B. Kajian Teori
1. Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Warsito (dalam Depdiknas, 2006: 125)
mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan
perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang belajar. Sehubungan
dengan pendapat itu, maka Wahidmurni, dkk. (2010: 18) menjelaskan bahwa sesorang
dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya
perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut di antaranya dari segi
kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek. Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah penguasaan belajar yang
dicapai siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran.
Hasil belajar yang harus dimiliki peserta didik dapat disesuaikan dengan materi
yang akan disampaikan oleh guru. Hasil belajar dapat didefinisikan melalui dua sisi,
yaitu sisi peserta didik dan sisi guru. Dari sisi peserta didik, hasil belajar adalah tingkat
perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan dengan kondisi sebelum
belajar, adapun perkembangan mental yang dimaksudkan berdasarkan Teori Bloom
berupa ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar
diartikan sebagai saat terselesaikannya bahan pelajaran. Apabila seseorang telah
belajar, maka akan terjadi perubahan perilaku pada dirinya, perubahan perilaku
tersebut disebabkan karena adanya perbedaan dari tidak tahu menjadi tahu atau dari
tidak mengerti menjadi mengerti.
2. Model Cooperative Learning
Menurut Suprijono (2011:54), Pembelajaran kooperatif adalah konsep
yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk
yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Menurut Lie
(2008:18), sistem pengajaran Cooperative Learning bisa didefiniskan sebagai
sistem kerja atau belajar kelompok berstruktur. Sedangkan menurut Slavin
(2005:4) Cooperative learning merujuk pada berbagai macam model
pembelajaran di mana para siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok
kecil yang terdiri dari berbagai tingkat prestasi, jenis kelamin, dan latar
belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu satu sama lain dalam
mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan
dapat saling membantu, saling mendiskusikan, dan berargumentasi untuk
mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan
dalam pemahaman masing-masing.
Kedua, skripsi Anisa Nur Pratiwi pada tahun 2015 yang berjudul “Improving the
Speaking Skills Through The Use Of Cooperative Learning For The Seventh Grade
Students of SMPN 4 Yogyakarta In The Academic Year of 2013/2014”. Dari penelitian
tersebut, dapat dilihat bahwa pembelajaran Cooperative dengan metode Inside-Outside
Circle memberikan banyak kesempatan siswa untuk berbicara dengan menggunakan
Bahasa Inggris pada materi monolog dan teks deskriptif dan memberikan hasil yang
memuaskan dengan peningkatan yang cukup signifikan dari siklus I ke siklus II. Pada
siklus I, skor rata-rata siswa hanya 26,67, sedangkan di siklus II meningkat menjadi
29,87.
Ketiga, skripsi Khoiliyah Nila Umamilpada tahun 2017 yang berjudul “The
Effectiveness of Using Inside Outside Circle (IOC) Technique towards Students’
Achievement on Speaking of The Eight Grade Students at MTs Sunan Kalijogo Rejosari
Kalidawir”. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembelajaran Inside
Outside Circle efektif terhadap keterampilan berbicara Bahasa Inggris peserta didik.
Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar peserta didik, yaitu rata-rata kelas
sebelum dilakukan treatment adalah 63,43%, sedangkan nilai rata-rata setelah
dilakukan treatment adalah 78,46%.Hasil nalisis dari nilai sig. (2-tailed) di paired
sample test adalah 0.000. Demikian berarti bahwa kemungkinannya adalah kurang dari
0.05 (0.000 < 0.05). Karena itu, alternative hypothesis (Ha) diterima Sehingga dapat
disimpulkan bahwa metode pembelajaran Inside Outside Circle lebih efektif terhadap
hasil belajar peserta didik daripada metode pembelajaran konvensional (ceramah).
Dilihat dari tinjauan pustaka di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan metode Inside Outside Circle berpengaruh dan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Perbedaan dari penelitian ini adalah dimana pada kedua skripsi di atas
metode Inside-Outside Circle diterapkan pada siswa tingkat SMP/MTs pada materi
Monologue dan Descriptive Text, akan tetapi pada penelitian ini penulis
menerapkanmetode Inside Outside Circle pada pokok materi Introducing Someone
Else.
D. Kerangka Berpikir
Dalam penelitian tindakan kelas diawali dari kondisi awal, bahwa respon siswa
terhadap materi pelajaran masih rendah, minat sangat kurang sehingga hasil belajar
rendah. Berdasarkan identifikasi dan analisa permasalah yang ada akan dilakukan suatu
tindakan perbaikan pembelajaran dengan metode IOC (Inside Outside Circle). Hal ini
dilakukan untuk mencoba mengaktifkan semua siswa selama kegiatan belajar
mengajar.
Pada siklus kedua dilakukan pembelajaran dengan metode IOC (Inside Outside
Circle) yang lebih intensif dengan melibatkan banyak siswa. Separuh dari jumlah siswa
membentuk lingkaran dalam dan separuhnya lagi membentuk lingkaran luar. Dalam
posisi siswa saling berhadapan. Kemudian siswa saling berkenalan dengan
pasangannya menggunakan Bahasa Inggris, setelah melakukan perkenalan, siswa pada
lingkaran luar berputar sehingga siswa mempunyai pasangan baru dengan lingkaran
dalam. Siswa memulai berkenalan menggunakan Bahasa Inggris lagi dan seperti itulah
proses seterusnya. Dalam proses pembelajaran yang telah diuraikan, tergambar bahwa
aktivitas belajar siswa sangat diutamakan sehingga seluruh siswa aktif dalam
pembelajaran. Maka dari itu, dengan model pembelajaran Inside Outside Circle (IOC)
diharapkan mampu meningkatkan keterampilan berbicara siswa dalam mata pelajaran
Bahasa Inggris kelas VII-A di SMP Negeri 1 Tretep, kecamatan Tretep, kabupaten
Temanggung.
Untuk lebih memahami kerangka berpikir peneliti tampilkan secara lebih rinci
pada gambar berikut:
Siklus I
KBM menggunakan Siswa memperhatikan dan
Tindakan model IOC minat
belajarnyameningkat
Siklus II
Siswa banyak melakukan
praktik berbicara dalam
Bahasa Inggris tanpa
merasa ragu.
Brown, H. Douglas. 2000. Principles of Language Learning and Teaching. New York:
Addison Wesley Longman, Inc.
Brown, H. Douglas & Priyanvada, Abeywikrama. 2010. Language Assessment:
Principles and Classroom Practices. New York: Pearson Education, Inc.
Depdiknas. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SMP dan MTs.
Pekanbaru: Dispora.
Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Huda, Miftahul. 2012. Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur, dan Model
Terapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.