Oleh :
Marta Desi Putri, S.Kom
Nim : 23138070
Belajar berdasarkan pengalaman (experiental learning) dikembangkan pada awalnya oleh J. Dewey, beraliran
pragmatisme,
Jelaskan dan analisislah makna Experiental learning dan pragmatisme sebagai salah satu aliran filsafat yang dianut
J.Dewery?
Jawab :
David Kolb (1984), mendefinisikan experiential learning sebagai sebuah model pembelajaran yang
holistik, di mana seseorang belajar, berkembang, dan bertumbuh. Penggunaan istilah experiential
learning sendiri dimaksudkan untuk menekankan bahwa pengalaman (experience) memiliki peran
penting dalam proses pembelajaran, dan hal ini menjadi pembeda antara experiential learning dengan
model pembelajaran lainnya, seperti teori pembelajaran kognitif atau behaviorisme.
David Allen Kolb atau lebih dikenal dengan julukan A. Kolb menyatakan bahwa belajar sebagai proses
yang mana pengetahuan diciptakan melalui adanya perubahan dalam berbagai bentuk pengalaman.
Pengetahuan diciptakan oleh kombinasi antara pemahaman dan pengalaman yang ditransformasikan
Menurut Kent State University, ada beberapa hal yang akan diperoleh saat
melakukan experiential learning, yaitu:
Jadi saat menggunakan metode experiential learning, maka siswa lebih mampu menghubungkan
teori yang dipelajari di kelas dengan situasi dunia nyata.
Pragmatisme (John Dewey) menekankan bahwa manusia adalah makhluk yang bebas, merdeka,
kreatif serta dinamis. Manusia memiliki kemampuan untuk bekerja sama untuk membangun
masyarakat. Bagi John Dewey, pengalaman adalah basis pendidikan, atau dalam terminologi
Dewey sendiri “pengalaman” sebagai “sarana dan tujuan pendidikan”. Pendidikan pada
hakekatnya merupakan suatu proses penggalian dan pengolahan pengalaman secara terus-
menerus
Pemikiran John Dewey ini menunjukkan bahwa dia mengikuti teori evolusi. Dia percaya bahwa
manusia memiliki kapasitas untuk memajukan peradabannya melalui pendidikan. Pandangan
John Dewey tentang manusia berpangkal dari kondisi manusia. Yaitu manusia adalah mahluk
sosial sekaligus mahluk individual ohn Dewey kemudian memperluas lagi gagasan Pragmatisme
dengan menekankan pentingnya pengalaman praktis dalam mencapai pengetahuan dan
menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Pragmatisme menjadi sangat populer di Amerika Serikat pada awal abad ke-20, terutama dalam
bidang pendidikan dan psikologi.
Pandangan Pragmatis tentang pendidikan menekankan pada pembelajaran melalui pengalaman
langsung, praktik dan eksperimen, dan menyesuaikan pengajaran dengan kebutuhan individu dan
konteks social
Ada beberapa prinsip inti dalam Pragmatisme, namun yang paling fundamental adalah sebagai
berikut
Dalam konteks ini, kebenaran atau nilai suatu ide atau tindakan dinilai berdasarkan hasil
yang diperoleh dari praktik atau pengalaman.
Pragmatisme menganggap bahwa kebenaran atau nilai suatu ide atau tindakan tidak.
bersifat tetap dan statis, melainkan fleksibel dan terus berubah sesuai dengan konteks dan
situasi yang berbeda-beda.
Pragmatisme menekankan pentingnya tindakan atau praktik dalam mencapai tujuan dan
menciptakan perubahan yang diinginkan.
Oleh karena itu, pragmatisme menekankan pada pentingnya melakukan eksperimen dan
tindakan yang berdasarkan pengalaman dan hasil praktis yang diperoleh.
5. Demokratisasi pengetahuan.
Sebagai suatu aliran filsafat, Pragmatisme tidak luput dari kritik. Beberapa kritik yang diajukan
pada Pragmatisme antara lain:
a. Pragmatisme mengabaikan nilai-nilai etis dan moral yang mendasar:
Kritik ini merujuk pada pandangan bahwa Pragmatisme terlalu fokus pada hasil praktis
dan terlalu mengabaikan nilai-nilai etis dan moral yang mendasar. Oleh karena itu,
beberapa kritikus menganggap bahwa Pragmatisme dapat membenarkan tindakan yang
tidak bermoral atau bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang universal.
b. Pragmatisme terlalu pragmatis dan tidak memperhatikan masalah filosofis yang lebih
dalam:
Kritik ini menganggap bahwa Pragmatisme terlalu terfokus pada solusi praktis dan terlalu
sedikit memperhatikan masalah filosofis yang lebih dalam, seperti ontologi dan
epistemologi.
Kritik ini merujuk pada pandangan bahwa Pragmatisme terlalu subjektif dan tidak
memiliki kriteria objektif untuk menilai kebenaran dan nilai suatu ide atau tindakan.