Mata Kuliah :
Pengembangan Profesi Pendidikan Non Formal
Dosen :
Prof. Dr. Jamaris, M.Pd
Dr. Irmawita, M.Si
Oleh :
Anggun Muliya Warni (23359004)
B. Pembahasan
1. Pengertian Pragmatisme
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pragmatisme adalah kepercayaan bahwa
kebenaran atau nilai suatu ajaran (paham, doktrin, gagasan, pernyataan, ucapan, dan
sebagainya), bergantung pada penerapannya bagi kepentingan manusia; paham yang
menyatakan bahwa segala sesuatu tidak tetap, melainkan tumbuh dan berubah
terus; pandangan yang memberi penjelasan yang berguna tentang suatu permasalahan dengan
melihat sebab akibat berdasarkan kenyataan untuk tujuan praktis.
Suatu kebenaran memanglah sangat penting, karena kebenaran adalah suatu tolak
ukur dalam bertindak. Setiap manusia memiliki bermacam-macam cara untuk mencari
kebenaran tersebut. Diantaranya dilakukan dengan cara Akal, Empiris, ataupun perpaduan
keduanya.
Pragmatisme berasal dari bahasa Yunanai, yaitu “Pragma” yang berkonotasi pada
makna tindakan, perbuatan.Istilah ini dalam bahasa arab disebut dengan al-madzhab al-
‘amali atau madzhab ad-dzar’i-i. Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang
berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah apakah sesuatu itu memiliki
kegunaan bagi kehidupan nyata atau tidak. Aliran ini bersedia menerima segala sesutau,
asal saja hanya membawa dan memberi akibat praktis. Pengalaman-pengalaman pribadi,
kebenaran mistis semua bisa diterima sebagai kebenaran dan dasar tindakan asalkan
membawa akibat yang praktis yang bermanfaat. Dengan demikian, patokan pragmatisme
adalah “manfaat bagi hidup praktis”.
Pragmatisme mengajarkan bahwa tujuan berfikir adalah kemajuan hidup, yakni untuk
memajukan dan memperkaya kehidupan. Nilai pengetahuan manusia dinilai dan diukur
dengan kehidupan praktis. Menurut James “tidak ada ukuran untuk menilai kebenaran
absolut, benar atau palsunya pikiran akan terbukti di dalam penggunaannya dalam praktik
dan tergantung dari berhasil atau tidaknya tindakan tersebut”.
Teori kebenaran merupakan alat yang kita gunakan untuk memecahkan masalah
dalam pengalaman kita. Suatu teori itu benar jika berfungsi. Kebenaran bukan suatu yang
statis melainkan tumbuh berkembang dari waktu ke waktu. Menurut yang dikemukankan oleh
Uyoh Sadulloh “Tidak ada kebenaran mutlak, berlaku umum, bersifat tetap, berdiri sendiri,
tidak lepas dari akan pikiran yang mengetahui. Pengalaman kita berjalan terus dan segala
yang kita anggap benar dalam pengalaman senantiasa berubah karena dalam praktiknya apa
yang kita anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya. Oleh karena itu tidak
ada kebenaran yang mutlak, yang ada hanya kebenaran-kebenaran yaitu kebenaran yang ada
dalam pengalaman yang suatu saat dapat diubah oleh pangalaman berikutnya”
Dengan mengadopsi pendekatan pragmatisme dalam pendidikan non formal, kita dapat
menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih relevan, responsif, dan sesuai dengan
tuntutan masyarakat dan peserta. Hal ini akan membantu memastikan bahwa pendidikan non
formal benar-benar memberikan kontribusi signifikan dalam memenuhi kebutuhan
pendidikan masyarakat secara luas.
C. Tanggapan
Beberapa pandangan filsafat pragmatisme tentang Pendidikan, yaitu pengalaman
sebagai Basis Pendidikan, Pandangan tentang peserta didiknya, Pandangan tentang peran
guru, Pandangan tentang kurikulum, Pandangan tentang metode Pendidikan, Pandangannya
mengenai demokrasi.
Pragmatisme memiliki peran yang penting dalam konteks pendidikan non formal karena
memperkenalkan pendekatan yang berorientasi pada praktis, responsif terhadap kebutuhan
individu dan masyarakat, serta fleksibel dalam merancang program-program pendidikan.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa pragmatisme menjadi relevan dan diperlukan dalam
pendidikan non formal: Orientasi pada Hasil Praktis, Responsif terhadap Kebutuhan dan
Perubahan, Fokus pada Pengalaman dan Praktek, Keterlibatan Peserta secara Aktif,
Fleksibilitas dalam Perancangan Program, dan Mendorong Pembelajaran Seumur Hidup.
Dengan mengadopsi pendekatan pragmatisme dalam pendidikan non formal, kita dapat
menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih relevan, responsif, dan sesuai dengan
tuntutan masyarakat dan peserta. Hal ini akan membantu memastikan bahwa pendidikan non
formal benar-benar memberikan kontribusi signifikan dalam memenuhi kebutuhan
pendidikan masyarakat secara luas.
D. Kesimpulan
Pragmatisme berasal dari bahasa Yunanai, yaitu “Pragma” yang berkonotasi pada
makna tindakan, perbuatan. Pragmatisme merupakan salah satu aliran yang berpangkal pada
empirisme. Pragmatisme, sebagai sebuah aliran filsafat pendidikan, menekankan pada konsep
bahwa nilai dari suatu gagasan atau tindakan dapat diukur berdasarkan manfaat praktis yang
diperoleh darinya. Dalam konteks pendidikan non formal, pendekatan pragmatis menjadi
landasan filosofis yang relevan untuk memahami dan mengevaluasi efektivitas serta
kebermaknaan dari upaya pendidikan di luar ranah formal.
Pragmatisme memiliki tiga ciri, yaitu:
(1) memusatkan perhatian pada hal-hal dalam jangkauan pengalaman indera manusia,
(2) apa yang dipandang benar adalah apa yang berguna atau berfungsi,
(3) manusia bertanggung jawab atas nilai-nilai dalam masyarakat (George R. Knight, 1982).
Teori kebenaran merupakan alat yang kita gunakan untuk memecahkan masalah
dalam pengalaman kita. Suatu teori itu benar jika berfungsi. Kebenaran bukan suatu yang
statis melainkan tumbuh berkembang dari waktu ke waktu. Adapun untuk mencari kebenaran
adalah dengan menggunakan Metode intelegen merupakan cara ideal untuk memperoleh
pengetahuan, kita akan mengerti segala sesuatu dengan penempatan dan pemecahan masalah.
Dalam memecahkan masalah ini hendaknya melalui lima tahap menurut Dewey yang
dikemukankan oleh Uyoh Sadulloh yaitu Indeterminate situation, Diagnosis, Hypotesis,
Hypotesis testing, dan Evaluation.
E. Referensi
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum dari Metodologi sampai
Teofilosofi, Bandung, CV. Pustaka Setia, 2008, h. 319
Cholid, N. (2018). Kontribusi Filsafat Pragmatisme Terhadap Pendidikan. Magistra: Media
Pengembangan Ilmu Pendidikan Dasar dan Keislaman, 4(1), 51-66.
Hanafi, FilsafatBarat, Jogjakarta, Mudah, -, h. 84
Junaidi, M. (2016). Pragmatisme. Dar el-Ilmi: jurnal studi keagamaan, pendidikan dan
humaniora, 3(1), 37-51.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (https://kbbi.web.id/pragmatisme )