Anda di halaman 1dari 8

1) PENGERTIAN MODEL

1 Model Discovery and Drill (DND) Learning


Model Discovery and Drill (DND) Learning merupakan kependekan dari Discovery
and Drill Learning, yang mana dalam pelaksanaannya, model ini menggabungkan kedua
model tersebut untuk melaksanakan pembelajaran di kelas. Penggunaan Discovery Learning
dikhususkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa mengenai materi pada awal
pembelajaran. Sedangkan untuk memantapan pada akhir pembelajaran, maka digunakan lah
metode Drill Learning dengan dibantu oleh penggunaan media catur KUTA BALI. Berikut
ini adalah skema dari pelaksanaan model Discovery and Drill (DND) Learning yang
merupakan penggabungan dari tahap pelaksanaan model Discovery Learning dan metode
Drill.

Pernyataan/Identifikasi
Stimulasi Pengumpulan data
masalah

Menarik kesimpulan Pembuktian Pengolahan data

Menciptakan suasana
Siswa terus berlatih
Latihan soal dengan belajar menyenangkan,
dengan bantuan
tingkat soal mudah- menarik perhatian siswa
penggunaan catur KUTA
sedang dan melibatkan siswa
BALI dibimbing oleh guru
untuk aktif

Latihan soal dengan


tingkat soal sukar

Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai tahapan tersebut, dengan model, metode, dan
media yang digunakan akan dijelaskan di bawah ini.

2 Model Discovery Learning


2.1 Pengertian Model Discovery Learning
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang mendukung untuk dilaksanakannya
Discovery Learning. Menurut Permendikbud nomor 58 tahun 2014, model pembelajaran
Discovery Learning adalah proses belajar yang didalamnya tidak disajikan suatu konsep
dalam bentuk jadi (final), tetapi siswa dituntut untuk mengorganisasi sendiri cara belajarnya
dalam menemukan konsep Burais (Haloho, 2016, hlm. 822) mengemukakan bahwa model
pembelajaran Discovery Learning adalah belajar mencari dan menemukan sendiri. Dengan
menemukan konsep berdasarkan pembentukan pengetahuannya sendiri, diharapkan siswa
dapat lebih memahami konsep dari materi matematika yang dipelajari sehingga siswa tidak
lagi mengalami kesullitan dan melakukan kekeliruan ketika menyelesaikan soal.
Kemendikbud (Nurlaela dan Ismayati, 2015, hlm. 32) menjelaskan bahwa, ‘prinsip
belajar yang tampak jelas pada Discovery Learning adalah materi atau bahan pelajaran yang
akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final, tetapi peserta didik didorong untuk
mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri
kemudian mengorganisasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan
mereka pahami dalam suatu bentuk akhir’. Model Discovery Learning adalah suatu model
pembelajaran yang dirancang sedekimian sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep
dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri.(Lestari dan Yudhanegara, 2015 , hlm.
63)
2.2 Langkah-langkah Model Discovery Learning
Kurniasih & Sani (2014, hlm. 68-71) mengemukakan langkah-langkah operasional
model Discovery Learning yaitu sebagai berikut:
1). Langkah persiapan model Discovery Learning
a) Menentukan tujuan pembelajaran.
b) Melakukan identifikasi karakteristik siswa.
c) Memilih materi pelajaran.
d) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif.
e) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas,
dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
2). Prosedur aplikasi model Discovery Learning

Stimulation Problem
statement Data collection

Generalization Verification Data processing

Gambar 1. Langkah-langkah Model discovery Learning


a) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsang)
Pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungan,
kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk
menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai dengan mengajukan pertanyaan, anjuran
membaca buku, dan belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
b) Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi masalah-
masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan
dirumuskan dalam bentuk hipotesis.
c) Data collection (pengumpulan data)
Tahap ini siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang
relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara, melakukan uji coba sendiri
untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis.
d) Data processing (pengolahan data)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah
diperoleh siswa melalui wawancara, observasi dan sebagainya. Tahap ini berfungsi
sebagai pembentukan konsep dan generalisasi, sehingga siswa akan mendapatkan
pengetahuan baru dari alternatif jawaban yang perlu mendapat pembuktian secara logis.
e) Verification (pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif dan
dihubungkan dengan hasil pengolahan data.
f) Generalization (menarik kesimpulan)
Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan
yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang
sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.
Sedangkan langkah-langkah Model Discovery Learning menurut Budiningsih
(Kusnadi, 2018, hlm. 4) sebagai berikut:
1. Pemberian rangsangan (simulation)
2. Pernyataan/identifikasi masalah (problem statment)
3. Pengumpulan data (data collection)
4. Pembuktian (verification)
5. Menarik simpulan/generalisasi (generalization)
3 Drill Learning
3.1 Pengertian Motode Drill Learning
Sari (2019) menjelaskan terdapat pengertian model Drill Learning menurut beberapa
ahli: (1) Menurut Roestiyah N.K, Drill Learning adalah suatu teknik yang dapat diartikan
sebagai suatu cara mengajar siswa melakukan kegiatan latihan, siswa memiliki ketangkasan
dan keterampilan lebih tinggi dari apa yang dipelajari; (2) Menurut Zuhairini, Drill Learning
adalah suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih siswa terhadap
bahan pelajaran yang sudah diberikan; (3) Menurut Shalahuddin, Drill Learning adalah suatu
kegiatan dalam melakukan hal yang sama secara berulang-ulang dan sungguh-sungguh
dengan tujuan untuk menyempurnakan suatu keterampilan supaya menjadi permanen; (4)
Menurut Sudjana, metode drill adalah satu kegiatan melakukan hal yang sama, berulang-
ulang secara sungguh-sungguh dengan tujuan untuk menyempurnakan suatu ketrampilan agar
menjadi permanen. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode drill
adalah latihan dengan praktek yang dilakukan berulang kali secara kontinyu untuk
mendapatkan keterampilan dan ketangkasan praktis tentang pengetahuan yang dipelajari
3.2 Langkah-Langkah Drill Learning
Menurut Majid (dalam Astuningtias dan Appulembang, 2017, hlm. 55), langkah-
langkah dalammenerapkan metode drill adalah:
1. Siswa harus diberi peringatan yang mendalam sebelum diadakan latihan tertentu.
2. Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis. Jika kurang berhasil,
lalu diadakan perbaikan agar lebih sempurna.
3. Latihan tidak perlu lama asal sering dilaksanakan.
4. Harus disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa.
5. Proses latihan hendaknya mendahulukan hal-hal yang esensial dan berguna.
Sementara, Astuningtias dan Appulembang (2017) menjelaskan bahwa langkah-langkah dari
metode Drill Learning:
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Guru menjelaskan materi pembelajaran.
3. Guru memberikan latihan-latihan soal dengan tingkat soal yang bertingkat.
4. Guru menciptakan suasana menyenangkan saat pembelajaran.
5. Guru menarik perhatian siswa dalam pembelajaran.
6. Guru melibatkan siswa untuk aktif dalam pengerjaan soal.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk terus berlatih.
4 Media Pembelajaran catur KUTA BALI (KUrang TAmbah BAgi kaLI)
4.1 Pengertian Media Pembelajaran catur KUTA BALI (KUrang TAmbah BAgi kaLI)
Adam dan Syastra (2015) menjelaskan bahwa media pembelajaran adalah segala
sesuatu baik berupa fisik maupun teknis dalam proses pembelajaran yang dapat membantu
guru untuk mempermudah dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa sehingga
memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Media pembelajaran
yang diangkat oleh peneliti ialah catur KUTA BALI kependekan dari kurang, tambah, bagi,
kali. Media ini dikembangkan oleh salah satu lembaga kursus yang berfokus pada pelajaran
matematika, yaitu APIQ QUANTUM. Seperti bermain catur, media ini dimainkan oleh dua
orang. Media pembelajaran catur KUTA BALI menampilkan permainan matematika yang
seru dan taktis. Dalam menggunakan media ini, dibutuhkan kemampuan dasar operasi hitung
dasar pengurangan, pertambahan, pembagian, dan perkalian pada setiap pemain. Media ini
akan melatih ketangkasan siswa saat dalam melakukan perhitungan dan strategi dalam
bertanding. Namun untuk penelitian kali ini, media catur KUTA BALI difokuskan untuk
materi perkalian.
4.2 Alat yang diperlukan
Terdapat beberapa perlengkapan yang dibutuhkan untuk mlaksanakan media
pembelajaran ini, yaitu:
1) Papan catur
Papan catur yang berisi angka dengan peletakan yang sudah ada.

2) Pion atau bidak.


Pion atau bidak ini bisa menggunakan apa saja dengan syarat masing-masing pemain
memiliki 4 bidak dengan warna yang sama.
4.3 Cara Menggunakan catur KUTA BALI
Adapun cara menggunakan catur KUTA BALI sebagai media pembelajaran di kelas
ialah sebagai berikut:
1) Siapkan papan catur KUTA BALI dan pion atau bidak. Tiap pemain menyediakan 4
pion atau bidak dengan warna berbeda.
2) Tentukan giliran bermain.
Misalkan pemain A memilih angka 3. Letakkan bidak (berupa tutup botol bekas) di
angka 3 di area pemain A. Misalnya di bagian kotak atas. Pemain B menempatkan
bidak pada angka di area pemain B. misalnya di bagian kotak bawah. Misal pemain B
menempatkan bidak di angka 7, maka lawannya/pemain A harus menempatkan bidak
lain miliknya di angka 21. Karena 3 x 7 = 21. Lalu, pemain A menggeser bidak 1
miliknya ke angka lain (di area kotak atas). Misalnya di angka 2. Maka pemain B harus
mencari hasil perkalian 7 x 2 di papan catur (dengan bidak lainnya).

Melakukan hal yang sama seterusnya seperti yang tercantum pada poin ke-2 hingga
berbentuk garis lurus diagonal, vertikal, atau horizontal dengan warna pion atau bidak yang
sama.

5 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar


5.1 Pembelajaran Matematika
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari pada jenjang
Sekolah Dasar. Penguasaan siswa terhadap konsep dan kemampuan matematika perlu
ditanamkan secara dini agar dapat diterapkan dengan baik pada kehidupan sehari-hari.
Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan
berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari
dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. (Susanto, 2013, hlm. 185)
Dalam pembelajaran matematika, salah satunya terdapat kemampuan operasi hitung
yang menjadi salah satu dari kemampuan kognitif yang sudah semestinya ditingkatkan oleh
siswa Sekolah Dasar. Pengertian “operasi” dalam matematika ialah “pengerjaan”. (Rukiah,
2018, hlm.11). Negoro dan Harahap (dalam Rukiah, 2018, hlm. 11) menyatakan bahwa
operasi hitung atau pengerjaan yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Keempat pengerjaan dasar tersebut juga merupakan suatu operasi biner. Sutawijaya (dalam
Rukiah, 2018, hlm.11) menjelaskan bahwa operasi biner mengambil dua bilangan (“bi”
artinya dua) untuk mendapatkan bilangan yang ketiga.
Dari penjabaran di atas, disimpulkan kemampuan operasi hitung adalah kecakapan
yang harus dikuasai siswa dalam menyelesaikan tugas pengerjaan hitung dengan tepat.
(Rukiah, 2018, hlm.11). Subarinah (dalam Rukiah, 2018, hlm.11) menjelaskan bahwa operasi
hitung terdiri dari empat pengerjaan dasar yang saling berkaitan, sehingga penguasaan
operasi yang satu akan mempengaruhi operasi yang lain. Penguasaan operasi ini meliputi
pemahaman konsep dan keterampilan melakukan operasi.
Menurut Sukardi (dalam Setiyowati, 2017, hlm. 5), kemampuan berhitung adalah
kemampuan yang memerlukan penalaran dan keterampilan aljbar termasuk operasi hitung.
Sehingga kemampuan berhitung memiliki beberapa indikator yakni: (1) Mampu
menyelesaikan soal Siswa mampu mengerjakan soal-soal tes yang diberikan oleh guru.
Terkait dengan pengertian mampu bisa, cakap dalam menjalankan tugas dan cekatan; (2)
Mampu membuat soal dan penyelesaiannya Selain mampu mengerjakan soal yang diberikan
oleh guru siswa juga diharapkan mampu membuat soal dan menyelesaikan pengerjaan
soalnya secara mandiri. Hal ini sesuai dengan pengertian kemampuan itu sendiri, yaitu
kemampuan adalah kesanggupan untuk menguasai sesuatu; (3) Mampu menjelaskan cara
menyelesaikan soal menggunakan media Siswa mampu menjelaskan cara menyelesaikan soal
dengan menggunakan media yang digunakan dengan benar dan tanpa raguragu untuk
melakukannya.

6 Pembelajaran Operasi Hitung Perkalian


Pembelajaran operasi hitung perkalian terdapat pada kelas III SD/MI semester I. Berikut
merupakan isi dari pembahasan operasi hitung perkalian dan pembagian di kelas III dalam
buku kelas III tema 2 kurikulum 2013 edisi revisi 2018 yang diterbitkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

Sore hari Beni memasukkan ayam-ayamnya ke kandang. Ia menemukan beberapa


telur di dalam kandang. Ia sedang berpikir bagaimana jika telur itu ia simpan dalam beberapa
tempat. Kita bantu Beni menyelesaikan masalahnya, yuk! Caranya dengan menyelesaikan
soal-soal di bawah ini! 1. Ayam-ayam Beni ada yang bertelur. Hari ini Beni mengumpulkan
telur-telur ayam di kandang. Ia mengumpulkan 20 telur. Gambarlah telur pada kotak yang
tersedia!
a. Jika telur ia simpan pada 5 kotak, berapa isi telur pada masing-masing kotak?
Jika telur disimpan pada 5 kotak maka tiap kotak berisi ……… butir telur. Kita dapat
menuliskannya dalam lambang bilangan …… × …… = ……
b. Jika telur ia simpan pada 4 kotak, berapa isi telur pada masing-masing kotak?
Jika telur di simpan pada 4 kotak maka tiap kotak berisi ……… butir telur. Maka kita dapat
menuliskan bentuk perkalian dari penyimpanan telur Beni. …… × …… = …… × ……
2. Beni juga memelihara kelinci. Kelinci makan sayuran, salah satunya wortel. Beni membeli
14 batang wortel. Gambarlah wortel pada kotak yang tersedia! a. Jika wortel diberikan
kepada 2 kelinci, berapa wortel yang didapatkan tiap kelinci?
Jika wortel diberikan kepada 2 kelinci maka tiap kelinci mendapatkan ……… batang wortel.
Kita dapat menuliskannya dalam lambang bilangan …… × …… = ……
b. Jika wortel diberikan kepada 7 kelinci, berapa wortel yang didapatkan tiap kelinci?
Jika wortel diberikan kepada 7 kelinci maka tiap kelinci mendapatkan ……… batang wortel.
Kita dapat menuliskannya dalam lambang bilangan …… × …… = …… Maka kita dapat
menuliskan bentuk perkalian dari pemberian wortel kepada kelinci. …… × …… = …… ×
……

Anda mungkin juga menyukai