Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DISUSUN OLEH : DITA LISTARI (12018011)

TADRIS MATEMATIKA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

PONTIANAK

2021/2022
KATA PENGANTAR

‫بسم الله الرحمان الراحيم‬

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Teori Belajar” dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Problematika Pembelajaran


Matematika. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan mengenai teori dalam
pembelajaran bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rahayu Pratiwi selaku dosen mata
kuliah problematika pembelajaran matematika. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesepurnaan makalah ini.

Kota Baru, April 2022

Penulis
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN/ ISI

A. Pengertian Teori
B. Pengertian Belajar
C. Pengertian Teori Belajar
D. Jenis-jenis Teori Belajar Menurut Para Ahli
E. Kekurangan, Kelebihan, Dan Perbedaan Yang Menonjol Pada Masing-Masing Teori
Belajar
F. Teori Konstruktivisme Dalam Pendidikan
G. Perbedaan Teori Belajar Konstruktivisme Dengan Teori Belajar Lainnya Dalam
Pendidikan Matematika
H. Persamaan Teori Belajar Konstruktivisme Dengan Teori Belajar Lainnya Dalam
Pendidikan Matematika

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori belajar dimunculkan oleh para psikolog pendidikan setelah mereka mengalami
kesulitan untuk menjelaskan proses belajar secara menyeluruh. Sebagian psikolog
menghaluskan kesulitan ini dengan istilah : memperjelas pengertian dan proses
belajar. Belajar merupakan proses dimana seseorang dari tidak tahu menjadi tahu.
Proses belajar ini dimulai sejak manusia masih bayi sampai sepanjang hayatnya.

Kapasitas manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan


manusia dari makhluk hidup lainnya. Kajian tentang kapasitas manusia untuk belajar,
terutama tentang bagaimana proses belajar terjadi pada manusia mempunyai sejarah
panjang dan telah menghasilkan beragam teori. Salah satu teori belajar yang terkenal
adalah teori belajar behavioristic (sering diterjemahan secara bebas sebagai teori
perilaku atau teori tingkah laku).

Teori belajar merupakan landasan terjadinya suatu proses belajar yang menuntun
terbentuknya kondisi utuk belajar. Teori belajar dapat didefenisikan sebagai integrasi
prinsip-prinsip yang menuntun di dalam merancang kondisi demi tercapainya tujuan
pendidikan. Oleh karena itu dengan adanya teori belajar akan memberikan
kemudahan bagi guru dalam menjalankan model-model pembelajaran yang akan
dilaksanakan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka muncul rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan teori?


2. Apa yang dimaksud dengan belajar?
3. Apa yang dimaksud dengan teori belajar?
4. Apa saja jenis-jenis teori belajar menurut para ahli?
5. Apa kekurangan, kelebihan, dan perbedaan yang menonjol pada masing-
masing teori belajar?
6. Apa yang dimaksud dengan teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan?
7. Apa perbedaan teori belajar konstruktivisme dengan teori belajar lainnya
dalam pendidikan matematika?
8. Apa persamaan teori belajar konstrutivisme dengan teori belajar lainnya dalam
pendidikan matematika?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian teori
2. Untuk mengetahui pengertian belajar
3. Untuk mengetahui pengertian teori belajar
4. Untuk mengetahui jenis-jenis teori belajar menurut para ahli
5. Untuk mengetahui kekurangan, kelebihan, dan perbedaan yang menonjol pada
masing-msing teori belajar
6. Untuk mengetahui teori konstruktivisme dalam pendidikan
7. Untuk mengetahui perbedaan teori belajar konstruktivisme dengan teori
belajar lainnya dalam pendidikan matematika
8. Untuk mengetahui persamaan teori belajar konstrutivisme dengan teori belajar
lainnya dalam pendidikan matematika
BAB II

PEMBAHASAN / ISI PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori

Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling
berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena
dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan hubungan antar
variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. Labovitz dan Hagedorn
mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran “pemikiran teoritis” yang mereka definisikan
sebagai “menentukan” bagaimana dan mengapa variable-variabel dan pernyataan
hubungan dapat saling berhubungan.

Pengertian teori dapat pula diartikan sebagai kumpulan pernyataan yang memiliki
keterkaitan yang masuk akal. Dimana teori itu sendiri bentuk cerminan dari peristiwa
ataupun sifat yang sudah terjadi.

Pengertian Teori Menurut Para Ahli

1. Kornblum

Menurut Kornblum teori merupakan sekumpulan konsep yang mencoba untuk


mencari jalan keluar atau gejala terhadap tema atau kejadian yang sedang mereka amati
dengan cara mengidentifikasi atau mencari pembeda atau faktor yang mempengaruhi sebab
akibat. 

2. Snelbecker

Berbeda dengan pendapat Snelbecker tentang pengertian teori, yang mendefinisikan


bahwa teori merupakan sekelompok proposisi yang berkaitan secara sintaktik (mengikuti
aturan tertentu yang masih berkaitan dan logis, dan tetap terpantau).

Dimana preposisi ini juga dapat digunakan untuk meramalkan sekaligus menjelaskan
peristiwa apa yang sedang diamati.

3. Turner

Pengertian teori menurut Turner dan Kornblum adalah proses mental peneliti dalam
memgembangkan ide. Sehingga peneliti atau ilmuwan tersebut mampu mendeskripsikan
secara jelas, gamblang dan mudah dipahami. 

4. Glaser dan Straus

Sementara menurut Glaser dan Straus teori itu sendiri sebenarnya berbentuk data yang
didapatkan ilmuan atau peneliti lewat proses analisis secara sistematis dan menggunakan
metode-metode komparatif. 
5. Marx dan Goodson

Lebih spesifik dan lengkap lagi, Marx dan Goodson mengartikan bahwa teori sebagai
aturan yang mencoba menjelaskan preposisi yang memiliki keterkaitan dengan fenomena
alamiah, ataupun representasi simbolik. 

6. McLaughlin

McLaughlin menjelaskan lebih sederhana, jadi teori adalah cara seorang peneliti
menafsirkan atau menggeneralisasi, penyatuan, kerapatan dan penilaian yang dilakukan
dengan cara melakukan penelitian.

B. Pengertian Belajar

Belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan


dengan cara mengolah bahan belajar. (Dimyati dan Mudjiono, 2006:6), Berbeda dengan
Sanjaya (2010:112), beliau berpendapat bahwa “Belajar adalah proses mental yang terjadi
dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan tingkah laku.” Menurut
Djamarah, Syaiful dan Zain (2006:11), “belajar adalah proses perubahan perilaku berkat
pengalaman dan latihan.”

Berdasarkan definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah proses
perubahan tingkah laku seseorang setelah berinteraksi dengan lingkungannya, dalam hal ini
adalah lingkungan kelas pada saat proses pembelajaran, yang akan menambah pengetahuan,
keterampilan, maupun sikap.

        Belajar adalah proses sadar seorang individu untuk merubah perilaku menjadi lebih
baik.Menurut Skinner belajar adalah suatu perilaku.pada saat belajar,maka responnya
menjadi lebih baik.Sebaliknya,bila ia tidak belajar maka responya menurun.

Belajar menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977, belajar


merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang
keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah
melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau
latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang
bersifat naluriah.

Menurut Hilgard (Suryabrata, 2001:232) menyatakan belajar merupakan proses perbuatan


yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya
berbeda dari perbuatan yang ditimbulkan oleh lainnya. Winkel berpendapat
bahwa belajar adalah semua aktivitas mental atau  psikis yang berlangsung dalam interaksi
aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan
pemahaman. Berdasarkan pengertian belajar menurut ahli, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam tingkah laku dan penampilan sebagai hasil dari
praktik dan pengalaman. Jadi, teori belajar adalah sebuah konsep yang abstrak yang
membantu peserta didik untuk belajar

Pengertian belajar menurut Winkel dalam (Purwanto, 2016, hlm. 39) adalah aktivitas
mental/psikis yang berlangsung dalam diri seseorang dan proses interaksi aktif dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan
sikap. Dengan kata lain, belajar merupakan upaya dari seseorang agar dapat berubah menjadi
berwawasan, berketerampilan, dan bersikap lebih baik. Perubahan selalu menjadi kata kunci
dari belajar, karena perubahan adalah yang dituju, bukan hanya mendapatkan atau ditransferi
ilmu.

Sementara itu menurut Slameto dalam (Nurjaman, 2016, hlm. 14) belajar adalah suatu
proses usaha yang dikerjakan seorang untuk memperoleh sebuah perubahan tingkah laku
yang baru dengan cara menyeluruh, sebagai akibat dari pengalaman yang dirasakan seseorang
itu sendiri saat berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini, masih senada dengan
Winkel, belajar juga bisa ditafsirkan sebagai kegiatan yang berlangsung disebabkan hadirnya
interaksi secara aktif antara individu dengan lingkungan sekelilingnya.

Selanjutnya, menurut Sardiman dalam (Nurjaman, 2016, hlm. 15) belajar adalah suatu
perubahan perilaku atau tampilan, dengan rangkaian aktivitas seperti membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru, dan lainnya. Perubahan tersebut dibuktikan dari seluruh tingkah laku
dari individu yang belajar, dan aktivitas pembelajaran seperti membaca dan mengamati
menjadi cara konkret untuk meraihnya.

Berdasarkan definisi para ahli mengenai belajar yang sudah dipaparkan di atas, dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah suatu runutan aktivitas yang dilakukan dengan interaksi
terhadap suatu lingkungan yang akan membawa perubahan terhadap seseorang, baik itu
pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.

C.  Pengertian Teori Belajar

Berdasarkan berbagai pemaparan mengenai belajar sebelumnya, dapat disimpulkan


bahwa teori belajar merupakan kumpulan prinsip dan komponen-komponennya yang disusun
secara sistematis mengenai bagaikan seorang individu belajar. Teori belajar adalah upaya
untuk menjelaskan serta menggambarkan bagaimana seorang individu belajar, sehingga dapat
membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran.

Teori belajar adalah satu teori suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara
pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode
pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
Teori belajar merupakan upaya untuk menjaleskan bagaimana manusia belajar, sehingga
dapat membantu kita semua memahami proses yang kompleks dari belajar.

Dalam dunia psikologi pendidikan, anda akan berkenalan dengan teori belajar yang selalu
jadi topik menarik unuk diperbincangkan. Teori belajar sendiri didefinisikan sebagai metode
yang menggambarkan bagaimana seseorang melakukan proses belajar.

D. Jenis-jenis Teori Belajar Menurut Para Ahli


 Teori Belajar Behavioristik

Teori behavioristik merupakan salah satu dari beberapa teori belajar yang ada.
Seperti namanya yang berasal dari kata “behavior” yang berarti “perilaku” dalam
bahasa Inggris, teori belajar ini mengedepankan perilaku sebagai indikator atau
hal utama yang diperhatikan dalam proses belajar. Menariknya, teori ini juga
mengatakan bahwa manusia dikendalikan oleh lingkungannya. Hal tersebut
karena lingkungan dianggap menjadi stimulus, dan tingkah laku kita adalah
respons terhadap stimulus tersebut.

Menurut Rohim (2016, hlm. 85) behaviorisme menggambarkan manusia


sebagai makhluk yang digerakkan semuanya oleh lingkungan atau apa yang
disebut dengan Homo Mecanicus. Behaviorisme pada dasarnya semua
pengalaman dari pengamatan serta struktur- struktur dalam masyarakat yang pada
akhirnya akan menjadi perilaku kita.

Teori ini mengasumsikan bahwa perilaku manusia dianggap seperti mesin,


yang selalu berhubungan antara satu sama lainnya, manusia dianggap bersifat
hedonitis, yakni selalu mencari kesenangan dan menghindari kerugian. Hampir
dapat dikatakan bahwa teori ini mengatakan manusia pada dasarnya seperti robot,
di mana lingkunganlah yang mengatur dan mengendalikannya.

Dapat disimpulkan bahwa manusia hidup untuk berpikir, akan tetapi manusia
hidup bukan sekedar sebagai makhluk yang berpikir (belajar), karena manusia
juga berusaha untuk menentukan identitas dirinya untuk mencapai apa yang
didambakannya, berdasarkan observasinya terhadap lingkungan.

Teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang fokus terhadap perubahan
tingkah laku individu sebagai perolehan dari pengalaman yang diakibatkan adanya
stimulus dan respons. Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Thobroni
(2015, hlm. 55) yang mengungkapkan bahwa teori belajar behavioristik
merupakan suatu teori perihal perubahan perilaku sebagai perolehan dari
pengalaman.

Selanjutnya, menurut Mursyidi (2019) teori belajar behavioristik adalah teori


belajar yang menekankan pada tingkah laku manusia sebagai akibat dari interaksi
stimulus dan respon. Behavioristik menekankan pemahaman bahwa perilaku
manusia pada dasarnya memiliki keterkaitan antara stimulus dan respons. Respon
atau perilaku tertentu dapat muncul akibat adanya metode pembiasaan dan
pelatihan (tindakan pendidik) yang menjadi stimulus.

Faktor terpenting dari teori ini adalah faktor penguatan. Penguatan yang
dimaksud adalah pemberian stimulus positif yang dapat memancing respons yang
lebih kuat. Seperti yang diungkapkan oleh Thobroni (2015, hlm. 56) apabila
penguatannya (positive reinforcement) ditambah, maka respons akan bertambah
kuat juga. Begitu pula sebaliknya, apabila respons dikurangi atau hilang
(negative reinforcement), respon juga tidak akan bertambah kuat.

Ciri-Ciri Teori Behavioristik

Menurut Rusli (dalam Sumarsono dkk, 2020, hlm. 12) Teori behavioristik
memiliki ciri-ciri tersendiri yang khusus dalam pembelajaran yakni:

 Mengutamakan faktor lingkungan;


 Memfokuskan tingkah laku yang terlihat melalui pemakaian metode
obyektif;
 Perkembangan tingkah laku seseorang itu bergantung kepada bagaimana
cara belajar;
 Penekanan pada faktor bagian (beberapa elemen dan tidak seluruhnya);
 Bersifat mekanis atau mengutamakan reaksi dan mekanisme “Bond”,
refleks dan kebiasaan-kebiasaan;
 Lebih mengutamakan masa lalu atau berpikiran historis, artinya seluruh
perilakunya dapat dibentuk oleh pengalaman-pengalaman dan latihan-
latihan.

 Teori Belajar Kognitif

Teori kognitif memandang kegiatan belajar bukanlah sekadar stimulus


dan respons yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar
juga melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam diri individu yang sedang
belajar. Karena itu, menurut aliran kognitif, belajar adalah sebuah proses
mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan
Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi
berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut. Artinya, memisah-misah
atau membagi-bagi materi pelajaran menjadi komponen-komponen kecil dan
mempelajarinya secara terpisah-pisah akan menghilangkan makna utuh dari
pembelajaran.

Kognitif (cognition) diartikan sebagai aktivitas mengetahui, perolehan,


mengorganisasikan, dan menggunakan pengetahuan. Teori ini dikemukakan
oleh Jean Piaget yang memandang individu sebagai struktur kognitif, peta
mental, skema atau jaringan konsep guna memahami dan menanggapi
pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan.

Kognitif berasal dari kata cognition, yang memilki persamaan


dengan knowing, yang berarti mengetahui. Kognitif merupakan kemampuan
berpikir yang dimiliki seorang individu untuk memahami keterampilan dan
konsep baru, maupun untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di
sekitarnya. Setiap individu memiliki tingkat kemampuan kognitif yang
berbeda-beda. Menurut pandangan teori ini, tingkah laku seseorang sangat
ditentukan oleh pemahamannya terhadap situasi yang berkaitan dengan tujuan.

Dapat disimpulkan bahwa teori belajar kognitif adalah teori belajar


yang lebih menekankan pada suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran
manusia secara utuh dalam semua situasi dan kondisi pembelajaran yang
sedang dilakukan.

Sementara itu Al-Hasan (2012, hlm. 10) mengemukakan bahwa


kemampuan kognitif adalah kemampuan untuk berpikir secara lebih kompleks
dan melakukan penalaran serta pemecahan masalah. Semakin berkembangnya
kemampuan kognitif maka akan mempermudah seseorang untuk menguasai
pengetahuan umum yang lebih luas.

Sehingga dapat dikatakan bahwa teori belajar kognitif adalah teori


belajar yang ingin menekankan kemampuan berpikir lebih kompleks serta
melakukan pemecahan masalah dibandingkan dengan hanya sekedar
menguasai pengetahuan umum lewat hafalan atau latihan saja.

Jean Piaget merupakan psikolog Swiss (1896-1980) yang ahli dalam


perkembangan kognitif di abad ke dua puluh. Teorinya banyak dirujuk dalam
dunia pendidikan, terutama mengenai teori belajar kognitif.
Piaget dalam Lefudin (2017) menyebutkan bahwa teori belajar
menjelaskan bagaimana faktor internal dan eksternal mempengaruhi proses
mental individu untuk melengkapi pembelajaran.

Teori belajar kognitif berfokus pada penggunaan unsur kognitif dalam proses
belajar. Sebenarnya teori ini muncul sebagai reaksi terhadap aliran behaviorik
yang memandang bahwa perubahan perilaku seseorang dapat diamati dan diuji
berdasarkan hal terlihat jelas.

Dalam teori belajar kognitif, belajar bukan interaksi-interaksi antara


stimulus dan respon, tapi juga melibatkan berbagai faktor yang ada dalam diri
individu. Karena itu, teori belajar kognitif bahwa proses belajar meliputi
kegiatan mental yang aktif dalam rangka mencapai, mengingat, dan
menggunakan pengetahuan.

Ciri Belajar Kognitif

 Memusatkan perhatian pada berpikir atau proses mental anak,


tidak sekedar pada hasilnya
 Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan
keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar.
 Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal
kemajuan perkembangan.

Prinsip-prinsip Teori Belajar Kognitif

Teori Belajar Kognitif lebih mementingkan proses daripada hasilnya.


Pembelajaran kognitif merupakan gaya belajar aktif yang fokusnya
memaksimalkan potensi otak. Melalui metode ini, peserta didik bisa lebih
mudah menghubungkan informasi baru dengan ide-ide yang sudah ada.

Secara umum prinsip teori belajar kognitif dalam pembelajaran adalah sebagai
berikut :

1) Proses belajar lebih penting dari pada hasil.


2) Persepsi dan pemahaman dalam mencapai tujuan belajar menunjukkan
tingkah laku seorang individu
3) Materi belajar dipisahkan menjadi komponen kecil, lalu dipelajari
secara terpisah.
4) Kaktifan peserta didik saat pembelajaran merupaka suatu keharusan.
5) Pada kegiatan belajar, dibutuhkan proses berpikir yang kompleks.

Perkembangan Kognitif

1. Tahap sensorimotor (18-24 bulan)

Bayi mulai mampu menembangkan akalnya untuk memahami


dunia luar melalui indra sensorik dan kegiatan monitoriknya.

2. Tahap praoperasional (2-7 tahun)

Anak belum bisa mengoptimalkan kemampuan kogitif tersebut.


Artinya, anak belum bisa melogikakan sesuatu.

3. Tahap operasional konkret (7-11 tahun)

Anak mulai bisa beroikir secara rasional dan terorganisir. Artinya,


anak sudah mulai beroikir secara logis saat mengalami atau melihat
sesuatu di sekitarnya.

4. Tahap operasional formal (12 tahun ke atas)

Menandakan seorang anak sudah bisa berpikir secara lebih luas,


menalar dan menganalisis sesuatu, memanipulasi ide di pikirannya,
dan tidak tergantug dengan manipulasi konkret.

Ranah Dan Aspek Kognitif

Pembelajaran di ranah kognitif mengacu pada tingkat kecerdasan


seseorang, misalnya pengetahuan dan keterampilan berpikir. Untuk mengukur
tingkat kecerdasan seseorang di lingkungan sekolah, biasanya diadakan ujian. 

Taksonomi Bloom merupakan pengelompokan suatu soal berdasarkan

aspek kognitifnya. Nah, menurut Benjamin Bloom, soal-soal di ranah kognitif

memiliki enam aspek sebagai berikut.

1. Pengetahuan (C1)
2. Pemahaman (C2)
3. Aplikasi (C3)
4. Analisis (C4)
5. Evaluasi (C5)
6. Kreasi (C6)
 Teori Konstruktivisme
Pengertian teori konstruktivisme secara umum memandang ilmu
pengetahuan tidak sebatas mengungkap tentang fakta, kaidah dan konsep yang
harus diingat secara baku. Konstruktivisme justru lebih menekankan bahwa
manusialah yang harus mengkonstruksikan pengetahuan itu sendiri. 
Pengertian teori belajar konstruktivisme adalah teori belajar yang
mengedepankan kegiatan mencipta serta membangun dari sesuatu yang telah
dipelajari. Kegiatan membangun (konstruktif) dapat memacu siswa untuk
selalu aktif, sehingga kecerdasannya akan turut meningkat.

Teori pembelajaran konstruktivisme adalah sebuah teori pendidikan


yang mengedepankan peningkatkan perkembangan logika dan konseptual
pembelajar. Seorang konstruktivis percaya bahwa belajar hanya terjadi ketika
ada pemrosesan informasi secara aktif sehingga mereka meminta pembelajar
untuk membuat motif mereka sendiri dengan menghubungkan pengetahuan
baru dengan motif tersebut.

Konstruktivis percaya bahwa pembelajar membangun pengetahuan


untuk dirinya. Peran seorang pengajar sangat penting dalam teori
pembelajaran konstruktivisme. Ketimbang memberikan ceramah, seorang
pengajar berfungsi sebagai fasilitator dimana yang membantu pembelajar
dengan pemahamannya.

Ada beberapa ahli yang mendefinisikan teori belajar konstruktivisme :

 Hill memberikan pengertian bahwa teori belajar konstruktivisme


adalah tindakan mencipta suatu makna dari apa yang sudah dipelajari
seseorang.
 Shymansky mengatakan bahwa teori belajar konstruktivisme
merupakan aktivitas yang aktif, ketika siswa melatih sendiri
pengetahuannya, mencari tahu apa yang sudah dipelajari, dan
merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide baru dengan
kerangka berpikir sendiri.
  Karli dan Margareta. Menurut mereka teori belajar konstruktivisme
adalah sebuah proses belajar yang diawali dengan adanya konflik
kognitif, sehingga akhirnya pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa
lewat pengalaman dan interaksi dengan lingkungan sekitarnya.
 Sedangkan Samsul Hadi berpendapat bahwa teori belajar
konstruktivisme merupakan sebuah upaya membangun tata susunan
hidup berbudaya modern.
 Teori konstruktivisme menurut Abimayu adalah pendekatan belajar
yang meyakini jika seseorang mampu membangun pengetahuan sendiri
berdasarkan pengalaman orang. 
 Berbeda dengan pendapat Muslich yang memandang teori
konstruktivisme adalah membangun pemahaman, kreativitas secara
aktif yang didasarkan pada pengalaman belajar orang lain ataupun
berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki orang tersebut. 
 Sementara Thobroni memaknai teori konstruktivisme adalah teori yang
memberikan kebebasan kepada manusia untuk menemukan apa yang
inginkan dan memberikan kesempatan apa yang dibutuhkan orang
tersebut. Karena lewat ruang dan kesempatan itulah memberikan
kebebasan untuk manusia belajar dan menemukan kompetensi, cara
dan pengetahuan yang sesuai dengan potensi diri mereka. 
 Tidak jauh berbeda dengan pendapat Sagala tentang Teori
konstruktivisme. Menurutnya, Teori konstruktivisme adalah landasan
seseorang berfikir tentang banyak hal, sesuai dengan pendekatan
kontekstual. Jadi pengetahuan yang diperoleh sedikit demi sedikit.
Kemudian hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan
melalui proses.
Teori Konstruktivisme salah satu cabang ilmu yang banyak dicari, karena
berkaitan dengan dunia pendidikan. Seperti yang kita ketahui bahwa
pendidikan menjadi hal terpenting untuk melahirkan regenerasi dan mengubah
nasib sebuah bangsa. 

Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa


yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan
pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang
mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.

Menurut teori ini, satu prinsip yang mendasar adalah guru tidak hanya
memberikan pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga harus berperan
aktif membangun sendiri pengetahuan di dalam memorinya. Dalam hal ini,
guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan membri
kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide – ide
mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar
menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan
siswa anak tangga yang membawasiswa ke tingkat pemahaman yang lebih
tinggi dengan catatan siswa sendiri yang mereka tulis dengan bahasa dan kata
– kata mereka sendiri.

Dari uraian tersebut dapat dikatakan, bahwa makna belajar menurut


konstruktivisme adalah aktivitas yang aktif, dimana pesrta didik membina
sendiri pengtahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari dan
merupakan proses menyelesaikan konsep dan idea-idea baru dengan kerangka
berfikir yang telah ada dan dimilikinya (Shymansky,1992).
Dalam mengkonstruksi pengetahuan tersebut peserta didik diharuskan
mempunyai dasar bagaimana membuat hipotesis dan mempunyai kemampuan
untuk mengujinya, menyelesaikan persoalan, mencari jawaban dari persoalan
yang ditemuinya, mengadakan renungan, mengekspresikan ide dan gagasan
sehingga diperoleh konstruksi yang baru.
Ciri-ciri Konstruktivisme :
a) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
b) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali
hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
c) Murid akrf mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu
terjadi perubahan konsep ilmiah.
d) Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses
konstruksi berjalan lancer.
e) Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah
pertanyaan.

Selain itu yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata
memberikan pengetahuan kepada siswa . siswa harus membangun
pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses
ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat
bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan
mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka
sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana
tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat
pemahaman yang lebih tinggi , tetapi harus diupayakan agar siswa itu sendiri
yang memanjatnya.

Aplikasi dan Implikasi dalam Pembelajaran

a) Setiap guru akan pernah mengalami bahwa suatu materi telah dibahas
dengan jelas-jelasnya namun masih ada sebagian siswa yang belum
mengerti ataupun tidak mengerti materi yang diajarkan sama sekali.
Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru dapat mengajar suatu materi
kepada siswa dengan baik, namun seluruh atau sebagian siswanya
tidak belajar sama sekali. Usaha keras seorang guru dalam mengajar
tidak harus diikuti dengan hasil yang baik pada siswanya. Karena,
hanya dengan usaha yang keras para siswa sendirilah para siswa akan
betul-betul memahami suatu materi yang diajarkan.
b) Tugas setiap guru dalam memfasilitasi siswanya, sehingga
pengetahuan materi yang dibangun atau dikonstruksi para siswa
sendirisan bukan ditanamkan oleh guru. Para siswa harus dapat secara
aktif mengasimilasikan dan mengakomodasi pengalaman baru kedalam
kerangka kognitifnya
c) Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model
mental yang digunakan para siswa untuk mengenal dunia mereka dan
penalaran yang dikembangkandan yang dibuat para sisiwa untuk
mendukung model-model itu.
d) Siswa perlu mengkonstruksi pemahaman yang mereka sendiri untuk
masing-masing konsep materi sehingga guru dalam mengajar
bukannya “menguliahi”, menerangkan atau upaya-upaya sejenis untuk
memindahkan pengetahuan pada siswa tetapi menciptakan situasi bagi
siswa yang membantu perkembangan mereka membuat konstruksi-
konstruksi mental yang diperlukan.
e) Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadisituasi yang
memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh
peserta didik.
f) Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar
kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
g) Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara
belajar yang sesuai dengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator,
mediator, dan teman yang membuat situasi kondusif untuk terjadinya
konstruksi engetahuan pada diri peserta didik.
 Teori Belajar Humanistik

  Setiap orang memiliki kemampuan belajar yang berbeda, oleh karena itu bagi
para tenaga pengajar tidak dapat memukul rata satu pendekatan belajar yang sama
untuk semua muridnya. Ada sejumlah teori belajar yang bisa disesuaikan dengan
karakter dan kemampuan murid, salah satunya yakni teori belajar humanistik.

Teori humanistik atau sering juga disebut teori belajar humanistik adalah satu
dari beberapa teori belajar yang sering digunakan oleh guru maupun tenaga
pengajar lainnya.  Secara garis besar teori belajar humanistik adalah teori belajar
bertujuan menghasilkan hal baik bagi kemanusiaan supaya bisa mencapai
aktualisasi diri dan membuat orang mampu mengenali diri sendiri.

Pada dasarnya, teori belajar humanistik adalah sebuah teori belajar yang
memanusiakan manusia. Pembelajaran hendaknya dipusatkan pada pribadi
seseorang atau siswa. Teori ini menekankan pada pendidikan yang berfokus pada
bagaimana menghasilkan sesuatu yang efektif, bagaimana belajar yang bisa
meningkatkan kreativitas dan memanfaatkan potensi yang ada pada seseorang.
Teori humanistik ini muncul sebagai bentuk perlawanan terhadap teori belajar
sebelumnya, yaitu Teori Behavioristik, yang dianggap terlalu kaku, pasif, bahkan
penurut ketika menggambarkan manusia.

Teori belajar humanistik adalah teori yang menyatakan bahwa manusia berhak
mengenali dirinya sendiri sebagai langkah untuk belajar, sehingga diharapkan
mampu mencapai aktualisasi diri. Itulah mengapa, teori ini beranggapan bahwa
proses belajar dinilai lebih penting daripada hasil belajar itu sendiri. 

Pengertian Teori Belajar Humanistik Menurut Para Ahli


 Arthur Combs seorang pendidik sekaligus psikolog asal Ohio, Amerika Serikat.
Beliau merupakan salah satu tokoh yang ikut berperan pada sejarah teori belajar
humanistik.
 Combs berpendapat bahwa belajar merupakan kegiatan yang bisa dilakukan di mana

saja dan menghasilkan sesuatu bagi dirinya. Pada kegiatan belajar, seseorang bahkan

guru tidak boleh memaksakan sesuatu hal yang tidak disukai oleh individu yang

bersangkutan.

 Menurut Maslow, belajar merupakan serangkaian proses yang harus dilalui untuk

mengaktualisasi dirinya. Pada kegiatan belajar, diharapkan seorang individu bisa

memahami dirinya dengan baik.

 Menurut Rogers, pada proses belajar dibutuhkan sikap saling menghargai dan tanpa

prasangka antara individu yang sedang belajar dan pihak yang memberi pembelajaran.

Ciri-ciri Teori Belajar Humanistik

a) Ciri teori humanistik yang pertama adalah lebih memfokuskan pada proses 
belajar itu sendiri. seseorang akan menjadi yang lebih bisa mengeksplorasi
diri. Fokus belajar ada dalam prosesnya saat seseorang menjalankan
pendekatan belajar.
b) Adanya peranan aspek kognitif dan aspek afektif.
c) Mementingkan pemahaman dan juga pengetahuan dalam proses belajar.
d)  Mementingkan sikap dan perilaku diri ketika menjalankan proses belajar.
e) Tidak seorangpun mampu mengatur atau mendikte proses belajar yang benar
pada setiap individu.
Prinsip Teori Humanistik

a) Setiap manusia memiliki nalar untuk belajar secara alamiah.


b) Belajar akan terasa sangat bermanfaat jika memiliki relevansi dengan maksud
tertentu.
c) Proses belajar dapat mengubah persepsi seseorang akan dirinya.
d) Makna belajar akan terasa jika dilakukan oleh diri sendiri.
e) Setiap pembelajar harus mampu menumbuhkan kepercayaan dirinya.
f) Belajar sosial tentang proses belajar itu sendiri.

Penerapannya Teori Belajar Humanistik dalam Pembelajaran


Teori belajar humanistik pada prinsipnya dapat diterapkan oleh setiap individu baik pada
lingkungan pembelajaran formal maupun non formal. Aspek penting dalam pendidikan
menurut teori belajar humanistik adalah aspek kognitif dan afektif. Proses belajar tidak
akan membawa perubahan perilaku pada siswa jika hanya fokus pada aspek kognitif saja.

1. Guru Pintar harus menentukan terlebih dahulu tujuan pembelajaran.


2. Guru Pintar merumuskan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang telah ditentukan.
3. Mengidentifikasi kemampuan setiap siswa.
4. Menganalisis topik untuk mengidentifikasi kemungkinan keikutsertaan siswa pada
pembelajaran tersebut.
5. Membuat rancangan fasilitas belajar untuk siswa.
6. Memberikan bimbingan dan pendampingan agar siswa dapat belajar secara aktif.
7. Mendorong semua siswa untuk memahami makna dari pengalaman selama belajar.
8. Memberikan bimbingan pada siswa tentang konseptualisasi pengalaman yang
diperoleh dari hasil belajar.
9. Memberikan bimbingan pada siswa untuk menerapkan pengalaman selama belajar
dalam kehidupan sehari-hari.
10. Mengevaluasi kegiatan pembelajaran.
 Teori Belajar Sosial

Secara umum, teori belajar sosial mengemukakan bahwa belajar dalam situasi
sosial kehidupan sehari-hari akan memberikan penguatan (reinforcement) yang
baik. Penguatan tersebut hadir karena individu yang belajar mampu mengamati
berbagai macam model, seperti model-model di dalam keluarga sendiri, teman-
teman sejawat, televisi (selebriti), dsb. Semua situasi sosial (pergaulan) tersebut
berpengaruh penting terhadap belajar.

Menurut teori belajar sosial, belajar di dalam masyarakat yang berorientasi


pada media akan memperluas cakrawala dan jangkauan belajar di dalam kelas
secara lembut dan tidak memaksa. Hal itu karena situasi sosial sehari-hari tersebut
tidak seperti sekolah atau institusi belajar lain yang lingkungannya memang
dirancang untuk belajar. Sehingga tidak ada rasa paksaan “harus belajar” namun
memberikan tetap memberikan penguatan belajar.

Teori pembelajaran sosial merupakan perluasan dan pengembangan dari teori


belajar behavioristik. Teori pembelajaran  sosial ini dikembangkan oleh Albert
Bandura (1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teori-teori
belajar behavioristik, tetapi memberi lebih banyak penekanan pada efek-efek dari
isyarat-isyarat pada perilaku, dan pada proses-proses mental internal.

Salah satu asumsi paling awal mendasari teori belajar sosial Bandura adalah
bahwa manusia cukup  fleksibel dan sanggup mempelajari bagaimana kecakapan
bersikap maupun berperilaku. Titik pembelajaran dari semua ini adalah
pengalaman-pengalaman tak terduga (vicarious experiences). Meskipun manusia
dapat dan sudah banyak belajar dari pengalaman langsung, namun lebih banyak
yang mereka pelajar dari aktivitas mengamati perilaku orang lain (Feist dalam
Lesilolo, 2019, hlm. 190).

Teori belajar sosial adalah teori belajar yang mengedepankan perubahan


perilaku melalui proses pengamatan. Teori ini menganggap bahwa harus ada
pemodelan yang nantinya bisa dijadikan pengamatan oleh individu yang sedang
belajar. Itulah mengapa teori sosial sama dengan teori pemodelan. 

Pengertian Menurut Para Ahli

1. Menurut Irham dan Wiyani, yaitu proses belajar seseorang akan


lebih banyak melalui proses pengamatan terhadap situasi dan kondisi
lingkungannya.
2. Menurut Davidoff, yaitu modeling disebut juga observation
learning, imitation atau social learning. Intinya, teori observasional
masih berkaitan dengan teori belajar sosial Bandura.
3. Menurut Komalasari, Wahyuni, dan Karsih,
yaitu modeling merupakan kegiatan belajar melalui observasi dengan
menambahkan atau mengurangi tingkah laku yang teramati,
menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus dan melibatkan
proses kognitif.
4. Menurut Abu Ahmadi, belajar merupakan proses dimana tingkah
laku ditimbulkan atu diubah melalui latihan pengalaman.
Ciri – ciri teori Pemodelan Bandura, Teori Belajar Sosial
1. Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan
2. Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa,
teladan, nilai dan lain – lain
3. Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang
didemonstrasikan guru sebagai model
4. Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh
kepuasan dan penguatan yang positif
5. Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat,
peniruan, dengan tingkah laku atau timbal balik yang
sesuai, diakhiri dengan penguatan yang positif
Prinsip Teori Belajar Bandura
1. Determinis resiprokal
Maksud determinis resiprokal adalah konsep keterkaitan secara bolak-
balik antara lingkungan dan perilaku. Menurut Bandura, perilaku
seseorang bisa dibentuk oleh lingkungan. Senada dengan hal itu,
lingkungan juga bisa dibentuk oleh perilaku manusia di sekitarnya.

2. Tanpa penguatan (reinforcement

Bandura menekankan bahwa penguatan bukan satu-satunya pembentuk


tingkah laku seseorang. Seseorang bisa belajar hanya dari melihat dan
meniru hal yang dilihat. 

3. Kognisi dan regulasi diri

Menurut Bandura, manusia bisa menjadi pengamat atas perilakunya


sendiri, memberi penguatan, dan hukuman atas kesalahan sendiri. Tidak
hanya itu, beliau juga menganggap bahwa manusia bisa mengatur
lingkungan, membentuk dukungan kognitif, dan bertanggungjawab atas
perilakunya sendiri.

 Teori Belajar Sibernetik

Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru


dibandingkan dengan teori-teori belajar yang sudah dibahas sebelumnya. Teori ini
berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. 
Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. Seolah-olah teori
ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yaitu mementingkan proses belajar
daripada hasil belajar. Proses belajar memang penting dalam teori sibernetik,
namun yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses yang akan
dipelajari siswa .
Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses
belajarpun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa.
Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Sebuah informasi
mungkin akan dipelajari oleh seorang siswa dengan satu macam proses belajar,
dan informasi yang sama mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses
belajar yang berbeda.
Teori belajar sibernetik sebenarnya berasal dari bahasa Yunani
yaitu “kybernetes” yang memiliki arti pilot atau supir. Sedangkan untuk kata dengan
makna yang sama memiliki arti perintah dan pemerintah.

Dengan memiliki latar belakang ilmu yang berbeda, ada beberapa para ahli
yang memiliki definisi sendiri mengenai pengertian dari sibernetika, mari kita lihat
penjelasannya di bawah ini:
 Norbert Wiener: Merupakan orang pertama yang menggunakan istilah
sibernetika dalam bahasa Inggris yaitu “cybernetics”. Norbet Wiener memiliki
pengertian mengenai sibernetika yaitu sebuah ilmu kontrol dan komunikasi dalam
dunia hewan dan mesin. Ia menyadari bahwa potensi revolusioner dari sibernetika
bagi perkembangan teknologi dan ilmu-ilmu biologi serta ilmu sosial tingkat
lanjut. Dalam perkembangannya sendiri, sibernetika menawarkan berbagai kosa
kata yang unik bagi bidang studi ilmu komunikasi.
 Stafford Beer: Menurutnya sibernetika bertindak sebagai ilmu organisasi yang
efektif.
 Stephen W. Littlejohn: Memiliki pengertian sendiri mengenai sibernetika, yaitu
salah satu studi mengenai kontrol dan aturan diri pada suatu sistem tertentu.
Karena sangat penting, sibernetika menjadi sinonim dengan teori sistem.
 Robert Craig: Merupakan sistem berpikir sebagai tradisi dalam teori komunikasi.
 Para ahli teori organisasi: Sedangkan menurut mereka, sibernetika adalah
sebuah ilmu untuk dapat memproses informasi, mengambil keputusan,
pembelajaran, pengadaptasian dan organisasi yang terjadi dalam kelompok,
individu, organisasi, bangka ataupun mesin.
 Gregory Bateson: Memiliki pendapat bahwa sibernetika adalah sebuah bentuk
yang lebih dari substansi.
 Gordon Pask: Dan menurutnya sibernetika adalah seni memanipulasi berbagai
macam metafora yang dapat dipertahankan. Ia menggunakan sebuah pendekatan
teori sibernetika untuk konsep jaringan dan interaksi dengan sebuah komputer
dalam menciptakan sebuah kerangka kerja dimana berbagai sudut pandang yang
berlawanan lalu dikirim ulang dan didiskusikan terlebih dahulu sebelum
memutuskan kesimpulan. Kerangka kerja dapat menjelaskan proses dimana
pengetahuan itu dapat dibentuk. Sistem sibernetika pertama-tama akan
mempengaruhi lingkungan, dan setelah itu mereka akan merasakan apa saja
perubahan yang terjadi. Secara inisial, teori sibernetika dapat digunakan untuk
memperlihatkan bagaimana suatu sistem bisa mendapatkan pengetahuan secara
berkelanjutan melalui interaksi baik dengan pengguna ataupun mesin dan lalu
diaplikasikan oleh Gordon Pask untuk menjelaskan peran percakapan dalam
bidang pembelajaran.
Prinsip Teori Sibernetik

 Kita semua bertindak sebagai pengamat.


 Sebagai pengamat kita akan selalu tertanam pada sistem tertentu dan tidak bisa
mengklaim pandangan apapun dari luar
 Kita hanya mempunyai satu pikiran atau satu tubuh, dan berbagai sejarah hidup
yang ada hanyalah untuk diamati. Maka dari itu pengamatan kita tidak bisa
dilakukan oleh orang lain.
 Kita dapat memperhatikan perbedaan apa saja yang ada dan membuat perbedaan
terhadap lingkungan ataupun sistem. Pengamat akan merancang berbagai
informasi dan menyajikannya untuk kita.
 Informasi muncul dalam suatu proses hidup antara pengamat dan juga sistem.
 Melalui komunikasi dan tentunya umpan balik secara konstan, kita dapat
mengubah gambaran mengenai dunia dan mengubahnya.
 Sedangkan perubahan ini dinamakan dengan pembelajaran.
 Belajar di timbulkan dari kebutuhan untuk bertahan dalam hal ekonomi, sosial,
budaya, ataupun fisik dan lebih memungkinkan kita untuk terus hidup.
 Belajar sendiri memang dipicu oleh lingkungan, pastinya akan sesuai dengan
sejarah kehidupan kita yang akan diantisipasi, dan setiap orang akan memiliki
perbedaan.
 Kita semua merupakan pengamat yang mengamati sebuah sistem tertentu.

E. Kekurangan, Kelebihan, Dan Perbedaan Pada Masing-Masing Teori Belajar


 Kekurangan
 Teori Behavioristik

1. Menjadi sebuah konsekuensi untuk membuat bahan ajar dengan


bentuk yang telah siap digunakan.
2. Tidak semua pelajaran bisa memakai metode ini.
3. Siswa dalam hal ini berkedudukan menjadi pendengar pada saat
pembelajaran berlangsung dan mengingat apa yang di dengar
dengan apa yang di pandang menjadi cara ampuh.
4. Untuk menertibkan siswa para tokoh behavioristik memiliki
metode yang paling efektif, yaitu dengan menghindari
penggunaan hukuman.
5. Siswa yang dianggap pasif, memerlukan dorongan dari luar,
dan penguatan yang diberikan guru sangat berpengaruh.
6. Siswa hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru,
dengan mendengarkan apa yang harus didengar dan apa yang
harus dilihat menjadi sistem pembelajaran yang ampuh
sehingga inisiatif siswa dalam menghadapi masalah yang
timbul secara temporer tidak dapat dibereskan oleh siswa.
7. Lebih condong dalam memfokuskan siswa dalam berpikir
linier, konvergen, kurang produktif, kurang kreatif dan
memperlihatkan siswa sebagai individu yang kurang aktif.
8. Proses pembelajaran yang lebih terpusat kepada guru (teacher
centered learning) memiliki sifat sistematis dan cenderung
hanya kepada hasil saja yang bisa diperhatikan.
9. Penggunaan metode yang tidak tepat pada proses pembelajaran
dapat berakibat berjalannya proses pembelajaran yang tidak
menyenangkan untuk siswa, guru menjadi pusat, otoriter,
komunikasi berjalan searah, guru hanya melatih, dan
memutuskan apa yang perlu dipelajari dan tidak perlu dipelajari
oleh siswa.
 Teori Kognitif

1. Teori Belajar Kognitif menekankan pada kemampuan memori


peserta didik, sehingga kapasitas daya ingat mereka
disamaratakan.

2. Cara peserta didik dalam mengembangkan pengetahuannya


tidak terlalu diperhatikan karena pada dasarnya masing-
masing dari mereka memiliki cara yang berbeda-beda.
3. Jika kegiatan belajar mengajar hanya menerapkan metode
kognitif, kemungkinan besar peserta didik tidak akan
mengerti sepenuhnya tentang materi yang diberikan.
Penerapan metode ini bisa digabungkan dengan teori belajar
lainnya.

 Teori Konstruktivisme
1. Sulitnya mengubah keyakinan guru yang sudah terstruktur
menggunakan pendekatan tradisional selama bertahun-tahun.
2. Dalam penerapan teori belajar konstruktivisme, Guru harus
memiliki kreativitas dalam merencakan pelajaran dan memilih
atau menggunakan media. Guru yang malas dan tidak mau
berkembang akan sulit menerapkan teori belajar
Konstruktivisme.
3. Siswa dan orang tua memerlukan waktu beradaptasi dengan
proses belajar dan mengajar yang baru.
 Teori Humanistik
1. Proses belajar bisa saja mengalami kegagalan jika tidak ada
kesungguhan dari setiap individu.
2. Memunculkan sikap individulisme.
3. Peran pendidik atau guru menjadi sangat terbatas karena hanya
sebagai fasilitator.
4. Memicu kesenjangan keberhasilan setiap individu, terlebih jika
individu tersebut memiliki kesulitan untuk mengenali potensi
dirinya.
5. Tidak dapat dijadikan metode pembelajaran secara praktis.
6. Guru harus terus menerus memotivasi siswanya dan tidak boleh
lelah dalam melakukannya.
 Teori Sosial
1. Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika
diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik
pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan tingkah
laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan
pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru.
2. Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah
lakunya dengan hanya melalui peniruan (modeling), sudah pasti
terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan
ini juga akan meniru tingkah laku yang negative , termasuk
perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.
 Teori Sibernetik
1. Ada kekurangan yang dimiliki teori belajar sibernetik ini yaitu
memang sulit untuk diterapkan atau diaplikasikan dalam suatu
proses pembelajaran karena pembahasan proses belajarnya
tidak secara langsung dilakukan.
 Kelebiahan
 Teori Behavioristik

1. Membiasakan guru agar memiliki sikap yang teliti dan lebih


peka atas keadaan pembelajaran.
2. Guru tidak terlalu sering memberikan ceramah sehingga siswa
dapat terbiasa belajar secara mandiri.
3. Dapat membentuk suatu tingkah laku yang diharapkan
mendapatkan penilaian positif dan tingkah laku yang kurang
pantas mendapat pengakuan negatif yang mendasar atas prilaku
yang terlihat.
4. Dengan pengulangan, pelatihan yang berkelanjutan, bisa
memaksimalkan kecerdasan dan bakat yang sudah terbangun
dalam diri siswa.
5. Bahan ajar yang sudah tersusun secara terstruktur dari yang
biasa hingga yang rumit dengan memiliki tujuan pembelajaran
yang terpecah pada unsur-unsur kecil yang dibuktikan melalui
raihan suatu keterampilan yang dapat menciptakan tingkah laku
yang konsisten berkenaan suatu bidang tertentu.
6. Mampu merubah stimulus yang satu dengan stimulus lain dan
seterusnya sampai respon yang diharapkan tampak.
7. Teori behavioristik sangat tepat untuk mendapatkan
kemampuan yang memerlukan praktek dan penyesuaian yang
memuat komponen kecepatan, spontanitas, dan ketahanan.
8. Teori behavioristik sangat tepat dikenakan pada anak yang
masih memerlukan pengaruh dari orang dewasa, senang
mengulang dan perlu pembiasaan, senang meniru, dan senang
dengan berbagai penghargaan secara langsung.
 Teori Kognitif

1. Dengan menerapkan teori Belajar Kognitif, pemahaman


peserta didik untuk memperoleh informasi baru akan
meningkat.

2. Secara tidak langsung, teori ini juga bantu meningkatkan


kepercayaan diri peserta didik dalam melaksanakan sebuah
tugas.

3. Meningkatkan kemampuan belajar seumur hidup. Di tahap


pembelajaran selanjutnya, peserta didik bisa membangun ide-
ide dan menerapkan konsep-konsep baru untuk pengetahuan
yang sudah ada.
4. Peserta didik memiliki bekal keterampilan yang mereka
butuhkan untuk belajar secara efektif. Dengan begitu, peserta
didik mampu mengembangkan kemampuannya dalam
memecahkan masalah.

5. Melalui teori Belajar Kognitif, peserta didik memiliki


kemampuan untuk mempelajari hal-hal baru secara lebih
cepat dengan memaksimalkan ingatan.

6. Penerapannya dapat membantu peserta didik dalam


mengkreasikan hal-hal baru atau menginovasi hal-hal yang
sudah ada menjadi lebih baik.

 Teori Konstruktivisme
1. Melatih siswa supaya menjadi pribadi yang mandiri dan
mampu memecahkan masalah.
2. Menciptakan kreativitas dalam belajar sehingga tercipta
suasana kelas yang lebih nyaman dan kreatif.
3. Melatih siswa untuk bekerja sama dan terlibat langsung dalam
melakukan kegiatan.
4. Menciptakan  pembelajaran yang lebih bermakna dan
menumbuhkan kepercayaan diri pada siswa karena memiliki
kebanggaan dapat menemukan sendiri konsep yang sedang
dipelajari dan siswa juga merasa bangga dengan hasil
temuannya.
5. Melatih siswa berpikir kritis dan kreatif.
 Teori Humanistik
1. Penekanan ada pada pembentukan kepribadian, hati nurani,
perubahan sikap setiap individu.
2. Menumbuhkan minat seseorang untuk terus belajar.
3. Membuat seorang individu memiliki pengalaman yang berarti.
4. Menumbuhkan kreativitas individu/seseorang.
5. Mengubah sikap dan pola pikir individu.
6. Semakin lama waktu yang dilalui, seseorang pembelajar bisa
mencapai aktualisasi dirinya dengan baik.
 Teori Sosial
1. Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar
sebelumnya , karena itu menekankan bahwa lingkungan dan
perilaku seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang
tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan
semata – mata reflex atas stimulus (S-R bond), melainkan juga
akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan
dengan kognitif manusia itu sendiri.
2. Pendekatan teori belajar social lebih ditekankan pada perlunya
conditioning            (pembiasan merespon) dan imitation
(peniruan). Selain itu pendekatan belajar social menekankan
pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari
perkembangan anak – anak. Penelitian ini berfokus pada proses
yang menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor social dan
kognitif.
 Teori Sibernetik

1. Bisa diterapkan dalam kelompok sesuai dengan instruksi dalam


kelas bagi setiap individu yang ada.
2. Lebih memungkinkan pengajar untuk dapat memahami
beberapa mekanisme dasar yang ada dan mengendalikan proses
pembelajaran tersebut.
3. Dapat menyediakan pendidikan dasar untuk diri sendiri.
4. Untuk mengembangkan instruksional ulangan maka
digunakanlah prinsip-prinsip dari teori sibernetika.
5. Dapat mengembangkan program pendidikan pengajar melalui
cara memperkerjakan mekanisme umpan balik untuk
memodifikasi perilaku pengajar tersebut.
6. Menstimulasi keterampilan pengajaran sosial dan analisis
interaksi didasarkan pada teori umpan balik dengan adanya
praktek-praktek yang inovatif pada program pendidikan
tersebut.
7. Memungkinkan pengajar untuk memahami serta menganalisa
secara ilmiah pengajaran dengan adanya berbagai elemen pada
suatu sistem pengajaran yaitu input, proses dan output.
8. Kegiatan pengajakan akan membuat tujuan pembelajaran
menjadi lebih terorganisasi dan tertsrtukur dengan baik.
 Perbedaan
 pada teori behaviorisme adalah mengutamakan unsur-unsur dan
bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan,
mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan
pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil
belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang
diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
 pada teori kognitif memusatkan pembahasannya pada kognisi
(persepsi, sikap,atau keyakinan) yang dimiliki oleh individu dalam
menghadapi lingkungannya, dan pada bagaimana kognisi ini
menentukan perilaku. Dalam interpretasi ini, pembelajaran adalah studi
mengenai bagaimana kognisi dimodifikasi oleh pengalaman.
 pada teori konstruktivisme ini biasa juga disebut teori
perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori
belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang
dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga
dewasa.
 Berbeda dengan teori humanisme yaitu konsep belajar yang
lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Berfokus
pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan
yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut
F. Teori Konstruktivisme Dalam Pendidikan

Konstruktivisme mengarah pada sintesis rasionalisme, empirisme, relativisme, dan


nativisme. Konstruktivisme mempengaruhi pendidikan khususnya pendidikan tinggi
dalam mengembangkan keaktifanmahasiswa dalam proses pembelajaranatau
pembentukan pengetahuannya sendiri.

Konstruktivisme berakar pada filsafat, psikologi, sosiologi, dan pendidikan. Tetapi


walaupun penting bagi pendidik untuk memahami konstruktivisme, sama pentingnya
untuk memahami implikasi pandangan pembelajaran ini terhadap pengembangan profesi
guru dan guru (Tam, 2000). Gagasan sentral adalah pembelajaran manusia sehingga siswa
belajar konstruktivisme dibangun, membangun pengetahuan baru atas dasar pembelajaran
sebelumnya. Dua gagasan penting seputar ide sederhana pengetahuan yang dibangun.
Pertama adalah bahwa pelajar membangun pemahaman baru dengan menggunakan apa
yang sudah mereka ketahui. Tidak ada tabula rasa di mana pengetahuan baru terukir.
Sebaliknya, siswa datang ke situasi belajar dengan pengetahuan yang diperoleh dari
pengalaman sebelumnya dan bahwa pengetahuan sebelumnya mempengaruhi apa yang
baru atau pengetahuan yang dimodifikasi mereka akan membangun dari pengalaman
belajar baru. Gagasan kedua adalah bahwa belajar itu aktif daripada pasif. Siswa
menghadapi pemahaman mereka sehubungan dengan apa yang mereka temui dalam
situasi pembelajaran baru. Jika apa yang didapati siswa tidak konsisten dengan
pemahaman mereka saat ini, pemahaman mereka dapat berubah untuk mengakomodasi
pengalaman baru. Siswa tetap aktif sepanjang proses ini: mereka menerapkan pemahaman
saat ini, mencatat unsur-unsur yang relevan dalam pengalaman pembelajaran baru,
menilai konsistensi pengetahuan sebelumnya dan yang muncul, dan berdasarkan penilaian
itu, mereka dapat memodifikasi pengetahuan (Bada & Olisegun, 2015).

Menurut Driscoll (2000), teori pembelajaran konstruktivisme adalah filsafat yang


meningkatkan pertumbuhan logis dan konseptual siswa. Konsep yang mendasari dalam
teori pembelajaran konstruktivisme adalah peran yang mengalami atau koneksi dengan
bermain suasana yang berdekatan dalam pendidikan siswa. Teori pembelajaran
konstruktivisme berpendapat bahwa orang menghasilkan pengetahuan dan membentuk
makna berdasarkan pengalaman mereka. Dua konsep kunci dalam teori pembelajaran
konstruktivisme yang menciptakan konstruksi pengetahuan baru individu adalah
akomodasi dan asimilasi. Asimilasi menyebabkan seseorang memasukkan pengalaman
baru ke dalam pengalaman lama. Hal ini menyebabkan individu untuk mengembangkan
pandangan baru, memikirkan kembali apa yang pernah disalahpahami, dan mengevaluasi
apa yang penting, pada akhirnya mengubah persepsi mereka. Akomodasi, di sisi lain,
membingkai ulang dunia dan pengalaman baru ke dalam kapasitas mental yang sudah
ada. Individu menyusun mode tertentu di mana dunia beroperasi. Ketika hal-hal tidak
beroperasi dalam konteks itu, mereka harus mengakomodasi dan membingkai ulang
harapan dengan hasil.

G. Perbedaan Teori Belajar Konstruktivisme Dengan Teori Belajar Lainnya Dalam


Pendidikan Matematika
 Behavioristic
o Teori ini sangat mementingkan adanya input yang berupa stimulus dan
output yang berupa respons.
 Kognitivisme
o Belajar tidak sekedar melibatkan stimulus dan respon tetapi juga
melibatkan proses berfikir. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri
seseorang melalui proses interaksi yang terus menerus dengan lingkungan
 Humanistic
o Pembelajaran aliran Humanisme meletakkan peserta didik sebagai central
dalam aktivitas pembelajaran. Peserta didik menemukan pengalamannya
sendiri dalam belajar dan menggali potensi diri secara mandiri semaksimal
mungkin. Sehingga peserta didik tidak sekedar hanya menerima informasi
yang disampaikan pendidik. Pendidik berperan menjadi fasilitator dengan
memberi motivasi dan memfasilitasi peserta didik dalam menemukan
pengalaman belajar. (Qodir, 2017)
 Konstruktivisme
o Teori ini mengatakan bahwa peserta didik yang menerima informasi baru
akan selalu memeriksa kebenaran dari informasi tersebut dan merevisi
prinsip-prinsip tersebut apabila sudah dianggap tidak dapat digunakan lagi.
Hal ini memberikan implikasi bahwa peserta didik harus terlibat aktif
dalam kegiatan pembelajaran.
o Maka dari itu, teori konstruktivisme tidak hanya menerima konsep, tetapi
terjadi proses konstruksi pengetahuan melalui pengalaman karena
pengetahuan bukan bersifat pemberian, namun berasal dari proses
konstruksi pengetahuan setiap peserta didik sehingga pengetahuan yang
didapat lebih dikuasai dan lama melekat dalam memori peserta didik.
(Sugrah, 2020)
H. Kesamaan Teori Belajar Konstruktivisme Dengan Teori Belajar Lainnya Dalam
Pendidikan Matematika
 Siswa secara aktif dalam belajar
 Siswa aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya
 Siswa lebih aktif membangun pemahaman baru
 Berifat aktif menggunakan otak

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Teori belajar behavoritisme


Belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap panca
indra dengan kecemderungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan respons (R-
S).
2. Teori belajar kognitif
Belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan perseptual untuk memperoleh
pemahaman. Tujuan dan tingkahlaku sangat dipengaruhi oleh proses berfikir internal yang
terjadi selama proses belajar
3. Teori belajar konstruktivisme
Belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan
berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi
4. Teori belajar humanistik
Teori belajar yang didasari pada pembelajaran manusia bergantung kepada emosi dan
perasaannya.
B. SARAN

Secara pribadi kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan atau pun kejanggalan. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan demi kelancaran dalam pembuatan makalah selanjutnya.

Daftar Pustaka
 https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/macam-macam-teori-belajar-dan-
pembelajaran-yang-harus-guru-tahu
 https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/macam-macam-teori-belajar-dan-
pembelajaran-yang-harus-guru-tahu
 https://serupa.id/teori-teori-belajar-menurut-para-ahli/
 https://www.akseleran.co.id/blog/teori-belajar/
 https://serupa.id/teori-belajar-kognitif-pengertian-ciri-prinsip-dsb/
 https://www.zenius.net/blog/teori-belajar-kognitif
 https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/kognitif/
 https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/teori-belajar-konstruktivisme#:~:text=Pengertian
%20teori%20belajar%20konstruktivisme%20adalah,sehingga%20kecerdasannya%20akan
%20turut%20meningkat
 https://binus.ac.id/knowledge/2019/07/teori-konstruktivisme-dan-behaviorisme-dalam-
perancangan-elearning/
 https://penerbitbukudeepublish.com/teori-konstruktivisme/
 https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/teori-belajar-konstruktivisme/amp/
#aoh=16521210538395&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s
 https://www.sariksa.com/2021/12/teori-belajar-konstruktivisme-menurut.html?m=1
 https://www.kompasiana.com/akmala-04/5508e72e8133118c1cb1e1f4/teori-belajar-
konstruktivisme
 https://adoc.pub/keefektifan-pembelajaran-matematika-berbasis-kontruktivisme-.html
 https://www.ejournal.unuja.ac.id/index.php/pedagogik/article/download/17/17#:~:text=Teori
%20humanistik%20berasumsi%20bahwa%20teori,optimal%20(Assegaf%2C%202011)
 https://www.gramedia.com/literasi/teori-belajar-humanistik/
 https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/mengenal-teori-humanistik-dalam-
pembelajaran#:~:text=Ciri%2DCiri%20Teori%20Belajar%20Humanistik&text=Menekankan
%20pada%20proses%20aktualisasi%20diri,penting%20dan%20menjadi%20fokus%20belajar
 https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/teori-belajar-humanistik/
 https://pgsd.binus.ac.id/2021/07/08/implementasi-teori-belajar-sosial-dalam-pandangan-
albert-bandura-dan-lev-vygotsky/
 https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2017/01/16/teori-belajar-sosial-albert-bandura/
 https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/teori-belajar-sosial/
 https://e-journal.iaknambon.ac.id/index.php/KNS/article/view/67
 https://carlz185fr.wordpress.com/2013/04/23/ciri-ciri-teori-pemodelan-bandura-teori-belajar-
sosial/
 https://www.sariksa.com/2021/12/teori-belajar-sibernetik.html?m=1
 https://www.academia.edu/38513335/TEORI_BELAJAR_SIBERNETIK
 https://journal.uny.ac.id/index.php/epistema/article/download/40383/pdf
 https://santuynesia.com/teori-belajar-sibernetik
 http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr.%20Lantip%20Diat%20Prasojo,%20ST.,
%20M.Pd./KONSTRUKTIVISME%20DALAM%20PENDIDIKAN%20TINGGI.pdf
 https://www.kompasiana.com/indri_naneng/552a35e9f17e613c6cd62423/metode-
pembelajaran-kontruktivisme
 https://jurnal.unsil.ac.id/index.php/sncp/article/download/1051/788
 http://seminar.uny.ac.id/semnasmatematika/sites/seminar.uny.ac.id.semnasmatematika/files/
banner/PM-84.pdf
 https://serupa.id/teori-belajar-sosial/
 https://serupa.id/teori-belajar-sibernetik-pengertian-proses-dan-penerapan/
 https://dwiekasite.wordpress.com/2016/06/24/49/
 https://santuynesia.com/teori-belajar-sibernetik
 https://ojs.unida.ac.id/jtdik/article/viewFile/302/173
 https://www.kompasiana.com/jumiati/5508df9d813311941cb1e17a/adakah-perbedaan-antara-
teori-teori-pembelajaran
 https://journal.uny.ac.id/index.php/humanika/article/download/29274/
pdf#:~:text=Konstruktivisme%20adalah%20teori%20belajar%20yang,Bada
%20%26%20Olisegun%2C%202015)
 https://ainamulyana.blogspot.com/2012/08/teori-belajar-konstruktivistik.html
 https://bdkpalembang.kemenag.go.id/upload/files/10.%20Syarif%2C%20Web%2C%20Edisi
%20Jan-Maret%202020%2C%20Teori%20Kontruksivisme%20Dalam%20Pendidikan
%20Agama%20Islam.pdf
 https://onlinelearning.uhamka.ac.id/mod/resource/view.php?id=212127
 https://serupa.id/teori-belajar-behavioristik-pengertian-ciri-kelebihan-kekurangan/

Anda mungkin juga menyukai