Anda di halaman 1dari 21

KARAKTERISTIK BELAJAR DAN KEMATANGAN

D
I
S
U
S
U
N

OLEH KELOMPOK : 3

1.MICHAEL SIMAMORA -
2.M.FARIZ H. MARPAUNG -
3.RINALDO SIBURIAN -
4.THERESYA AMANDA BAHRI -
5.MUHAMMAD RIZKY -

DOSEN PENGAMPUH :

TAHUN AJAR:2023-2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dimana atas
berkatdanrahmatNya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Konsep Belajar danKematangan dengan baik dan tepat waktu. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Psikologi Kependidikan yang telah
memberikan bimbingan kepadakami dalam menyelesaikan tugas ini.

Kami berharap karya tulis yang telah disusun berdasarkan sumber dan data yang
telahkami kumpulkan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
bagi pembaca dan penulis. Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih banyak kes
alahandan kekurangan pada makalah ini, baik dalam segi konsep, isi, susunan kalimat,
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun darisemua pihak guna penyempurnaan karya tulis ini kedepannya

Medan, 18 Maret 2024


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................................................

BAB I ..............................................................................................................................................

PENDAHULUAN .........................................................................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................

1.3 Tujuan ...................................................................................................................................

BAB II ............................................................................................................................................

PEMBAHASAN ............................................................................................................................

2.1 Pengertian Belajar dan Kematangan .................................................................................


A.Belajar dan Kematangan ……………………………………………………………
B.Fungsi Kematangan dan Belajar Dalam Kematangan …………………………
C.Pembentuk Kematangan Belajar ………………………………………………….
D.Ciri-Ciri Kematangan Belajar ……………………………………………………….

2.2 Funfsi Otak Dalam Belajar...............................................


A. Tiga Bagian Otak Yang Cemerlang ……………………………………………………………..
B. Keseimbangann Kerja Otak Dalam Pembelajaran ………………………………………

2.3 Aspek-Aspek Perkembangan......................................................................................


A. Perkembangan Fisik ……………………………………………………………………………..
B. Perkembangan Intelegensi/Kognitif Perkembangan intelegensi/kognitif ………………………..
C. Perkembangan Emosi Perkembangan …………………………………………………………………………………….

BAB III .........................................................................................................................................

PENUTUP ....................................................................................................................................

A.Kesimpulan .........................................................................................................................

B.Saran ....................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam seluruh jangka kehidupan manusia, semenjak dalam kandungan sampaimeninggal di dalamnya
terjadi perubahan-perubahan baik fisik maupun psikis.
Perubahan- perubahan tersebut terjadi karena pertumbuhan dan perkembangan dalam dirinya. Pertumbuhan
dan perkembangan merupakan dua istilah yang senantiasa digunakan secara bergantian.Keduanya tidak bisa
dipisah-pisah, akan tetapi saling bergantung satu dengan lainnya bahkan bisa dibedakan untuk maksud lebih
memperjelas penggunaannya.Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang yang menggunakan istilah
“pertumbuhan” dan“perkembangan” secara bergantian. Kedua
proses ini berlangsung secara interdependensi, artinyasaling bergantung satu sama lain. Kedua proses ini tidak
bias dipisahkan dalam bentuk-bentukyang secara pilah berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi bisa dibedakan untuk
maksud lebihmemperjelas penggunaannya. Dalam hal ini, kedua proses tersebut memiliki tahapan-
tahapan,diantaranya tahap secara moral dan spiritual. Karena pertumbuhan dan perkembangan pesertaIndividu
dikatakan matang apabila dalam perkembangannya individu tersebut mencapai suatu pertumbuhan dan
perkembangan yang menunjukkan sebagai pribadi yang matang.Setiap individu memiliki pertumbuhan dan
tugas perkembangan yang harus dilaluinya.Individu yang mencapai usia dewasa bisanya akan berusaha
mencapai tingkat kematangansehingga memiliki cirri tertentu dalam kematangan. Menurut Monks2 kematangan
didefinisikansebagai kesiapan individu dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan tertentu dankemampuan
untuk berfungsi dalam tingkat yang lebih tinggi sebagai hasil pertumbuhan.

1.2 Rumusan Masalah


1.Apa Pengertian Belajar dan Kematangan?2.
2.Bagaimana Fungsi Kematangan Dan Belajar Dalam Perkembangan ?3.
3.Bagaimana Pembentukan Kematangan Belajar?4.
4.Apa saja Ciri-ciri Kematangan Belajar ?

1.3 Tujuan
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah.
2.Untuk mengetahui pengertian Belajar dan Kematangan.
3.Untuk mengetahui bagaimana Fungsi Kematangan Dan Belajar Dalam Perkembangan.
4.Untuk mengetahui bagaimana Pembentukan Kematangan Belajar.
5.Untuk mengetahui ciri-ciri Kematangan Belajar.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Belajar dan Kematangan


A. Apa yang dimaksud dengan belajar? Belajar merupakan suatu proses atau upaya yang dilakukan oleh
setiap individu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, juga
sikap dan nilai positif sebagai suatu pengalaman dari berbagai materi yang telah dipelajari.Selain itu, definisi
belajar juga dapat diartikan sebagai segala aktivitas psikis yang kemudian dilakukan oleh setiap individu,
sehingga tingkah lakunya berbeda antara sebelum dan sesudah belajar. Perubahan tingkah laku ini dapat terjadi
karena adanya pengalaman baru, memiliki kepandaian atau ilmu setelah belajar, serta aktivitas berlatih.Arti
belajar sendiri adalah suatu proses perubahan kepribadian seseorang dimana perubahaan ini terjadi dalam bentuk
peningkatan kualitas perilaku, seperti diantaranya pada peningkatan pengetahuan, keterampilan, daya pikir,
pemahaman, sikap, serta dalam berbagai kemampuan lainnya.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Selain itu, menurut KBBI juga belajar adalah
berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

Pengertian Belajar Menurut Para Ahli


Beberapa ahli juga mengungkapkan pengertian tentang belajar, yaitu:

M. Sobry Sutikno “Menurut M. Sobry Sutikno, pengertian belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
oleh seseorang dalam mendapatkan suatu perubahan yang kemudian baru sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini, perubahan merupakan sesuatu yang dilakukan secara
sadar (disengaja) serta bertujuan untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya”.

Thursan Hakim “Menurut Thursan Hakim, definisi belajar merupakan suatu proses perubahan di dalam
kepribadian manusia yang ditunjukkan dalam bentuk peningkatan kualitas serta kuantitas tingkah laku seperti
diantaranya pada peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya fikir,
serta berbagai kemampuan lainnya”.

Skinner “Menurut Skinner,pengertian belajar ialah suatu proses adaptasi ataupun penyesuaian tingkah laku yang
berlaku secara progresif”.

C. T. Morgan “Menurut C. T. Morgan, pengertian belajar ialah suatu perubahan yang kemudian relatif dalam
menetapkan tingkah laku sebagai akibat atau pun asil dari pengalaman yang telah lalu”.

Hilgard & Bower “Menurut Hilgard & Bower, pengertian belajar ialah suatu perubahan tingkah laku seseorang
terhadap suatu situasi tertentu yang kemudian disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang di dalam
situasi tersebut”.

Ciri-Ciri Belajar
1. Durasi atau Waktu
Ciri-ciri belajar yang pertama adalah adanya durasi atau waktu dalam kegiatan belajar. Waktu dari belajar itu
sendiri bisa dibilang tidak sebentar. Dengan kata lain, membutuhkan proses agar bisa mengetahui hasil dari
belajar.

2.Mengandung Interaksi Sosial


Dengan adanya proses belajar, maka akan menciptakan interaksi sosial. Hal ini bukan tanpa alasan karena ketika
belajar pastinya seseorang tidak melakukannya sendiri.

3. Adanya Perubahan Tingkah Laku


Ciri-ciri belajar berikutnya adanya adanya perubahan tingkah laku dari seseorang. Adapun perubahan tingkah
laku ini bisa seperti psikomotor, afektif, kognitif, dan sebagainya. Perubahan perilaku itu sendiri ada yang
bersifat permanen dan ada yang sementara.
Jenis-Jenis Belajar
Dalam proses belajar mengajar dikenal juga adanya bermacam-macam kegiatan yang kemudian memiliki corak
yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, baik dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek
tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar ini sendiri muncul dalam
dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga sangat beragam. Jenis-jenis belajar
antara lain:

1. Belajar Abstrak
Belajar abstrak ialah proses belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya ialah memperoleh
pemahaman serta pemecahan masalah-masalah yang tak nyata. Dalam mempelajari hal-hal yang abstrak ini
kemudian diperlukan peranan akal yang kuat di samping penguasaan atas prinsip, konsep, serta generalisasi.
Adapun contoh belajar yang termasuk ke dalam jenis ini, antara lain belajar matematika, kimia, kosmografi,
astronomi serta sebagian materi bidang studi agama seperti tauhid.

2. Belajar Keterampilan
Belajar keterampilan ialah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yaitu yang berhubungan
dengan urat-urat saraf serta otot-otot (neuromuscular). Tujuannya ialah memperoleh dan menguasai
keterampilan jasmani tertentu.Dalam belajar jenis ini latihan-latihan intensif serta teratur amat diperlukan.
Termasuk belajar jenis ini kemudian misalnya belajar olahraga, belajar musik, belajar menari, belajar melukis,
memperbaiki benda-benda elektronik, serta sebagian materi pelajaran agama seperti ibadah shalat serta haji.

3. Belajar Sosial
Belajar sosial pada dasarnya ialah belajar memahami masalah-masalah serta teknik-teknik untuk memecahkan
masalah tersebut. Tujuan dari belajar sosial ialah menguasai pemahaman serta kecakapan dalam memecahkan
masalah-masalah sosial seperti diantaranya masalah keluarga, masalah persahabatan, kelompok, serta berbagai
masalah-masalah lain yang bersifat kemasyarakatan.Selain itu, belajar sosial juga bertujuan mengatur dorongan
nafsu pribadi demi kepentingan bersama serta memberi peluang kepada orang lain atau kelompok lain untuk
memenuhi kebutuhannya secara berimbang serta proporsional. Bidang-bidang studi yang termasuk ke bahan
pelajaran sosial antara lain pelajaran agama serta pendidikan moral.

4. Belajar Rasional
Belajar rasional ialah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis serta rasional (sesuai
dengan akal sehat). Tujuan dari jenis belajar ini ialah memperoleh aneka ragam kecakapan dengan
menggunakan prinsip-prinsip serta konsep-konsep. Selain itu, jenis belajar ini juga sangat erat kaitannya dengan
belajar pemecahan masalah.Dengan belajar rasional, siswa kemudian diharapkan memiliki kemampuan rational
problem solving, yaitu kemampuan dalam memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan serta
strategi akal sehat, logis, yang sistematis.Bidang-bidang studi yang kemudian dapat digunakan sebagai sarana
belajar rasional sama dengan bidang-bidang studi untuk belajar suatu pemecahan masalah. Perbedaannya,
adalah pada belajar rasional tidak memberi tekanan khusus dan penggunaan bidang studi eksakta. Dengan kata
lain, bidang-bidang studi yang non eksakta bisa memberi efek yang sama dengan bidang studi eksakta dalam
proses belajar rasional.

5. Belajar KebiasaanBelajar kebiasaan merupakan suatu proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau
perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada sebelumnya. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah,
suri tauladan, serta pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman serta ganjaran.Tujuan dari jenis belajar ini
adalah agar siswa memperoleh sikap-sikap serta kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih tepat dan positif dalam
arti selaras dengan kebutuhan ruang serta waktu (kontekstual). Dalam hal ini, arti tepat dan selaras bisa
dikaitkan dengan norma serta tata nilai moral yang berlaku, baik yang bersifat religius, tradisional hingga
kultural.
6. Belajar Apresiasi Belajar apresiasi ialah proses belajar mempertimbangkan (judgement) arti penting ataupun
nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa
(affective skill), yaitu kemampuan dalam menghargai secara tepat mengenai suatu nilai objek tertentu, misalnya
saja pada apresiasi sastra, musik, dan lain sebagainya.
Bidang-bidang studi yang dapat menunjang tercapainya tujuan belajar apresiasi sendiri diantaranya adalah pada
bahasa dan sastra, prakarya, serta kesenian. Selain itu, dalam bidang agama juga bisa menggunakan jenis belajar
apresiasi, misalnya hafal kitab suci.

7. Belajar Pengetahuan
Belajar pengetahuan (studi) adalah proses belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam mengenai
suatu objek pengetahuan tertentu. Studi ini juga dapat diartikan sebagai sebuah program belajar terencana untuk
dapat menguasai materi pelajaran dengan cara melibatkan kegiatan investigasi serta eksperimen.

Tujuan Belajar
Seperti yang telah disinggung pada pengertian belajar di atas, tujuan utama dari kegiatan belajar adalah untuk
memperoleh serta meningkatkan tingkah laku manusia dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, sikap positif,
serta berbagai kemampuan lainnya. Menurut Sardiman (2011: 26-28), secara umum ada tiga tujuan belajar,
diantaranya:

1. Untuk Memperoleh Pengetahuan


Hasil dari kegiatan belajar ini dapat ditandai dengan meningkatnya kemampuan berpikir seseorang. Jadi, selain
kamu memiliki pengetahuan baru, proses belajar juga akan membuat kemampuan berpikir menjadi lebih
baik.Dalam hal ini, pengetahuan juga akan meningkatkan kemampuan berpikir pada seseorang, dan begitu juga
sebaliknya kemampuan berpikir ini akan berkembang melalui ilmu pengetahuan yang telah dipelajari. Dengan
kata lain, pengetahuan serta kemampuan berpikir menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan.

2. Menanamkan Konsep dan Keterampilan


Menanamkan keterampilan yang dimiliki setiap individu dengan melalui proses belajar. Penanaman konsep ini
sangat membutuhkan keterampilan, baik itu keterampilan jasmani ataupun rohani. Dalam hal ini, keterampilan
jasmani ialah suatu kemampuan individu dalam penampilan dan gerakan yang dapat diamati. Keterampilan ini
sendiri berhubungan dengan hal teknis ataupun pengulangan.Sedangkan keterampilan rohani cenderung lebih
kompleks lagi karena bersifat lebih abstrak. Keterampilan ini berhubungan dengan penghayatan, cara berpikir,
serta kreativitas dalam menyelesaikan masalah ataupun membuat suatu konsep.

3. Membentuk Sikap
Kegiatan belajar juga dapat membentuk sikap seseorang. Dalam hal ini, pembentukan sikap mental para peserta
didik akan sangat berhubungan dengan penanaman nilai-nilai sehingga menumbuhkan kesadaran di dalam diri
seseorang. Dalam proses menumbuhkan sikap mental, perilaku, serta pribadi anak didik, seorang guru harus
melakukan pendekatan yang bijak serta hati-hati. Guru harus dapat menjadi contoh bagi anak didik dan
memiliki kecakapan dalam memberikan motivasi serta mengarahkan berpikir.
Apa itu Kematangan diri? merupakan suatu keadaan tahap pencapaian proses pertumbuhan atau perkembangan
yang dapat berarti matanganya suatu sifat atau potensi fisik yang terjadi secara kodrat akibat proses
pertumbuhan dan hanya tergantung pada waktu belaka.Kematangan juga dapat berarti suatu fungsi atau
potensial mental psikologis akibat proses perkembangan karena pengalaman dan latihan.

Menurut Allport, penentu utama tingkah laku dewasa adalah seperangkat sifat (trait) yang terorganisir dan
seimbang, yang mengawali dan membimbing tingkah laku sesuai dengan prinsip otonomi fungsional. Terkait
dengan umur, beliau juga menyatakan bahwasanya tidak semua orang dewasa mencapai maturitas sepenuhnya.
Tingkat seberapa besar fikiran dan keinginan sadar mengambil alih motivasi tak sadar, dan tingkat seberapa jauh
trait bebas dari asalnya yang kekanak-kanakan, adalah ukuran kenormalan dan kemasakan seseorang.

Setiap individu memiliki pertumbuhan dan tugas perkembangan yang harus dilaluinya. Individu yang mencapai
usia dewasa bisanya akan berusaha mencapai tingkat kematangan sehingga memiliki cirri tertentu dalam
kematangan.

Menurut Monks kematangan didefinisikan sebagai kesiapan individu dalam melaksanakan tugas-tugas
perkembangan tertentu dan kemampuan untuk berfungsi dalam tingkat yang lebih tinggi sebagai hasil
pertumbuhan.

Terkait dengan kematangan, Allport, yang bertentangan dengan teori psikoanalisis, memaparkan beberapa
gagasan sebagai berikut:

 Allport tidak percaya bahwa orang yang matang dan sehat dikontrol dan dikuasai oleh kekuatan-
kekuatan tak sadar yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi, tidak didorong oleh konflik tak sadar.
Begitu pula dengan tingkah laku mereka, tidak ditentukan oleh hal atau kejadian yang ada di jauh
dalam pandangan. Kekuatan-kekutan tak sadar itu hanya memepengaruhi orang yang neurotis.
Individu yang sehat, rasional dan mempunyai kesadaran diri, menyadari sepenuhnya kekuatan yang
membimbing mereka, serta dapat mengontrol kekuatan-kekuatan tersebut.

 Kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh taruma dan konflik masa kanak-kanak. Orang
yang sehat dibimbing dan diarahkan pada masa sekarang, oleh intensi dan aspirasi-aspirasi masa
depan, berpandangan optimis, tidak kembali pada masa lalu.

 Antara orang yang sehat dan orang neurotis tidak ada kesamaan secara fungsional. Dalam
pandangan Allport orang yang neurotis berada pada kehidupan konflik dan pengalaman anak-anak,
sedangakan orang yang sehat befungsi pada suatu taraf yang berbeda dan lebh tinggi.

 Allport lebih memfokuskan mempelajari orang dewasa yang matang (berlawanan dengan tokoh
psikologi yang lain) yang lebih fokus pada orang neurotis. Karena itu dapat dikatakan
bahwa sistem dari Allport hanya berorientasi pada kesehatan.
Jenis – Jenis Kematangan Diri (Self Maturity)

Allport mendefinisikan kematangan diri (maturity self) merupakan hasil dari keselarasan antara fungsi-fungsi
fisik dan psikis sebagai hasil dari pertumbuhan dan perkembangan. Menurut Maslow, kematangan diri
seseorang ditandai dengan kemampuannya dalam mengaktualisasikan diri, yaitu menggunakan dan
memanfaatkan secara utuh seluruh bakat, kapasitas-kapasitas, potensi-potensi dan sebagainya.

Perkembangan Kematangan Diri

Wasty Soemanto mengemukakan bahwasanya perkembangan pribadi manusia meliputi beberapa aspek
perkembangan, antara lain perkembangan fisiologis, perkembangan psikologis dan perkembangan pedagogis.
Berikut ini akan dipaparkan perkembangan kematangan diri (self maturity) manusia menurut tiga aspek tersebut.

Perkembangan Fisiologis

Menurut Gesell dan Amatruda Kematangan diri manusia secara fisiologis berkisar dari usia 17 s.d 20 tahun.
Dalam tahap ini pertumbuhan fisik anak menuju kesarah kematangan fisiologisnya. Semua fungsi jasmaniahnya
berkembang menjadi seimbang. Keseimbangan fungsi fisiologis memungkinkan pribadi manusia berkembang
secara positif sehingga manusia semakin mampu bertingkah laku sesuai dengan tuntutan sosial, moral, serta
intelektualnya.

Perkembangan Psikologis

Menurut Jean Jacques Rousseau (1712-1778) masa pematangan diri terlihat ketika individu berumur lebih dari
20 tahun. Dalam tahap ini, perkembangan fungsi kehendak mulai dominan. Orang mulai dapat membedakan
adanya tiga macam tujuan hidup pribadi, yaitu pemuasan keinginan pribadi, pemuasan keinginan kelompok, dan
pemuasan keinginan masyarakat. Semua ini direalisasikan oleh individu dengan belajar mengandalkan
kehendaknya.Dengan kemauannya, orang melatih diri untuk memilih keinginan- keinginan yang akan
direalisasikan dalam bentuk tidakan-tindakannya. Realisasi setiap keinginan ini menggunakan fungsi penalaran,
sehingga orang dalam masa perkembangan ini mulai mampu melakukan “self direction” dan “self controle”.
Dengana kemampuan keduanya ini, maka manusia tumbuh dan berkembang menuju kematangan untuk hidup
berdiri sendiri dan bertanggung jawab.

Perkembangan secara Pedagogis

John Amos Comenius (1952) mengemukakan bahwa perkembangan manusia terdiri dari 5 tahap yang salah
satunya tahap kematangan pribadi. Tahap dimana intelek memimpin perkembangan semua
aspek kepribadian menuju kematangan pribadi, sehingga individu tersebut mempunyai kemampuan mengasihi
Allah dan sesama manusia.Dalam literature yang berbeda, Sullivan mengemukakan bahwa manusia yang
berumur lebih dari 20 tahun memasuki periode maturity (kematangan). Setiap prestasi penting tahap yang
terdahulu akan menjadi bagian penting dari kepribadian yang matang. Jadi dewasa yang matang hendakanya
sudah belajar memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang penting. Bekerjasama dan berkompetisi dengan orang
lain, mempertahankan hubungan dengan orang lain yang memberi kepuasan intimasi seksual, dan berfungsi
secara efektif di masyarakat dimanapun ia berada. Menurut Sullivan, diantara pencapaiannya itu, intimasi yang
paling penting.

Karakteristik Kematangan Diri (Self Maturity)

Individu dikatakan matang apabila dalam perkembangannya individu tersebut mencapai suatu pertumbuhan dan
perkembangan yang menunjukkan sebagai pribadi yang matang.

Menurut Allport, terdapat enam karakteristik kematangan diri individu, yaitu:

1. Perluasan perasaan diri

Perluasana perasaan diri merupakan kemampuan untuk berpartisipasi dan menyenangi rentang
aktifitas yang luas, kemampuan mengidentifikasikan diri dan interesnya terhadap orang lain dan
begitu juga sebaliknya, kemampuan masuk ke masa depan, berharap dan merencanakan.Perluasan
diri ini beriringan dengan perkembangan diri. Jika pada awalnya diri hanya brpusat pada individu,
maka diri akan menjadi tambah luas ketika lingkaran pengalaman tumbuh berkembang menjadi
nilai-nilai dan cita-cita yang abstrak. Dengan kata lain, ketika seseorang telah mencapai
kematangan dalam dirinya maka ia akan memperluas perhatian sampai pada luar dirinya. Semakin
individu terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktifitas atau ide, maka ia akan semakin sehat secara
psikologis.

2. Hubungan diri yang hangat dengan orang lain

Merupakan kemampuan bersahabat dan kasih sayang, keintiman yang melibatkan


hubungan cinta dengan keluarga dan teman, kasih sayang yang diekspresikan dalam menghormati
dan menghargai hubungannya dengan orang lain.Terdapat dua macam kehangatan dalam
berhubungan dengan orang lain, yaitu ; kapasitas untuk keintiman (cinta) dan kapasitas untuk
perasaan terharu. Individu yang sehat secara psikologis akan mampu memperlihatkan rasa cintanya
pada orang tua, anak, teman dan lain sebagainya. Tidak hanya itu saja, individu yang sehat secara
psikologis juga mampu memahami rasa sakit, rasa takut, penderitaan dan kegagalan yang
merupakan hal wajar yang dialami oleh manusia. Sedangkan perasaan haru dapat membentuk
seseorang menjadi pribadi yang matang, sabar terhadap tingkah laku orang lain dan menerima
kelamahan yang ada pada orang lain.

3. Keamanan emosional dan penerimaan diri

Kemampuan mengindari aksi yang berlebihan terhadap masalah yang menyinggung dorongan
spesifik (misalnya menerima dorongan seks – memuaskan sebaik mungkin – tidak menghalangi
tapi juga tidak membiarkan bebas) dan mentoleransi frustasi sehingga perasaan menjadi
seimbang.Diri yang matang adalah diri yang bisa menerima segala segi yang ada pada dirinya, tak
terkecuali kelemahan-kelemahan. Diri yang matang mempunyai kecerdasan emosional yang
membuat individu dapat mengontrol emosi dan tidak menyembunyikannya. Diri yang matang
dan sehat akan terbebas dari perasaan tidak aman dan ketakutan. Selain itu, ia juga tidak mudah
menyerah dan akan terus mencari cara-cara untuk mencapai tujuannya. Sehingga ia dapat
menanggulangi kecemasan yang muncul tanpa terduga.

4. Persepsi, keterampilan, dan tugas yang realistis

Kemampuan memandang orang, objek dan situasi seperti apa adanya. Selain itu, individu
yang matang juga akan memiliki kemampuan dan minat dalam memecahkan masalah, keterampilan
yang cukup dalam menyelesaikan tugas, dan dapat memenuhi kebutuhan ekonomi kehidupan tanpa
ada rasa panik, takut, rendah diri atau tingkah laku destruksi lainnya.Diri
yang matang dan sehat dapat memandang dunia secara objektif, mereka tidak mudah
memberikan kepercayaan terhadap sesuatu apakah suatu situasi itu baik atau jahat. Individu ini
menerima realitas apa adanya tanpa harus mengubah realitas agar sesuai dengan keinginan,
kebutuhan, khayalan dan ketakutan mereka sendiri.
Orang yang berkepribadian sehat akan menunjukkan keberhasilan dalam pekerjaan, perkembangan
keterampilan-keterampilan dan bakat- bakat tertentu sesuai tingkat kemampuannya. Dengan
menggabungkan keterampilan dan komitmen, mereka menempatkan diri sepenuhnya dalam suatu
pekerjaan atau tugas.Tidak hanya itu saja, individu dengan diri
yang matang dan sehat menghubungkan tanggung jawab dan kelangsungan hidup yang positif
dalam setiap pekerjaannya. Jadi untuk memberikan perasaan kontinuitas dalam hidup, orang yang
mempunyai diri matang dan sehat akan melakukan pekerjaan dan tanggung jawab dengan penuh
dedikasi, komitmen dan keterampilan- keterampilan yang dimilikinya.

5. Objektifikasi diri

Objektifikasi diri ini terdiri dari dua, yaitu insight dan humor. Objektifikasi diri merupakan
kemampuan untuk memandang secara objektif diri sendiri dan orang lain. Orang membutuhkan
indight untuk memahami diri sendiri dan orang lain. Sedangkan humor juga dibutuhkan orang lain
karena humor dapat menyenangkan dan menertawakan di dunia, menghubungkan temuannya
secara positif dengan dirinya sendiri dan orang lain pada saat yang sama, melihat ketidak teraturan
dan kekacauan pada dirinya dan orang lain.Orang yang
memiliki pribadi yang matang dan sehat akan memiliki pemahaman diri yang tinggi. Pengenalan
diri yang memadai menuntut pemahaman tentang hubungan atau perbedaan antara gambaran diri
dengan keadaan yang sesungguhnya. Semakin dekat hubungan antara keduanya, maka diri individu
akan semakin matang. Individu yang memiliki pemahaman diri yang tinggi akan bersikap bijaksana
terhadap orang lain. hal ini akan membuatnya diterima dengan baik oleh orang lain. selain itu,
individu yang demikian juga mencerminkan diri yang cerdas dan humoris terkait dengan hal-hal
aneh dan mustahil serta kemampuan menertawakan diri sendiri.

6. Filasafat hidup yang mempersatukan

Seharusnya ada latar belakang alur keseriusan yang lengkap yang memberi tujuan dan makna
kepada apapun yang dilakukan orang. Agama adalah salah satu sumber terpenting dari filosofi
semacam itu, walaupun bukan satu-satunya.Pribadi yang sehat akan selalu melihat ke depan. Hal
ini didorong oleh tujuan-tujuan dan rencana-rencana yang telah disusun dalam jangka panjang.
Orang-orang ini mempunyai suatu perasaan akan tujuan, mengerjakan suatu tugas sampai selesai
dan sebagai batu sendi dalam kehisupan mereka sendiri. Dorongan inilah yang membuat kehidupan
seseorang menjadi terarah. Nilai-nilai (bersama dengan tujuan-tujuan) mempunyai peran yang
penting dalam filsafat hidup. Dan nilai-nilai ini akan kuat apabila suara hati berperan pada perasaan
kewajiban dan tanggung jawab kepada diri sendiri dan kepada orang ain.

B.Fungsi Kematangan Dan Belajar Dalam Perkembangan

Dalam proses pertumbuhan kearah tercapainya kemtangan/ kedewaaan fisik, kematanganmerupakan faktor
penyebab, yang berarti kedewasaan fisik seorang anak sangat tergantung padawaktunya matang saja ( Kalau
umumnya sudah 17 tahun maka kematangan dari pertumbuhanfisik akan terjadi dengan sendirinya ). Dalam
kaitanya dengan proses perkembangan
mental psikologis kematangan untuk fisik berfungsi sebagai perquisite untuk perkembangan, misalnya perkemb
angan bicara/ bahasa tidak mungkin terjadi dengan baik tanpa adanya/ didukung oleh pematangan alat
bicara (Alat ini matang pada waktu banyi berumur 6 bulan ). Kematanagan
otak pada umur 6/7 tahun merupakan perquisite untuk perkembangan intelektual/ pengetahuanakademik
disekolah.Perkembangan psikoseksual dapat dimulai setelah anak matang
seksualnya.Jadi dalam kaitanya dengan belajar, pematangan itu berfungsi sebagai pemberi “rawmaterial”
atau bahan dasar untuk belajar.Adapun posisi belajar dalam proses perkembangan itu sangat menentukan.
Dalam hal
ini belajar akan berfungsi sebagai penentu atau sebab terjadibnya perkembangan (cause ofdevelopment). Tanpa
melalui belajar mental psikologis anak tidak mungkin akan dapatdikembangakan. Atau dengan kata lain tanpa
belajar maka manudsia tidak akan dapat bertingkah laku seperti manusia. Dan perkembangan pribadi manusia
itu merupakan hasil perpaduan unsurekematangan dan belajar. Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa
kematangan itu
sangat penting artinya dalam proses perkembangan. Tanpa adanya unsurkematangan tersebut perkembanan sulit
untuk di wujudkan.
Dalam proses perkembangan fungsi kematangan ituadalah sebagai berikut :
a. Pemberi bahan mentah atau bahan baku bagi suatu perkembangan, misalnya kematanganotot dan urat kaki
sebagai bahan untuk perkembangan berjalan

b.Pemberi batas dan kualitas perkembangan. Semakin baik kualitas kematangan suatu fungsiakan makin baik
kualitas hasil perkembangan yang akan terjadi, tetapi sebaliknya semakinkurang baik kematangannya akan
makin kurang baik pula perkembangannya.

c.Pemberi kemudahan bagi pendidik atau pengasuh apabila melatih atau membimbing/mengajarinya.

C.Pembentuk Kematangan Belajar


Kematangan belajar dapat terbentuk karena adanya factor-factor yang lebih dalam dan lebihmendorong
sehingga terbentuknya seatu kematangan dalam belajar.

Pembentukankematangan belajar dibentuk oleh pembentukan fisik dan pembentukan fsikis antra lain adalah seb
agai berikut :

1.Dasar-dasar biologis tingkah lakuTingkah laku individu didasari oleh pertumbuhan biologisnya. System saraf
merupakan penggerak tingkah laku manusia secara biologis.System saraf terdiri atas komposisi sel-
sel yangdisebut neurons. Tiap- tiap neurons mengandung tenaga yang berasal dari proses kimiawi danelektronik.
Apabila mendapat stimulasi, neurons melepaskan dorongan-dorongan elektronis yangmerangsang gerakan
neurons lainnya guna merangsang gerakan urat-urat dan otot-otot tubuh.

2.Perubahan-perubahan dalam otak yang menimbulkan kematanganPerkembangan struktur dan fungsi otak
tampak sempurna atau hampir sempurna pada saatanak tiba saatnya masuk sekolah dasar.Pada umur-umur
setelah 6 tahun, terjadilah
perubahan perubahan penting dalam struktur otak, namun perkembangan kapasitas mental lebih banyakdiakibat
kan karena pengalaman atau belajar.Setelah otak menjadi masak mengalami prubahan fisik pada manusia.
Perubahan ini dapatmenimbulkan tingkah laku baru yang tidak terduga sebelumnya. Urat-urat syaraf dalam otak
mempunyai “electrical condoktors”. Untuk pengiriman messages ketempat-tempat yang
tetrap perlu ada isolasi otak, isolasi itu disebut
“myelin”
selama dorong-dorngan saraf menujusalurannya, aru gerakkannya tak di batasi oleh myelin. Dorongan itu akan
mengalirmengaktifkan banyak sel saraf lebih dari yang diperlukan. Sel-sel saraf itu menggerakan
banyakotot.Banyaknya gerakan bayi yang tak bekoordinasi adalah akibat dari kurangnya myelin.Pada umur 6
tahun, myrlin dimiliki 95% dari orang dewasa.
iReadiness anak untuk berlatih toelit, bergantung pada banyaknya myelin yangb telah tersimpan. Anak laki-
laki baru berhasil dilatih tpelit bila sudah berumur mendekati umur 2 tahun.Ini berarti bahwa
tingkah laku belajar memerlukan kematangan fisik, termasuk kematangan fungsi otak. Perkembangan
strukturdan fungsi otak tampak sempurna atau hampir sempurnab pada saat anak tiba saatnya amsuksekolah
dasar.Pada umur-umur setelah 6 tahun, terjadilah perubahan-perubahan penting
dalanstruktur oatak, namun perkembangan kapasitas mental lebih banyak diak ibatkan karena pengalaman atau
belajar.Perkembanagan prestasi akademik pada anak-anak sudah mencapaimasa remaja lebih banayak
dipengaruhi oleh faktor motifasi dan belajar.Khusus tentang prinsip kematangan, bahwa yang di maksud dengan
kematangan adalahkemampuan seorang untuk berbuat sesuatu dengan cara-cara tertentu. Singkatnya ia
telahmemiliki intelengensi. William Stern berpendapat bahwa integensi sebagian besar tergantungdengan dasar
dan turunan. Pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepadaintelegensi seseorang.Juga Prof.
Waterink seorang Mahaguru di Amsterdam, menyatakanmenurut penyelidikannya belum dapat dibuktikan
bahwa intelegensi dapat diperbaiki atau
dilatih, bahwa banyaknya pengetahuan bertambah akan tetapi tidak berarti bahwa kekuatan berpikir bertambah
baik.

D.Ciri-ciri Kematangan Belajar


Mengetahui adanya tahap kematangan suatu sifat sangat penting artinya bagi seorang pendidik atau pengasuh,
karena pada tingkat itulah si anak akan memberikan reaksi yang
sebaik- baiknya terahadap semua usaha bimbingan atau pendidikan yang sesuai bagim mereka. Olehkarena itu
kalau ingin mengajar atau melatih dengan berhasil, tunggulah saatnya yang tepat yaitutimbulnya kematangan
yang bagi siterdidik merupakan masa peka atau masa yang tepat untukdikembangkan/ dilatih.Adanya ciri-ciri
adanya kematangan tersebut pada diri si anak adalah di tandai dengan adanya :
a.Perhatian si anak
b.Lamanya perhatian berlangsung
c.Kemajuan jika diajar atau dilatih.

Dan bila ditinjau dari aspek umum maka ciri-ciri dari kematangan ditandai dengan beberapa hal yaitu terdiri
dari:

Kematangan belajar ditandai dengan terbentuknya readinees (kemampuan)Kematangan disebabkan karena


perubahan
“genes”yang menentukan perkembanganstruktur fisiologis dalam system saraf, otak dan indra sehingga semua
itu memungkinkanindividu matang mengadakan reaksi-reaksi terhadap setiap stimulus lingkungan. Memang,
anakmegalami pertumbuhan, dan pertumbuhan fisiknya merupakan penyumbang terpenting
bagi pembentukan readines, akan tetapi kita tidak boleh melupakan bahwa perkembanganmerekatergantung
pada pengaruh lingkungan dan kultur disamping akibat tumbuhnya pola-
pola jasmaniah. Stimulasi lingkungan serta hambatan-hambatan mental individu mempengaruhi perkembangan
mental, kebutuhan dan lain sebagainya.Seseorang baru dapat belajar tentang sesuatu apabila dalam dirinya
sudah terdapat
“readiness”(kemampuan) untuk mempelajari sesuatu itu. Sesuai dengan kenyataan, bahwamasing-masing
individu mempunyai perbedaan individual, maka masing-masing individumempunyai sejarah atau latar
belakang perkembangan yang berbeda-beda.Hal ini menyebabkanadanya pola pembentukan readiness yang
berbeda-beda pula di dalam diri masing-masing menghadapi segala persoalan dengan mempergunakan Nalar
– Logika, melakukan pertimbangan- pertimbangan yang logis, sistimatis dan efisien berdasarkan ilmu
pengetahuan seluas-luasnya.Intelegensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi ilmiah
untukmendiskripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual.
Kesiapan belajar secara umum adalah kemampuan seseorang untuk mendapatkan keuntungan dari pengalaman y
ang ia temukan. Sementara itu kesiapan kognisi bertallian dengan pengetahuan, pikiran, dan kualitas
berfikir seseorang dalam menghadapi situasi belajar yang baru. Kemapuan-kemampuan itu bergantung pada
tingkat kematangan intelektual. Latar belakang pengalaman,dan cara-cara pengetahuan sebelumnya distruktur
(Connell, 1974).Contoh kematangan intelektual antara lain adalah tingkat-tingkat perkembangan
kognisi piaget yang telah diuraikan pada bagian psikologi perkembangan. Berkaitan dengan latar belakang peng
alaman tersebut diatas, Ausebel mengatakan faktor yang paling pentingmempengaruhi belajar adalah apa yang
sudah diketahui oleh anak-anak. Sedangkan perihalmenstrutur kembali pengetahuannya untuk penyesuaian
dengan materi-materi baru yang diterimadari pendidik. Akan tetapi pada kasus-kasus lain struktur kognisi itu
dipegang erat-erat sehinggamembuat pedidik mencari pendekatan lain agar anak-anak dapat menangkap materi
pelajaran baru itu
2.2 FUNGSI OTAK DALAM PEMBELAJARAN

A. TIGA BAGIAN OTAK YANG CEMERLANG.

Otak manusia sangat kompleks dan unik. Pembelajaran sangat erat dengan peran otak. Melalui
pemahaman tentang otak ini, seorang pendidik dapat memahami peserta didik, agar apa yang
disampaikan/dibelajarkan dapat maksimal direspon dengan baik. Seorang pendidik dapat memilih
strategi pembelajaran yang digunakannya, sehingga kerja otak maksimal, dan tujuan pembelajaran
dapat dicapai dengan baik. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa pembahasan tentang otak
dikupas dalam buku ini. Kebesaran otak tidak menentukan kepandaian seseorang, namun sejauh
mana koneksi yang terjadi antar neuron. Otak manusia sangatlah kompleks dan terdiri sekitar 100
miliar saraf (neuron) dan ada begitu banyak hal terjadi di dalam otak dengan berbagai bidang yang
berbeda. Otak tidak bisa membedakan antara kenyataan dan imajinasi. Itulah sebabnya positif
thinking akan membuat koneksi kuat dan positif, sehingga menjadi dominasi dalam otak. Emosi baik
positif maupun negatif akan diproduksi oleh otak. Seorang ahli saraf Paul MacLean telah membagi
otak menjajdi tiga bagian. MacLean menyampaikan bahwa tiga otak beroperasi seperti "tiga
komputer biologis yang saling berhubungan, yaitu otak berfikir (Neokortek), sistem lembik
(Mamalia), dan Batang otak (Reptilia). Otak Reptil memiliki fungsi mengendalikan fungsi otot,
keseimbangan dan otonom, seperti pernapasan dan detak jantung. Bagian otak ini aktif, bahkan
dalam tidur nyenyak sekalipun. Sistem Limbik berada pada BAB 1 2 bagian tengah otak (otak
mamalia). Otak mamalia berada dalam sistem limbik berkaitan dengan emosi dan naluri, memberi
makan, berkelahi, melarikan diri, dan melakukan perilaku seksual. Seperti yang diamati MacLean,
semua yang ada dalam sistem emosional ini "menyenangkan atau tidak menyenangkan".
Kelangsungan hidup tergantung pada penghindaran rasa sakit dan pengulangan kenikmatan. Rakic, P,
(2009), membagi korteks menjadi belahan otak kiri dan kanan. Bagian kiri korteks mengontrol sisi
kanan tubuh dan kortek bagian kanan mengontrol sisi kiri tubuh. Selain itu, otak kanan lebih bersifat
spasial, abstrak, musikal dan artistik, sedangkan otak kiri lebih linier, rasional, dan verbal. Pembagian
otak menjadi tiga bagian secara lebih rinci dijelaskan sebagai berikut: 1) Reptilia lebih mengarah pada
fungsi motorik yaitu kelangsungan hidup dan aktivitas hadapi atau lari. Otak reptile terletak di dasar
otak/batang otak, merupakan pusat perilaku inderawi dan naluriah yang memiliki tugas mengatur
kebutuhan mendasar seperti bertahan hidup, berkembang biak, dan perawatan diri. Otak rektil juga
sebagai pengendali fungsi tubuh, seperti detak jantung, pernapasan paru-paru dan regulasi suhu
tubuh. Aktifitas oatk rektil diantaranya adalah: adanya insting, reaksi spontan, misal akan lari ketika
dikejar anjing, ketakutan, stres, merasa terancam, marah, kurang tidur, atau kondisi tubuh lelah.
Dampak dari keadaan di atas adalah: agresif, dominasi, mencari pasangan, seks, obsesif, kompulsif,
keserakahan, dll. 2) Bagian kedua dari otak adalah: Sistem Limbik (Otak Mamalia). Otak mamalia
lebih mengarah pada aktivitas perasaan, emosi, memori, kekebalan, dll. Sistem limbik berperan besar
dalam mengatur 3 emosional dan kognitif. Secara lebih jelas fungsinya digambarkan sebagai berikut:
a) berfungsi mengendalikan bioritme tubuh, seperti pola tidur, rasa lapar, rasa haus, tekanan darah,
detak jantung, gairah seksual, temperatur, kimia tubuh, metabolisme dan sistem kekebalan. b) Sistem
limbik adalah kontrol utama menangkap informasi dari indera penglihatan, pendengaran, sensasi
tubuh, indera peraba, dan penciuman. Kemudian informasi tersebut disalurkan ke bagian pemikir
pada neokorteks. Hal inilah mengapa kejadian masa lalu dapat diingatnya dalam jangka panjang.
Terkadang dapat mengalahkan berpikir logis. c) Mengendalikan emosi juga mengendalikan fungsi
tubuh kita. Hal ini dapat dijelaskan mengapa emosi dapat secara langsung mempengaruhi kesehatan
fisik seseorang. 3) Neokorteks (Otak Berpikir) Neokorteks menempati hampir seluruh belahan otak
(80%) dari seluruh materi otak manusia, bisa disebut “otak berpikir”. MacLean menemukan
penelitian bahwa neocortex menempati dua pertiga dari total massa otak.Bagian ini mengendalikan
proses tingkat tinggi seperti logika, penalaran, pemikiran kreatif, bahasa dan integrasi informasi
sensorik, yang membedakannya dengan hewan.Meskipun semua hewan juga memiliki neokorteks,
namun relatif kecil dan sedikit atau tidak ada lipatan (menunjukkan luas permukaan dan-
kompleksitas dan perkembangannya). Tikus tanpa korteks dapat bertindak dengan cara yang cukup
normal (setidaknya untuk tampilan yang dangkal), sedangkan sayuran tidak memiliki korteks. Dalam
neokortek terdapat 12-15 juta sel, yang bisa berinteraksi dengan sel sel lainnya. Dalam neokortek
inilah tempatnya 4 kecerdasan manusia, memiliki fungsi mengatur pesan yang diperolehnya
daripanca indera kita seperti: penglihatan (mata), pendengaran (telinga), perabaan (tangan),
penciuman (hidung). Neokortek akan meresponnya melalui proses penalaran, berfikir secara
inteletual, pembuatan keputusan, berperilaku yang waras, mengendalikan motorik sadar, penciptaan
gagasan/ide, kemampuan berbicara, berkreasi. Dalam otak ini juga terdapat kecerdasan yang lebih
tinggi yaitu: INTUISI. Inilah yag membedakan manusia dengan ciptaan Allah yang lainnya. Manusia
mampu mengendalikan emosi dan berperilaku yang baik. Intinya, neokortek membuat manusia
berfikir secara cerdas, logis, mengambil keputusan dengan hati-hati, dengan kendali motorik sadar
dan menciptakan gagasan nonverbal dengan baik.

B. KESEIMBANGAN KERJA OTAK DALAM PEMBELAJARAN Dunia pendidikan mengoptimalkan fungsi


ketiga bagian di atas. Mengoptimalkan ketiga bagian otak akan menghasilkan manusia yang cerdas,
berakhlak karimah, dan bermanfaat bagi orang lain/banyak. Dunia pendidikan melalui pembelajaran
akan mengupayakan agar ketiga bagian otak dapat bekerja dengan baik. Itulah sebabnya maka dalam
pembelajaran itu dikenal adanya: gaya belajar, strategi pembelajaran, media dan model
pembelajaran. Pesatnya perkembangan model pembelajaran adalah untuk memberi penguatan
ketiga otak agar sinergitas dapat berjalan dengan baik. Otak manusia memiliki 100 milyar sel saraf
(neuron) yang aktif, Masing-masing neuron memiliki hingga 20.000 koneksi. Ada 1 trilyun sel glia,
1000 trilyun sambungan (sinapsis), 280 kuintilium memori. Cara otak bekerja dalam pembelajaran
adalah menghubungkan informasi satu neuron ke neuron yang lainnya berbentuk rangsangan listrik
melalui dendrit. Informasi yang masuk akan mendorong dendrit membuat cabang- 11 cabang baru.
Setiap cabang ini akan mengembangkan lagi ranting-ranting lainnya, sampi dihasilkannya suatu
reaksi. Jika otak sering digunakan untuk belajar, maka akan terjadi kecepatan merespon dan bereaksi.
Saoda, D.A (2011) menyampaikan bahwa neuron di dalam otak beregenerasi, sehingga meningkatkan
pembelajaran dan ingatan. Otak hanya mewakili sekitar 2 persen dari berat tubuh kita, otak
mengkonsumsi hampir 20 persen kalori. Oksigen dan glukosa berfungsi sebagai bahan bakar untuk
otak. Mengonsumsi makanan dengan porsi sedang dan minum banyak air putih (8 gelas atau 2 liter
setiap hari) dapat meningkatkan kinerja dan keakuratan memori, perhatian, dan fungsi motorik.
Komponen penting lain dari pengisian bahan bakar otak adalah olahraga. Olahraga meningkatkan
aliran darah ke otak dan membantu membentuk ingatan jangka panjang. Pembelajaran tidak hanya
mengoptimalkan fungsi kecerdasan saja, tetapi estetika, etika, kesimbangan emosi, kecepatan
motorik, dll harus dioptimalkan dan diseimbangkan juga. Hal ini menjadi landasan mengapa psikologi
sangat dekat dengan dunia pendidikan. Pembelajaran dipandang dari psikologi pendidikan adalah
proses langkah-demi-langkah di mana seseorang mengalami perubahan pengetahuan, perilaku, atau
cara memproses dunia yang permanen. Pembelajaran menurut psikolog pendidikan di atas dihasilkan
beberapa jenis pembelajaran: a) Pembelajaran Kognitif. Pembelajaran kognitif adalah belajar melalui
proses berpikir aktif dan konstruktif, seperti berlatih atau menggunakan ingatan kita. Proses
pembelajaran ini sepenuhnya ada di dalam pikiran, dan tidak melibatkan gerakan fisik atau perilaku,
sebagai suatu proses berpikir internal. b) Pembelajaran melalui Pengkodisian. 12 Jenis pembelajaran
berikutnya yang dipelajari para psikolog pendidikan adalah belajar melalui pengkondisian. Ada dua
jenis pengkondisian, yaitu: 1) Pengkondisian klasik. Belajar mengaitkan hal tertentu di lingkungan kita
dengan prediksi akan apa yang akan terjadi selanjutnya. Contoh pengkondisian klasik adalah
penelitian Rusia Pavlov. Pavlov akan membunyikan bel setiap akan memberi makan anjing. Akhirnya,
begitu dibunyikan bel, anjing mulai ngiler. Perlunya antisipasi sebagai reaksi terhadap isyarat
lingkungan yang memberi tahu kita apa yang akan terjadi berikutnya. 2) Pengkondisian operan. Di
sini, kita belajar bahwa perilaku tertentu biasanya diikuti dengan hadiah atau hukuman. Seseorang
tentu lebih berharap memilih melakukan perilaku yang diikuti dengan penghargaan dan menghindari
perilaku yang diikuti dengan hukuman. Hukuman bisa terjadi melalui bentuk hukuma sosial.
Misalnya, Anda mungkin tahu bahwa seorang guru tertentu merespons secara positif kepada Anda
mengajukan banyak pertanyaan di kelas, jadi Anda dianjurkan untuk terus melakukan itu. Jika guru
lain mengerutkan kening dan mengatakan hal-hal yang berarti kepada Anda saat Anda mengajukan
pertanyaan, hukuman sosial tersebut mengajarkan Anda untuk tidak mengajukan pertanyaan di kelas
tertentu. c) Pembelajaran kooperatif. Psikologi pendidikan membahas perbedaan dalam
pembelajaran sebagai individu versus pembelajaran dalam kelompok, yang disebut pembelajaran
kooperatif. Diantara kegiatan untuk meningkatkan pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah 13
memberi siswa proyek kelompok. Beberapa siswa akan lebih suka belajar secara individu, sedangkan
yang lain akan menikmati aspek sosial pembelajaran kooperatif. Hal inilah yang menghasilkan
berbagai bentuk gaya belajar. Setiap orang memiliki gaya belajar yang tidak sama. Pembelajaran
harus dapat mengakomodir perbedaan ini menjadi khasanah strategi pembelajaran.
Suatu materi pembelajaran akan mudah manakala seorang pendidik mengkreasinya dengan strategi
pembelajaran yang baik. Untuk meminimalisir perbedaan gaya di atas, seorang pendidik dapat
menjembataninya dengan membuat mindmaping. Melalui mindmap akan diperoleh gambaran,
kejelasan, arah, fokus, tujuan juga goal.Harapan dan keingian juga bentuk kreativitas dan
keterampilan apan yang diharapkan oleh guru terhadap muridnya. Gagasan dan idepun akan mudah
dipahamioleh orang lain. Itulah sebabnya mengapa seorang psikolog akan meminta kliennya untuk
menuliskan apa yang diinginkan dan diharapkan melalui mindmap atau peta pikiran. Idepun akan
berkembang melalui mindmap. Melalui pembelajaran melalui di atas harus dibelajarkan. Bila hal ini
sering dilakukan, maka akan menjadi kebiasaan, termasuk dalam menghadapi persoalan kehidupan.
Peta jalan pikiran akan dapat dituangkan termasuk solusi, goal yang dicitakan dan visi kita. Baik itu
visi satu tahun, dua tahun atau 10 tahun ke depan. Melalui mindmap bagian terkecilpun akan
diselesaikan atau dirunut. Tujuan perlunya kita membuat mindmap adalah, mengantarkan sistem
kerja otak yang sistematis, runtut dan rinci. Melalui mindmap dapat pula menjadi rujukan dan arah
kemana harus melangkah, mana saja yang dibutuhkan, strateginya bagaimana, kapan dimulai, mana
yang lebih dulu dilakukan, dll. Penyelesaian akan dilakukan secara secara bertahap, sebab pada saat
menyusun mindmap dibuat secara runtut. Kebiasaan ini akan menjadi seseorang bekerja secara
sistematis, runtut dan rinci. Selain ini kerja ketiga otak akan selalu mengiringi. Dari mindmap yang
dibuat dapat dijadikan NOEKORTEK OTAK MAMALIA OTAK REPTIL 15 sebagai evaluasi, sejauh mana
tingkat ketercapaian yang telah dilakukan. agar mindmap menjadi menarik dan dapat dipasang
didekat tempat kita kerja, caranya adalah: (1) siapkan kertas kosong, pensil, pulpen, krayon, atu
pensil warna. (2) tutuplah mata sejenak, ambillah nafas lambat, serta fokuskan diri untuk konsentrasi
pada subjek peta pikiran. (3) bukalah mata kemudian menulislah dengan kata kinci. Agar menarik
dapat diberi warna, atau pensil warna

2.3 ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN

A. Perkembangan Fisik Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan – perubahan
pada tubuh, otak, kapasitas sensorik dan keterampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan
pada tubuh/fisik ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan
otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh
kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah
kematangan.
4 aspek perkembangan fisik menurut Kuhlen dan Thompson (Hurlock, 1956) antara lain sebagai
berikut :

1. Sistem syaraf (perkembangan kecerdasan dan emosi)

2. Otot – otot (kekuatan dan kemampuan gerak motorik)

3. Kelenjar Endokrin (perubahan – perubahan pola tingkah laku baru)

4. Struktur fisik/tubuh (perubahan tinggi, berat, dan proporsi)

Perubahan fisik (otak) juga merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena
otak adalah sentral perkembangan dan fungsi kemanusiaan sehingga semakin sempurna struktur
otak maka akan meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001).

3 tahap pertumbuhan otak menurut para ahli (Vasta, Heih & Miller, 1992) yaitu :

1. Cell production (produksi sel)

2. Cell migration (perpindahan sel)

3. Cell laboration (elaborasi sel)

Perkembangan fisik (motorik) meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus.

1. Perkembangan motorik kasar Kemampuan anak untuk duduk, berlari, dan melompat termasuk
contoh perkembangan motorik kasar. Otot-otot besar dan sebagian atau seluruh anggota tubuh
digunakan oleh anak untuk melakukan gerakan tubuh. Perkembangan motorik kasar dipengaruhi
oleh proses kematangan anak. Karena proses kematangan setiap anak berbeda, maka laju
perkembangan seorang anak bisa saja berbeda dengan anak lainnya.

2. Perkembangan motorik halus Adapun perkembangan motorik halus merupakan perkembangan


gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu.
Perkembangan pada aspek ini dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar dan berlatih.
Kemampuan menulis, menggunting, dan menyusun balok termasuk contoh gerakan motorik halus.

B. Perkembangan Intelegensi/Kognitif Perkembangan intelegensi/kognitif adalah perubahan


kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia &
Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi
dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk
eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap
perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (suatu tahap dimana seseorang sudah
mampu berpikir secara abstrak). Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi
tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa
depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang
remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti,
dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan
(Santrock, 2001). Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum
sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir egosentrisme
(ketidakmampuan melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain) (Piaget dalam Papalia & Olds,
2001). Elkind (dalam Beyth-Marom et al., 1993; dalam Papalia & Olds, 2001) mengungkapkan salah
satu bentuk cara berpikir egosentrisme yang dikenal dengan istilah personal fable (berisi keyakinan
bahwa diri seseorang adalah unik dan memiliki karakteristik khusus yang hebat, yang diyakini benar
adanya tanpa menyadari sudut pandang orang lain dan fakta sebenarnya).

Beberapa uraian tentang pengertian kecerdasan/intelegensi menurut para ahli :

1. S.C. Utami Munandar : kemampuan berpikir, belajar, menyesuaikan diri.

2. Alferd Binet : kemampuan beradaptasi, mengadakan kritik terhadap masalah yang dihadapi, dan
kemampuan untuk memecahkan masalah.

3. L.L. Thurstone : kecakapan mengamati dan menafsirkan, kecakapan dan kefasihan untuk
menggunakan kata – kata, kecakapan mengingat.

4. Edward Thorndike : kemampuan individu untuk memberikan respon yang tepat terhadap stimulasi
yang diterimanya.

5. George D. Stodard : kecakapan dalam menyatakan tingkah laku.

6. William Stern : kapasitas atau kecakapan umum pada individu secara sadar untuk menyesuaikan
pikirannya pada situasi yang dihadapinya.

7. Carl Whitherington : kemampuan bertindak sebagaimana dimanifestasikan dalam kemampuan –


kemampuan/kegiatan – kegiatan. 8. J.P. Chaplin (1975) : kemampuan menghadapi dan menyesuaikan
diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif. 9. Anita E. Woolfok (1995) : kemampuan untuk
belajar, memperoleh dan menggunakan pengetahuan dalam rangka memecahkan masalah dan
beradaptasi dengan lingkungan.

Tingkatan intelegensi :

1. Idiot (IQ 0 – 29).

2. Imbecile (IQ 30 – 40).

3. Moron atau debil (IQ 50 – 59).

4. Bodoh (IQ 70 – 79).

5. Normal rendah (IQ 90 – 109).

6. Normal tinggi (IQ 110 – 119).

7. Cerdas/superior (IQ 120 – 129).

8. Sangat cerdas/gifted (IQ 130 – 139).

9. Genius (IQ > 140)

C. Perkembangan Emosi Perkembangan pada aspek ini meliputi kemampuan anak untuk mencintai;
merasa nyaman, berani, gembira, takut, dan marah; serta bentuk-bentuk emosi lainnya. Pada aspek
ini, anak sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan orangtua dan orang-orang di sekitarnya. Emosi
yang berkembang akan sesuai dengan impuls emosi yang diterimanya.

Misalnya, jika anak mendapatkan curahan kasih sayang, mereka akan belajar untuk menyayangi.
Pengaruh emosi terhadap perilaku dan perubahan fisik individu :
a. Memperkuat semangat bila merasa senang atas suatu keberhasilan.

b. Melemahkan semangat apabila timbul rasa kekecewaan karena suatu kegagalan.

c. Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar apabila individu dalam keadaan gugup.

d. Terganggu penyesuaian sosial apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.

Ciri – ciri emosi : a. Lebih bersifat subjektif (memandang sesuatu sebagai pokok masalah utama tanpa
ada alternatif lain).

b. Bersifat fluktuatif (tidak tetap).

c. Banyak bersangkut paut dengan panca indera dan kontak fisik.

Pengelompokan emosi

a. Emosi sensoris yaitu emosi yag ditimbulkan karena pengaruh rangsangan dari luar misalnya rasa
dingin, manis, sakit, lelah, dan sebagainya.

b. Emosi psikis yaitu emosi yang menyangkut kejiwaan dari dalam diri individu itu sendiri.

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Setiap individu memiliki pertumbuhan dan tugas perkembangan yang harus
dilaluinya.Individu yang mencapai usia dewasa bisanya akan berusaha
mencapai tingkat kematangansehingga memiliki ciri tertentu dalam
kematangan. Kematangan adalah hasil proses pertumbuhandan perkembangan
individu yang berlangsung bertahap hingga memunculkan kepribadian dalam
diri individu itu sendiri“. Sedangkan menurut Werner (dalam Sariono
1969):”kematangan adalah
terlaksananya dengan baik tugas-tugas pertumbuhan dan perkembangan
seseorang menujustruktur tingkah laku yang lebih tinggi. Jadi dalam kaitanya
dengan belajar, pematangan
itu berfungsi sebagai pemberi atau bahan dasar untuk belajar. Dan posisi belajar
dalam proses perkembangan itu sangat menentukan. Dalam hal ini belajar akan
berfungsi sebagai penentu atausebab terjadibnya perkembangan.

B.Saran
Penulis juga menyadari bahwa penulisan yang dibuat ini masih jauh dari
katasempurna.Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kepada para
pembaca yang membacamakalah ini untuk kiranya memberikan saran atau
kritik agar dapat memotivasi penulis untukmembuat makalah yang lebih baik
lagi. Semoga makalah yang dibuat penulis ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca yang membacanya.
DAFTAR PUSTAKA

Amat. (2021, Juni). PERTUMBUHAN, PERKEMBANGAN DANKEMATANGAN INDIVIDU.


JURNAL PRODI TADRIS IPS, 12
, 59-75.Hanafy, M. S. (2014, Juni). KONSEP BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN.
LENTERA PENDIDIKAN, 17
, 66-79.Zainuddin. KEMATANGAN PSIKOLOGIS DALAM MEMBANGKITKAN
MINATBELAJAR SISWA. 1-12.

Anda mungkin juga menyukai