Anda di halaman 1dari 26

BAB II

PEMBAHASAN
A. Materi PAI tentang QS. Al-Mujadalah: 11, Ar-Rahman: 33 serta Hadits
tentang Semangat Menuntut Ilmu
Al-Qur’an dapat dipelajari dengan cara membiasakan membaca tartil,
mempelajari artinya, dan memahami kandungannya. Mari membaca Al-Qur’an
dengan tartil ayat-ayat berikut ini:
1. Membaca Surat Ar-Rahman ayat 33:
        
        
2. Membaca Surat Al-Mujadalah ayat 11:
        
          
         
  
3. Menerapkan Hukum Bacaan Mad/Panjang1
Mad artinya bacaan panjang, yaitu membaca panjang pada huruf-huruf
yang memiliki kriteria mad. Ada dua macam mad, yaitu mad thabi’i dan mad
far’i atau cabang-cabang mad. Perhatikan penjelasan berikut ini.
a. Mad Thabi’i atau Mad Ashli
Mad Thabi’i artinya bacaan panjang dua harakat atau dua ketukan.
Bacaan mad yang dimaksud di sini adalah cara membaca huruf dengan
memanjangkan karena ada hukum mad. Hukum bacaan disebut mad Thobi’i
yaitu apabila huruf yang dipanjangkan bunyi suaranya berupa:
1) Huruf berharokat dhommah sesudahnya terdapat huruf waw sukun.
2) Huruf berharokat kasroh ses
3) udahnya terdapat huruf ya’ sukun.
4) Huruf berharokat fathah sesudahnya terdapat huruf alif.2

1
Kemendikbud, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VII, (Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud, 2014), hlm. 78
2
Abdullah Asy’ari BA, Pelajaran Tajwid, (Surabaya: Apollo Lestari, 1987), hlm. 31.
Contoh:

‫مٰي َْع َشَر‬ ‫ِم ْن َأقْطَا ِر‬ ‫ِإ َذا‬ ‫ا‬

‫ص ْو َن ُه ْم‬
ُ ‫ُح‬ ‫َأ ْن خَّيُْر ُج ْوا‬ ‫َت َف َّس ُح ْوا‬ ‫و‬

‫الْ ُمْؤ ِمُن ْو َن‬ ‫ِإ ْسَرآِئْي َل‬ ‫بَِأيْ ِديْ ِه ْم‬ ‫ي‬

b. Mad Far’i (Cabang-Cabang Mad)


Mad Far’i adalah mad cabang, yakni cabang dari mad Thabi’i atau
mad Ashli Sebelum kalian membahas mad Far’i alangkah baiknya kalau
kalian memahami secara tuntas tentang mad Thabi’i. Karena mad mad
Thabi’i atau mad Ashli sangat terkait dengan mad Far’i. Adapun mad Far’i
jumlahnya ada 14, yaitu:
No Cabang Mad Cabang Mad
No.
.
1 Mad Wajib Muttasil 8 Mad Lazim Harfi Musyabba’
2 Mad Jaiz Munfasil 9 Mad Lazim Mukhaffaf Harfi
3 Mad ‘Aridlissukun 10 Mad Layyin
4 Mad ‘Iwadh 11 Mad Shilah Thawilah
5 Mad Badal 12 Mad Shilah Qosiroh
6 Mad Lazim Mutsaqqol Kilmi 13 Mad Farq
7 Mad Lazim Mukhaffaf Kilmi 14 Mad Tamkin

Yang akan dibahas di sini hanya empat macam mad saja, yaitu mad
Wajib Muttasil, mad Jaiz Munfasil, mad ‘Aridlissukun, dan mad Iwadh.
1) Mad Wajib Muttasil
Wajib artinya harus, muttasil artinya bersambung. Hukum bacaan
disebut mad Wajib Muttasil adalah apabila ada mad Thobi’i bertemu
dengan hamzah di dalam satu kata. Cara membacanya wajib
dipanjangkan sampai dua setengah alif atau lima harokat atau dua
setengah kali panjang mad Thobi’i.3
Misalnya:
ِ ‫ الشِّت‬- ‫جآء‬
ً‫ َعآِئال‬- َ‫ ُحَن َفآء‬- ‫آء‬َ َ َ
2) Mad Jaiz Munfasil
Jaiz artinya boleh, munfasil artinya terpisah. Hukum bacaan
disebut mad Jaiz Munfasil yaitu apabila mad Thobi’i berhadapan dengan
hamzah di lain perkataan. Cara membacanya lebih baik dipanjangkan
seperti panjangnya mad Wajib Muttasil yaitu dua setengah alif atau lima
harokat, tetapi juga boleh dipanjangkan seperti panjang bacaan mad
Thobi’i artinya hanya satu alif panjangnya.
Misalnya:

‫ اَلَّ ِذ ْي َأطْ َع َم ُه ْم‬- ‫آلَأعبُ ُد‬


ْ - ُ‫َمآَأ ْغىَن َعْنه‬
3) Mad ‘Aridlissukun
‘Aridh artinya tiba-tiba ada, sukun artinya mati. Hukum bacaan
disebut mad Aridhlissukun yaitu apabila ada mad Thobi’i atau mad Lein
sesudahnya ada waqof (tempat berhenti).
Membacanya ada tiga cara:
a) Dibaca panjang sampai tiga alif, enam harokat atau sama dengan
panjang mad Wajib Muttasil. Ini yang lebih utama.
b) Dibaca panjang sampai dua alif, empat harokat atau dua kali panjang
mad Thobi’i. Ini bacaan yang sedang.
c) Dibaca panjang satu alif, dua harokat seperti mad Thobi’i biasa. Ini
bacaaan yang pendek.4
Misalnya:
ِ ِ‫ مل‬- َ ‫ب الْعالَ ِمنْي‬
ِ ‫ك الن‬
‫ َماَت ْعبُ ُد ْو َن‬- ‫َّاس‬ َ َ ِّ ‫َر‬
4) Mad ‘Iwadh
3
Ibid., hlm. 32.
4
Ibid., hlm. 34.
Iwadh artinya ganti tanwin, tanwin diganti dengan mad. Hukum
bacaan disebut mad ‘Iwadh adalah apabila ada fathatain pada huruf akhir
kata yang diwaqofkan atau disebut mad pengganti tanwin sehingga
tanwin tidak berbunyi lagi. Memabacanya dipanjangkan satu alif seperti
Mad Thobi’i.5
Misalnya:

ً ‫َأْف َو‬
‫اجا‬ Karena diwaqofkan, maka tidak lagi dibaca ً ‫َأْف َو‬
‫اجا‬

Tetapi dibaca َ ‫َأْف َو‬


‫اجا‬
4. Mengartikan Surat Ar-Rahman
1) Arti Mufradat
lafal arti Lafal arti
ِ ‫السماو‬
‫ات‬ َ َ َّ
‫مٰي َْع َشَر‬ Wahai golongan Langit dan bumi
ِ ‫اَأْلر‬
‫ض‬ ْ ‫َو‬
ِ ْ‫َأجْلِ ِّن َواِإْل ن‬
‫س‬ Jin dan manusia ‫فَا ْن ُف ُذ ْوا‬ Maka tembuslah

Kalian tidak
‫ِإنِ ْستَطَ ْعتُ ْم‬ Jika kalian
‫الََتْن ُف ُذ ْو َن‬ akan
sanggup
menembusnya
Kecuali dengan
‫َأ ْن َتْن ُف ُذ ْوا‬ ٍ َ‫َإالَّ بِس ْلط‬
‫ان‬
Untuk menebus ُ kekuasaan Allah
SWT

‫ِم ْن َأقْطَا ِر‬ Dari sebagian


penjuru

2) Terjemahan Ayat

5
Ibid., hlm. 36.
Artinya: “33. Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus
(melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat
menembusnya kecuali dengan kekuatan”. (QS. Ar-Rahman: 33)

5. Mengartikan Surat Al-Mujadalah Ayat 116


1) Arti Mufradat
Lafal Arti Lafal Arti

‫يَاَأيُّ َها الَّ ِذيْ َن‬ Wahai orang-


‫َفْن ُش ُز ْوا‬ Maka berdirilah
orang yang

‫ٰأ َمُن ْوا‬ Mereka beriman ُ‫َي ْرفَ ِع اهلل‬


Allah SWT
mengangkat
Apabila
‫ِإذَا قِْي َل لَ ُك ْم‬ dikatakan kepada ‫ِمْن ُك ْم‬ Di antara kalian
kalian

‫َت َف َّس ُح ْوا‬ Berlapang-


‫ُْأوتُوا الْعِْل َم‬ Orang yang
lapanglah kalian berilmu

ِ ِ‫ىِف الْ َم َجال‬


‫س‬ Di dalam majlis
ٍ ‫درج‬
‫ات‬ َ ََ Beberapa derajat

‫فَافْ َس ُح ْوا‬ Maka berlapang-


‫مِب َا َت ْع َملُ ْو َن‬ Dengan apa yang
lapanglah kamu kerjakan
Allah SWT Maha
‫انْ ُش ُز ْوا‬ Berdirilah kalian ‫َخبِْيٌر‬
Teliti

2) Terjemahan Ayat
Artinya: “11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan

6
Kemendikbud, Op. Cit., hlm. 83-84.
beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
(QS. Al-Mujadalah: 11)
6. Kandungan Surat Ar-Rahman Ayat 33
Isi kandungan Q.S. ar-Rahman: 33 sangat cocok untuk kalian pelajari
karena ayat ini menjelaskan pentingnya ilmu pengetahuan bagi kehidupan umat
manusia. Dengan ilmu pengetahuan, manusia dapat mengetahui benda-benda
langit. Dengan ilmu pengetahuan, manusia dapat menjelajahi angkasa raya.
Dengan ilmu pengetahuan, manusia mampu menembus sekat-sekat yang
selama ini belum terkuak.
Manusia diberi potensi oleh Allah Swt. berupa akal. Akal ini harus terus
diasah, diberdayakan dengan cara belajar dan berkarya. Dengan belajar,
manusia bisa mendapatkan ilmu dan wawasan yang baru. Dengan ilmu,
manusia dapat berkarya untuk kehidupan yang lebih baik.
Nabi Muhammad SAW bersabda:

‫ب الْعِْل ِم‬ ِ ٍ ِ‫س اب ِن مال‬


َ َ‫ك َر ِض َي اهلل َعْن هُ ق‬
ُ َ‫ال َر ُس ْو ُل اهلل صلى اهلل عليه وسلم طَل‬ َ ْ ِ َ‫َع ْن َأن‬
‫ِإ‬ ِ
)‫اجه‬ َ ‫ضةً َعلَى ُك ِّل ُم ْسل ٍم‬
َ ‫(ر َواهُ بْ ُن َم‬ َ ْ‫فَ ِري‬
“Dari Anas ibn Malik r.a. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Menuntut
ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap orang Islam”. (H.R. Ibn Majah)
Tentang pentingnya menuntut ilmu, Imam Syafi’i dalam kitab Diwan
juga menegaskan:

‫اَأْلخَرةَ َف َعلَْي ِه بِالْعِْل ِم‬


ِ ‫الد ْنيا َفعلَي ِه بِالْعِْل ِم ومن َأراد‬
َ َ ْ ََ ْ َ َ ُّ ‫َم ْن ََأر َاد‬
“Barang siapa yang menghendaki dunia, maka harus dengan ilmu. Barang
siapa yang menghendaki akhirat maka harus dengan ilmu.”
Nasihat Imam Syafi‘i tersebut mengisyaratkan bahwa kemudahan dan
kesuksesan hidup baik di dunia maupun di akhirat dapat dicapai oleh manusia
melalui ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan tidak akan mudah diperoleh,
kecuali dengan beberapa cara dan strategi yang harus dilalui. Dalam hal ini
Imam Syafi‘i dalam kitab Diwan menegaskan:
“Saudaraku,engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali setelah memenuhi
enam syarat, yaitu: kecerdasan, kemauan yang kuat, kesungguhan, perbekalan
yang cukup, dan kedekatan dengan guru dalam waktu yang lama.”
Ungkapan Imam Syafi’i di atas penting diketahui oleh orang-orang
yang sedang asyik menuntut ilmu. Cara ini perlu dilakukan agar berhasil. Perlu
adanya semangat juang, harus dekat, akrab, dan hormat kepada guru agar
ilmunya berkah. Mencari ilmu juga perlu waktu yang lama.7
Dalam Tafsir ibnu Katsir, surat Ar-Rahman ayat 33 mengancam
manusia dan jin bahwa Allah akan berkonsentrasi untuk melakukan
perhitungan terhadap amal-amal mereka sehingga mereka tidak akan sanggup
untuk melarikan diri dari takdir dan keputusan Allah. Dimana saja mereka
berada, Allah akan selalu melihatnya. Dan itulah yang terjadi pada saat
dipadang mahsyar. Pada saat itu malaikat mengelilingi makhluk dalam tujuh
barisan disetiap sisi, sehingga tidak seorangpun yang sanggup pergi kecuali
dengan sulthan “ Kekuatan” atau perintah dari Allah.8
Lalu Allah menantang mereka dengan menyatakan : Hai kelompok jin
dan manusia, jika kamu sanggup menembus keluar menuju penjuru-penjuru
langit dan bumi guna menghindari pertanggungjawaban atau siksa yang
menimpa kamu itu maka tembuslah keluar. Tetapi sekali-kali kamu tidak dapat
menembusnya melainkan dengan kekuatan, sedangkan kamu tidak memiliki
kekuatan.  Maka nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu berdua
ingkari?
Thahir ibn Asyur menegaskan bahwa ayat ini bukanlah merupakan
ucapan yang diucapkan kepada mereka dalam kehidupan dunia ini. Maksudnya
ayat ini akan diucapkan kelak di hari Kemudian sebagaimana dipahami dari
konteks ayat-ayat sebelum dan sesudahnya. Penulis  menambahkan bahwa
memang sementara ulama terdahulu menyatakan itu diucapkan kepada mereka
dalam kehidupan dunia ini, tetapi maksudnya dalam arti perintah untuk
menghindar dari maut-kalau mereka mampu.
7
Ibid., hlm. 84-86.
8
file:///C:/Users/User/Downloads/Tafsir_Ibnu_Katsir_Surah_Ar_Rahman . (diakses pada
tanggal 10 September 2018, pukul 20:46 WIB)
Ayat ini dijadikan oleh sementara orang sebagai bukti isyarat ilmiah Al-
Qur’an tentang kemampuan manusia keluar angkasa. Sampai saat ini terbukti
betapa besarnya upaya dan tenaga yang dibutuhkan untuk dapat menembus
lingkup gravitasi bumi. Kesuksesan eksperimen perjalanan luar angkasa selama
waktu yang sangat sedikit dan terbatas jika dibandingkan dengan besarnya
alam raya itu saja memerlukan upaya yang luar biasa di bidang sains dengan
segala cabangnya: teknik, matematika, seni, geologi, dan sebagainya. Belum
lagi ditambah dengan biaya sangat besar. Hal ini membuktikan dengan jelas
bahwa upaya menembus langit dan bumi yang berjarak jutaan tahun cahaya itu
mustahil dapat dilakukan oleh jin dan manusia.
Allah memerintahkan kepada golongan jin dan manusia untuk
menembus (melintasi) ke penjuru langit dan bumi, arti perintah Allah ini hanya
sekedar tantangan Allah untuk menguji dan melemahkan jin dan manusia. Jika
mereka kuasa untuk keluar penjuru langit dan bumi dan semacamnya itu hanya
ketentuan dan kekuasaan dari Allah.
Mereka pun tidak mampu menembus (melintasi) kecuali dengan
kekuatan, dan mereka tidak mempunyai kekuatan untuk menembus (melintasi)
penjuru langit dan bumi dan juga mereka tidak kuasa. Dan yang dimaksud
‫لطان‬K‫ س‬di sini adalah Dzat yang mempunyai kekuatan dan menguasai untuk
memerintah.
Ayat di atas pada masa empat belas abad yang silam telah memberikan
isyarat secara ilmiyah kepada bangsa Jin dan Manusia, bahwasanya mereka
telah di persilakan oleh Allah untuk menjelajah diangkasa luar asalkan saja
mereka punya kemampuan dan kekuatan; kekuatan yang dimaksud di sini
sebagaimana di tafsirkan para ulama adalah ilmu pengetahuan atau sains dan
teknologi, dan hal ini telah terbukti di era modern sekarang ini, dengan di
temukannya alat transportasi yang mampu menembus angkasa luar, bangsa-
bangsa yang telah mencapai kemajuan dalam bidang sains dan teknologi telah
berulang kali melakukan pendaratan di Bulan, dan dapat kembali lagi ke bumi.
Kemajuan yang telah diperoleh oleh bangsa-bangsa yang maju (bangsa
barat) dalam bidang ilmu pengetahuan, sains dan teknologi di abad modern ini,
sebenarnya merupakan kelanjutan dari tradisi ilmiah yang telah dikembangkan
oleh ilmuan-ilmuan muslim pada abad pertengahan.
Isi kandungan surah ar-Rahman ayat 33 sangat cocok untuk dipelajari
karena ayat ini menjelaskan pentingnya ilmu pengetahuan bagi kehidupan umat
manusia. Dengan ilmu pengetahuan, manusia dapat mengetahui benda-benda
langit. Dengan ilmu pengetahuan, manusia dapat menjelajahi angkasa raya.
Dengan ilmu pengetahuan, manusia mampu menembus sekat-sekat yang
selama ini belum terkuak.
Manusia diberi potensi oleh Allah Swt. berupa akal. Akal ini harus terus
diasah, diberdayakan dengan cara belajar dan berkarya. Dengan belajar,
manusia bisa mendapatkan ilmu dan wawasan yang baru. Dengan ilmu,
manusia dapat berkarya untuk kehidupan yang lebih baik.9

7. Kandungan Surat Al-Mujadalah serta Hadits Terkait


Menjelaskan keutamaan orang-orang beriman dan berilmu
pengetahuan. Kalau surat Ar-Rahman ayat 33 menjelaskan pentingnya ilmu
pengetahuan, maka ayat ini menegaskan bahwa orang yang beriman dan
berilmu pengetahuan akan diangkat derajatnya oleh Allah Swt.
Ayat ini juga menjelaskan tentang belapang-lapanglah kalian ketika
berada di dalam majlis (tempat mencari ilmu). Yakni apabila kita berada di
tempat menuntut ilmu, baik itu di kelas, masjid, majlis taklim dan lain
sebagainya, kita harus memberikan kesempatan kepada orang lain untuk sama-
sama mendapatkan tempat duduk yang layak. Akan tetapi perlu diingat bahwa
orang yang beriman, tetapi tidak berilmu, dia akan lemah. Oleh karena itu,
keimanan seseorang yang tidak didasari atas ilmu pengetahuan tidak akan kuat.
Begitu juga sebaliknya, orang yang berilmu, tetapi tidak beriman, ia akan
tersesat. Karena ilmu yang dimiliki bisa jadi tidak untuk kebaikan sesama.10

9
http://grabalong.blogspot.co.id/2015/05/kandungan-qs-ar-rahman-ayat-33-tentang.html
( Diakses pada tanggal 10 September 2018 pukul 20:50 WIB)
10
Kemedikbud., Op. Cit., hlm. 86
Surat Al-Mujadalah ayat 11 merupakan tuntunan akhlak, memberi
tuntunan bagaimana menjalin hubungan harmonis dalam satu majelis. Allah
swt., berfirman: “hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepada
kamu oleh siapa pun: “berlapang-lapanglah, yakni berupaya dengan sungguh-
sungguh walau dengan memaksa diri untuk memberi tempat orang lain, dalam
majelis-majelis, yakni satu tempat, baik tempat duduk maupun bukan untuk
duduk, apabila diminta kepada kamu agar melakukan itu maka lapangkanlah
tempat itu untuk orang lain itu dengan sukarela. Jika kamu melakukan hal
tersebut, niscaya Allah akan melapangkan segala sesuatu buat kamu dalam
hidup ini. Dan apabila dikatakan: “berdirilah kamu ke tempat yang lain, atau
untuk di duduki tempatmu buat orang-orang yang lebih wajar, atau bangkitlah
untuk melakukan sesuatu seperti untuk shalat dan berjihad, maka berdiridan
bangkit-lah, Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara
kamu, wahai yang memperkenankan tuntunan ini, dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat kemuliaan di dunia dan di akhirat dan
Allah terhadap apa yang kamu kerjakan sekarang dan masa datang Maha
Mengetahui.
Berkenaan dengan turunnya ayat tersebut dapat diikuti keterangan yang
diberikan oleh Ibn Abi khatim. Menurut riwayatnya yang diterima dari Muqatil
bin hibban, beliau menyatakan bahwa ayat di atas turun pada hari jumat. Ketika
itu, Rasul saw, berada di satu tempat yang sempit, dan telah menjadi kebiasaan
beliau memberi tempat khusus buat para sahabat yang terlibat dalam perang
badr karena besarnya jasa mereka. Nah, ketika majelis tengah berlangsung,
beberapa orang di antara sahabat-sahabattersebut hadir, lalu mengucapkan
salam kepada Nabi saw. Nabi pun menjawab, selanjutnya mengucapkan salam
kepada hadirin, yang juga dijawab, namun mereka tidak memberi tempat. Para
sahabat ituterus berdiri. Maka, Nabi saw. Memerintahkan kepada sahabat-
sahabatnya yang lain yang tidak terlibat dalam perang badr untuk mrngambil
tempat lain agar para sahabat yang berjasa itu duduk di dekat Nabi, saw.
Perintah itu mengecilkan hati mereka yang disuruh berdiri dan ini digunakan
oleh kaum munafikin untuk memecah belah dengan berkata: “katanya
Muhammad berlaku adil, tetapi ternyata tidak”. Nabi yang mendengar kritik itu
bersabda: “ Allah merahmati siapa yang memberi kelapangan bagi
saudaranya”. Kaum beriman menyambut tuntunan Nabi dan ayat di atas pun
turun mengukuhkan perintah dan sabda nabi itu.11
Apa yang dilakukan Rasulullah saw. terhadapsahabat-sahabat beliau
yang memiliki jasa besar itu dikenal juga dalam pergaulan internasional
dewasa ini, kita mengenal ada yang dinamai peraturan protokoler, di mana
penyandang kedudukan terhormat memiliki tempat-tempat terhormat di
samping kepala Negara karena memang, seperti penegasan al-Qur’an, bahwa:

‫ون فِي‬َ ‫ ُد‬K‫ َر ِر َو ۡٱل ُم ٰ َج ِه‬K ‫ٱلض‬


َّ ‫ ُر ُأ ْولِي‬K‫ين َغ ۡي‬ َ ‫ ُد‬K‫اَّل يَ ۡستَ ِوي ۡٱل ٰقَ ِع‬
َ ِ‫ؤ ِمن‬Kۡ K‫ون ِم َن ۡٱل ُم‬
َ ‫ ِد‬K ‫يل ٱهَّلل ِ بَِأمۡ ٰ َولِ ِهمۡ َوَأنفُ ِس ِهمۡۚ فَض ََّل ٱللَّه ُۡٱل ُم ٰ َج ِه‬
‫ ِهمۡ َعلَى‬K ‫َأمۡ ٰ َولِ ِهمۡ َوَأنفُ ِس‬K ِ‫ين ب‬ ِ ِ‫َسب‬
ۚ
‫ين َعلَى‬َ ‫ ِد‬KK‫ َل ٱللَّه ُۡٱل ُم ٰ َج ِه‬KK‫ض‬َّ َ‫نَ ٰۚى َوف‬KK‫ َد ٱهَّلل ُ ۡٱلح ُۡس‬KK‫ ٗة َو ُكاّٗل َو َع‬KK‫ين َد َر َج‬ َ ‫ ِد‬KK‫ۡٱل ٰقَ ِع‬
٩٥ ‫ين َأ ۡجرًا َع ِظ ٗيما‬ َ ‫ۡٱل ٰقَ ِع ِد‬
“Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang
tidak mempunyai ´uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah
dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang
berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat.
Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga)
dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk
dengan pahala yang besar” QS. An-Nisa’ [4]: 95 (baca juga firman-Nya
dalam QS.al-Hadid[57]: 10).
Kata (‫حوا‬KK‫)تفس‬Tafassahu dan (‫حوا‬KK‫)افس‬ifsahu terambil dari kata (‫)فسح‬
fasaha, yakni lapang. Sedang, kata (‫زوا‬KK‫)انش‬unsyuzu terambil dari kata (
‫)نشوز‬yakni tempat yang tinggi.Yang dimaksud di sini pindah ke tempat lain
untuk memberi kesempatan kepada orang yang lebih wajar duduk atau berada
di tempat yang wajar pindah itu bangkit melakukan suatu aktivitas yang positif.
Ada juga yang memahaminya berdirilah dari rumah Nabi, jangan berlama-lama

11
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol. XV, ( Jakarta: Lenetera, 2009), hlm. 489.
di sana, karena boleh jadi ada kepentingan Nabi saw.yang lain dan yang perlu
segera beliau hadapi.
Kata (‫)مجالس‬majalis adalah brntuk jamak dari kata (‫ )مجلس‬majlis. Pada
mulanya berarti tempat duduk. Dalam kontek ayat ini adalah tempat Nabi
Muhammad memberi tuntunan agama ketika itu. Tetapi, yang dimaksud di sini
adalah tempat keberadaan secara mutlak, baik tempat duduk, tempat berdiri,
atau bahkan tempat berbaring. Karena tujuan perintah atau tuntunan ayat ini
adalah memberi tempat yang wajar serta mengalah kepada orang-orang yang
dihormati atau yang lemah.
Ayat di atas tidak menyebut secara tegas bahwa Allah akan
meninggikan derajat orang yang berilmu. Tetapi, menegaskan bahwa mereka
memiliki derajat-derajat, yakni yang lebih tinggi daripada yang sekedar
beriman. Tidak disebutnya kata meninggikan itu sebagai isyarat bahwa
sebenarnya ilmu yang dimilikinya itulah yang berperan besar dalam ketinggian
derajat yang diperolehnya, bukan akibat dari faktor di luar ilmu itu.
Tentu saja yang dimaksud dengan (‫ ) الذيناوتواالعلم‬al-Ladzina utu al-ilm
yang diberi pengetahuan adalah mereka yang beriman dan menghiasi diri
mereka dengan pengetahuan. Ini berarti ayat diatas membagi kaum beriman
kepada dua kelompok besar, yang pertama sekedar beriman dan beramal shaleh
dan yang kedua ini menjadi lebih tinggi, bukan saja karena nilai ilmu yang
disandangnya, tetapi juga amal dan pengajarannya kepada pihak lain, baik
secara lisan, atau tulisan maupun dengan keteladanan.
Ilmu yang dimaksud oleh ayat di atas bukan saja ilmu agama, tetapi
ilmu apa pun yang bermanfaat. Dalam QS. Fathir [35]: 27-28, Allah
meguraikan sekian banyak makhluk dan fenomina alam, lalu ayat tersebut
ditutup dengan menyatakan bahwa: yang takut dan kagum kepada Allah dari
hamba-Nya hanyalah ulama. Di sisi lain itu juga menunjukkan bahwa ilmu
haruslah menghasilkan khasyyah, yakni rasa takut dan kagum kepada Allah,
yang pada gilirannya mendorong yang berilmu untuk mengamalkan ilmunya
serta memanfaatkannya untuk kepentingan makhluk. Rasulullah saw. sering
kali berdoa: “ Allahumma innia’udzu bika min ‘ilm(in) laa yanfa’ (akau
berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat.12
Ayat tersebut di atas di atas selanjutnya sering digunakan para ahli
untuk mendorong diadakannya kegiatan di bidang ilmu pengetahuan, dengan
cara mengunjungi atau mengadakan dan menghadiri majelis ilmu. Orang yang
mendapatkan ilmu itu selanjutnya akan mencapai derajat yang tinggi dari
Allah.13
8. Perilaku Orang yang Cinta Ilmu Pengetahuan
Sikap dan perilaku terpuji yang dapat diterapkan sebagai penghayatan
dan pengamalan Q.S. ar-Rahman: 33 dalam kehidupan sehari-hari adalah
sebagai berikut.
a. Senang membaca buku-buku pengetahuan sebagai bukti cinta ilmu
pengetahuan.
b. Selalu ingin mencari tahu tentang alam semesta, baik di langit maupun di
bumi, dengan terus menelaahnya.
c. Meyakini bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Allah Swt. untuk
manusia. Oleh karena itu, manusia harus merasa haus untuk terus menggali
ilmu pengetahuan.
d. Rendah hati atas kesuksesan yang diraihya dan tidak merasa rendah diri dan
malu terhadap kegagalan yang dialaminya.
Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai penghayatan dan
pengamalan Q.S. al-Mujadalah: 11 dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai
berikut.
a. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan berusaha untuk mendapatkan
pengetahuan tersebut.
b. Bersikap sopan saat belajar dan selalu menghargai dan menghormati guru.
c. Senang mendatangi guru untuk meminta penjelasan tentang ilmu
pengetahuan.

12
Ibid., hlm. 491.
13
Abudin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, ( Jakarta: Raja Grafindo persada, 2009),
hlm. 155.
d. Selalu menyeimbangkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dengan
keyakinan terhadap kekuasaan Allah Swt.14

B. Materi PAI tentang Hidup Jadi Lebih Damai dengan Ikhlas, Sabar, dan
Pemaaf
1 Membaca Al-Qur’an
a. Membaca Q.S an-Nisa/4:146
       
         

 

Artinya:”146. kecuali orang-orang yang taubat dan Mengadakan perbaikan


dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan)
agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang
yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang
beriman pahala yang besar.” (QS. An-Nisa: 146)
b. Membaca Q.S al-Baqarah/2:153
         

 

153. Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada


Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya, Allah berserta orang-orang
yang sabar.
c. Membaca Q.S Ali-Imran/3:134
      
       

134. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu


lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan.

14
Kemendikbud, Op. Cit., hlm. 87.
2. Memahami Hukum Bacaan Nun Sukun/Tanwin)
Apabila ada nun Sukun/tanwin berhadapan dengan huruf hijaiyyah, ada
empat hukum bacaannya, yaitu idzhar (bacaan jelas), ikhfa (bacaan samar),
idgham (bacaan lebur), dan iqlab (bacaan beralih).
Secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Izhar, yaitu apabila nun Sukun/tanwin berhadapan dengan salah satu dari
huruf ‫ ح خ ع غ ه‬maka nun Sukun /tanwin tadi dibaca jelas (lihat contoh

tabel)
b. Ikhfa, yaitu apabila nun Sukun/tanwin berhadapan dengan salah satu dari
huruf ‫ ت ث ج د ذ ز س ش ص ض ط ظ و ق ك‬maka nun Sukun/tanwin tadi dibaca

samar.
c. Idgam, yaitu apabila nun Sukun/tanwin berhadapan dengan salah satu dari
huruf ‫ م ن و ي ل ر‬maka nun Sukun/tanwin tidak dibaca (dilebur ke huruf-

huruf tersebut).
d. iqlab, yaitu apabila nun Sukun/tanwin berhadapan dengan huruf: ‫ ب‬maka

nun Sukun/tanwin dibaca beralih menjadi mim

Contoh
Hukum
Bacaan Nun
Nun/Tanwin
Iqlab Idgham Ikhfa Izhar

‫ْم‬
ٌ ‫ص ُّم بُك‬
ٌ ‫بِ ُس ْو َر ٍة ِّم ْن ِمثْلِه‬ ‫اَ ْن َتْن ُف ُذ ْوا‬ ‫ِم ْن اَقْطَا ِر‬
ِ ْ‫ط بِا ل‬
‫كف ِريْ َن‬ ٌ ‫حُمِ ْي‬ ٍ ‫َع ْن َن ْف‬
‫س‬ ‫َو َمااُنْ ِز َل‬ ‫ث‬
ُ ‫احْي‬
َ ‫َر َغ ًد‬
‫ِم ْن َب ْع ِد‬ ِ ِ
َ ‫ُه ًدى ل ْل ُمتَّقنْي‬ ‫ُك ِّل َش ْي ٍءقَ ِد ْيٌر‬ ‫َس َوآءٌ َعلَْي ِه ْم‬
‫ِم ْن َّرهِّبِ ْم‬ ِِ ِ ‫حَتْتِ َهاااْل َهْن ُر‬
َ ‫ا ْن ُكْنتُ ْم صدقنْي‬
‫ِم ْن ُد ْو ِن‬

3 Mengartikan Q.S. an-Nisa/4:146 Q.S. al-Baqarah/2:153 Q.S.


ali-Imran/3:134
a. Arti Q.S. an-Nisa/4:146
1) Arti Mufradat (arti kata/kalimat)

Lafal Arti Lafal Arti

‫اِاَّل الَّ ِذيْ َن‬ Kecuali orang-


‫ولىك‬
َ ُ‫فَا‬
Maka mereka
orang

‫تَابُ ْوا‬ Yang bertobat ِِ Bersama orang


َ ‫َم َع الْ ُمْؤ مننْي‬ yang beriman
Yang Di atas
‫صلَ ُح ْوا‬
ْ َ‫َوا‬ ‫ف‬
َ ‫َو َس ْو‬
memperbaiki diri

‫ص ُم ْوا‬ Berpegang teguh ِ Allah akan


َ َ‫َو ْاعت‬ ُ‫يُْؤ ت اللّه‬ memberikan

‫بِاللّ ِه‬ Agama Allah


‫اع ِظْي ًما‬
َ ‫اَ ْجًر‬
Pahala yang
SWT besar

‫ص ْو ِاد ْيَن ُه ْم‬


ُ َ‫َواَ ْخل‬
Dengan tulus
dalam beragama

2) 146. kecuali orang-orang yang taubat dan Mengadakan perbaikan dan


berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan)
agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama
orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-
orang yang beriman pahala yang besar.

b. Arti Q.S. al-Baqarah/2:153


1) Arti Mufradat (arti kata/kalimat)
Lafal Arti Lafal Arti
‫ياَيُّ َهاالَّ ِذيْ َن‬ Wahai orang- ِ ‫الص‬
‫لوة‬ َّ ِ‫ب‬
َّ ‫الصرْبِ َو‬ Dengan sabar dan
orang salat
Orang yang ِ Sesungguhnya
‫َامنُوا‬ َ‫ا َّن اللّه‬
beriman Allah SWT
‫استَعِْينُوا‬
ْ Mohonlah ‫الصرِبِ يْ َن‬
ّ ‫َم َع‬ Beserta orang-
pertolongan orang yang
bersabar

2) 153. Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada


Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya, Allah berserta orang-
orang yang sabar.

c. Arti Q.S. Ali-Imran/3:134


1) Arti Mufradat (arti kata/kalimat)

Lafal Arti Lafal Arti


‫الَّ ِذيْ َن‬ Orang-orang ‫الْغَْي َظ‬ Amarah

‫يُْن ِف ُق ْو َن‬ Yang ِ


َ ‫َوالْ َعافنْي‬ Dan orang yang
menafkahkan memaafkan
hartanya
‫السَّر ِآء‬
َّ ‫ىِف‬ Di waktu luang ِ ‫َع ِن الن‬
‫َّاس‬ Atas manusia

‫َوالضََّّر ِآء‬ Dan di waktu ُ‫َواللّه‬ Dan Allah SWT


sempit
ِِ Dan orang yang ِِ ُّ ِ‫حُي‬ Mencintai orang
َ ‫َوالْ َكاظمنْي‬ َ ‫ب الْ ُم ْحسننْي‬
menahan yang berbuat
baik

2) 134. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu


lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan.
4. Kandungan Q.S. an-Nisa/4:146 serta Hadis Terkait
Kandungan Q.S. an-Nisa/4:146 menjelaskan tentang keihklasan amal
seseorang. Ikhlas merupakan syarat mutlak diterimanya amal. Perhatikan
Firman Allah SWT berikut.
        
        

5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan


memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus,
dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian Itulah agama yang lurus.

‫ِ ِإ‬
ُ ‫ب الْ ُمؤم ِن ْخاَل‬
‫ص الْ َع َم ِل‬ ِ ُ ‫ال َر ُس ْو ُل اللّ ِه ثَاَل‬
ُ ‫ث اَل يُغَ ُّل َعلَْيه ْم َق ْل‬ َ َ‫َع ِن ابْ ِن َم ْسعُ ْو ٍدق‬
َ َ‫ق‬,‫ال‬

)‫(ر َواهُ اَمْح َ ُد‬ ِ ‫َّصيحةُ لِويِل ِّ اَأْلم ِرولُزوم اجْل م‬


ِ
َ ‫اعة‬
َ ََ ُ ْ ُ َ ْ َ َ ْ ‫َوالن‬
“Dari Ibnu Mas’ud r.a. Rasulullah., Bersabda: “Tiga hal yang tidak boleh hati
seorang mukmin iri terhadapnya: ikhlas dalam beramal, memberi nasihat
kepada pemimpin, dan melanggengkan kebersamaan dengan jamaah.” (H.R.
Ahmad)
Setiap perbuatan manusia dimulai dari gerak hati atau niatnya. Oleh
karena itu, yang harus diluruskan pertama kali agar tercapainya derajat
mukhlisin adalah niat di dalam hati.
Allah SWT. berfirman:
        
14. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadat kepada-Nya, meskipun
orang-orang kafir tidak menyukai(nya).
Niat yang baik akan menghasilkan perbuatan baik. Begitu pula niat
yang ikhlas akan mengantarkan ke perbuatan yang ikhlas pula. Dengan ikhlas,
hati kita menjadi tenteram, tidak ada beban yang memberatkan.
Imam Ibnu Qayyim berkata, “Niat adalah ruh amal, inti dan sendinya.
Amal itu mengikuti niat. Amal menjadi benar karena niat yang benar. Dan
amal menjadi rusak karena niat yang rusak”15
Jadi pada kesimpulannya bahwa ibadah apapun yang dikerjakan harus
atau bahkan wajib dengan niat, karna setiap perbuatan sudah pasti dimulai
dengan niat, maka dari itu perbaikilah niat sebelum melakukan sesuatu apalagi
jika bersangkutan dengan ibadah agar agar ibadah yang dilakukan dapat
diterima oleh Allah SWT.
5. Kandungan Q.S. al-Baqarah/2:153 serta hadist Terkait
Kandungan Q.S. al-Baqarah/2:153 menjelaskan orang-orang yang
sabar. Sesungguhnya Allah SWT. beserta orang-orang yang sabar. Sabar
merupakan pengendali hati untuk selalu Istiqamah dalam berbuat baik.
Sayidina Ali bin Abi Thalib mengatakan.

‫الرْأ ِس ِم َن اجْلَ َس ِد‬


َّ ‫ان مِب َْن ِزلَِة‬
ِ َ‫الصبر ِمن اِإْل مْي‬
َ ُ ْ َّ
“Sabar adalah bagian dari iman, sebagaimana kepala bagian tubuh”
Sabar bisa diartikan tabah, tahan menderita, ulet, tekun, dan tidak
mudah putus asa. Sabar juga bisa berarti menahan, maksudnya adalah menahan
diri dari kesusahan yang menimpanya, menahan lisan atau anggota badan dari
perkataan dan perbuatan yang tidak baik, serta menahan rasa malas untuk
berbuat baik.
Sabar juga berarti menahan diri untuk tidak melampiaskan nafsu
angkara murka, mengendalikan lidah untuk tidak berkeluh kesah, dan
mengontrol anggota tubuh untuk tidak bertindak anarki. Orang yang sabar
tidak hanya bersikap lapang dada saat menghadapi kesulitan dan musibah,
tetapi juga teguh pendirian (istiqamah) dalam memperjuangkan kebenaran, dan
selalu dinamis dan optimistis dalam meraih masa depan yang lebih baik dan
bermakna
Sabar itu ada beberapa macam, antara lain sabar menjalankan perintah
Allah SWT, menjauhi kemaksiatan atau meninggalkan larangan Allah SWT.,
15
Abul ‘Abbas Kholid Syahmudi, Fikih Niat: Peran Niat dalam Amal, http://muslim.or.id
, diakses pada tanggal 16 September 2018, hlm. 15
menerima dan menghadapi musibah, menuntut ilmu pengetahuan, serta sabar
dalam bekerja dan berkarya.
Kelima bentuk kesabaran tersebut berkaitan erat dengan ketuhanan
mental spiritual, sehingga kesabaran itu selalu menuntut ketuhanan jiwa dan
kekayaan mental yang tangguh
Terkadang kita meyakini bahwa kesabaran mempunyai titik batas
sehingga kalau sudah melebihi batasnya manusia boleh melakukan apapun.
Tapi bukan seperti ini tujuannya, semua yang telah kita kerjakan harus kembali
kepada Allah SWT sebagai dasar atas segala perilaku yang kita kerjakan. Hal
ini dapat memberi nilai positif bagi diri kita sendiri, karena segala sesuatu yang
kita kerjakan atas nama Allah SWT pasti yang dikerjakan akan mengarah
kepada yang baik. Sikap sabar juga merupakan sikap dasar dari ciri-ciri orang
yang bertakwa16
Jadi kesimpulannya bahwa kita harus menjadi orang yang sabar, karna
orang yang dapat bersabar maka dia dapat mengendalikan dirinya untuk tetap
istiqomah kepada jalan kebaikan
6. Kandungan Q.S. Ali-Imran/3:134 serta Hadis Terkait
Kandungan Q.S. Ali-Imran/3:134 menjelaskan ciri-ciri orang yang
taqwa, yaitu selalu memaafkan orang lain. Rasulullah SAW. menganjurkan
kepada kita untuk saling memaafkan dan meminta maaf, sebagaimana
sabdanya:
ِ ‫ال رسو ُل اللّ ِه‬ ٍ َ‫َع ْن َعاِئ َشةَ َع ْن َأن‬
ُ‫(ر َواه‬
َ ‫ك‬َ ‫ف َع َّم ْن ظَلَ َم‬
ُ ‫ك َو ْاع‬
َ ‫ص ْل َم ْن قَطَ َع‬: ْ ُ َ َ َ‫ق‬:‫ال‬
َ َ‫س ق‬

)‫البْي َه ِقى‬
َ
“Dari Aisyah dari Anas berkata, Rasulullah SWT. bersabda:”sambunglah tali
silahturahmi kepada orang yang telah memutuskanmu dan maafkanlah orang-
orang yang mendzalimimu” (H.R. Baihaqi)
Pemaaf berarti orang yang rela memberi maaf kepada orang lain. Sikap
pemaaf berarti sikap suka memaafkan kesalahan orang lain tanpa sedikit pun
16
Luis Makluf, Al-Munjid fi Al-Lughat wa Al-Alam, 1896, Beirut: Dar Al-Masyrik, hlm.
465
ada rasa benci dan keinginan untuk membalasnya. Dalam bahasa Arab sikap
pemaaf disebut al-afw yang juga memiliki arti bertambah (berlebih),
penghapusan, ampun, atau anugerah.
Setiap manusia melakukan kesalahan. Kesalahan dan kekhilafan adalah
fitrah yang melekat pada diri manusia. Rasulullah SAW. bersabda “setiap
manusia pernah melakukan kesalahan dan sebaik-baiknya pelaku kesalahan itu
adalah orang yang segera bertobat kepada Allah SWT”. ini berarti bahwa
manusia yang baik bukan orang yang tidak pernah berbuat salah, karena itu
mustahil, kecuali Rasulullah SWT. yang mas’um (senantiasa dalam bimbingan
Allah SWT.) akan tetapi, manusia yang baik adalah manusia yang menyadari
kesalahannya dan segera bertobat kepada-Nya.
7. Perilaku Ikhlas, Sabar, dan Pemaaf
Sebelum menerapkan perilaku ikhlas, sabar, dan pemaaf sebagai
penerapan Q.S. an-Nisa/4:146, Q.S. al-Baqarah/2:153 dan Q.S.
Ali-Imran/3:134, terlebih dahulu kalian harus membiasakan membaca Al-
Qur’an setiap hari, baik yang berkaitan dengan materi di atas maupun yang
lainnya.
a. Perilaku Ikhlas dalam Kehidupan Sehari-hari
Perilaku Ikhlas sebagai penghayatan dan pengamalan Q.S.
an-Nisa/4:146 dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan dengan cara:
1) Gemar melakukan perbuatan terpuji dan tidak dipamerkan kepada orang
lain,
2) Ikhlas dalam beribadah, semata-mata karena Allah SWT
3) Tidak mengharapkan pujian atau sanjungan dari orang lain
4) Selalu berhati-hati dalam bertindak atau berperilaku
5) Tidak pernah membedakan antara amal besar dan amal kecil
6) Tidak menghitung-hitung apalagi mengungkit-ungkit kebaikan yang
pernah diberikan kepada orang lain
b. Perilaku sabar dalam kehidupan sehari-hari
Perilaku sabar sebagai penghayatan dan pengamalan Q.S. al-
Baqarah/2:153 dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan dengan cara
sebagai berikut.
1) Sabar dalam menjalankan perintah Allah SWT., seperti:
a) Ketika mendengar azan segera menuju ke mesjid untuk melaksanakan
shalat berjamaah.
b) Ketika bel berbunyi segera masuk kelas untuk mengikuti pelajaran.
c) Saat orang tua memanggil, segera menghadap dan menemui agar tidak
mengecewakan.
2) Sabar dalam menjauhi maksiat atau meninggalkan larangan Allah SWT.,
seperti:
a) Ketika diajak membolos segera menolak dan menghindari teman-
teman yang bersekongkol untuk membolos.
b) Saat diajak tawuran segera menolak dan menjauhi teman-teman yang
mengajaknya.
c) Tidak cepat marah dan main hakim sendiri.
3) Sabar dalam menerima dan menghadapi musibah, seperti:
a) Ketika terkena musibah sakit tidak mengeluh dan tidak putus asa
untuk berusaha mencari obatnya.
b) Ketika terkena musibah tidak mengeluh dan tidak menyalahkan Allah
dan orang lain.
c. Perilaku pemaaf dalam kehidupan sehari-hari
Perilaku pemaaf sebagai penghayatan dan pengamalan Q.S. Ali-
Imran/3:134 dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan dengan:
1) Memberikan manfaat dengan ikhlas kepada orang yang meminta maaf.
2) Meminta maaf atas kesalahan yang diperbuat.
3) Tidak memendam rasa benci dan perasaan dendam kepada orang lain.

Telaah Materi PAI tentang QS. Al-Mujadalah: 11, Ar-Rahman: 33, serta
Hadits tentang Semangat Menuntut Ilmu
Untuk materi tentang QS. Ar-Rahman: 33 dan surat Al-Mujadalah: 11 ada
beberapa kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik antara lain:
1. Menghayati al-Qur’an sebagai implementasi dari pemahaman rukun Islam
2. Menghargai perilaku semangat menuntut ilmu sebagai implementasi Q.S. ar-
Rahman/55:33 dan Q.S. Al-Mujadalah/58: 11, serta hadis terkait
3. Memahami makna Q.S. ar-Rahman/55:33 dan Q.S. al-mujadalah/58:11, serta
hadis terkait tentang menuntut ilmu
4. Membaca Q.S. ar-Rahman/55:33 dan Q.S. al-Mujadalah/58:11, dengan tartil.
5. Menunjukkan hafalan Q.S. ar-Rahman/55:33 dan Q.S. al-Mujadalah/58:11
dengan lancar.
Selain itu, tujuan pembelajaran dari materi ini adalah sebagai berikut.
1. Menyebutkan arti Q.S. ar-Rahman/55:33 dan Q.S. al-Mujadalah/58:11 serta
hadis tentang menuntut ilmu.
2. Menjelaskan makna Q.S. ar-Rahman/55:33 dan Q.S. al-Mujadalah/58:11 serta
hadis tentang menuntut ilmu.
3. Mengidentifikasi hukum bacaan mad dalam Q.S. ar-Rahman/55:33 dan Q.S.
al-Mujadalah/58:11.
4. Menjelaskan hukum bacaan mad dalam Q.S. ar-Rahman/55:33 dan Q.S. al-
Mujadalah/58:11.
5. Menunjukan bacaan Q.S. ar-Rahman/55:33 dan Q.S. al-Mujadalah/58:11
dengan tartil.
6. Mendemontrasikan hafalan Q.S. ar-Rahman/55:33 dan Q.S. al
Mujadalah/58:11 dengan lancar.
7. Menampilkan contoh perilaku semangat menuntut ilmu sebagai implementasi
8. Q.S. ar-Rahman/55:33 dan Q.S. al-Mujadalah/58:11, serta hadis terkait.17
Melihat beberapa kompetensi dasar serta tujuan pembelajaran untuk materi
ini, maka menurut hemat penulis memerlukan alokasi waktu yang tidak sedikit.
Hal ini dikarenakan seorang guru harus memperhatikan kesiapan siswa dalam
menerima pembelajaran apalagi melihat tingkat kerumitan materi yang cukup
kompleks. Alokasi yang diperlukan minimal sebanyak dua kali pertemuan.
17
Kemendikbud, Buku Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, (Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud, 2014), hlm. 56-57.
Mengapa demikian? Karena pada materi ini, ada dua bagian yang menjadi aspek
penting. pertama, peserta didik harus memahami kaidah tajwid yaitu mad dalam
dalam materi ini ada empat mad yang diperkenalkan serta mampu
mempraktekkannya dalam melafalkan surat Ar-Rahman: 33 dan surat Al-
Mujadalah: 11 dengan benar. Kedua, peserta didik juga dituntut untuk memahami
makna baik mufradat maupun makna secara keseluruhan. Selain memahami
makna atau terjemahannya, peserta didik juga dituntut untuk memahami
kandungan surat Ar-Rahman: 33 dan Al-Mujadalah: 11 serta mampu
mengamalkan nilai-nilai yang terdapat di dalamnya.
Materi yang lebih ditekankan pada Bab ini adalah tentang semangat
menuntut ilmu. Menurut penulis, alangkah lebih baiknya metode yang digunakan
bukan hanya metode ceramah saja melainkan metode-metode yang lain seperti
metode kisah atau metode demonstrasi. Pada materi ini seorang guru bisa
memberikan cerita tentang kisah Ibnu Hajar si Anak Batu yang sangat sulit untuk
menerima pelajaran. Namun berkat ketekunannya, ia bisa menjadi orang yang
alim dan menulis banyak sekali kitab-kitab rujukan umat Islam. Alternatif lainnya
seorang guru juga boleh meminta siswanya untuk mencari cerita tersebut dan
menyampaikan kepada teman-temannya. Karena pada kurikulum 2013
pembelajaran bersifat active learning yang mengharuskan siswa untuk lebih aktif
di dalam kelas.

Untuk materi tentang Q.S. an-Nisa/4:146, Q.S. al-Baqarah/2:153 dan


Q.S. ali-Imran/3:134 ada beberapa kompetensi dasar yang harus dicapai
peserta didik antara lain
1 Menghayati Al-Qur’an sebagai implementasi dari pemahaman rukun
Islam
2 Menghargai perilaku ikhlas, sabar dan pemaaf sebagai implementasi
Q.S. an-Nisa: 146, Q.S. al-Baqarah: 153 dan Q.S. ali-Imran: 134 serta
Hadis terkait
3 Memahami makna Q.S. an-Nisa: 146, Q.S. al-Baqarah: 153 dan Q.S.
ali-Imran: 134, serta hadis terkait tentang ikhlas, sabar, dan pemaaf
4 Membaca Q.S. an-Nisa: 146, Q.S. al-baqarah: 153 dan Q.S. ali-Imran:
134 dengan tartil
5 Menunjukkan hafalan Q.S. an-Nisa: 146, Q.S. al-Baqarah: 153 dan
Q.S. ali-Imran: 134 dengan lancar
Selain itu, tujuan pembelajarandari materi ini adalah sebagai berikut.
1 Menyebut arti Q.S. an-Nisa: 146, Q.S. al-Baqarah: 153 dan Q.S. Ali-
Imran: 134 serta hadis tentang ikhlas, sabar, dan pemaaf
2 Menjelaskan makna Q.S. an-Nisa: 146, Q.S. al-Baqarah: 153, dan
Q.S. Ali-Imran: 134 serta hadis tentang ikhlas, sabar, dan pemaaf
3 Mengidentifikasi hukum bacaan Nun sukun, Tanwin, dan mim sukun
dalam Q.S. an-Nisa:146, Q.S. al-Baqarah: 153, dan Q.S. Ali-Imran:
134
4 Menjelaskan hukum bacaan nun sukun, tanwin, dan mim sukun dalam
Q.S. an-Nisa: 146, Q.S. al-Baqarah: 153, dan Q.S. Ali-Imran: 134
5 Menunjukkan bacaan Q.S. an-Nisa: 146, Q.S. al-Baqarah: 153 dan
Q.S. Ali-Imran: 134 dengan tartil
6 Mendemonstrasikan hafalan Q.S. an-Nisa: 146, Q.S. al-Baqarah: 153,
dan Q.S. Ali-Imran: 134 dengan lancar
7 Menampilkan contoh perilaku ikhlas, sabar, dan pemaaf sebagai
implementasi
8 Q.S. an-Nisa: 146, Q.S. al-Baqarah: 153, dan Q.S. Ali-Imran: 134
serta hadis terkait
Jika diamati dari beberapa kompetensi dasar serta tujuan pembelajaran
untuk materi ini, maka menurut hemat penulis membutuhkan alokasi waktu
yang tidak sedikit. Hal ini dikarenakan siswa membutuhkan kesiapan dalam
menerima pembelajaran apalagi jika dilihat materinya memiliki tingkat
kesulitan yang komplek. Menurut penulis alokasi waktu yang diperlukan
minimal sebanyak 2 kali pertemuan karena pada materi ini ada dua aspek
penting yang harus dikuasai oleh peserta didik pertama, peserta didik harus
mengetahui kaidah tajwid yaitu nun sukun/tanwin dan mim sukun dalam
materiini ada empat hukum nun sukun/tajwidyang diperkenalkan serta
mampu mempraktekkannya dalam melafadzkan Q.S. an-Nisa: 146, Q.S. al-
Baqarah: 153, dan Q.S. Ali-Imran: 134 dengan benar. Kedua, peserta didik
juga di tuntut untuk memahami makna baik mufradat makna keseluruhan.
Selain memahami makna atau terjemahnya, peserta didik juga harus
memahami kandungan Q.S. an-Nisa:146, Q.S. al-Baqarah: 153, dan Q.S.
Ali-Imran: 134 serta mampu mengamalkan nilai-nilai yang terdapat pada
ayat tersebut
I’lamul Muwaqqi’in VI/106, tahqiq Syaikh Masyhur Hasan Salman
Luis Makluf, Al-Munjid fi Al-Lughat wa Al-Alam, 1896, Beirut: Dar Al-
Masyrik, hlm. 465

Anda mungkin juga menyukai