PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan manusia pada hakikatnya tidak akan pernah lepas
dari apa yang dinamakan pendidikan. Pendidikan merupakan
sesuatu yang menuntun pengetahuan manusia dari perkara yang
belum tahu menjadi tahu. Dalam pemahaman lain pendidikan dapat
diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
kecerdasan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Dalam proses pengembangan potensi manusia, maka
seyogianya dirumuskanlah atau direncanakan suatu pendidikan
yang mampu memberikan wadah dalam mengupayakan
pengembangan potensi setiap individu yang beraneka ragam. Pada
pembahasan ini lebih dikhususkan pada pendidikan anak usia
sekolah dasar. Pendidikan di sekolah dasar maknanya ialah
mengembangkan potensi anak usia sekolah dasar, berkenaan
dengan hal ini maka sangatlah utama diperlukannya suatu ilmu
yang melandasi pendidikan pada anak usia sekolah dasar. Landasan
pedagogik merupakan suatu kajian dimana akan membahas perihal
pendidikan bagi anak.
Pentingnya landasan pedagogik dalam perkembangan
pendidikan di Indonesia karena dengan pedagogik akan lebih mudah
dalam memahami objek dan perencanaan upaya berikutnya
terhadap objek menjadi lebih efektif. Dalam penerapanya selama
ini, landasan pedagogik telah berusaha memberikan kontribusi
secara maksimal terhadap pendidikan, baik dalam perkembangan
teori pendidikan maupun praktik. Begitu pula dampak atau
implikasinya terhadap pendidikan keguruan dan bagi para tenaga
kependidikannya sendiri.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari sebuah latar belakang yang telah diuraikan
sebelumnya, maka penulis merumuskan permasalahan. Adapun
rumusan masalah yang penulis rumuskan adalah sebagai berikut,
bagaimana :
1. Implikasi landasan pedagogik terhadap pengembangan teori
pendidikan di sekolah, keluarga dan masyarakat?
2. Implikasi landasan pedagogik terhadap praktek pendidikan di
sekolah, keluarga dan masyarakat?
3. Implikasi landasan pedagogik terhadap landasan pendidikan
keguruan dan tenaga kependidikan secara nasional dan
internasional?
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pedagogik
Dalam pembelajaran Anak Usia Dini ataupun anak kecil sering
dikenal dengan keilmuan pedagogik. Pedagogik berasal dari bahasa
Yunani kuno, yaitu paedos yang berarti anak dan agogos yang
berarti mengantar, membimbing, atau memimpin. Pedagogik
merupakan ilmu yang mengkaji bagaimana membimbing anak, cara
menghadapi anak didik, apa yang tugas pendidik dan tujuan
mendidik anak itu sendiri. Prof. Dr. J. Hoogveld salah satu tokoh
pendidikan di Belanda mengungkapkan bahwa pedagogik adalah
ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak kearah tujuan
tertentu agar ia mampu secara mandiri menyelesaikan tugas
hidupnya. Istilah pedagogik dikaitkan dengan 2 istilah lain, yakni
pedagogia dan pedagogi. Namun ketiganya memiliki perbedaan arti
namun memiliki tujuan yang sama yakni ‘anak’.
Pedagogi terbentuk dari kata paedagogos yang berarti ‘Orang’,
pada zaman Yunani kuno Paedagogos adalah orang (pelayan atau
pembantu) yang bertugas mengantar dan menjemput anak
majikannya ke sekolah selain itu paedagogos juga bertugas
membimbing anak majikannya. Namun istilah ‘pelayan atau
pembantu’ tersebut mengalami pergeseran makna menjadi
‘pendidik atau ahli didik’. Sedangkan Pedagogia (Paedagogia)
berarti pergaulan dengan anak-anak. Pedadogik memiliki peranan
penting dalam praktik pendidikan dengan alasan bahwa pedagogik
merupakan landasan bagi praktik pendidikan anak, pedagogik
dipercaya menjadi kriteria keberhasilan praktik pendidikan anak.
( Syaripudin dan Kurniasih, 2014:2)
Dalam disimpulkan bahwasanya, pedagogik merupakan suatu
ilmu tentang bagaimana mendidik anak. Mendidik anak yang seperti
apa?, mendidik anak yang sesuai dengan karakteristik yang dimiliki
oleh setiap anak dan sesuai dengan perkembangannya baik secara
fisik maupun kejiwaan ( psikis ). Dimana dalam proses pendidikan
memang seyogianya haruslah tepat pada berbagai aspek.
Pendidikan bagi anak memang sudah seharusnya dilandaskan
daripada pedagogik, karena di dalam pedagogik terdapat berbagai
unsur apa-apa saja yang seharusnya diberikan kepada anak,
bagaimana penerapannya, dan pemahaman terhadap karakteristik
para peserta didik.
Pedagogik dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu pedagogik
teoritis dan pedagogik praktis. Menurut M.J. Langeveld Madjid Noor
dan J.M. Daniel (1987 : 27) dalam Tatang Syaripudin dan Kurniasih
(2014) struktur pedagogik dibagi menjadi :
1. Pedagogik teoritis. Pedagogik teoritis terdiri dari pedagogik
sistematis dan pedagogik historis. Pedagogik historis terdiri dari
sejarah pendidikan (sejarah teori pendidikan dan sejarah praktik
pendidikan) dan pedagogik komparatif.
2. Pedagogik praktis, terdiri atas pedagogik dikeluarga, sekolah,
maupun masyarakat.
B. Teori Pendidikan
Runes , dalam Sadulloh ( 2007:2) mengemukakan bahwa teori
ialah “(a) Hypothesis, more loosely; supposition, whatever is
problematic verified. (b) As opposed to practice: systematically
organized knowledge of relatively high generallity. (c) As opposed to
low and observation;explanation. The deduction of axsioms and
theorems of one system from assertions (not necessarity verified)
from another system and of relatively less problematic and more
intelligible.
Dari pendapat yang dikemukakan oleh Runes, dapat dimaknai
bahwa istilah teori memiliki tiga pengertian : (a) bahwa teori
merupakan suatu hipotesis tentang segala masalah, dapat diuji,
akan tetapi tidak perlu diuji. (b) kedua, yakni teori merupakan lawan
dari praktik, dan merupakan pengetahuan yang disusun secara
sistematis dari kesimpulan umum relatif. (c) ketiga, teori diartikan
sebagai lawan dari hukum-hukum dan observasi, suatu deduksi dari
aksioma-aksioma dan teorema-teorema suatu sistem yang pasti
(tidak perlu diuji), secara relatif kurang problematis dan lebih
banyak diterima atau diyakini.
Menurut teori koherensi, kebenaran suatu teori bukan
bersesuaian dengan realitas, melainkan kesesuaian harmonis
dengan pengetahuan atau teori yang telah dimiliki atau dipahami,
kesesuaian dengan asumsi-asumsi yang berlaku atau dalil yang
berlaku. Definisi teori berdasarkan cara berfikir rasional
deduktif maknanya bahwa teori merupakan seperangkat prinsip
yang berkaitan erat sebagai petunjuk praktis, dalam arti teori bukan
sekedar penjelasan akan suatu fenomena tetapi sebagai petunjuk
untuk membangun dan mengontrol pengalaman.( Sadulloh, 2007:4)
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli
mengenai pengertian dari teori, maka penulis menarik kesimpulan
bahwasanya teori merupakan suatu landasan yang terbentuk dari
sebuah kesimpulan empirisme yang dapat dijadikan dasar dalam
pelaksanaan suatu praktik. Dalam hal ini ialah praktik pendidikan,
lebih detail lagi praktik pendidikan anak. Dan suatu teori pendidikan
tidak selalu sejalan dengan praktik dilapangan, akan tetapi sangat
bermanfaat sebagai pijakan awal seseorang dalam mendidik,
selebihnya bergantung kepada pendidik. Karena suatu teori
pendidikan yang berhasil diterapkan di suatu negara, akan berhasil
pula di negara lain.
Maka, dalam terselenggaranya suatu pendidikan, tentunya tidak
terlepas dari sebuah teori yang mendasarinya. Dalam dunia
pendidikan sampai pada saat ini telah menganut berbagai macam
teori pendidikan. Berbagai macam teori tersebut ialah sebagai
berikut ( Sukarjo dan Komarudin, 2009:33)
1. Behaviorisme
Kerangka kerja teori pendidikan behaviorisme adalah
empirisme. Asumsi filosofis dari behaviorisme adalah nature of
human being (manusia tumbuh secara alami). Latar belakang
empirisme adalah How we know what we know (bagaimana kita
tahu apa yang kita tahu).
Menurut paham ini pengetahuan pada dasarnya diperoleh dari
pengalaman (empiris). Aliran behaviorisme didasarkan pada
perubahan tingkah laku yang dapat diamati. Oleh karena itu aliran
ini berusaha mencoba menerangkan dalam pembelajaran
bagaimana lingkungan berpengaruh terhadap perubahan tingkah
laku. Dalam aliran ini tingkah laku dalam belajar akan berubah kalau
ada stimulus dan respon. Stimulus dapat berupa prilaku yang
diberikan pada siswa, sedangkan respons berupa perubahan tingkah
laku yang terjadi pada siswa. Jadi, berdasarkan teori behaviorisme
pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan. Tokoh aliran behaviorisme
antara lain : Pavlov, Watson, Skinner, Hull, Guthrie, dan Thorndike.
2. Kognitivisme
Kerangka kerja atau dasar pemikiran dari teori pendidikan
kognitivisme adalah dasarnya rasional. Teori ini memiliki asumsi
filosofis yaitu the way in which we learn (Pengetahuan seseorang
diperoleh berdasarkan pemikiran) inilah yang disebut dengan filosofi
rasionalisme. Menurut aliran ini, kita belajar disebabkan oleh
kemampuan kita dalam menafsirkan peristiwa atau kejadian yang
terjadi dalam lingkungan. Teori kognitivisme berusaha menjelaskan
dalam belajar bagaimanah orang-orang berpikir. Oleh karena itu
dalam aliran kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari
pada hasil belajar itu sendiri.karena menurut teori ini bahwa belajar
melibatkan proses berpikir yang kompleks. Jadi, menurut teori
kognitivisme pendidikan dihasilkan dari proses berpikir. Tokoh aliran
Kognitivisme antara lain : Piaget, Bruner, dan Ausebel.
3. Konstruktivisme
Menurut teori konstruktivisme yang menjadi dasar bahwa
siswa memperoleh pengetahuan adalah karena keaktifan siswa itu
sendiri. Konsep pembelajaran menurut teori konstruktivisme adalah
suatu proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk
melakukan proses aktif membangun konsep baru, dan pengetahuan
baru berdasarkan data. Oleh karena itu proses pembelajaran harus
dirancang dan dikelola sedemikian rupa sehinggah mampu
mendorong siswa mengorganisasi pengalamannya sendiri menjadi
pengetahuan yang bermakna. Jadi, dalam pandangan
konstruktivisme sangat penting peranan siswa. Agar siswa memiliki
kebiasaan berpikir maka dibutuhkan kebebasan dan sikap belajar.
Menurut teori ini juga perlu disadari bahwa siswa adalah
subjek utama dalam penemuan pengetahuan. Mereka menyusun
dan membangun pengetahuan melalui berbagai pengalaman yang
memungkinkan terbentuknya pengetahuan. Mereka harus menjalani
sendiri berbagai pengalaman yang pada akhirnya memberikan
pemikiran tentang pengetahuan-pengetahuan tertentu. Hal
terpenting dalam pembelajaran adalah siswa perlu menguasai
bagaimana caranya belajar. Dengan itu ia bisa menjadi pembelajar
mandiri dan menemukan sendiri pengetahuan-pengetahuan yang ia
butuhkan dalam kehidupan. Tokoh aliran ini antara lain : Von
Glasersfeld, dan Vico.
4. Humanistik
Teori ini pada dasarnya memiliki tujuan untuk ,memanusiakan
manusia. Oleh karena itu proses belajar dapat dianggap berhasil
apabila si pembelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya
sendiri. Dengan kata lain si pembelajar dalam proses belajarnya
harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi
diri dengan sebaik-baiknya. Tujuan utama para pendidik adalah
membantu siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu
masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai
manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-
potensi yang ada dalam diri mereka.
Menurut aliran Humanistik para pendidik sebaiknya melihat
kebutuhan yang lebih tinggi dan merencanakan pendidikan dan
kurikulum untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini. Beberapa
psikolog humanistik melihat bahwa manusia mempunyai keinginan
alami untuk berkembang untuk menjadi lebih baik dan belajar.
Secara singkat pendekatan humanistik dalam pendidikan
menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus
pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan
yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut.
Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode
untuk mengembangkan diri yang ditujukan untuk memperkaya
diri,menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat.
Keterampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini
menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya
dengan keberhasilan akademik. Dalam teori humanistik belajar
dianggap berhasil apabila pembelajar memahami lingkungannya
dan dirinya sendiri.
Akhirnya , dapat disimpulkan pendidikan merupakan syarat
mutlak apabila manusia ingin tampil dengan sifat-sifat hakikat
manusia yang dimilikinya. Dan untuk bisa bersosialisasi antar
sesama manusia inilah manusia perlu pendidikan. Definisi tentang
pendidikan banyak sekali ragamnya dengan definisi yang satu dapat
berbeda dengan yang lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh sudut
pandang masing-masing. Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu
manusia, mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks.
Karena sifatnya yang kompleks itu, maka tidak ada satu batasan
pun secara gamblang dapat menjelaskan arti pendidikan. Batasan
tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam dan
kandungannya dapat berbeda yang satu dengan yang lain.
Perbedaan itu bisa karena orientasinya, konsep dasar yang
digunakannya, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah
yang melandasinya. Yang terpenting dari semua itu adalah bahwa
pendidikan harus dilaksanakan secara sadar, mempunyai tujuan
yang jelas, dan menjamin terjadinya perubahan ke arah yang lebih
baik.
C. Praktik Pendidikan
Menurut Redja M, dalam Sadulloh ( 2007:2) mengemukakan
bahwa praktik pendidikan merupakan seperangkat kegiatan
bersama yang bertujuan membantu pihak lain agar mengalami
perubahan tingkah laku yang diharapkan. Dapat dimaknai
bahwasnya praktik pendidikan merupakan suatu usaha bersama
antara pendidik dengan peserta didik dalam mencapai tujuan yang
diharapkan dalam pendidikan tersebut.
Bagan 2.1 Tiga Aspek Praktik Pendidikan
Keterangan :
1. Tujuan Praktik Pendidikan
Tujuan dari praktik pendidika ialah membantu pihak lain mengalami
perubahan tingkah laku fundamental yang diharapkan.
2. Proses
Proses merupakan seperangkat kegiatan sosial, berusaha
menciptakan peristiwa pendidikan dan mengarahkannya secara
sadar dengan berlandaskan prinsip-prinsip pendidikan.
3. Motivasi
Motivasi disini muncul karena dirasakan adanya kewajiban untuk
menolong orang lain.
Dalam upaya pelaksanaan praktik pendidikan tentunya dilakukan
dalam suatu lingkungan sosial. Lingkungan merupakan segala
sesuatu yang ada di luar diri individu. Lingkungan dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu lingkungan alam dan lingkungan
sosial budaya.
Lingkungan pendidikan adalah suatu tempat dengan situasi dan
kondisi sosial budaya yang ada dimana pergaulan pendidikan
berlangsung. Setiap orang yang berada pada lingkungan Secara
garis besar, lingkungan pendidikan dibedakan menjadi 3 jenis,
yaitu :
1. Di Keluarga
Hasbullah (2008:38) mengemukakan Lingkungan keluarga
merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena berawal
dari inilah anak akan mendapatkan pendidikan dan bimbingan, juga
merupakan suatu lingkungan pendidikan yang utama dimana anak
akan mendapatkan pendidikan sebagian besar di lingkungan
keluarga.
Keluarga memiliki tugas utama dalam pendidikan anak yakni
sebagai peletak dasar terhadap pendidikan akhlak dan dasar
agama. Indrakusuma dalam Hasbullah (2008:38) menyatakan
bahwa sifat dan tabiat anak adalah sebagian besar diambil dari
kedua orang tuanya dan kerabat disekitarnya.
a. Fungsi keluarga
Syaripudin dan Kurniasih ( 2014:84 ) menyatakan bahwa keluarga
memiliki berbagai fungsi, antara lain fungsi biologis, fungsi ekonomi,
fungsi edukatif, fungsi religius, fungsi sosialisasi, fungsi rekreasi,
fungsi orientasi dll.
Sedangkan George Petter Murdock mengemukakan empat fungsi
keluarga :
1.) Sebagai pranata yang membenarkan hubungan seksual antara pria
dan wanita dewasa berdasarkan pernikahan.
2.) Mengembangkan keturunan
3.) Melaksanakan pendidikan
4.) Sebagai kesatuan ekonomi
b. Orang tua sebagai pengemban tangung jawab pendidikan anak
Salah satu fungsi keluarga yang yang bersifat universal adalah
melaksanakan pendidikan. Dalam hal ini orang tua adalah
pengemban tanggung jawab pendidikan bagi anak-anaknya. Orang
yang berperan sebagai pendidik bagi anak di dalam keluarga
utamanya adalah ayah dan ibu.
c. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang bersifat wajar
atau informal.
Pendidikan di dalam keluarga dilaksanakan atas dasar tanggung
jawab kodrati dan atas dasar kasih sayang yang secara naluriyah
muncul pada diri orang tua. Sejak anaknya lahir orang tua sudah
terpanggil untuk menolongnya, melindunginya, dan membantunya.
Di dalam keluarga pelaksanaan pendidikan berlangsung tidak
dengan cara-cara yang artificial, melainkan bersifat wajar.
d. Keluarga sebagai peletak dasar pendidikan anak
Pendidikan yang dilakukan si dalam keluarga sejak anak masih kecil
akan menjadi dasar bagi pendidikan dan kehidupannya di masa
datang. Hal ini sebagaimana dikemukakan M.I. Soelaeman (1985)
bahwa : “pengalaman dan perlakuan yang didapat anak dari
lingkungannya masih kecil dari keluarganya menggariskan
semacam pola hidup bagi kehidupan selanjutnya.
e. Tujuan dan isi pendidikan dalam keluarga.
Tujuan pendidikan dalam keluarga adalah agar anak menjadi pribadi
yang mantab, beragama, bermoral, dan menjadi anggota
masyarakat yang baik dan bertanggung jawab. Adapun isi
pendidikan dalam keluarga biasanya meliputi nilai agama, nilai
budaya, nilai moral dan keterampilan.
f. Fungsi pendidikan dalam keluarga
1.) Sebagai peletak dasar pendidikan anak.
2.) Sebagai persiapan kearah kehidupan anak dalam masyarakatnya.
g. Faktor-faktor yang menentukan kualitas pendidikan di dalam
keluarga.
Jenis keluarga, gaya kepemimpinan orang tua, kedudukan anak
dalam urutan keangotaan keluarga, fasilitas yang ada dalam
keluarga, hubungan keluarga dengan dunia luar, status social
ekonomi orang tua, akan turut mempengaruhi perkembangan
pribadi anak.
h. Karakteristik pendidikan di dalam keluarga
1.) Pendidikan di dalam keluarga lebih menekankan
pada pengembangan karakter
2.) Peserta didiknya bersifat heterogen
3.) Isi pendidikannya tidak terprogram secara formal/tidak ada
kurikulum tertulis
4.) Tidak berjenjang
5.) Waktu pendidikan tidak terjadwal secara ketat, relative lama.
6.) Cara pelaksanaan pendidikan bersifat wajar
7.) Evaluasi pendidikan tidak sistematis dan incidental
8.) Credentials tidak ada dan tidak penting.
2. Di Sekolah
Hasbullah ( 2008: 46) bependapat bahwa pendidikan di sekolah
merupakan pendidikan yang diperoleh oleh seseorang di Sekolah
secara teratur, sistematis, bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-
syarat yang jelas dan ketat.
Rasyidin dan Soelaeman mengemukakan bahwa sekolah adalah
suatu satuan unit sosial atau lembaga sosial yang kekhusussan
tugasnya ialah melaksanakan proses pendidikan.( Odang Muchtar,
dalam Syaripudin dan Kurniasih, 2014:89).
a. Komponen sekolah
Komponen sekolah antara lain terdiri atas :
1) Tujuan pendidikan
2) Sumber daya manusia seperti guru/pendidik, murid/siswa, laboran,
pustakawan, tenaga administrasi, petugas kebersihan, dst.
3) Kurikulum (isi pendidikan)
4) Media pendidikan dan teknologi pendidikan,
5) Sarana, prasarana, dan fasilitas
6) Pengelola sekolah
Tiga komponen utama sekolah yaitu :
1) peserta didik
2) guru
3) kurikulum
b. Fungsi pendidikan sekolah
1) Fungsi transmisi (konservasi) kebudayaan masyarakat
2) Fungsi sosialisasi (memilih dan mengajarkan peranan social)
3) Fungsi integrasi sosial
4) Fungsi mengembangkan kepribadian anak didik
5) fungsi mempersiapkan anak didik untuk suatu pekerjaan
6) Fungsi inovasi/mentransformasi masyarakat dan kebudayaannya.
c. Tujuan dan fungsi pendidikan sekolah
Secara umum sekolah memiliki tujuan pendidikan sejalan dengan
fungsi-fungsi sekolah. Implikasinya, maka isi pendidikan di sekolah
akan disesuaikan dengan jenjang dan jenis sekolah yang
bersangkutan. Adapun tujuan dan isi pendidikan masing-masing
sekolah tentunya telah terumuskan secara tertulis (formal) di dalam
kurikulumnya.
d. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal
Sekolah merupakan kesatuan kegiatan-kegiatan menyelenggarakan
pembelajaran yang dilakukan oleh para petugas khusus dengan
cara-cara terencana dan teratur menurut tatanan nilai dan norma
yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan.
e. Formalitas sekolah merembes ke dalam kurikulum dan
pembelajaran
Formalitas sekolah berakar pada status para individu yang menjadi
komponennya, serta system nilai dan norma yang serba resmi. Perlu
kita sadari bahwa selanjutnya formalitas tersebut merembes ke
dalam kurikulum dan cara-cara pembelajaran.
f. Karakteristik pendidikan di sekolah
1) Secara faktual, pendidikan di sekolah lebih menekankan kepada
pengembangan kemampuan intelektual
2) Peserta didiknya bersifat homogen
3) Isi pendidiknya terprogram secara formal/kurikulumnya tertulis
4) Berjenjang dan berkesinambungan
5) Waktu pendidikan terjadwal secara ketat, relative lama.
6) Cara pelaksanaan pendidikan bersifat formal dan artifisial
7) Evaluasi pendidikan dilaksanakan secara sistematis
8) Credentials ada dan penting.
3. Di Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang berintegrasi
secara terorganisasi, menempati daerah tertentu, dan mengikuti
suatu cara hidup atau budaya tertentu. Masyarakat dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu : masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan.
a. Fungsi masyarakat sebagai lingkungan pendidikan
Di dalam lingkungan masyarakat, anak akan memperoleh
pengalaman tentang berbagai hal, antara lain berkenaan dengan
lingkungan alamnya, seperti flora dan fauna. Di lingkungan
masyarakat anak pun akan memperoleh pengaruh dari orang-orang
yang ada di sekitarnya, baik dari teman sebaya, maupun orang
dewasa. Anak juga akan memperoleh pengaruh dari hasil karya
masyarakat. Di dalam masyarakat anak belajar tentang nilai-nilai
dan peranan-perana yang seharusnya mereka lakukan. Anak
memperoleh pengalaman bergaul dengan teman-temannya di luar
rumah dan di luar lingkungan Sekolah. Karena itu pendidikan anak
dalam lingkungan masyarakat dapat berfungsi sebagai pelengkap,
penambah, dan mungkin juga pengembang pendidikan di dalam
keluarga dan sekolah, bahkan dapat berfungsi sebagai pengganti
pendidikan di sekolah.
b. Tanggung jawab pendidikan di lingkungan masyarakat.
Selain menjadi tanggung jawab pemerintah, pendidikan di
lingkungan masyarakat harus menjadi tangung jawab bersama para
orang dewasa yang ada di lingkungan masyarakat yang
bersangkutan.
c. Pendidikan informal dalam masyarakat
Pendidikan informal dalam masyarakat antara lain dapat
berlangsung melalui adapt kebiasaan, pergaulan anak sebaya,
upacara adat, pergaulan di lingkungan kerja, permainan, pagelaran
kesenian, dan bahkan percakapan biasa sehari-hari. Dalam konteks
ini pendidikan merupakan pewaris sosial yang berfungsi untuk
melestarikan nilai-nilai budaya masyarakat.
d. Pendidikan nonformal di dalam masyarakat
1.) Definisi.
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan
formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang
(Pasal 1 ayat (12) UU RI No. 20 Tahun 2003).
2.) Fungsi.
Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta
didik dengan penekanan pada penguasan pengetahuan dan
keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian
professional.
3.) Lingkup.
Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, serta
pendidikan lain yang ditunjukan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik.
4.) Satuan Pendidikan.
Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, pelatihan,
kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis
taklim serta satuan pendidikan yang sejenis.
e. Karakteristik pendidikan di masyarakat.
1.) Secara faktual tujuan pendidikannya lebih menekankan pada
pengembangan keterampilan praktis
2.) Peserta didiknya bersifat heterogen.
3.) Isi pendidikannya ada yang terprogram secara tertulis, ada pula
yang tidak terprogram secara tidak tertulis.
4.) Dapat berjenjang dan berkesinambungan dan dapat pula tidak
berjenjang dan tidak berkesinambungan.
5.) Waktu pendidikan terjadwal secara ketat atau tidak terjadwal, lama
pendidikannya relative singkat
6.) Cara pelaksanaan pendidikan mungkin bersifat artifisial mungkin
pula bersifat wajar.
7.) Evaluasi pendidikan mungkin dilaksanakan secara sistematis dapat
pula tidak sistematis.
8.) Credentials mungkin ada dan mungkin pula tidak ada.
A. Kesimpulan
Dari berbagai pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya,
maka penulis menarik kesimpulan bahwa pedagogi merupakan
praktek pendidikan anak sedangkan pedagogik ialah ilmu
pendidikan anak. Maknanya ialah pedagogi menunjukan suatu
praktek atau merupakan suatu praktek mendidik anak. Sedangkan
pedagogik merupakan suatu sistem teori mengenai pendidikan
anak. Akan tetapi pada realita di lapangan menunjukan bahwa
terkadang apa yang telah terumuskan sebagai sistem teori
pendidikan, tidak selalu berbanding lurus dengan penerapannya.
Karena terkadang ketika suatu teori berhasil diterapkan di suatu
lingkungan, belum tentu dilingkungan lainnya akan mendapatkan
hasil yang sama.
Implikasi pedagogik terhadap landasan pendidikan keguruan
ialah ketika seseorang memahami tentang ilmu mendidik anak
khususnya pada pendidikan keguruan , maka tepatlah keterlibatan
pedagogik. Sedangkan terhadap tenaga kependidikan (guru) sangat
tepat ketika seorang guru memahami akan pedagodik sehingga
guru akan mampu mendidik sesuai dengan karakteristik anak. Baik
secara nasional maupun internasional hakikatnya memiliki landasan
yang sama, yang membedakan ialah kondisi dan keprofesionalan
pendidik.
DAFTAR PUSTAKA