Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH PSIKOLOGI TM 12

“KONSEP BELAJAR”

DOSEN PENGAMPU : NS. DUMA LUMBAN TOBING, M.KEP, SP.KEP.J

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 7
KELAS A SEMESTER II
LAURA SAVIRA NUR AHMAD (2210701004)
SILVY SAYIDATUNISA (2210701008)
AZKA KEYZA AURA WIDODO (2210701012)
RAHMA APRILIANA (2210701071)

PROGRAM DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah Psikologi yang berjudul “Konsep Belajar” tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi
serta menambah wawasan mengenai Konsep Belajar.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu Ns. Duma Lumban Tobing, M.Kep,
Sp.Kep.J selaku dosen mata kuliah Psikologi yang telah memberikan tugas ini sehingga menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan kami terima
demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 10 April 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan Makalah ................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3
2.1 Definisi Belajar .................................................................................................................... 3
2.2 Konsep Belajar ..................................................................................................................... 4
2.3 Faktor Pengaruh Belajar & Manifestasi dalam Kehidupan .................................................. 6
2.4 Teori-Teori Belajar ............................................................................................................. 17
2.5 Macam-Macam Jenis Belajar & Contohnya ...................................................................... 21
2.6 Gaya Belajar ....................................................................................................................... 23
BAB III STUDI KASUS ............................................................................................................. 25
3.1 Kasus .................................................................................................................................. 25
3.2 Analisa Kasus ..................................................................................................................... 25
BAB IV PENUTUP ..................................................................................................................... 27
4.1 Kesimpulan......................................................................................................................... 27
4.2 Saran....................................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 28

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar merupakan suatu kegiatan yang memberikan perubahan tingkah laku sebagai
bagian dari hasil interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya. Belajar adalah sebuah
proses yang dilakukan seorang individu secara terus menerus, dimulai dari seorang individu
dilahirkan di dunia hingga individu tersebut kembali kepada-Nya. Pemahaman terkait konsep
belajar memberikan kemudahan individu untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan
diri. Proses belajar mencerminkan suatu proses yang kompleks dan memiliki hirarki yang
terstruktur agar mendapatkan capaian hasil belajar yang optimal.
Namun, kendala yangs sering dihadapi para individu, khususnya mahasiswa adalah
bagaimana memaksimalkan proses belajar tersebut agar kemampuan diri mereka semakin
meningkat. Hal ini masih menjadi permasalahan yang krusial. Perubahan-perubahan yang
diperoleh dari suatu proses belajar diharapkan dapat memberikan hasil yang maksimal dan
terbaik. Maka dari itu, pemahaman konsep belajar, gaya belajar hingga hakiki dari proses
belajar itu sangat penting dipahami oleh seluruh kalangan manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi belajar itu?
2. Apa saja konsep belajar secara umum dan khusus?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi belajar serta manifestasi nya dalam kehidupan
sehari-hari?
4. Apa saja teori-teori dalam belajar?
5. Apa saja macam-macam dari jenis belajar dan contohnya?
6. Apa saja gaya dalam belajar itu?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui definisi belajar
2. Untuk mengetahui konsep belajar secara umum dan khusus
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belajar serta manifestasi nya dalam
kehidupan sehari-hari

1
4. Untuk mengetahui teori-teori dalam belajar
5. Untuk mengetahui macam-macam dari jenis belajar dan contohnya
6. Untuk mengetahui gaya dalam belajar

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Belajar
Belajar adalah suatu proses atau upaya yang dilakukan setiap individu untuk
mendapatkan perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, sikap
dan nilai positif sebagai suatu pengalaman dari berbagai materi yang telah dipelajari.
Definisi belajar dapat juga diartikan sebagai segala aktivitas psikis yang dilakukan oleh
setiap individu sehingga tingkah lakunya berbeda antara sebelum dan sesudah belajar.
Perubahan tingkah laku atau tanggapan, karena adanya pengalaman baru, memiliki
kepandaian/ ilmu setelah belajar, dan aktivitas berlatih. Arti belajar adalah suatu proses
perubahan kepribadian seseorang dimana perubahaan tersebut dalam bentuk peningkatan
kualitas perilaku, seperti peningkatan pengetahuan, keterampilan, daya pikir, pemahaman,
sikap, dan berbagai kemampuan lainnya.
Belajar merupakan sesuatu yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental
dalam masing-masing tingkatan pendidikan. Agar lebih memahami apa arti belajar, kita
dapat merujuk pada pendapat beberapa ahli berikut ini:
1. M. Sobry Sutikno
Pengertian belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
mendapatkan suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini, perubahan adalah sesuatu yang
dilakukan secara sadar (disengaja) dan bertujuan untuk memperoleh suatu yang lebih
baik dari sebelumnya.
2. Thursan Hakim
Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia yang ditunjukkan
dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan
kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya fikir, dan
kemampuan lainnya.
3. Skinner
Belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlaku secara
progresif.
4. C. T. Morgan

3
Belajar adalah suatu perubahan yang relatif dalam menetapkan tingkah laku sebagai
akibat atau hasil dari pengalaman yang telah lalu.
5. Hilgard & Bower
Belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang
disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi tersebut.
Seperti yang telah disinggung pada pengertian belajar di atas, tujuan utama kegiatan belajar
adalah untuk memperoleh dan meningkatkan tingkah laku manusia dalam bentuk
pengetahuan, keterampilan, sikap positif, dan berbagai kemampuan lainnya.

2.2 Konsep Belajar


Belajar adalah suatu perubahan. Perubahan itu terjadi dengan mengembangkan
keterampilan baru, memahami pengetahuan baru hingga mengubah sikap dan perilaku.
Perubahan tersebut tidak hanya bersifat insidental, namun bersifat alami seiring dengan
bertambahnya usia. Belajar merupakan perubahan yang relatif permanen dan biasanya
dilakukan dengan sengaja. Proses belajar dapat dilakukan dengan memberikan ruang pada
diri untuk mencari suatu hal yang belum diketahui sebelumnya. Proses belajar juga dapat
dilakukan dengan menemukan hal secara tidak sengaja lalu terjadilah proses berpikir secara
alami untuk menjelaskan penemuan tersebut, dan saat itulah kegiatan belajar secara alami
terjadi.
Belajar juga dapat diperoleh dari pengalaman masa lalu. Pepatah lama mengatakan
“Pengalaman merupakan pengajar terbaik". Hal ini bermakna bahwa, pengalaman
mengambil bagian lain dari proses belajar. Pengalaman memberikan rangsangan kepada otak
untuk berpikir, dan berpikir merupakan respon dari suatu proses belajar. Paparan di atas,
membuktikan bahwa proses belajar tidak hanya kaku pada satu ruang lingkup saja, yakni
lembaga pendidikan. Namun, jauh lebih luas lagi, belajar merupakan proses kompleks terkait
perubahan sikap. Stones (1966) menyatakan bahwa setiap aktivitas hidup yang memberikan
perubahan dalam tingkah laku, sikap dan perilaku, dapat diartikan sebagai proses belajar.
Secara etimologi bahasa, belajar merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
memperoleh kepandaian atau ilmu; berlatih; dan mengubah tingkah laku atau tanggapan
yang disebabkan oleh pengalaman (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2020). Belajar memiliki
beragam definisi, salah satunya dipaparkan oleh Hilgard & Bower (1975), di mana belajar

4
merupakan suatu cara untuk mengingat, mendapatkan dan menguasai pengetahuan dan
informasi melalui pengalaman. Belajar tidak hanya sekedar proses mengingat, mendapatkan
dan menguasai pengetahuan maupun informasi, hingga mendapatkan perubahan. Perubahan
yang dimaksud di sini adalah perubahan pada sikap dan tingkah laku diri yang relatif tetap
dan berkesinambungan terjadi sebagai bagian dari hasil latihan dan pengalaman (Lachman,
1997; Ormrod, 1999; Domjam, 2010; Barron et al., 2015). Hal tersebut yang merupakan
definisi esensial dari sebuah proses belajar, yakni pengalaman dan perubahan. Sedangkan
menurut pandangan Nuthall (2012), belajar juga dikatakan sebagai proses aktif apropriasi
(membuat sesuatu menjadi milik sendiri) dari pengetahuan. kemampuan, dan keterampilan
untuk meningkatkan kompetensi pribadi dan membentuk realitas dalam konteks atau situasi
tertentu.
Berdasarkan paparan para ahli di atas, konsep belajar dapat dimaknakan sebagai
bagian dari suatu proses yang memungkinkan munculnya perubahan sebuah tingkah laku
yang baru, dan bukan disebabkan dari sebuah proses kematangan diri, namun sebuah proses
alami dan berdasarkan sebuah pengalaman. Penjelasan ini semakin mengerucutkan definisi
sebenarnya terkait konsep belajar itu sendiri? Belajar merupakan pengalaman yang
mengakibatkan suatu perubahan, namun perubahan yang terjadi bukan bagian dan
kematangan din. Kematangan diri yang dimaksud adalah perubahan fisik yang seyogianya
memang terjadi pada setiap din individu. Perubahan fisik seperti ini bukan bagian dari proses
belajar. Seperti contoh, seorang anak mengalami perubahan dan perkembangan kemampuan
secara fisik, selanjutnya anak tersebut dapat berdiri dari duduknya atau kejadian seorang
anak mengalami perubahan fisik diakibatkan suatu kecelakaan, maka kedua hal tersebut
bukan bagian dari proses belajar, meskipun pengalaman dan perubahan tersebut berlangsung
secara lama dan konstan.
Belajar memang sebuah proses perubahan tingkah laku, namun dilakukan untuk
memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan berdasarkan pengalaman
sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar (Slameto, 1995). Hanafy (2014)
menambahkan bahwa perubahan tingkah laku yang baru tersebut merupakan hasil dari
kegiatan belajar yang dilakukan secara sadar, bersifat kontinu dan fungsional, bersifat positif
dan aktif, bersifat konstan, bertujuan dan terarah hingga mencakup seluruh aspek tingkah
laku seorang individu, dalam hal ini adalah siswa.

5
2.3 Faktor Pengaruh Belajar & Manifestasi dalam Kehidupan
Sebagaimana telah dikatakan dalam salah satu prinsip belajar bahwa keberhasilan
belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Agar kita dapat mencapai keberhasilan belajar yang
maksimal, tentu saja kita harus memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
belajar tersebut. Pemahaman itu juga penting agar selanjutnya kita dapat menentukan latar
belakang dan penyebab kesulitan belajar yang mungkin kita alami.
Seperti sudah disebutkan, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan belajar itu dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
A. Faktor Internal
Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor
internal terjadinya dan faktor biologis dan faktor psikologis.
1. Faktor Biologis (Jasmaniah)
Faktor biologis meliputi segala hal yang berhubungan dengan keadaan fisik atau
jasmani individu yang bersangkutan. Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan
sehubungan dengan faktor biologis ini di antaranya sebagai berikut.
1) Kondisi fisik yang normal
Kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan
sampai sesudah lahir sudah tentu merupakan hal yang sangat menentukan
keberhasilan belajar seseorang. Kondisi fisik yang normal ini terutama harus
meliputi keadaan otak, panca indra, anggota tubuh seperti tangan dan kaki, dan
organ-organ tubuh bagian dalam yang akan menentukan kondisi kesehatan
seseorang.
Di sekolah-sekolah umum biasanya keadaan fisik yang tidak normal jarang
sekali menjadi masalah atau hambatan utama dalam belajar. Hal ini karena
penerimaan murid di sekolah umum itu telah diseleksi sedemikian rupa,
sehingga murid yang diterima umumnya adalah mereka yang memiliki kondisi
mental dan fisik yang normal.
2) Kondisi kesehatan fisik

6
Bagaimana kondisi kesehatan fisik yang sehat dan segar (fit) sangat
mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang, tentu- nya telah kita ketahui
dengan mudah dan tidak perlu lagi kita bicarakan secara panjang lebar. Namun
demikian, di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang sangat
diperlukan. Hal-hal tersebut di antaranya adalah makan dan minum harus teratur
serta memenuhi persyaratan kesehatan, olahraga secukupnya, dan istirahat yang
cukup. Selain itu, jika terjadi gangguan kesehatan, segeralah berobat dan jangan
membiasakan diri untuk membiarkan terjadinya gangguan kesehatan secara
berlarut-larut.

2. Faktor Psikologis (Rohanlah)


Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi
segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang
dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil.
Kondisi mental yang mantap dan stabil ini tampak dalam bentuk sikap mental yang
positif dalam menghadapi segala hal, terutama hal-hal yang berkaitan dalam proses
belajar.
Sikap mental yang positif dalam proses belajar itu misalnya saja adalah
kerajinan dan ketekunan dalam belajar, tidak mudah putus asa atau frustrasi dalam
menghadapi kesulitan dan kegagalan, tidak mudah terpengaruh untuk lebih
mementingkan kesenangan daripada belajar, mempunyai inisiatif sendiri dalam
belajar, berani bertanya, dan selalu percaya pada diri sendiri. Selain berkaitan erat
dengan sikap mental yang positif, faktor psikologis ini meliputi pula hal-hal berikut.
1) Intelegensi.
Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh
besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang mempunyai
intelegensi jauh di bawah normal akan sulit diharapkan untuk mencapai prestasi
yang tinggi dalam proses belajar. Sangat perlu dipahami bahwa intelegensi itu
bukan merupakan satu-satunya faktor penentu keberhasilan belajar seseorang.
Intelegensi itu hanya merupakan salah satu faktor dari sekian banyak faktor.

7
Di sekolah-sekolah umum, masalah kegagalan belajar yang disebabkan
intelegensi yang rendah, tidak banyak terjadi kecuali jika seleksi penerimaan
siswa di sekolah tersebut tidak dilakukan dengan baik. Masalah belajar yang
lebih sering terjadi di sekolah-sekolah umum justru sebaliknya, yaitu tidak
sedikit siswa atau mahasiswa yang intelegensinya normal atau bahkan di atas
rata- rata, tetapi prestasi belajarnya rendah. Jelas hal ini membuktikan bahwa
seseorang yang intelegensinya tinggi tidak akan bisa mencapai prestasi belajar
yang baik jika tidak ditunjang faktor-faktor lain yang juga menentukan
keberhasilan belajar seperti kemauan, kerajinan, waktu atau kesempatan, dan
fasilitas belajar.
Sebaliknya, seseorang yang intelegensinya tidak seberapa tinggi atau
sedang mungkin saja mencapai prestasi belajar yang tinggi jika proses belajarnya
ditunjang dengan berbagai faktor lain yang memungkin- kannya untuk mencapai
prestasi belajar yang maksimal.
2) Kemauan
Kemauan dapat dikatakan sebagai faktor utama penentu keberhasilan
belajar acacorang. Lebih dari itu, dapat dikatakan kemauan merupakan motor
penggerak utama yang menentukan keberhasilan seseorang dalam setiap segi
kehidupannya. Bagaimanapun baiknya proses belajar yang dilakukan seseorang,
hasilnya akan kurang memuaskan jika orang tersebut tidak mempunyai kemauan
yang keras. Hal ini disebabkan kemauan itu berpengaruh langsung terhadap
berbagai faktor lain, seperti daya konsentrasi, perhatian, kerajinan, penemuan
suatu metode belajar yang tepat, dan ketabahan dalam menghadapi kesulitan
belajar.
3) Bakat
Bakat memang merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang
keberhasilan belajar seseorang dalam suatu bidang tertentu. Perlu diketahui
bahwa biasanya bakat itu bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang
dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya
kemampuan seseorang dalam suatu bidang.

8
Kegagalan dalam belajar yang sering terjadi sehubungan dengan bakat
justru disebabkan seseorang terlalu cepat merasa dirinya tidak berbakat dalam
suatu bidang. Untuk dapat menentukan bakat dengan usaha sendiri, Anda dapat
melakukannya dengan jalan mencoba mempelajari berbagai bidang ilmu, baik di
sekolah maupun di lembaga-lembaga kursus, atau di tempat lainnya. Jika seluruh
faktor yang mempengaruhi proses belajar telah Anda peroleh, tapi ternyata tidak
berhasil juga dalam mempelajari suatu bidang ilmu, boleh dikatakan Anda
kurang berbakat dalam ilmu tersebut. Sebaliknya, jika Anda berhasil mencapai
prestasi dalam bidang ilmu tersebut, berarti Anda berbakat.
4) Daya ingat
Bagaimana daya ingat sangat mempengaruhi keberhasilan belajar
seseorang, kiranya sangat mudah dimengerti. Untuk memperjelas pengertian
tersebut marilah kita memperdalam pengetahuan kita tentang proses mengingat
yang melalui tahap-tahap berikut: menanamkan (memasukkan) kesan,
menyimpan kesan, mereproduksi (mengeluarkan kembali) kesan. Karena itu,
daya ingat dapat didefinisikan sebagai daya jiwa untuk memasukkan,
menyimpan, dan mengeluarkan kembali suatu kesan. Pengertian kesan di sini
adalah gambaran yang tertinggal di dalam jiwa atau pikiran setelah kita
melakukan pengamatan. Sesuai dengan tahap-tahapnya, daya ingat mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut.
a. Sifat cepat atau lambat
Sifat ini dimiliki oleh daya mencamkan kesan. Sifat ini menunjukkan
lamanya waktu untuk memasukkan kesan ke dalam pikiran. Hal ini
tergantung pada situasi dan kondisi lingkungan serta kondisi mental dan fisik
kita.
b. Sifat setia
Sifat ini dimiliki oleh daya menyimpan, yang berarti kesan-kesan yang
masuk dapat disimpan sama persis dengan objek yang sebenarnya. Misalnya,
apa yang dibaca oleh seseorang dapat disimpan di dalam pikirannya sama
persis dengan apa yang tertulis di dalam buku.
c. Sifat tahan lama

9
Sifat ini juga dimiliki oleh daya menyimpan, yang berarti kesan yang telah
masuk di dalam pikiran dapat disimpan dalam waktu yang lama, atau tidak
mudah lupa.
d. Sifat luas
Sifat ini pun dimiliki oleh daya menyimpan, yang berarti dapat menyimpan
kesan dalam jumlah yang banyak.
e. Sifat siap
Sifat ini dimiliki oleh daya reproduksi, yang berarti dapat mengeluarkan
kembali kesan-kesan yang telah tersimpan di dalam pikiran, baik secara lisan
maupun secara tertulis.
Perlu juga diketahui, kemampuan mengingat ini dipengaruhi pula oleh daya jiwa
yang lain, di antaranya adalah kemauan dan daya konsentrasi. Agar lebih mudah
dimengerti, proses mengingat dengan tahap-tahap dan sifatnya kami gambarkan
sebagai berikut.
5) Daya konsentrasi.
Daya konsentrasi merupakan suatu kemampuan untuk memfokuskan
pikiran, perasaan, kemauan, dan segenap panca-indra ke satu objek di dalam satu
aktivitas tertentu, dengan disertai usaha untuk tidak mempedulikan objek-objek
lain yang tidak ada hubungannya dengan aktivitas itu. Sangat perlu diketahui
bahwa kemampuan untuk melakukan konsentrasi itu memerlukan kemampuan
dalam menguasai diri (daya penguasaan diri).
Dengan daya penguasaan diri inilah seseorang akan dapat menguasai
pikiran, perasaan, kemauan, dan segenap panca-indranya untuk dikonsentrasikan
(difokuskan) kepada satu objek yang dikehendakinya. Seseorang yang tidak
mempunyai pendirian, mudah terpengaruh, tidak mempunyai kestabilan mental,
dan mempunyai daya penguasaan diri yang lemah, biasanya akan mengalami
kesulitan dalam mengkonsentrasikan pikirannya.
Demikianlah kiranya beberapa faktor internal yang sangat perlu kita
perhatikan mengingat faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh dan
menentukan. keberhasilan belajar seseorang. Perlu juga diketahui bahwa
kesulitan belajar yang bersumber pada faktor- faktor internal ini (terutama yang

10
bersifat psikologis), seringkali lebih sulit diatasi daripada kesulitan belajar yang
bersumber pada faktor-faktor eksternal.

B. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar individu itu sendiri. Faktor
eksternal meliputi faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah, faktor
lingkungan masyarakat, dan faktor waktu.
1. Faktor Lingkungan Keluarga
Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama
dalam menentukan perkembangan pendidikan seseorang, dan tentu saja merupakan
faktor pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang.
Kondisi lingkungan keluarga yang sangat menentukan keberhasilan belajar seseorang
di antaranya ialah adanya hubungan yang harmonis di antara sesama anggota
keluarga, tersedianya tempat dan peralatan belajar yang cukup memadai, keadaan
ekonomi keluarga yang cukup, suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya
perhatian yang besar dan orang tua terhadap perkembangan proses belajar dan
pendidikan anak-anaknya.
2. Faktor Lingkungan Sekolah
Satu hal yang paling mutlak harus ada di sekolah untuk menunjang
keberhasilan belajar adalah adanya tata tertib dan disiplin yang ditegakkan secara
konsekuen dan konsisten. Disiplin tersebut harus ditegakkan secara menyeluruh, dari
pimpinan sekolah yang bersangkutan, para pengajar, para siswa, sampai karyawan
sekolah lainnya. Dengan cara seperti inilah proses belajar akan dapat berjalan dengan
baik. Setiap personil sekolah terutama para siswa harus memiliki kepatuhan terhadap
disiplin dan tata tertib sekolah. Jadi mereka tidak hanya patuh dan senang kepada
pengajar- pengajar tertentu.
Kondisi lingkungan sekolah yang juga dapat mempengaruhi kondisi belajar
antara lain adalah adanya pengajar yang baik dalam jumlah yang cukup memadai
sesuai dengan jumlah bidang studi yang ditentukan, peralatan belajar yang cukup
lengkap, gedung sekolah yang memenuhi persyaratan bagi berlangsungnya proses

11
belajar yang baik, adanya teman yang baik, adanya keharmonisan hubungan di antara
semua personil sekolah.
Semua hal yang disebut belakangan ini tidak akan berarti banyak tanpa
tegaknya disiplin sekolah. Siswa yang belajar di sekolah dengan fasilitas kurang
memadai tapi mempunyai disiplin yang baik seringkali lebih berprestasi daripada
siswa yang belajar di sekolah dengan fasilitas serba lengkap tapi mempunyai disiplin
yang rendah. Hal ini membuktikan bahwa sebenarnya yang paling mempengaruhi
keberhasilan belajar para siswa di sekolah adalah adanya tata tertib atau disiplin yang
ditegakkan secara konsekuen dan konsisten. Untuk menegakkan tata tertib dan
disiplin yang konsekuen dan konsisten ini tentu saja diperlukan seorang kepala
sekolah yang baik. Di sekolah-sekolah yang dipimpin oleh seorang kepala sekolah
yang tidak mempunyai leadership (kepemimpinan) yang baik, biasanya akan sering
terjadi masalah-masalah yang menghambat jalannya proses belajar. Biasanya
masalah-masalah tersebut tidak hanya menghambat atau merugikan siswa, tetapi juga
merugikan pengajar dan personil sekolah lainnya.
3. Faktor Lingkungan Masyarakat
Jika kita perhatikan dengan saksama lingkungan masyarakat di sekitar kita,
kita akan dapat melihat ada lingkungan atau tempat tertentu yang dapat menunjang
keberhasilan belajar, ada pula lingkungan atau tempat tertentu yang menghambat
keberhasilan belajar. Lingkungan atau tempat tertentu yang dapat menunjang
keberhasilan belajar di antaranya adalah lembaga-lembaga pendidikan nonformal
yang melaksanakan kursus-kursus tertentu, seperti kursus bahasa asing, keterampilan
tertentu, bimbingan tes, kursus pelajaran tambahan yang menunjang keberhasilan
belajar di sekolah, sanggar majelis taklim, sanggar organisasi keagamaan seperti
remaja masjid dan gereja, sanggar karang taruna.
Lingkungan atau tempat tertentu yang dapat menghambat keberhasilan
belajar antara lain adalah tempat hiburan tertentu yang banyak dikunjungi orang yang
lebih mengutamakan kesenangan atau hura-hura seperti diskotik, bioskop, pusat-pusat
perbelanjaan yang merangsang kecenderungan konsumerisme, dan tempat-tempat
hiburan lainnya yang memungkinkan orang dapat melakukan perbuatan maksiat
seperti judi, mabuk- mabukan, penyalahgunaan zat atau obat.

12
Meskipun begitu, tidak semua tempat hiburan selalu menghambat
keberhasilan belajar. Hiburan itu sebenar- nya juga diperlukan untuk menyegarkan
pikiran atau menghilangkan kelelahan pikiran.

C. Manifestasi Belajar Dalam kehidupan


Dalam hal memahami arti belajar dan esensi perubahan karena belajar, para ahli
sependapat atau sekurang-kurangnya terdapat titik temu di antara mereka mengenai hal-
hal yang prinsip. Akan tetapi, mengenai apa yang dipelajari siswa –siswi dan bagaimana
perwujudan atau manifestasinya, agaknya masih tetap merupakan teka-teki yang sering
menimbulkan silang pendapat yang cukup tajam di antara para ahli itu. Meskipun
demikian, berikut ini akan dikemukakan pendapat sekelompok ahli mengenai perilaku
belajar. Dikemukakannya pendapat sekelompok ahli ini sudah barang tentu tidak berarti
mengecilkan pendapat kelompok ahli lainnya. Manifestasi perilaku belajar tampak
dalam:
1) Manifestasi Kebiasaan
Setiap siswa-siswi yang telah mengalami proses belajar, kebiasaannya akan
tampak berubah. Menurut Burghardt (1973) dalam Muhibbin Syah (1999), kebiasaan
itu timbul karena proses penyusutan kecenderungan respon dengan menggunakan
stimulasi yang berulang-ulang. Dalam proses belajar, pembiasaan juga meliputi
pengurangan perilaku yang tidak diperlukan. Karena proses penyusutan/pengurangan
inilah, muncul suatu pola bertingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis.
Kebiasaan ini terjadi karena prosedur pembiasaan seperti dalam classical dan operant
conditioning. Contoh: siswa yang belajar bahasa berkali-kali menghindari
kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, akhirnya akan terbiasa
dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar. Jadi, berbahasa yang baik dan
benar itulah perwujudan perilaku belajar siswa-siswi tadi.
2) Manifestasi Keterampilan
Keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan uraturat syaraf dan
otot-otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti
menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya. Meskipun sifatnya motorik, namun
keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi.

13
Dengan demikian, siswa-siswi yang melakukan gerakan motorik dengan koordinasi
dan kesadaran yang rendah dapat dianggap kurang atau tidak terampil.
Di samping itu, menurut Reber (1988), keterampilan adalah kemampuan
melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan
sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Keterampilan bukan hanya
meliputi melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif.
Konotasinya pun luas sehingga sampai pada memengaruhi atau mendayagunakan
orang lain. Artinya, orang yang mampu mendayagunakan orang lain secara tepat juga
dianggap sebagai orang yang terampil.
3) Manifestasi Pengamatan
Pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti
rangsangan yang masuk melalui indera seperti mata dan telinga. Berkat pengalaman
belajar, seorang siswa-siswi akan mampu mencapai pengamatan yang benar objektif
sebelum mencapai pengertian. Pengamatan yang salah akan mengakibatkan
timbulnya pengertian yang salah pula. Sebagai contoh, seorang anak yang baru
pertama kali mendengarkan radio akan mengira bahwa penyiar benar-benar berada
dalam kotak bersuara itu. Namun melalui proses belajar, lambat-laun akan
diketahuinya bahwa yang ada dalam radio tersebut hanya suaranya, sedangkan
penyiarnya berada jauh di studio pemancar.
4) Manifestasi Berpikir Asosiatif dan Daya Ingat
Secara sederhana, berpikir asosiatif adalah berpikir dengan cara
mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya. Berpikir asosiatif itu merupakan proses
pembentukan hubungan antara rangsangan dengan respons. Dalam hal ini perlu
dicatat bahwa kemampuan siswa untuk melakukan hubungan asosiatif yang benar
amat dipengaruhi oleh tingkat pengertian atau pengetahuan yang diperoleh dari hasil
belajar. Sebagai contoh, siswa yang mampu menjelaskan arti penting tanggal 12
Rabiul Awal. Kemampuan siswa tersebut dalam mengasosiasikan tanggal bersejarah
itu dengan hari ulang tahun (maulid) Nabi Muhammad S.A.W. hanya bisa didapat
apabila ia telah mempelajari riwayat hidup beliau.
Di samping itu, daya ingat pun merupakan perwujudan belajar, sebab daya
ingat merupakan unsur pokok dalam berpikir asosiatif Jadi, siswa-siswi yang telah

14
mengalami proses belajar akan ditandai dengan bertambahnya simpanan materi
(pengetahuan dan pengertian) dalam memori, serta meningkatnya kemampuan
menghubungkan materi tersebut dengan situasi atau stimulus yang ia hadapi.
5) Manifestasi Berpikir Rasional dan Kritis
Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku belajar terutama yang
bertalian dengan pemecahan masalah. Pada urnumnya siswa-siswi yang berpikir
rasional akan menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam
menjawab pertanyaan "bagaimana" (how) dan "mengapa" (why). Dalam berpikir
rasional, siswa-siswi dituntut menggunakan logika (akal sehat) untuk menentukan
sebab-akibat, menganalisis, menarik kesimpulan-kesimpulan, dan bahkan juga
menciptakan hukumhukum (kaidah teoretis) dan ramalan-ramalan. Dalam hal
berpikir kritis, siswa dituntut menggunakm strategi kognitif tertentu yang tepat untuk
menguji keandalan gagasan pemecahan masalah dan mengatasi kesalahan atau
kekurangan (Reber, 1988).
6) Manifestasi Sikap
Dalam arti yang sempit sikap adalah pandangan atau kecenderungan mental. Menurut
Bruno (1987) dalam Muhibbin Syah (1993), sikap (attitude) adalah kecenderungan
yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau
barang tertentu. Dengan demikian, pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap suatu
kecenderungan siswa-siswi untuk bertindak dengan cara tertentu. Dalam hal ini,
perwujudan perilaku belajar siswa akan ditandai dengan munculnya
kecenderungankecenderungan baru yang telah berubah (lebih maju dan lugas)
terhadap suatu objek, tata nilai, peristiwa, dan sebagainya.
7) Manifestasi Inhibisi
Secara ringkas, inhibisi adalah upaya pengurangan atau pencegahan
timbulnya suatu respons tertentu karena adanya proses respons lain yang sedang
berlangsung (Reber, 1988). Dalam hal belajar, yang dimaksud dengan inhibisi ialah
kesanggupan siswa - siswi untuk mengurangi atau menghentikan tindakan yang tidak
perlu, lalu memilih atau melakukan tindakan lainnya yang lebih baik ketika ia
berinteraksi dengan lingkungannya.

15
Kemampuan siswa dalam melakukan inhibisi pada umumnya diperoleh lewat
proses belajar. Oleh sebab itu, makna dan perwujudan perilaku belajar seorang siswa
akan tampak pula dalam kemampuannya melakukan inhibisi ini. Contoh: seorang
siswa yang telah sukses mempelajari bahaya alkohol akan menghindari membeli
minuman keras. Sebagai gantinya ia membeli minuman sehat.
8) Manifestasi Apresiasi
Pada dasarnya, apresiasi berarti suatu pertimbangan (judgment) mengenai arti
penting atau nilai sesuatu (Chaplin, 1982). Dalam penerapannya, apresiasi sering
diartikan sebagai penghargaan atau penilaian terhadap benda-benda-baik abstrak
maupun konkret - yang memiliki nilai luhur. Apresiasi adalah gejala ranah afektif
yang pada umumnya ditujukan pada karya-karya seni budaya seperti seni, sastra, seni
musik, seni lukis, drama, dan sebagainya.
Tingkat apresiasi seorang siswa terhadap nilai sebuah karya sangat
bergantung pada tingkat pengalaman belajarnya. Sebagai contoh, jika seorang siswa
telah mengalami proses belajar agama secara mendalam, maka tingkat apresiasinya
terhadap nilai seni baca Al-Qur'an dan kaligrafi akan mendalam pula. Dengan
demikian, pada dasarnya seorang siswa baru akan memiliki apresiasi yang memadai
terhadap objek tertentu (misalnya kaligrafi) apabila sebelumnya ia telah mempelajari
materi yang berkaitan dengan objek yang mengandung nilai tersebut.
9) Manifestasi Tingkah Laku Afektif
Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman
perasaan seperti takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was, dan
sebagainya. Tingkah laku seperti ini tidak terlepas dari pengaruh pengalaman belajar
siswasiswi sebagai akibat konstruksi sekolah. Oleh karenanya, la juga dapat dianggap
sebagai perwujudan perilaku belajar.
Seorang anak, misalnya, dapat dianggap sukses secara afektif dalam belajar
agama apabila ia telah menyenangi dan menyadari dengan ikhlas kebenaran ajaran
agama yang ia pelajari, lalu menjadikannya sebagai "sistem nilai diri". Kemudian,
pada gilirannya ia menjadikan sistem nilai ini sebagai penuntun hidup, baik di kala
suka maupun duka (Darajat, 1985).

16
2.4 Teori-Teori Belajar
Istilah teori belajar terdiri dari dua kata penting yaitu teori dan belajar. Menurut McKeachie
dalam Grendel (1991:5) teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-
kejadian tertentu dalam dunia nyata. Sedangkan menurut Hamzah (2003:26) teori merupakan
seperangkat preposisi yang didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip
yang terdiri dari satu atau lebih variabel yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat
dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan kebenarannya. Dari dua pendapat yang telah
dikemukakan oleh para ahli di atas dapat dirangkum bahwa teori adalah seperangkat azaz
tentang kejadian-kejadian yang didalamnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang
dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya.
1. Teori Behavioristik
Penggagas teori belajar behavioristik adalah Gagne dan Berliner. Teori ini
menekankan tentang perubahan tingkah laku yang terjadi karena pengalaman belajar. Di
dalam perkembangannya, teori ini menjadi aliran psikologi belajar yang memiliki
pengaruh besar terhadap tujuan peningkatan teori belajar dan praktik dalam dunia
pendidikan dan pembelajaran.
Menurut teori behavioristik, seseorang akan dianggap telah belajar ketika sudah
menunjukkan perubahan perilaku setelah mengalami proses pembelajaran. Jadi, belajar
dapat diartikan sebagai stimulus dan respon. Input merupakan stimulus dan output adalah
respon yang dihasilkan dari stimulus yang diberikan. Apa saja bentuk stimulus yang dapat
diberikan oleh Pengajar Pintar? Stimulus yang diberikan dapat berupa penyampaian
materi, pembentukan karakter, nasihat, dan lain-lain yang diberikan pengajar kepada
siswanya. Dan respon merupakan reaksi atau tanggapan dari siswa terhadap stimulus yang
diberikan oleh pengajarnya.
Pada penerapannya dalam proses belajar mengajar, teori belajar behavioristik
sangat bergantung pada beberapa aspek, seperti tujuan pembelajaran, karakteristik siswa,
materi pelajaran, media pembelajaran, dan fasilitas pembelajaran. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan saat menerapkan teori behavioristik dalam proses belajar mengajar, yaitu:
a. Pengajar Pintar harus selalu mengobservasi dan memperhatikan siswa.
b. Lingkungan belajar juga harus diperhatikan.

17
c. Teori behavioristik sangat mengutamakan pembentukan tingkah laku dengan cara
latihan dan pengulangan
d. Proses belajar mengajar di kelas harus dengan stimulus dan respon.

2. Teori Kognitif
Teori belajar kognitif dikembangkan oleh seorang psikolog asal Swiss bernama
Jean Piaget. Teori kognitif membahas tentang manusia membangun kemampuan
kognitifnya dengan motivasi yang dilakukan oleh diri sendiri terhadap lingkungannya. Inti
dari konsep teori kognitif ini adalah bagaimana munculnya dan diperolehnya schemata
(skema atau rencana manusia dalam mempersepsikan lingkungannya) dalam tahapan-
tahapan perkembangan manusia atau saat seseorang mendapatkan cara baru dalam
memaknai informasi secara mental.
Jika merujuk pada teori belajar kognitif, belajar dapat diartikan sebagai sebuah
proses perubahan persepsi dan pemahaman. Dengan kata lain, belajar tidak harus berbicara
tentang perubahan tingkah laku atau sikap yang bisa diamati oleh pengajar. Setiap orang
atau siswa memiliki pengalaman dan pengetahuan yang berbeda-beda dan tertata rapi
dalam bentuk struktur kognitif. Pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki siswa inilah
yang membuat proses belajar mengajar akan berjalan dengan baik. Teori ini akan dapat
berjalan dengan baik ketika materi pelajaran yang baru dapat beradaptasi dengan struktur
kognitif atau kemampuan yang dimiliki oleh siswa.
Teori kognitif mempercayai bahwa perilaku seseorang dapat ditentukan oleh
persepsi dan pemahamannya dalam melihat situasi yang berhubungan dengan tujuan proses
belajar mengajar. Teori ini juga percaya bahwa belajar itu dihasilkan dari proses persepsi
kemudian membentuk hubungan antara pengalaman yang baru dan pengalaman yang
sudah tersimpan di dalam dirinya. Proses pembelajaran yang berkiblat pada teori kognitif
tidak hanya beroperasi secara terpisah-pisah, tetapi melalui proses yang mengalir dan
menyeluruh. Hal yang sangat ditekankan dalam teori belajar kognitif adalah proses dari
belajar bukan hasil belajar. Hal yang perlu diperhatikan saat menerapkan teori kognitif
dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:
• Materi pembelajaran harus disusun dengan pola atau logika sederhana dan kompleks.

18
• Pengajar harus memberikan pengarahan sesuai dengan usia siswa karena mereka
bukanlah orang dewasa yang sudah mengerti dan mudah dalam berpikir.
• Proses belajar mengajar harus bermakna.
• Pengajar harus mengamati perbedaan yang ada pada setiap siswa supaya siswa dapat
berhasil mencapai tujuan pembelajaran.
Teori kognitif memiliki kelebihan dan juga kekurangan. Kelebihannya adalah
memudahkan siswa memahami materi belajar dan membuat siswa dapat menjadi lebih
mandiri dan kreatif. Sedangkan kekurangannya adalah teori ini belum bisa diterapkan pada
semua tingkat pendidikan.

3. Teori Konstruktivisme
Penggagas teori konstruktivitisme adalah Lev S. Vygotsky. Dilihat dari maknanya,
konstruksi berarti membangun. Dapat diambil kesimpulan bahwa teori belajar
konstruktivisme adalah suatu usaha yang dilakukan untuk membangun tata hidup yang
berbudaya modern. Landasan dari teori belajar konstruktivisme adalah pembelajaran
kontekstual. manusia membangun pengetahuan sedikit demi sedikit yang hasilnya
disebarkan melalui konteks yang terbatas dan dalam waktu yang direncanakan.
Dalam teori ini ditekankan bahwa seseorang yang belajar memiliki tujuan untuk
menemukan bakatnya, menambah pengetahuan atau teknologi, dan lain-lain yang
dibutuhkan untuk mengembangkan dirinya. Dari pengalaman-pengalaman yang telah
dilewati oleh siswa, maka mereka akan memiliki hidup yang lebih dinamis dan
pengetahuan akan bertambah. Dalam konteks belajar mengajar, teori belajar dan
pembelajaran konstruktivisme membebaskan siswa untuk membimbing sendiri
pengetahuan yang dimiliki berdasarkan pengalaman. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
saat menerapkan teori konstruktivisme dalam proses belajar mengajar adalah:
• Saat mengajar sebaiknya Pengajar Pintar memberikan kesempatan kepada siswa agar
dapat mengeluarkan pendapat dengan bahasanya sendiri.
• Siswa diberikan kesempatan untuk menceritakan pengalamannya agar menjadi siswa
yang lebih kreatif dan imajinatif.
• Lingkungan belajar mengajar harus dibuat kondusif supaya siswa dapat belajar dengan
maksimal.

19
• Siswa diberikan kesempatan untuk membuat gagasan atau ide yang baru.

4. Teori Humanistik
Teori belajar ini dicetuskan oleh Abraham Maslow yang lebih cenderung melihat
perkembangan pengetahuan dari sisi kepribadian manusia. Hal ini disebabkan karena
humanistik itu sendiri merupakan ilmu yang melihat segala sesuatu dari sisi kepribadian
manusia. Teori belajar humanistik juga memiliki tujuan untuk membangun kepribadian
siswa dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang positif. Pengajar atau pendidik yang
menerapkan teori humanistik akan mengutamakan hasil pengajaran berupa kemampuan
positif yang dimiliki oleh siswa. Kemampuan positif akan dapat membangun atau
mengembangkan emosi positif pada siswa.
Perbedaan teori belajar humanistik dan teori belajar behavioristik adalah teori
belajar humanistik lebih mengutamakan melihat tingkah laku manusia sebagai campuran
antara motivasi yang lebih tinggi atau lebih rendah. Sedangkan teori behavioristik hanya
melihat motivasi manusia sebagai sebuah usaha untuk memenuhi fisiologis manusia.
Teori belajar humanistik menekankan pada pembentukan kepribadian, perubahan
sikap, menganalisis fenomena sosial, dan hati nurani yang diterapkan melalui materi-
materi pelajaran. Dalam teori ini Pengajar Pintar sangat berperan sebagai fasilitator untuk
siswa. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menerapkan teori
konstruktivisme dalam proses belajar mengajar:
• Pengajar Pintar harus berusaha untuk menyusun dan mempersiapkan materi-materi
pembelajaran lebih banyak agar tujuan belajar mengajar tercapai.
• Pengajar Pintar harus berusaha tenang ketika mendengar ungkapan-ungkapan dari
siswa yang memberitahukan bahwa ada perasaan yang kuat dan dalam saat belajar
mengajar.
• Pengajar Pintar adalah fasilitator. Pengajar Pintar harus memberikan perhatian kepada
siswa dan menciptakan suasana kelas kondusif.
• Pengajar Pintar harus dapat mengenali dan menerima kelemahan-kelemahan pada
dirinya supaya saat mengajar akan lebih tenang.

20
• Pengajar Pintar harus mengetahui keinginan dari setiap siswa karena keinginan-
keinginan yang ada pada setiap siswa dapat menambah kekuatan dan mendorong
semangat belajar.

2.5 Macam-Macam Jenis Belajar & Contohnya


Dalam proses belajar mengajar dikenal juga adanya bermacam-macam kegiatan yang
kemudian memiliki corak yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, baik dalam aspek
materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang
diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar ini sendiri muncul dalam dunia pendidikan sejalan
dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga sangat beragam. Jenis-jenis belajar antara
lain:
1. Belajar Abstrak
Belajar abstrak ialah proses belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak.
Tujuannya ialah memperoleh pemahaman serta pemecahan masalah-masalah yang tak
nyata. Dalam mempelajari hal-hal yang abstrak ini kemudian diperlukan peranan akal
yang kuat di samping penguasaan atas prinsip, konsep, serta generalisasi. Adapun contoh
belajar yang termasuk ke dalam jenis ini, antara lain belajar matematika, kimia,
kosmografi, astronomi serta sebagian materi bidang studi agama seperti tauhid.
2. Belajar Keterampilan
Belajar keterampilan ialah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yaitu
yang berhubungan dengan urat-urat saraf serta otot-otot (neuromuscular). Tujuannya ialah
memperoleh dan menguasai keterampilan jasmani tertentu. Dalam belajar jenis ini latihan-
latihan intensif serta teratur amat diperlukan. Termasuk belajar jenis ini kemudian
misalnya belajar olahraga, belajar musik, belajar menari, belajar melukis, memperbaiki
benda-benda elektronik, serta sebagian materi pelajaran agama seperti ibadah shalat serta
haji.
3. Belajar Sosial
Belajar sosial pada dasarnya ialah belajar memahami masalah-masalah serta teknik-teknik
untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuan dari belajar sosial ialah menguasai
pemahaman serta kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial seperti
diantaranya masalah keluarga, masalah persahabatan, kelompok, serta berbagai masalah-
21
masalah lain yang bersifat kemasyarakatan. Selain itu, belajar sosial juga bertujuan
mengatur dorongan nafsu pribadi demi kepentingan bersama serta memberi peluang
kepada orang lain atau kelompok lain untuk memenuhi kebutuhannya secara berimbang
serta proporsional. Bidang-bidang studi yang termasuk ke bahan pelajaran sosial antara
lain pelajaran agama serta pendidikan moral.
4. Belajar Rasional
Belajar rasional ialah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis serta
rasional (sesuai dengan akal sehat). Tujuan dari jenis belajar ini ialah memperoleh aneka
ragam kecakapan dengan menggunakan prinsip-prinsip serta konsep-konsep. Selain itu,
jenis belajar ini juga sangat erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah. Dengan
belajar rasional, siswa kemudian diharapkan memiliki kemampuan rational problem
solving, yaitu kemampuan dalam memecahkan masalah dengan menggunakan
pertimbangan serta strategi akal sehat, logis, yang sistematis. Bidang-bidang studi yang
kemudian dapat digunakan sebagai sarana belajar rasional sama dengan bidang-bidang
studi untuk belajar suatu pemecahan masalah. Perbedaannya, adalah pada belajar rasional
tidak memberi tekanan khusus dan penggunaan bidang studi eksakta. Dengan kata lain,
bidang-bidang studi yang non eksakta bisa memberi efek yang sama dengan bidang studi
eksakta dalam proses belajar rasional.
5. Belajar Kebiasaan
Belajar kebiasaan merupakan suatu proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau
perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada sebelumnya. Belajar kebiasaan, selain
menggunakan perintah, suri tauladan, serta pengalaman khusus, juga menggunakan
hukuman serta ganjaran. Tujuan dari jenis belajar ini adalah agar siswa memperoleh sikap-
sikap serta kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan
kebutuhan ruang serta waktu (kontekstual). Dalam hal ini, arti tepat dan selaras bisa
dikaitkan dengan norma serta tata nilai moral yang berlaku, baik yang bersifat religius,
tradisional hingga kultural.
6. Belajar Apresiasi
Belajar apresiasi ialah proses belajar mempertimbangkan (judgement) arti penting ataupun
nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan
kecakapan ranah rasa (affective skill), yaitu kemampuan dalam menghargai secara tepat

22
mengenai suatu nilai objek tertentu, misalnya saja pada apresiasi sastra, musik, dan lain
sebagainya. Bidang-bidang studi yang dapat menunjang tercapainya tujuan belajar
apresiasi sendiri diantaranya adalah pada bahasa dan sastra, prakarya, serta kesenian.
Selain itu, dalam bidang agama juga bisa menggunakan jenis belajar apresiasi, misalnya
hafal kitab suci.
7. Belajar Pengetahuan
Belajar pengetahuan (studi) adalah proses belajar dengan cara melakukan penyelidikan
mendalam mengenai suatu objek pengetahuan tertentu. Studi ini juga dapat diartikan
sebagai sebuah program belajar terencana untuk dapat menguasai materi pelajaran dengan
cara melibatkan kegiatan investigasi serta eksperimen.

2.6 Gaya Belajar


Gaya belajar Menurut Sukadi (2008), gaya belajar merupakan kombinasi antara cara
seseorang dalam menyerap pengetahuan dan cara mengatur serta mengolah informasi atau
pengetahuan yang didapat. Sementara, menurut DePorter dan Hernacki (2013), gaya belajar
merupakan suatu kombinasi dari bagaimana ia menyerap, dan kemudian mengatur serta
mengolah informasi
● Gaya Belajar Visual
Orang dengan gaya belajar visual atau spasial biasanya lebih mudah memahami gambar,
simbol dan tanda-tanda lainnya yang ditangkap oleh indera penglihatan. Orang tipe visual
cenderung memiliki pengamatan yang teliti terhadap sesuatu dan mampu mencatat dengan
detail. Mereka akan lebih mudah mengingat sesuatu yang dilihatnya biasanya yang
berkaitan dengan bentuk, warna maupun artistik. Mereka juga lebih suka mencatat ataupun
mencoret-coret kertas saat diberikan penjelasan.
• Auditori
Jika siswa dengan tipe visual lebih mudah mengingat sesuatu yang berupa bentuk, warna
maupun karya artistik berbeda halnya tipe auditori. Siswa auditori lebih mudah mengingat
sesuatu yang ditangkapnya melalui telinga alias dengan mendengarkan. Namun
kekurangan dari tipe auditori adalah cenderung tidak bisa belajar dengan baik di tempat
yang ramai dan berisik. Metode belajar yang tepat bagi tipe auditori yaitu melalui diskusi,
cerita, musik dan bentuk-bentuk suara lainnya. Ciri yang mudah dikenali yaitu, biasanya

23
mereka akan membaca dengan suara yang cukup keras supaya bisa didengarkan oleh
telinganya.
• Kinestetik
Kinestetik atau gerakan merupakan salah satu dari macam-macam gaya belajar yang
dimiliki siswa. Siswa dengan tipe belajar kinestetik cenderung suka bergerak dan tidak bisa
diam. Mereka akan menghafalkan sesuatu dengan membuat gerakan-gerakan
tertentu. Siswa dengan gaya belajar seperti ini akan suka sekali dengan pelajaran yang
tidak monoton seperti kesenian, praktikum, olahraga dan sejenisnya.
• Linguistik atau Verbal
Siswa dengan gaya belajar linguistik lebih nyaman dengan membaca maupun berbicara.
Metode belajar yang efektif untuk siswa tipe ini yaitu menggunakan pantun, puisi dan
berbagai permainan kata lainnya.
• Logical atau Mathematical
Jika seorang siswa memiliki kemampuan untuk mengaitkan satu informasi dengan
informasi lainnya secara logis, maka dia termasuk orang yang mempunyai gaya belajar
logical atau mathematical. Mereka cenderung berpikir secara terstruktur layaknya
menyusun puzzle. Siswa tipe logical sangat menyukai pelajaran yang sifatnya problem
solving atau penyelesaian masalah. Siswa dengan gaya belajar ini tidak memerlukan
hafalan untuk memahami sesuatu.

24
BAB III
STUDI KASUS
3.1 Kasus
“Taare Zammen Par, film ini menggambarkan kisah seorang anak kecil yang bernama
Ishaan. Ishaan mengalami disleksia. Karena keterbatasannya itu, Ishaan sering diejek dan
dikucilkan oleh temannya. Ia menjadi anak yang membenci sekolah dan beberapa kali
bolos. Bahkan gurunya pun kuwalahan menghadapi Ishaan. Ketika dirumah, Ishaan selalu
dituntut untuk terus belajar. Jika Ishaan membangkang sudah tentu kena marah sang ayah.
Orang tua Ishaan tak menyadari bahwa anaknya memiliki bakat yang berbeda dari anak
seusianya. Ayahnya ingin dia untuk mengikuti jejaknya. Ishaan selalu dibandingkan
dengan kakaknya yang pandai. Karena nilai akademiknya tak kunjung membaik, Ishaan
dikirim ke sekolah yang jauh dari tempat tinggalnya. Ishaan merasa kesepian dan semakin
putus asa dengan pendidikannya. Di sekolah barunya, tak kalah berbeda dengan sekolah
lamanya. Banyak teman dan guru mengejeknya. Hingga datanglah seorang guru laki-laki
dengan penuh keceriaan. Di tengah ia memberikan materi pelajaran ia melihat Ishaan yang
tampak murung lalu mencari tahu apa yang terjadi. Setelah diamati dan dicari tau, ia
menemukan satu hal bahwa Ishaan berbeda dengan teman-temannya. Ishaan memang tak
pandai dalam bidang akademik, tetapi ia piawai dalam melukis. Terlihat dari gaya
tulisannya setiap kali ia menulis. Namun banyak orang yang tak mengetahuinya. Bakat
yang dimiliki Ishaan membuatnya minder, karena tak ada satu orang pun yang mendukung
bakatnya. Sang guru datang untuk membantu Ishaan keluar dari keterpurukannya. Ia
mencoba membangkitkan kembali rasa kepercayaan diri Ishaan. Ia membuat lomba
melukis untuk seluruh siswa dan guru yang ada di sekolah tersebut. Hal ini ia maksudkan
untuk memperlihatkan pada semua orang bahwa Ishaan, seorang siswa yang selalu diejek
dan dikucilkan mempunyai bakat yang luar biasa dalam bidang melukis”.

3.2 Analisa Kasus


Film ini menggambarkan stigmatisasi dan pengucilan sosial yang dihadapi oleh
Ishaan di sekolah karena kesulitannya dalam membaca dan menulis. Ishaan merasa tidak
bahagia dan mengalami penurunan harga diri. Peran seorang guru yang peduli menjadi
penting, dia mengenali kebutuhan belajar Ishaan yang berbeda dan menggunakan metode

25
yang lebih visual dan kreatif. Bakat melukis Ishaan ditemukan sebagai sarana untuk
mengatasi kesulitan belajarnya.
Lomba melukis di sekolah memberikan pengakuan dan apresiasi terhadap bakat
Ishaan, meningkatkan kepercayaan diri dan citra diri. Film ini menggambarkan pentingnya
lingkungan inklusif yang mendukung individu dengan kesulitan belajar. Lingkungan yang
mendukung dapat memperkuat solidaritas di antara siswa dan guru, membantu
membangun kepercayaan diri dan kesehatan emosional tiap siswa.
Film ini memberikan inspirasi dan pesan bahwa setiap individu memiliki potensi
yang berbeda-beda, dan perhatian terhadap kebutuhan dan keunikan mereka merupakan
kunci dalam memajukan proses belajar.

26
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kondisi lingkungan keluarga yang sangat menentukan keberhasilan belajar seseorang di
antaranya ialah adanya hubungan yang harmonis di antara sesama anggota keluarga,
tersedianya tempat dan peralatan belajar yang cukup memadai, keadaan ekonomi keluarga
yang cukup, suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian yang besar
dan orang tua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya.
Kondisi lingkungan sekolah yang juga dapat mempengaruhi kondisi belajar antara lain
adalah adanya pengajar yang baik dalam jumlah yang cukup memadai sesuai dengan
jumlah bidang studi yang ditentukan, peralatan belajar yang cukup lengkap, gedung
sekolah yang memenuhi persyaratan bagi berlangsungnya proses belajar yang baik, adanya
teman yang baik, adanya keharmonisan hubungan di antara semua personil sekolah.

4.2 Saran
Kelompok menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan pada penulisan makalah ini. Oleh
karena itu, Kelompok mengharapkan kritik yang membangun bagi makalah ini, agar kelompok dapat
mengevaluasi lebih baik lagi dikemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan khususnya bagi pembaca.

27
DAFTAR PUSTAKA

Hadis, Abdul. (2006). Psikologi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Nurjan, Syarifan. (2015). Psikologi Belajar. Ponorogo: Wade Group

Sukmadinata, Nana Syaodiah. (2016). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya

Wijaya, Robin A dan Y. Bambang, R.H.P. (1996). Petunjuk Praktis Mengenal, Memahami dan
Membahas Masalah-Masalah Perkembangan Emosi, Perkembangan Sosial Serta
Perkembangan Kognitif. Malang: Lembaga Psikologi Dharma Asih

28

Anda mungkin juga menyukai