Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan tentang keberadaan Pendidikan
Karakter untuk kemajuan bangsa. Mudah-mudahan makalah yang kami buat ini bisa
menolong menaikkan pengetahuan kita jadi lebih luas lagi. Kami menyadari kalau
masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini.
Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan
guna kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Guru
mata pelajaran Bahasa Indonesia. Kepada pihak yang sudah menolong turut dan
dalam penyelesaian makalah ini. Atas perhatian serta waktunya, kami sampaikan
banyak terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengertian belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses suatu hal yang
tidak diketahui menjadi tahu dari pengalaman-pengalaman yang diperoleh dilingkungan
sekitarnya.
Belajar merupakan proses dalam pendidikan yang penting dalam kehidupan.
Belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan pengetahuan-
pengetahuan baru.
Seorang guru harus mengenal kiat dan strategi “membelajarkan“ siswa sehingga
tujuan yang diharapkan tercapai. Pemahaman konseptual mengajar dapat membantu
siswa memahami konsep-konsep utama dalam pembelajaran. Selain mengeksplorasi
banyak aspek pemikiran kita juga berlatih bagaimana guru dapat membimbing siswa
untuk terlibat dalam proses-proses kognitif kompleks lainnya: memahami konsep,
memecahkan masalah, dan mentransfer apa yang dipelajari untuk pengaturan lainnya.
Kemampuan berpikir yang merupakan faktor penting dalam proses pembelajaran
siswa. Kemampuan berpikir seseorang dapat dikembangkan melalui belajar, bertanya
terus pada diri sendiri, memiliki keinginan untuk menghasilkan sesuatu yang baru,
berkemauan memanfaatkan sesuatu yang ada di sekitar, sehingga menghasilkan sesuatu
yang berguna bagi dirinya maupun bagi orang lain. Kemampuan berpikir ini
dimungkinkan untuk berkembang karena manusia memiliki rasa ingin tahu yang selalu
terus berkembang. Berarti keterampilan berpikir setiap orang akan selalu berkembang
dan dapat dipelajari. Depdiknas (2003) menegaskan salah satu kecakapan hidup (life
skill) yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan adalah keterampilan berpikir.
Berarti hal ini menunjukkan bahwa seseorang untuk dapat berhasil dalam kehidupannya
antara lain ditentukan oleh keterampilan berpikirnya, terutama dalam upaya memecahkan
masalah kehidupan yang dihadapinya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain :
1. Apakah pengertian konsep ?
2. Apakah pengertian berpikir, berpikir kritis, berpikir kreatif?
3. Apakah jenis-jenis pemikiran ?
4. Bagaimanakah langkah-langkah pemecahan masalah ?
5. Apakah transfer dalam pembelajaran ?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami arti dari konsep.
2. Mengetahui dan memahami arti dari berpikir, berpikir kritis, berpikir kreatif.
3. Mengetahui dan memahami jenis-jenis pemikiran.
4. Mengetahui dan memahami cara dari langkah-langkah pemecahan masalah.
5. Mengetahui dan memahami arti transfer dalam pembelajaran
BAB II
TINJAUN MATERI
A. Pemahaman Konseptual dan Strategi Mengajarkan Konsep
Pemahaman konseptual merupakan aspek penting dari pembelajaran. Tujuan
penting pengajaran adalah membantu siswa memahami konsep-konsep utama dalam
subjek daripada hanya menghafal fakta terisolasi. Dalam banyak kasus, pemahaman
konseptual ditingkatkan saat guru mengeksplorasi topik secara mendalam dan
memberikan yang tepat, adalah contoh menarik dari konsep.
1. Apakah Konsep
Istilah konsep berasal dari bahasa latin conceptum, yang artinya suatu
yang dipahami. Aristoteles dalam “the classical theory of concept” menyatakan
bahwa konsep merupakan penyususan utama dalam pembentukan ilmiah dan
filsafat pemikiran manusia. Konsep adalah poin penting pemikiran. Konsep
kelompok objek-objek, peristiwa, dan karakteristik berdasarkan properti umum.
Konsep membantu Anda untuk menyederhanakan, meringkas, dan mengatur
informasi (Quinn, 2009, 2011). Soedjadi (2000:14) konsep merupakan ide abstrak
yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang
pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilahatau rangkaian kata. Jika Anda
tidak punya konsep, maka Anda akan menemukan masalah yang sebenarnya
sepele menjadi sulit untuk dirumuskan dan bahkan tidak mungkin untuk
dipecahkan. Tentu saja, konsep membantu siswa untuk memahami dunia (Chi &
Brem, 2009; Oakes dkk, 2010). Konsep juga membantu proses mengingat,
sehingga lebih efisien (Racine, 2011). Saat siswa mengelompokkan objek-objek
untuk membentuk konsep, mereka dapat mengingat konsep, kemudian mengambi
karakteristik konsep tersebut.
Konsep tidak hanya membantu untuk menyinggung memori, tetapi juga
membuat komunikasi yang lebih efisien. Konsep membantu siswa untuk
menyederhanakan dan meringkas informasi, serta meningkatkan efisiensi memori,
komunikasi, dan penggunaan waktu. Siswa membentuk konsep melalui
pengalaman langsung dengan benda-benda dan peristiwa dalam dunia mereka.
Siswa juga membentuk konsep melalui pengalaman dengan simbol (hal-hal yang
menyebabkan, atau mewakili, sesuatu yang lain). Beberapa konsep ada yang
relatif sederhana, jelas, dan nyata. Sedangkan yang lain lebih kompleks, samar,
dan abstrak.
c. Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah berpikir reflektif dan produktif, dan mengevaluasi
bukti. Kesadaran adalah suatu konsep yang mencerminkan pemikiran kritis.
Menurut Ellen Langer (1997, 2005), kesadaran penting untuk berpikir kritis.
Kesadaran berarti menjadi waspada, hadir secara metal, dan kognitif fleksibel saat
melalui kegiatan dan tugas hidup sehari-hari. Siswa yang sadar akan
mempertahankan kesadaran aktif pada keadaan hidup mereka.
Siswa dengan kesadaran ialah siswa yang menciptakan ide-ide baru terbuka
terhadap informasi baru, dan sadar lebih dari satu perspektif. Sebaliknya, siswa
yang ceroboh akan terperangkap dalam ide-ide lama, terlibat dalam perilaku
otomatis, dan beroperasi dari perspektif tunggal. Siswa yang ceroboh juga akan
menerima hal yang pernah dibaca atau didengar tanpa mempertanyakan
keakuratan informasi. Selain itu, siswa yang ceroboh akan terjebak dalm pola
pikir yang kaku, tidak memperhitungkan kemungkinan variasi dalam konteks dan
perspektif. Langer menekankan bahwa mengajukan pertanyaan yang baik adalah
unsur penting dari pemikiran secara sadar. Ia juga menekankan bahwa penting
untuk fokus dalam proses belajar daripada hasil. Dari sintesis yang telah
dibahasmaka berpikir kritis bukan berarti menjadi kritis atau menjadi negatif.
Berpikir kritis lebih tepat diartikan sebagai berpikir evaluatif. Hasil eva-luasi
dapat berentang mulai dari positif menuju negatif, penerimaan me-nuju
penolakan, atau apapun diantaranya. Menurut Ennis & Beyer berpi-kir kritis dapat
didefinisikan sebagai memutuskan apa yang harus diyakini atau dilakukan secara
masuk akal dan reflektif. Jadi berpikir kritis artinya membuat pertimbangan yang
masuk akal. Berikut adalah contoh-contoh tentang berfikir kritis
a. Berpikir Kritis di Sekolah
Berikut adalah beberapa cara guru agar membentuk pemikiran kritis dalam
rencana pelajaran secara sadar:
a) Menanyakan tidak hanya apa yang terjadi, tetapi juga “bagaimana” dan
“mengapa”.
b) Periksalah yang seharusnya “fakta” untuk menentukan apakah ada bukti untuk
mendukung mereka.
c) Berdebat dengan cara yang masuk akal daripada melalui emosi.
d) Mengakui bahwa terkadang terdapat lebih dari satu jawaban atau penjelasan
yang baik.
e) Bandingkan berbagai jawaban atas pertanyaan dan putuskan jawaban yang
benar-benar terbaik.
f) Mengevaluasi dan mungkin mempertanyakan apa yang orang lain katakan
daripada segera menerimanya sebagai kebenaran.
g) Ajukan pertanyaan dan berspekulasi melalui apa yang sudah Anda ketahui
untuk menciptakan ide-ide dan informasi baru.
Salah satu cara untuk mendorong siswa agar berpikir kritis adalah menyajikan
topik kontroversial atau artikel yang berkaitan tentang kedua sisi dari suatu
isu untuk dibahas. Berpikir kritis dipromosikan saat siswa menghadapi adu
argumen dan perdebatan karena dapat memotivasi mereka untuk menggali
topik lebih dalam dan berusaha untuk memecahkan masalah (Kuhn, 2009).
Dalam situasi ini, siswa sering kali diuntungkan saat guru menahan diri atas
pernyataan tentang pandangan sendiri, sehingga memungkinkan siswa lebih
leluasa mengeksplorasi sisi yang berbeda dari isu dan berbagai perspektif
pada topik. Berdasarkan banyak tugas yang mengharuskan siswa untuk fokus
pada isu, pertanyaan, atau masalah bukan hanya membaca fakta-fakta, guru
merangsang kemampuan siswa untuk berpikir kritis.
d. Pengambilan Keputusan
Dalam penalaran deduktif, orang menggunakan kaidah yang jelas untuk
mengambil kesimpulan. Sebaliknya saat kita membuat keputusan, kaidahnya jarang
yang jelas dan kita mungkin hanya punya pengetahuan terbatas tentang konsekuensi
dari keputusan itu (Gigenrenzer & Selton, 2001; Tversky & Fox, 1995). Selain itu,
informasi penting mungkin tidak tersedia dan kita mungkin tidak bisa mempercayai
semua informasi yang kita punya (Martlin, 2002).Luthans dan Davis (1996)
mengemukakan bahwa, decision making is almost universally defined as choosing
between alternatives. Artinya, bahwa secara umum pengertian dari pengambilan
keputusan adalah me-milih di antara berbagai alternatif. Pengertian ini diperkuat oleh
Garry Deslerr (2001) yang mengatakan bahwa, decision is a choice made bet-ween
available alternatives. Ditinjau dari sudut pandang lain dinyatakan pula bahwa,
decision making is the process of developing and analyzing alternatives and choosing
from among them.Pengambilan keputusan adalah berpikir yang melibatkan evaluasi
alternatif dan membuat pilihan. Salah satu jenis pengambilan keputusan adalah
menimbang biaya dan manfaat dari berbagai hasil. Banyak prasangka (prasangka
konfirmasi, kepercayaan ketekunan, prasangka terlalu percaya, dan prasangka
pandangan masa lalu) dapat mengganggu pengambilan keputusan yang baik.
a. Bias dan Kelemahan dalam Pengambilan Keputusan
Subyek berakibat lain dari penelitian pengambilan keputusan adalah bias
dan cacat heuristis (aturan praktis) yang mempengaruhi kualitas keputusan
(Baker, 2010; Pretz, 2008). Kelemahan umum melibatkan bias konfirmasi,
ketekunan kepercayaan, bias terlalu percaya diri, bias masa lalu, dan ketersediaan
dan perwakilan heuristis. Pengambilan keputusan ditingkatkan saat Anda
menyadari ini merupakan kekurangan potensial.
b. Bias Konfirmasi
Salah satu jenis prasangka adalah bias konfirmasi, cenderung mencari dan
menggunakan informasi yang mendukung ide-ide Anda bukan membantahnya.
Dengan demikian, dalam membuat keputusan, seorang siswa mungkin memiliki
keyakinan awal bahwa pendekatan tertentu dalam bekerja. Ia menguji
pendekatan dan menemukan bahwa itu tidak bekerja pada beberapa waktu. Ia
menyimpulkan bahwa pendekatannya tepat, daripada mengeksplorasi fakta lebih
lanjut bahwa dalam sejumlah kasus tidak bekerja. Anda cenderung mencari dan
mendengarkan orang-orang dengan pandangan mengonfirmasi pendapat anda
daripada mendengarkan pandangan yang berbeda pendapat (Kerschreiter dkk,
2008).
c. Ketekunan Kepercayaan
Terkait erat dengan prasangka konfirmasi, ketekunan kepercayaan adalah
kecenderungan untuk berpegang pada keyakinan dalam menghadapi bukti yang
bertentangan. Orang-orang memiliki kesulitan dalam melepaskan ide atau
strategi setelah meyakininya (Stanovich, 2010).
d. Bias Terlalu Percaya Diri
Bias terlalu percaya diri adalah kecenderungan dalam memiliki
kepercayaan diri yang berlebihan dalam penilaian dan keputusan daripada yang
seharusnya, berdasarkan probabilitas dan pengalaman masa lalu.
e. Bias Masa Lalu
Bias masa lalu adalah kecenderungan untuk melaporkan secara salah,
setelah fakta, bahwa Anda secara akurat memprediksi kejadian.
f. Pengambilan Keputusan di Masa Remaja
Masa remaja adalah masa peningkatan pengambilan keputusan. Remaja
yang lebih tua sering membuat keputusan yang lebih baik daripada remaja yang
lebih muda, yang lebih baik saat ini daripada anak-anak. Kebanyakan orang
membuat keputusan yang lebih baik saat mereka tenang daripada dalam keadaan
emosional, terutama pada remaja (Steinberg dkk, 2009). Konteks sosial juga
berperan penting dalam pengambilan keputusan remaja (Wray-Lake, Crouter, &
McHale, 2010).
e. Berpikir Kreatif
Aspek penting dari pemikiran adalah berpikir kreatif (Baghetto & Kaufman, 2010;
Sternberg, 2009, 2010a, b). Kreativitas adalah kemampuan untuk berpikir tentang cara
baru, dan tidak biasa, dan datang dengan solusi yang unik. JP Guilford (1967)
membedakan antara berpikir konvergen (yang menghasilkan satu jawaban yang benar dan
karakteristik dari jenis pemikiran yang diperlukan pada ujian kecerdasan konvensional)
dan berpikir divergen (yang menghasilkan banyak jawaban untuk pertanyaan yang sama
dan karakteristik kreativitas). Meskipun siswa paling kreatif adalah cukup cerdas, tetapi
sebaliknya belum tentu benar.
1) Langkah-Langkah dalam Proses Kreatif
Proses kreatif sering digambarkan sebagai urutan lima langkah, meskipun siswa
tidak selalu mengikuti urutan yang sama:
a) Persiapan. Siswa tenggelam dalam isu masalah yang membuat mereka tertarik
dan rasa ingin tahu mereka muncul.
b) Inkubasi. Siswa mengelola ide di kepala mereka, titik di mana mereka
cenderung membuat beberapa koneksi yang tidak biasa dalm pemikiran
mereka.
c) Wawasan. Siswa mengalami momen “Aha!” saat semua potongan teka-teki
terlihat cocok satu sama lain.
d) Evaluasi. Sekarang, siswa harus memutuskan tentang suatu ide yang berharga
dan layak dikejar. Mereka harus berpikir. “Apakah ide baru atau sudah jelas?”
e) Elaborasi. Langkah terakhir sering meliputi rentang waktu terpanjang dan
melibatkan pekerjaan paling sulit. Langkah ini adalah yang dipikirkan oleh
penemu asal Amerika, Thomas Edison, saat ia mengatakan bahwa kreativitas
adalah 1 persen inspirasi dan 99 persen keringat.
2) Pengajaran dan Kreativitas
Tujuan penting pengajaran adalah membantu siswa menjadi lebih kreatif
(Kaufman & Sternberg, 2010; Sternberg, 2009, 2010a, b, c). Guru perlu
menyadari bahwa siswa akan lebih menunjukkan kreativitas dalam beberapa
domain daripada yang lain (Skiba dkk, 2010). Seorang siswa yang menunjukkan
keterampilan kreatif misalnya, berpikir secara matematis mungkin tidak
ditunjukkan pada keterampilan kesenian. Desain sekolah dan ruang kelas dapat
mempengaruhi kreativitas siswa (Baghetto & Kaufman, 2009). Lingkungan
sekolah yang mendorong bekerja secara independen, yang merangsang tetapi
tidak mengganggu, dan membuat sumber daya tersedia cenderung mendorong
kreativitas siswa. Siswa juga akan sangat beruntung jika Anda adalah seorang
pemikir kratif dan terlibat dalam proses pengajaran sehari-sehari Anda secara
kreatif.
Berikut adalah beberapa cara guru dapat menumbuhkan kreativitas dalam
diri siswa: mendorong pemikiran kreatif pada kelompok dan secara individual,
menyediakan lingkungan yang menyediakan kreativitas, jangan terlalu
mengontrol siswa, mendorong motivasi internal, mendorong agar berpikir
fleksibel, membentuk kepercayaan diri siswa, mendorong siswa untuk berani
mengambil resiko, membimbing siswa agar gigih dan menunda gratifikasi, san
memperkenalkan siswa pada orang-orang kreatif.
2. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah adalah menemukan cara yang tepat untuk mencapai tujuan.
Pertimbangkan tugas yang mengharuskan siswa untuk terlibat dalam pemecahan
masalah.Memecahkan masalah melibatkan aktivitas seperti menggunakan proses berpikir
dasar untuk memecahkan kesulitan tertentu, merakit fakta tentang informasi tambahan yang
diperlukan, memprediksi atau menyarankan alternatif solusi dan menguji ketepatannya,
mereduksi ke tingkat penjelasan yang lebih sederhana, mengeliminasi kesenjangan, memberi
uji solusi ke arah nilai yang dapat digeneralisasi.
a. Langkah-Langkah Dalam Pemecahan Masalah
Upaya telah dilakukan untuk menentukan langkah-langkah yang dilalui oleh
individu secara efektif dalam memecahkan masalah. Berikut adalah empat langkah
tersebut (Bransford & Stein, 1993):
a. Carilah dan Bingkai Masalah
Sebelum memecahkan masalah, Anda harus menyadari bahwa masalah
tersebut ada (Mayaer, 2008). Di masa lalu sebagian besar latihan pemecahan
masalah di sekolah adalah masalah yang didefinisikan dengan baik oleh mereka
sendiri secara spesifik dan sistematis yang menghasilkan solusi yang jelas. Saat ini,
Pendidik semakin menyadari kebutuhan untuk mengajar keterampilan dunia nyata
kepada siswa untuk mengidentifikasi masalah, bukan hanya menawarkan masalah
yang jelas untuk dipecahkan (Chen, 2010; Laxman, 2010). Diperlukan eksplorasi
yang cukup dan perbaikan bagi siswa untuk mempersempit masalah ke titik yang
menghasilkan solusi spesifik. Penjelajahan alternatif tersebut merupakan bagian
penting dari pemecahan masalah.
b. Mengembangkan Strategi Pemecahan Masalah yang Baik
Setelah menemukan masalah dan secara jelas mendefinisikannya, siswa
perlu mengembangkan strategi untuk menyelesaikannya (Quiamzade, Mugny, &
Darnon, 2009; Yu, Dia, & Lee, 2010). Dia antara strategi yang efektif, terdapat
pengaturan sub tujuan dan penggunaan algoritma, heuristis, serta analis rata-rata
akhir.
1) Sub-tujuan adalah menetapkan tujuan menengah yang menempatkan siswa
dalam posisi yang lenih baik untuk mencapai tujuan akhir atau solusi. Siswa
mungkin melakukan hal buruk dalam memecahkan masalah karena mereka tidak
menghasilkan sub-masalah atau sub-tujuan. Perhatikan bahwa dalam membentuk
sub-tujuan, Anda bekerja mundur dalam waktu. Hal ini sering kali merupakan
strategi yang baik. Siswa terlebih dahulu membuat sub-tujuan paling dekat dengan
tujuan akhir, dan kemudian bekerja mundur ke sub-tujuan paling dekat dengan awal
upaya pemecahan masalah.
2) Algoritma adalah strategi yang menjamin solusi masalah. Algoritma ada dalam
berbagai bentuk, seperti formula, instruksi, dan ujian yang menjadi kemungkinan
solusi. Saat siswa memecahkan masalah perkalian atau pembagian panjang dengan
prosedur yang ditetapkan, mereka menggunakan algoritma (Martin, 2009). Saat
mengikuti petunjuk untuk diagram kalimat, mereka menggunakan algoritma.
Algoritma membantu dalam memecahkan masalah yang jelas (Lau & Yuen, 2010).
3) Heuristis adalah strategi atau aturan baku yang dapat menyarankan solusi
masalah, tetapi tidak menjamin akan bekerja. Heuristis membantu Anda untuk
mempersempit kemungkinan solusi dan membantu Anda dalam menemukan satu
yang bekerja (Acar, Turkmen, & Roychoudhury, 2010). Dalam menghadapi ujian
pilihan ganda, beberapa heuristis dapat berguna. Misalnya, jika Anda tidak yakin
tentang jawaban, Anda bisa mulai dengan mencoba untuk menghilangkan jawaban
yang terlihat paling tidak mungkin, dan kemudian menebak antara yang tersisa.
Selain itu, untuk petunjuk tentang jawaban atas satu pertanyaan, Anda dapat
memeriksa pernyataan atau menjawab pilihan untuk pertanyaan lain pada ujian.
4) Analisis rata-rata akhir adalah heuristis yang mengidentifikasi tujuan (akhir) dari
masalah, menilai situasi saat ini, dan mengevaluasi yang perlu dilakukan (sarana)
untuk mengurangi perbedaan antara dua kondisi. Nama lain dari analisis rata-rata
akhir adalah pengurangan perbedaan. Analisis rata-rata akhir juga dapat
melibatkan penggunaan sub-tujuan. Analisis rata-rata akhir umumnya digunakan
dalam memecahkan masalah.
c. Evaluasi Solusi
Setelah berpikir bahwa Anda telah memecahkan masalah, Anda mungkin
tidak tahu mengenai keefektifan solusi, kecuali Anda mengevaluasinya. Hal tersebut
menyebabkan sesuatu untuk memiliki pikiran kriteria yang jelas dalam efektivitas
solusi.
d. Pemikiran dan Definisi Masalah dan Solusi dari Waktu ke Waktu
Langkah terakhir penting dalam pemecahan masalah adalah untuk terus
memikirkan kembali dan mendefinisikan masalah dan solusi dari waktu ke waktu
(Bereiter & Scardamalia, 2006). Orang yang pandai memecahkan masalah,
termotivasi untuk mempebaiki kinerja masa lalu dan membuat kontribusi yang asli.
2. Jenis Transfer
Transfer dapat dicirikan sebagai (1) dekat atau jauh, dan (2) jalan rendah atau
jalan tinggi (Schunk, 2011).
Salah satu model untuk strategi mengajar yang akan menggeneralisasi terdiri atas
tiga tahap untuk meningkatkan pemindahan (Phye & Sanders, 1994). Pada tahap awal
akuisisi, siswa diberi informasi mengenai pentingnya strategi, dan cara
menggunakannya, serta kesempatan untuk berlatih dan praktik menggunakannya. Pada
tahap kedua, yang disebut retensi, siswa mendapatkan lebih banyak latihan dalam
menggunakan strategi, dan memeriksa ingatan mereka tentang menggunakan strategi
tersebut. Pada fase ketiga, transfer, siswa ddiberi masalah baru ntuk dipecahkan.
Masalah-masalah ini mengharuskan mereka untuk menggunakan strategi yang sama,
tetapi di permukaan masalah baru tampil berbeda.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemahaman terhadap konsep merupakan aspek penting dalam kehidupan
manusia. Oleh karena itu, pemahaman konsep harus diajarkan oleh guru kepada siswa
dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian siswa dapat mendefinisikan obyek
yang ada dalam kehidupan sehari-hari dengan pemahaman konsep yang dibangunnya
sendiri. Siswa diharapkan tidak hanya dapat menghafalkan sesuatu obyek berdasarkan
pengetahuan yang sudah terpola, tetapi siswa juga mampu mendeskripsikan obyek
dengan penalarannya sendiri.
Dalam hal membantu siswa untuk memahami konsep suatu obyek, guru juga
harus mampu membantu mengajarkan kepada siswa agar dapat menjadi pemikir yang
baik. Sebab dengan proses berpikir yang baik, siswa dapat membentuk konsep,
bernalar dan berpikir secara kritis, membuat keputusan, berpikir kreatif, dan dapat
memecahkan masalahnya sendiri.
Hal yang sangat diharapkan dari efek perlakuan tersebut adalah siswa dapat
memecahkan masalahnya sendiri dengan lebih baik. Kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah menjadi ukuran keberhasilan seorang guru dalam mengajarkan
pemahaman konsep dan proses berpikir yang baik. Selain itu, hal yang tidak kalah
penting dalam pemahaman konsep adalah bagaimana guru dapat membantu siswa
untuk mentransferkan konsep yang dimilikinya. Transfer dalam pemahaman
konseptual dapat diartikan sebagai, kemampuan sorang siswa dalam
mengaktualisasikan konsep yang dimiliki kedalam situasi yang baru dan nyata. Dan
pada titik ini, ketika siswa mampu mentransferkan konsep yang dimilikinya, maka itu
merupakan ukuran keberhasilan guru dalam membangun pemahaman konsep kepada
siswa. Dengan kata lain, keberhasilan seorang guru dalam memberikan pemahaman
konseptual kepada siswa tergantung dari apakah siswa tersebut dapat mentransferkan
konsep yang dimiliki atau tidak.
Antara pemahaman konseptual, proses berpikir, pemecahan masalah, dan transfer
merupakan empat tahapan dalam proses kognitif kompleks yang saling berhubungan
satu sama lain. Tidak dibenarkan jika salah satu tahapan dari proses kognitif kompleks
dilewatkan begitu saja. Semua harus diajarkan secara kompleks agar siswa dapat dapat
lebih baik dalam memecahkan masalahnya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Baer, J. 1993. Creativity and Divergent Thinking: A Task Specific Approach. London:
Lawrence Erlbaum Associates Publisher.
Uno, Hamzah B., Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2006.