 2.2 Pengukuran Diameter Silinder Pejal


Pengukuran Diameter (d) d1  d d1  d
2

ke (cm)
(cm) (cm)
1. 1,684 1,6 x 10-3 2,56 x 10-6
2. 1,680 -2,4 x 10-3 5,76 x 10-6
3. 1,684 1,6 x 10-3 2,56 x 10-6
4. 1,682 -4 x 10-4 1,6 x 10-7
5. 1,682 -4 x 10-4 1,6 x 10-7
∑d = 8,412
2
∑ d1  d =

1,12 x 10-5
d= 2
∑(𝑑𝑖−𝑑̅)
∑d 8,412 Sd =√
= (𝑛−1)
5 5 ∑ (d1  d ) = 0
1,12 𝑥 10−5
= 1,6824 =√ (5−1)

1,12 𝑥 10−5
=√ 4

= 1.6732 x 10-3
Tabel 2.3 Perhitungan Luas dan Volume Silinder Pejal
No t (cm) d (cm) A (cm2) V (cm3)

1 4,480 1,684 2,2273 9,9783

2 4,484 1,680 2,2167 9,9397

3 4,478 1,684 2,2273 9,9738

4 4,480 1,682 2,2220 9,9546

5 4,482 1,682 2,2220 9,9590

Jumlah 22,404 8,412 11,1153 49,8054

Rata- rata 4,4808 1,6824 2,2231 9,9611


Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 19

Tabel 2.4 Pengukuran Luas Silinder Pejal


2
Luas Silinder (A) A1- 𝐴 A1  A
Pengukuran ke
(cm2) (cm2) (cm2)

1. 2,2273 1,764 x 10-5


0,0042
2. 2,2167 4,096 x 10-5
-0,0064
3. 2,2273 1,764 x 10-5
0,0042
4. 2,2220 1,21 x 10-6
-0,0011
5. 2,2220 1,21 x 10-6
-0,0011
∑A =
11,1153
2
A=
∑ ( A1  A) = ∑ A1  A =
∑A
= 0,0002 7,866x 10-5
5
11,1153
= 2,2231
5
d 2 1,6824 2 2,830470
Luas Silinder A = π .( ) = π .( ) = 3,14 x
2 2 4

=2,2220 m2
2
∑(𝐴𝑖−𝐴̅) 7,866 x 10−5
Simpangan Baku A SA=√ = √
(𝑛−1) (5−1)

−5
7,866 x 10
= √ = 4,4345 x 10-3 m2
4
Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 20

Tabel 2.5 Pengukuran Volume Silinder Pejal

Pengukuran Volume Silinder (cm3) V1  V 2


V1  V
ke

1.
9,9783 0,0172 2,9584 x 10-4
2.
9,9397 -0,0214 4,5796 x 10-4
3.
9,9738 0,0127 1,6129 x 10-4
4.
9,9546 -0,0065 4,225 x 10-5
5.
9,9590 -0,0021 4,41 x 10-6
∑V = 49,8054
∑V 49,8054 2
V=
5
= 5 ∑ (V1  V ) = V1  V =
= 9,9611 -1 x 10-4 9,6175 x 10-4

Volume rata-rata silinder V= Ax t


= 2,2231x 4,4808= 9,9967 cm3

̅ )2
∑(𝑉𝑖−𝑉
Simpangan Baku Volume = SV = √ (𝑛−1)

9,6175 x 10−4 9,6175 x 10−4


=√ =√
(5−1) 4

= 0,015506
Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 21

Tabel 2.6 Pengukuran Massa Silinder Pejal


Pengukuran
Massa (g) m1  m m1  m
2
ke
1. 72,3 -0,02 4 x 10-4
2. 72,4 0,08 6,4 x 10-3
3. 72,3 -0,02 4 x 10-4
4. 72,2 -0,12 1,44 x 10-2
5. 72,4 0,08 6,4 x 10-3
∑m =361,6

2
∑ m1  m =0,028
2
∑(𝑚𝑖−𝑚
̅)
Sm = √ (𝑛−1)
m=
∑m ∑ (m1  m ) = 0 0,028
= 72,32 Sm =√(5−1)
5

0,028
Sm = √ 4

Sm = 0,08367
Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 22

2. Silinder Berongga
Untuk lebih jelasnya pengukuran pada silinder berongga dapat dilihat pada
tabel 2.7, 2.8, 2.9, 3.0

Tabel 2.7 Pengukuran Panjang Silinder Berongga


Tinggi (t) 𝑡1 − 𝑡̅ |𝑡1 − 𝑡̅|2
Pengukuran ke
(cm) (cm) (cm)
1 4,898 0,0564 3,181 x 10-3
2 4,806 -0,0356 1,267 x 10-3
3 4,898 0,0564 3,181 x 10-3
4 4,800 -0,0416 1,731 x 10-3
5 4,806 -0,0356 1,267 x 10-3
∑=|𝑡1 − 𝑡̅|2
∑𝑡 = 24,208
1,06 x 10-2
2
∑(𝑡𝑖−𝑡̅) 1,06 𝑥10−2
Sp =√ =√
(𝑛−1) (5−1)
∑𝑡 ̅
∑(𝑡1 − 𝑡)
𝑡= 5 = 1,06 𝑥10−2
√ =
4
4,8416 =0
0,05148

Tabel 2.8 Pengukuran Diameter Luar Silinder Berongga


Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 23

2
Pengukuran Diameter (d) d1  d d1  d
ke (cm) (cm) (cm)
1 1,588 8 x 10-4 6,4 x 10-7
2 1,586 -1,2 x 10-3 1,44 x 10-6
3 1,588 8 x 10-4 6,4 x 10-7
4 1,588 8 x 10-4 6,4 x 10-7
5 1,586 -1,2 x 10-3 1,44 x 10-6
∑d = 7,936 2
∑ d1  d = 4,8 x 10-6
∑d 7,936 2
∑(𝑑𝑖−𝑑̅)
5
= 5
= 1,5872 ∑ (d1  d ) Sd =√ = Sd
(𝑛−1)

d = 1,5872 =0 4,8 x 10−6


=√ =1,095 x10-3
4

Tabel 2.9 Pengukuran Diameter Dalam Silinder Berongga


2
Diameter (d) d1  d d1  d
Pengukuran ke
(cm) (cm) (cm)
1 1,092 -1,6 x 10-3 2,56 x 10-6
2 1,096 2,4 x 10-3 5,76 x 10-6
3 1,092 -1,6 x 10-3 2,56 x 10-6
4 1,096 2,4 x 10-3 5,76 x 10-6
5 1,092 -1,6 x 10-3 2,56 x 10-6
∑d =5,468
2
∑ d1  d =

d= 1,92 x 10-5
∑ (d1  d ) = ∑(𝑑𝑖−𝑑̅)
2
∑d
= Sd =√ =
5 (𝑛−1)
0 1,92 𝑥 10−5
1,0936 Sd =√ 4
= 2,191 x 10-3

Tabel 2.10 Pengukuran Panjang Silinder Berongga


Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 24

Peng Tinggi silinder Tinggi silinder Diameter Diameter


Massa
ukur pejal berongga dalam luar
silinder
an (t) (t) (a) (b)
(g)
Ke (cm) (cm) (cm) (cm)

1. 4,898 2,584 1,092 1,588 65,1


2. 4,806 2,576 1,096 1,586 65
3. 4,898 2,584 1,092 1,588 65,2
4. 4,800 2,584 1,096 1,588 65,2
5. 4,806 2,580 1,092 1,586 65,2
∑𝑃 = ∑m =
∑𝑡 = 24,208 ∑a =5,468 ∑b = 7,936
12,908 325,7

∑𝑡 ∑b 7,936 ∑m
𝑡̅ = = 𝑎̅= 5
= 5
= m= =
∑𝑡 5 5
𝑡= 5 = ∑a
= 1,5872 ∑325,7
4,8416 12,908 5 = 5
5 1,0936 𝑏̅= 1,5872 = 65,14
2,5816

Sb =
St = St = Sa = Sm =
-3 1,0954 x10-3
1,6300 x 10-3 3,3941 x 10 2,1909 x10-3 0,08944

Tabel 2.11 Pengukuran Volume Silinder Berongga


Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 25

Volume Silinder (V) V1  V 2


Pengukuran ke V1  V
(cm3) (cm3)
1 7,2808 0,1262 0,01593
2 7,0644 -0,0902 8,1360 x 10-3
3 7,2808 0,1262 0,01593
4 7,0689 -0,0857 7,3445 x 10-3
5 7,0784 -0,0762 5,8064 x 10-3

V= ∑ (V1  V ) =
∑V ∑35,773219 2
= 3 x 10-4 V1  V =
5 5

7,1546 0,05315

𝑏 ̅ 2 𝑎̅ 2
Volume rata-rata silinder berongga 𝑉̅ = 𝑝̅ . 𝜋. (2) − 𝑃̅. 𝜋. (2)
2
1,5872
= 4,8416 x3,14[[ ]] -
2

1,0936 2
= 2,5816 x3,14[ ]
2

𝑉 = 7,1546 cm3

̅)2
∑(𝑉𝑖−𝑉
Simpangan baku volume Sv=√ = cm3
(𝑛−1)

0,05315 0,05315
Sv=√ = √ = 0,1153
5−1 4

3. Silinder Bersusun
Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 26

Untuk lebih jelasnya, pengukuran pada silinder bersusun dapat dilihat pada
tabel 2.11, 2.12, 2.13, 2.14, 2.15, 2.16
Tabel 2.12 Pengukuran Diameter, Panjang dan Massa Silinder Susun
Penguku diameter (...cm) panjang (...cm)
massa (...g)
ran ke- A B C A B C
1 1,540 1,538 1,059 0,840 0,790 2,740 52,7

2 1,543 1,536 1,062 0,842 0,800 2,740 52,5

3 1,540 1,537 1,060 0,878 0,791 2,740 52,7

4. 1,542 1,533 1,065 0,838 0,790 2,750 52,8

5. 1,540 1,536 1,051 0,836 0,800 2,743 52,9

∑a = ∑b = ∑c = ∑pa = ∑pb = ∑pc = ∑m =


7,705 7,68 5,297 4,234 3,971 13,713 263,6

∑𝑎 ∑𝑏 ∑𝑐 ∑𝑝 ∑𝑝 ∑𝑝
𝑎̅= = 𝑏̅= 5 = 𝑐̅= 5 = 𝑝̅ 𝑎= = 𝑝̅𝑏= = 𝑝̅𝑐 = = ∑𝑚
5 5 5 5 𝑚
̅= =
5,297 5
7,705 7,68 4,234 3,971 13,713
= 1,541 =1,536 =1,0594 =0,846 =0,794 =2,7 263,6
5 5 5 5 5 5 =52,72
5
8 2 426
𝑆𝑎 = 𝑆𝑏 = 𝑆𝑐 =
𝑆𝑚 =
1,4142 x 10- 1,8708 x 5,2249x 10-3 𝑆𝑝𝑎 = 𝑆𝑝𝑏 = 𝑆𝑝𝑐 =
0,2074
3
10-3 0,01758 0,005310 6,32 x 10-5

Tabel 2.13 Pengukuran Volume Silinder Susun Bagian A


Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 27

Volume Silinder
V1  V 2
Pengukuran ke- (V) V1  V
(cm3)
1 1,5646 -0,0147 2,1609 x 10-4
2 1,5745 -0,0048 2,304 x 10-5
3 1,6354 0,0561 3,1472 x 10-3
4 1,5650 -0,0143 2,0449 x 10-4
5 1,5572 -0,0221 4,8841 x 10-4
Jumlah 7,8967
V=
2
∑V
=
7,8967 ∑ (V1  V ) = V1  V =
5 5

= 2 x 10-4 4,0792 x 10-3


1,5793

Tabel 2.14 Pengukuran Volume Silinder Susun Bagian B


Volume Silinder
V1  V 2
Pengukuran ke- (V) V1  V
(cm3)
1 1,4677 -0,0039 1,521 x 10-5
2 1,4824 0,0108 1,1664 x 10-4
3 1,4676 -0,004 1,6 x 10-5
4 1,4581 -0,0135 1,8225 x 10-4
5 1,4824 0,0108 1,1664 x 10-4
Jumlah 7,3582
∑ (V1  V ) =
V= 2
∑V 7,3582 2 x 10-4 V1  V =
=
5 5
4,4674 x 10-4
= 1,4716

Tabel 2.15 Pengukuran Volume Silinder Susun Bagian C


Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 28

Volume Silinder
V1  V 2
Pengukuran ke- (V) V1  V
(cm3)
1 2,4134 -0,0042 1,764 x 10-5
2 2,4271 0,0095 9,025 x 10-5
3 2,4180 0,0004 1,6 x 10-7
4 2,4498 0,0322 1,0368 x 10-3
5 2,3797 -0,0379 1,4364 x 10-3
∑ 12,088 -2 x 10-4 2,5813 x 10-3
V=
∑𝑉 12,088 2
= ∑ (V1  V ) = V1  V =
5 5

= 2,4176 -2 x 10-4 2,5813 x 10-3

Tabel 2.16 Pengukuran Massa Silinder Susun

Pengukuran ke Massa (g) m1  m m1  m


2

1 52,7 -0,02 4 x 10-4


2 52,5 -0,22 0,0484
3 52,7 -0,02 4 x 10-4
4 52,8 0,08 6,4 x 10-3
5 52,9 0,18 0,0324
2
Jumlah ∑ m1  m =0,088
263,6 0

m=
∑ (m1  m ) =
∑m 263,6 0,088
= Sm = √
5 5 4

= 52,72 0 Sm = 0,1483

̅)
Volume benda rata-rata (𝑽
Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 29

Silinder A
∑ 𝑉𝐴
Volume rata-rata silinder A 𝑉̅𝐴 = = 𝑐𝑚3
5
7,8967
A 𝑉̅𝐴 = = = 1,5793 cm3
5

Silinder B
∑𝑉
Volume rata-rata silinder B 𝑉̅𝐵 = 5 𝐵 = 𝑐𝑚3
7,3582
B 𝑉̅𝐵 = 5 = 1,4716 cm3

Silinder C
∑𝑉
Volume rata-rata silinder C𝑉̅𝐶 = 5 𝐶 = 𝑐𝑚3
12,088
C𝑉̅𝐶 = = 5 = 2,4176 cm3

Simpangan baku volume (Sv )

Silinder A
̅)2
∑(𝑉𝑖 −𝑉
Simpangan baku volume 𝑆𝑣 = √ (𝑛−1)

4,0792 𝑥 10−3
=√ 5−1

4,0792 𝑥 10−3
𝑆𝑣 =√ = 0,03193
4

Silinder B
̅)2
∑(𝑉𝑖 −𝑉
Simpangan baku volume 𝑆𝑣 = √ (𝑛−1)
=

4,4674 𝑥10−4
= √ 5−1

4,4674 𝑥10−4
𝑆𝑣 = √ = 0,01057
4

Silinder C
Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 30

̅)2
∑(𝑉𝑖 −𝑉
Simpangan baku volume𝑆𝑣 = √ (𝑛−1)
=

2,5813 𝑥 10−3
= √ 5−1

2,5813 𝑥 10−3
𝑆𝑣 = √ = 0,02540
4

Simpangan dan Rata-Rata Massa Benda


∑𝑚
Massa benda rata-rata ̅̅̅
𝑚=
5
∑m 263,6
𝑚
̅= = = 52,72 g
5 5

̅ )2
∑(𝑚𝑖 −𝑚
Simpangan baku massa benda 𝑆𝑚 = √ (𝑛−1)

0,088
= √ 5−1

0,088
𝑆𝑚 = √ = 0,1483
4

4. Kerucut
Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 31

Untuk lebih jelasnya pengukuran pada kerucut dapat dilihat pada tabel 2.17
Tabel 2.17 Pengukuran Diameter, Massa dan Volume Kerucut
Diameter Tinggi Massa
Pengukuran Volume
kerucut kerucut Kerucut
ke (cm3)
(cm) (cm) (g)
1 1,162 4,618 29,2 1,6324
2 1,157 4,618 29,3 1,6184
3 1,162 4,616 29,4 1,6317
4. 1,162 4,614 29,4 1,6310
5. 1,157 4,616 29,3 1,6177

∑m =
146,6
∑h=
∑V=
∑D = 23,082 𝑚
̅=
146,6 8,1312
5,8
ℎ̅ =
23,082 5 8,1312
̅ = 5,8 𝑉̅ =
𝐷 5
5 5
= 1,16
= 4,6164 = 29,32 = 1,6262
̅ )2 =
∑(𝐷𝑖 − 𝐷
3 x 10-5 ∑(ℎ𝑖 −
2 ̅ )2
∑(𝑚𝑖 − 𝑚 ∑(𝑉𝑖 − 𝑉̅ )2 =
ℎ̅) = 1,12
2,248 x 10-4
x 10-5 = 0,028

∑𝐷
̅=
Diameter kerucut rata-rata 𝐷 = cm
5

̅ = 5,8 = 1,16 cm
𝐷 5

̅ )2
∑(𝐷𝑖 −𝐷
Simpangan baku D. SD=√ (𝑛−1)

3 𝑥 10−5 3 𝑥 10−5
D. SD = √ =√ = 2,7386 x 10-3
5−1 4

∑ℎ
Tinggi kerucut rata-rata ℎ̅ = = cm
5
Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 32

23,082
ℎ̅ = = 4,6164 cm
5

̅)2
∑(ℎ𝑖 −ℎ
Simpangan baku h. Sh =√ (𝑛−1)
=

1,12 𝑥 10−5 1,12 𝑥 10−5


h. Sh = √ =√ = 1,6733 x 10-3
5−1 4

∑𝑉
Volume kerucut rata-rata = 𝑉̅ = =
5
8,1312
𝑉̅ = = 1,6262 cm3
5

̅ )2
∑(𝑉𝑖 −𝑉
Simpangan baku Sv =√ (𝑛−1)
=

2,248 𝑥 10−4 2,248 𝑥 10−4


Sv =√ =√ = 7,4967 x 10-3
5−1 4

∑𝑚
Massa kerucut rata-rata 𝑚
̅= = kg
3
146,6
𝑚
̅= = 29,32 g
5

̅ )2
∑(𝑚𝑖 −𝑚
Simpangan baku Sm =√ (𝑛−1)
=

0,028 𝑂.𝑂28
Sm =√ 5−1 = √ = 0,08367
4
Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 33

5. Benda Tidak Beraturan


Untuk lebih jelasnya pengukuran pada benda tak beraturan dapat dilihat
pada tabel 2.18.
Tabel 2.18 Pengukuran massa benda tak beraturan
Pengukuran
Massa (g) m1  m m1  m
2
ke
1 9,75 0,1 0,01
2 9,7 0,05 2,5 x 10-3
3 9,65 0 0
4 9,65 0 0
5 9,5 -0,15 0,0225
∑m = 48,25
2
∑ m1  m =0,035
2
∑ (m1  m ) =
∑(𝑚𝑖−𝑚
̅)
m= Sm = √ (𝑛−1)
∑m
= 9,65 0
5 0,035
Sm =√
(5−1)

= 0,09354
Tabel 2.19 Pengukuran Volume Benda Tak Beraturan

Volume (V) V1  V 2
Pengukuran ke V1  V
(mL)

1 30 0 0
2 30 0 0
3 30 0 0
4 30 0 0
5 30 0 0
Jumlah 150
V=
∑ (V1  V ) = 0 ∑ V1  V = 0
2
∑V
5
= 30

Tabel 2.20 Pengukuran Massa dan Volume Kerikil


Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 34

Pengukuran ke Volume (mL) Massa Kerikil(g)


1 30 9,75
2 30 9,7
3 30 9,65
4 30 9,65
5 30 9,5
∑V = 150 ∑m = 48,25
∑𝑉
Volume kerikil rata-rata = 𝑉̅ = =
5
150
𝑉̅ = 5 = 30 mL

̅)2
∑(𝑉𝑖−𝑉
Simpangan baku Sv = √ =
(𝑛−1)

0
S v = √4 = 0

∑𝑚
Massa kerikil rata-rata 𝑚
̅= =
5
48,25
𝑚
̅= = 9,65 g
5

̅ )2
∑(𝑚𝑖−𝑚
Simpangan baku Sm = √ =
(𝑛−1)

0,035
Sm =√(5−1) = 0,09354

2.7 Analisis Data


Berdasarkan data yang telah disusun pada sub-bab 2.6 diperoleh data untuk
mencari massa rata-rata. volume benda. massa jenis benda.berat jenis benda.
kesalahan relative dan prosentase ketelitian dalam melakukan percobaan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel.
2.7.1 Perhitungan data diameter
Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 35

Perhitungan data diameter dapat dilihat pada tabel 2.21


Tabel 2.21 Analisis diameter setiap benda
Silinder Berongga Silinder Pejal
Diameter Kerucut(cm)
Luar (cm) Dalam (cm) (cm)

d =
d 1,5872 1,0936
n 1,6824 1,16

d =  (d  d )
2
1,095 x10-3 2,7386 x 10-
(n  1) 2,191 x10 -3
1,6732 x 10 -3
3

KR = d  100 0
0 0,06899% 0,2003% 0,09945% 0,2361%
d

Ket = 100 0 0 -
99,9310% 97,7997% 99,900546% 99,7639%
KR

do = d + d 1,5883 1,0958 1,6840732 1,1627


Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 36

Silinder Bersusun

C
A B
( diameter
Diameter (diameter I) (diameter II)
III)
(...cm) (...cm)
(...cm)

d =
d 1,541 1,536 1,0594
n

d =  (d  d )
2
-3 -3
5,2249x 10-
1,4142 x 10 1,8708 x 10 3
(n  1)

KR = d  100 0
0 0,09177% 0,1218% 0,4932 %
d

Ket = 100 0 0 - KR 99,90823% 99,8782% 99,5068%

do = d + d 1,5424 1,5379 1,0646


Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 37

2.7.2 Perhitungan data massa


Untuk perhitungan data massa dapat dilihat pada tabel 2.22
Tabel 2.22 Analisis massa setiap benda
Benda
Silinder Silinder
Silinder Tidak
Massa Berongga Bersusun Kerucut (g)
Pejal (g) Beraturan
(g) (g)
(g)

m=
m 65,14 72,32 52,72 29,32 9,65
n

m =
0,08944 0,2074
 (m  m) 2

0,08367 0,08367 0,09354


(n  1)

KR =
m 0,1373% 0,1157% 0,3934% 0,2854 % 1,0004 %
 100 0 0
m

Ket = 100 0 0
99,8627% 99,8843% 99,6066% 99,7146% 98,9996%
- KR
mo = m +
65,2294 72,407 52,9274 29,4037 9,7465
m
Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 38

2.7.3 Perhitungan Data Volume


Untuk perhitungan data volume dapat dilihat pada tabel 2.23
Tabel 2.23 Analisis Volume Tiap Sampel

Silinder Silinder Pejal


Volume 3 3
Kerucut (cm3)
Berongga (cm ) (cm )

v =
v 7,1546 = 9,9611 1,6263
n

v =  (v  v ) 2
0,1153 0,015506 7,5035 x 10-3
(n  1)

v
KR =  100 0 0 1,6116% 0,4098% 0,4614%
v

Ket = 100 0 0 - KR 96,3884% 99,5902% 99,5386%

vo = v + v 7,2699 8,7956 x 10-6 1,6338


Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 39

Silinder bersusun (cm3)


Volume Tidak
beraturan
A B C
(mL)

v =
v 1,5793 1,4716 2,4176 30
n

v =

 (v  v ) 2 0,03194 0,01055 0,0254 0


(n  1)

KR =
v 2,0224% 0,7169% 1,0506% 0,00%
 100 0 0
v
Ket = 100 0 0 -
97,9776% 99,2831% 98,9494% 100%
KR

vo = v + v 1,6112 1,4822 2,443 30


Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 40

2.8 Pembahasan
Berdasarkan data yang kita peroleh sehingga kita dapat menghasilkan
perbandingan antara volume dan massa jenis benda.

2.8.1 Perbandingan hasil perhitungan volume pada percobaan 1 sampai 5:


Berdasarkan pengukuran sehingga kita dapat menghasilkan perbandingan volume
pada percobaan 1 sampai 3 dapat dilihat pada tabel 2.12
Tabel 2.24 Perbandingan volume pada percobaan 1 – 5

Percobaan ke 1 2 3 4 5

Volume Silinder
7,2808 7,0644 7,2808 7,0689 7,0784
Berongga (cm3)
Volume Silinder 9,9782 9,9397 9,9738 9,9546 9,9590
Pejal (cm3)
Volume
1,6324 1,6184 1,6317 1,6310 1,6177
Kerucut(cm3)
Volume Silinder
1,5646 1,5745 1,6354 1,5650 1,5572
Bersusun (cm3)A
Volume Silinder
1,4677 1,4824 1,4676 1,4581 1,4824
Bersusun (cm3)B
Volume Silinder
2,4134 2,4271 2,4180 2,4498 2,3797
Bersusun (cm3)C
Volume Benda
Tidak Beraturan 30 30 30 30 30

(mL)

𝑉̅𝑠𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑒𝑟 𝑏𝑒𝑟𝑜𝑛𝑔𝑔𝑎 = 7,1545 c m3 𝑉̅𝑠𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑒𝑟 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑢𝑠𝑢𝑛 𝐴 = 1,5793 cm3

𝑉̅𝑠𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑒𝑟 𝑝𝑒𝑗𝑎𝑙 = 9,9611 cm3 𝑉̅𝑠𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑒𝑟 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑢𝑠𝑢𝑛 𝐵 = 1,4716 cm3


𝑉̅𝑘𝑒𝑟𝑢𝑐𝑢𝑡 = 1,6262 cm3 𝑉̅𝑠𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑒𝑟 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑢𝑠𝑢𝑛 𝐶 = 2,4175cm3
𝑉̅𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑛 = 30 mL
Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 41

2.8.2 Perbandingan hasil perhitungan massa jenis benda pada percoban 1


sampai 5 :
Berdasarkan pengukuran sehingga kita dapat menghasilkan perhitungan massa
jenis benda pada percobaan 1 sampai 3 dapat dilihat pada tabel 2.13
Tabel 2.25 Perbandingan massa jenis pada percobaan 1 - 5

Percobaan ke 1 2 3 4 5

Massa jenis Silinder Pejal


7,2457 7,2839 7,2490 7,2529 7,2698
𝑔
⁄𝑐𝑚3

Massa jenis Silinder


8,9413 9,2010 8,9550 9,2234 9,2111
𝑔
Berongga ⁄𝑐𝑚3

𝑔 17,8874 18,1041 18,0177 18,0255 18,112


Massa jenis Kerucut ⁄𝑐𝑚3

Massa jenis Silinder Bersusun


9,6773 9,5733 9,5453 9,6476 9,7614
𝑔
⁄𝑐𝑚3

Massa jenis Benda Tidak


Beraturan 0,325 0,3233 0,3217 0,32167 0,3167
𝑔
⁄𝑐𝑚3

𝑔 𝑔
𝜌̅𝑠𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑒𝑟 𝑏𝑒𝑟𝑜𝑛𝑔𝑔𝑎 = 9,1064 ⁄𝑐𝑚3 𝜌̅𝑠𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑒𝑟 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑢𝑠𝑢𝑛 =9,6410 ⁄𝑐𝑚3

𝑔 𝑔
𝜌̅𝑠𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑒𝑟 𝑝𝑒𝑗𝑎𝑙 = 7,2603 ⁄𝑐𝑚3 𝜌̅𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑛 =0,3217 ⁄𝑐𝑚3
𝑔
𝜌̅𝑘𝑒𝑟𝑢𝑐𝑢𝑡 = 18,0293 ⁄𝑐𝑚3
Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 42

Hubungan Massa dan Volume


Silinder Pejal
72.45
72.4
72.35
Massa (gr)

72.3
72.25 Hubungan massa dengan
72.2 volume
72.15
72.1
9.9782 9.9397 9.9738 9.9546 9.959
Volume (cm3)

Grafik 2.1 Grafik hubungan massa dan volume silinder pejal

Hubungan Massa dan Volume


Silinder Berongga
65.25
65.2
65.15
Massa (gr)

65.1
65.05 Hubungan massa dengan
65 volume
64.95
64.9
7.2808 7.0644 7.2808 7.0689 7.0784
Volume (cm3)

Grafik 2.2 Grafik hubungan massa dan volume silinder berongga


Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 43

Hubungan Massa dan Volume


Silinder Bersusun
53
52.9
52.8
Massa ( ger )

52.7
52.6 Hubungan massa dengan
52.5 volume
52.4
52.3
5.4457 5.484 5.521 5.4729 7.0784
Volume ( cm3)

Grafik 2.3 Grafik hubungan massa dan volume silinder bersusun

Hubungan Massa dan Volume


Kerucut
29.45
29.4
29.35
Massa ( gr )

29.3
29.25 Hubungan massa dengan
29.2 volume
29.15
29.1
1.6324 1.6184 1.6317 1.631 1.6177
Volume ( cm3)

Grafik 2.4 Grafik hubungan massa dan volume kerucut


Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 44

Hubungan Massa dan Volume


Benda Tak Beraturan
9.8
9.75
9.7
9.65
Massa ( gr )

9.6
9.55 Hubungan massa dengan
9.5 volume
9.45
9.4
9.35
30 30 30 30 30
Volume ( cm3)

Grafik 2.5 Grafik hubungan massa dan volume benda tak beraturan

2.9 Aplikasi Dalam Bidang Teknik Sipil


Aplikasi yang dapat dilakukan dalam bidang teknik sipil dari
Praktikum Pengukuran Dasar adalah :
a. Untuk mengukur lebar dan tebal kayu yang akan digunakan dalam
pembuatan kuda-kuda.
b. Mengukur diameter besi.
c. Digunakan untuk mengukur dimensi bahan bangunan.
d. Mengukur tebal baja dan sejenisnya.
e. Mengukur kedalaman / panjang pipa

2.10 Kesimpulan
Adapun hasil dari praktikum pengukuran adalah sebagai berikut:
𝑔
1. Silinder Pejal : Massa Jenis 7,2603 ⁄𝑐𝑚3 Volume 9,9781 cm3,

𝑔
2. Silinder Berongga : Massa Jenis 9,1064 ⁄𝑐𝑚3 Volume 7,2807 cm3

𝑔
3. Silinder Bersusun : Massa Jenis 9,6410 ⁄𝑐𝑚3 Volume 5,4457 cm3
Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 45

𝑔
4. Kerucut : Massa Jenis 18,0293 ⁄𝑐𝑚3 Volume 1,6324 cm3

𝑔
5. Kerikil : Massa Jenis 0,3216 ⁄𝑐𝑚3 Volume 30 cm3

Sedangkan kesimpulan dari praktikum pengukuran adalah sebagai berikut :


1. Pengukuran dengan alat ukur jangka sorong, mikrometer sekrup dimaksudkan
untuk mencari besaran dasar panjang (lebar, tinggi, diameter) sedangkan
neraca untuk mencari massa.
2. Hasil yang diperoleh dari pengukuran besaran dasar dapat digunakan untuk
mencari besaran-besaran turunan, seperti volume, luas, dan massa jenis.
Selain itu, dari data pengamatan dapat diketahui bahwa makin kecil
ketidakpastian mutlak, makin tepat pengukuran tersebut. Untuk mengatasi
ketidakpastian maka perlu dilakukan pengukuran berulang-ulang.
Dari data-data percobaan praktikum diatas, ditemukan bahwa hasil
perhitungannya terdapat perbedaan pada 5 kali pengukuran serta besar ketelitian
rata-rata pada percobaan diatas sebsesar 99,54 %, Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain:

a. Keterbatasan manusia dalam pembacaan.


b. Kesalahan dalam proses membaca.
c. Kekurangtelitian si pengamat.
d. Faktor non teknis yaitu situasi dan kondisi suatu percobaan.
e. Kesalahan pengukuran skala awal sebelum digunakan.
Selain itu, dari data pengamatan dapat diketahui bahwa makin kecil
ketidakpastian mutlak, makin tepat pengukuran tersebut. Untuk mengatasi
ketidakpastian maka perlu dilakukan pengukuran berulang-ulang.
Laporan Praktikum Fisika Dasar 2018
BAB 2 Pengukuran Dasar
Kelompok 12 46

2.11 Saran
Banyak kesalahan yang terjadi saat praktikum, baik kesalahan yang terjadi akibat
faktor teknis maupun non teknis, untuk meminimalisir kesalahan sebaiknya
seorang praktikan:

a. Mempelajari dan memahami terlebih dahulu modul praktikum sebelum


melaksanakan praktikum agar tidak terjadi kesalahan dalam prosedur.
b. Berhati-hati ketika praktikum karena kesalahan banyak terjadi akibat
keteledoran praktikan.
c. Menggunakan alat ukur dengan nilai batas ketelitian yang paling kecil.
d. Teliti dalam membaca hasil pengukuran.

Anda mungkin juga menyukai