Anda di halaman 1dari 46

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Model Pembelajaran
a. Pengertian Model
Guru membutuhkan model pembelajaran yang tepat dalam proses belajar
mengajar, karena model dalam pembelajaran sebagai langkah untuk melaksanakan
pembelajaran di kelas. Model harus sesuai dengan materi yang diajarkan karena
setiap materi atau konsep memiliki karakteristik tersendiri. Bila tidak menggunakan
model yang cocok maka pembelajaran menjadi tidak efektif yang dampaknya pada
pemahaman siswa. Joyce, Weil, dan Calhoun (1992: 5) menyatakan sebagai berikut:
“Models of teaching are really models of learnign. As we help student acquire
information, ideas, skills, value, way of thinking and means of expressing themselves,
we are also teching them how to lear”. Artinya guru harus membantu siswa dalam
memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide diri
sendiri. Dari pernyataan tersebut keberhasilan proses belajar mengajar ditentukan
oleh model atau metode mengajar yaitu bagaimana cara guru menyampaikan materi
yang akan diajarkan.
Menurut Anitah (2009: 45) model adalah suatu kerangka berpikir yang dipakai
sebagai suatu panduan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan
tertentu dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Sedangkan
menurut Suprijono (2011: 46) model diartikan sebagai bentuk representasi akurat
sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok mencoba
bertindak berdasarkan model itu. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
model adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam
pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu, yang disajikan secara khas oleh guru.

commit to user

9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id10

b. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu wadah untuk mengembangkan kemampuan
yang dimiliki oleh peserta didik. Hal tersebut dapat terjalin ketika ada interaksi antara
peserta didik dengan guru. Konsep pembelajaran menurut Corey dalam Sagala (2011:
61) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi
khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan
subyek khusus dari pendidikan. Menurut Pribadi (2009: 10) pembelajaran adalah
serangkaian aktivitas yang sengaja dirancang untuk menciptakan terjadinya aktivitas
belajar dalam individu. Sehingga peran seorang guru diperlukan untuk menjadi
fasilitator, kemudian guru juga harus mampu mengembangkan kemampuan belajar
siswa dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, karena pada hakikatnya
mengajar merupakan suatu proses upaya guru untuk menciptakan suasana yang
kondusif dan menyenangkan. Pendapat lain disampaikan Kemp dalam Rusmono
(2013: 6) bahwa pembelajaran merupakan proses kompleks, yang terdiri atas fungsi
dan bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain serta diselenggarakan
secara logis untuk mencapai keberhasilan belajar.
Dari pendapat tersebut pembelajaran dapat diartikan suatu interaksi aktif antara
guru yang memberikan bahan pelajaran dengan siswa sebagai objeknya. Proses
pembelajaran merupakan kegiatan yang di dalamnya terdapat sistem rancangan
pembelajaran hingga menimbulkan sebuah interaksi antara pemateri (guru) dengan
penerima materi (siswa), sehingga tujuan siswa dapat tercapai dalam kegiatan
belajarnya. Adapun beberapa rancangan proses kegiatan pembelajaran yang harus
diterapkan adalah dengan melakukan pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran
serta model pembelajaran.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id11

c. Pengertian Model Pembelajaran


Dalam dunia pendidikan sekarang, ada banyak sekali model pembelajaran.
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar
dari awal sampai akhir yang disajikan oleh guru. Menurut Trianto (2011: 51) “Model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial”. Jadi
guru tidak memberikan secara langsung tetapi bagaimana siswa diarahkan untuk
menemukan sendiri tentang pembelajaran. Model pembelajaran diharapkan mengacu
pada pembelajaran suatu proses maka siswa dapat mencapai tujuan suatu
pembelajaran mulai dari segi kognitif, afektif dan psikomotor. Hal yang sangat
penting dalam proses pembelajaran adalah bukan bagaimana guru menyampaikan
materi tapi bagaimana siswa dapat memahami apa maksud dan tujuan pembelajaran
yang disampaikan oleh guru. Upaya yang dilakukan seorang guru merupakan
serangkaian dari suatu peristiwa yang dapat mempengaruhi hasil belajar maupun
prestasi siswa di sekolah.
Menurut Joyce, Weil, Calhoun (2009: 4) mengemukakan bahwa fungsi model
adalah “Beach model guides us as Kwe design instruction to helm students achive
various objectives”. Artinya, melalui model pembelajaran guru dapat membantu
peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara pikir, dan
mengekspresikan diri. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Selain itu Joyce, Weil dan Calhoun (2009) mendeskripsikan empat kategori model
mengajar yaitu kelompok model sosial (sosial family), kelompok pengolahan
informasi (information processing family), kelompok model personal (personal
family), dan kelompok model system pelaku (behavioral system family).
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran yang digunakan guru untuk
membantu siswa dalam memperoleh informasi, ide dan keterampilan siswa yang
mengacu pada tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam suatu proses belajar mengajar.
Hal ini dapat diciptakan dengan commit to usermodel pembelajaran yang inovatif.
penggunaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id12

Model pembelajaran yang inovatif memiliki banyak variasi. Seorang guru harus
mampu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta didiknya.

d. Model Pembelajaran Project-Based Learning


1) Pengertian Project-Based Learning
Model pembelajaran project based learning atau pembelajaran berbasis
proyek merupakan model pembelajaran yang sudah banyak dikembangkan di
negara maju seperti di Amerika. Model pembelajaran ini memberikan kesempatan
kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja
proyek. Menurut Thomas dalam Wena (2009: 145) proyek ini memuat tugas yang
kompleks berdasarkan pada pertanyaan dan permasalahan yang sangat
menantang, dan menuntut siswa bekerja melalui serangkaian tahap metode ilmiah.
Project-based learning mengharuskan siswa untuk berpikir kritis, analitis,
menggunakan kemampuan berpikir yang tinggi, membutuhkan kolaborasi,
komunikasi, pemecahan masalah dan pembelajaran yang mandiri (Capparo &
Slough 2009). Buck University of Education (2012) mengemukakan bahwa dalam
definisi project based learning terkandung beberapa komponen seperti yang
ditunjukkan oleh Gambar 2.1

Gambar 2.1. Komponen yang terkandung dalam definisi Project based learning
Sumber: http://www.bie.org/about/what_is_Project based learning
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id13

Gambar 2.1 mengandung arti bahwa project based learning dimaksudkan


untuk membentuk siswa yang terampil dengan kebutuhan abad 21. Model
project-based learning dilakukan untuk (a) mengajarkan konsep yang penting, (b)
memerlukan kemampuan berpikir kritis, kemampuan memecahkan masalah,
kolaborasi dan berbagai macam bentuk komunikasi, (c) membutuhkan
penyelidikan sebagai bagian dari pembelajaran dan menghasilkan sesuatu, (d)
terorganisasi pada sebuah pertanyaan penuntun, (e) menganalisa kebutuhan untuk
mengetahui konsep penting dan keterampilan, (f) memberikan kesempatan siswa
untuk berpendapat, memilih dan bertanggung jawab, (g) mencakup proses revisi
dan refleksi, dan (h) melibatkan guru, teman sekelas, serta orang lain sebagai
“public audience”.
Project-based learning adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran
yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan
yang kompleks (Cord, 2001; Thomas, Mergendoller, & Michaelson, 1999; Moss,
Van-Duzer, Carol, 1998). Menurut (Okudan. Gul E. dan Sarah E. Rzasa, 2004).
Project-based learning berfokus pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip utama
(central) dari suatu disiplin, melibatkan mahasiswa dalam kegiatan pemecahan
masalah dan tugas-tugas bermakna lainya, memberi peluang mahasiswa bekerja
secara otonom mengkonstruk belajar mereka sendiri, dan puncaknya
menghasilkan produk karya mahasiswa bernilai, dan realistik (Okudan. Gul E.
dan Sarah E. Rzasa, 2004).
Strategi pembelajaran dengan model project-based learning menawarkan
kebebasan siswa dalam proses pembelajaran. Panen (2001: 85) mengatakan dalam
strategi pembelajaran project-based learning, siswa diharapkan untuk terlibat
dalam proses penelitian yang mengharuskan untuk mengidentifikasi
permasalahan, mengumpulkan data, dan menggunakan data tersebut untuk
pemecahan masalah. Smith & Ragan (2002: 3) dalam Viser, mengatakan bahwa
strategi pembelajaran project-based learning merupakan usaha untuk membentuk
suatu proses pemahaman isi suatu mata pelajaran pada seluruh kurikulum.
commitahli
Berdasarkan pendapat para to user
dapat disimpulkan bahwa model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id14

pembelajaran project-based learning atau model pembelajaran berbasis proyek


dapat diartikan aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses
penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat tiga ciri utama dari
project-based learning. 1) Project-based learning merupakan serangkaian
aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi project-based learning ada
sejumlah kegiatan yang harus diakukan siswa, project-based learning tidak
mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian
menghafal materi pembelajaran, akan tetapi melalui project-based learning siswa
aktif berpikir, berkomunikasi, mencari atau mengolah data, dan akhirnya
menyimpulkan. 2) Project-based learning menempatkan masalah sebagai kata
kunci dari proses pembelajaran. Artinya tanpa masalah tidak akan mungkin ada
proses pembelajaran. 3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan
pendekatan berpikir secara ilmiah, menggunakan metode ilmiah serta proses
berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir
ilmiah dilakukan dengan tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya
proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
2) Merencanakan Project-Based Learning
Di tingkat paling fundamental, pembelajaran berbasis masalah ditandai oleh
siswa yang bekerja berpasangan atau dalam kelompok- kelompok kecil untuk
menginvestigasikan masalah kehidupan nyata yang membingungkan. Oleh karena
tipe pembelajaran ini sangat interaktif, sebagian orang percaya bahwa perencanaan
yang terperinci tidak dibutuhkan, dan mungkin bahkan tidak mungkin dibuat. Hal
ini sama sekali tidak benar. Pembelajaran berbasis masalah, seperti model
pembelajaran interaktif lain yang berpusat pada siswa, membutuhkan upaya
perencanaan yang sama banyaknya atau bahkan lebih. Perencanaan guru yang
memfasilitasi perpindahan yang mulus dari satu fase pelajaran ke fase lainnya dan
memfasilitasi pencapaian tujuan instruksional yang diinginkan. Menurut Purwadi
(2014: 57) dalam merencanakan project-based learning ada berbagai hal sebagai
berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id15

a) Menentukan Sasaran dan Tujuan


Menentukan tentang sasaran dan tujuan pelajaran berbasis masalah adalah
salah satu diantara tiga pertimbangan penting perencanaan. Pembelajaran
berbasis masalah dirancang untuk membantu mencapai tujuan-tujuan seperti
meningkatkan kemampuan intelektual dan investigasi, memahami peran orang
dewasa, dan membantu siswa untuk mandiri. Terlepas dari apakah pelajaran itu
difokuskan pada sebuah tujuan tunggal atau memiliki tujuan- tujuan yang luas,
untuk memutuskan sasaran dan tujuan yang ingin dicapai sehingga
dikomunikasikan dengan jelas kepada siswa.
b) Merancang Situasi Bermasalah yang tepat
Pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada premis bahwa situasi
bermasalah yang membingungkan atau tidak jelas akan membangkitkan rasa
ingin tahu siswa sehingga membuat mereka tertarik untuk menyelidiki.
Merancang situasi yang tepat akan memudahkan cara untuk memfasilitasi
proses perencanaannya adalah salah satu tugas perencanaan yang sangat
penting bagi guru.
c) Mengorganisasikan Sumber Daya dan Merencanakan Logistik
Pembelajaran berbasis masalah mendorong siswa untuk bekerja dengan
beragam bahan dan alat, sebagian berelokasi di ruang kelas, sebagian lainnya di
perpustakaan sekolah atau laboratorium komputer, dan sebagian lagi di luar
sekolah. Mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan logistik untuk
investigasi siswa adalah tugas perencanaan utama para guru dalam pelaksanaan
pembelajaran berbasis masalah.
3) Langkah-langkah Project-Based Learning
Model project based learning mempunyai langkah-langkah tertentu dalam
pelaksanaannya. Disamping langkah dalam pembelajarannya, project-based
learning juga mempunyai strategi dalam menyusun proyek yang akan dilakukan.
Stienberg dalam Wena (2010: 19) mengajukan enam strategi dalam mendesain
suatu proyek, yaitu: a) Authenticity (keauntentikan), b) Academic rigor (ketaatan
commit to user
terhadap nilai akademik), c) Applied learning (belajar pada dunia nyata), d) Active
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id16

exploration (aktif meneliti), e) Adult relationship (hubungan dengan ahli), dan f).
Assessment (penilaian). Keenam langkah evaluatif tersebut dapat dijadikan
pedoman untuk merancang proyek dalam project based learning.
The George Lucas Educational Foundation (2005) mengemukakan langkah-
langkah project based learning sebagai berikut.
a) Start with the essential question
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan yang esensial yaitu pertanyaan
yang dapat memberi penugasan kepada siswa untuk melakukan suatu kegiatan.
Topik yang diambil harus relevan, sesuai dengan realitas dunia nyata dan
dimulai dengan investigasi mendalam.
b) Design a plan for the project
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa agar
siswa merasa “memiiki” proyek yang direncanakan. Perencanaan ini berisi
aturan main, pemilihan aktivitas yang mendukung dalam menjawab pertanyaan
esensial, mengintegrasikan berbagai subyek yang mungkin dan mengetahui alat
serta bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
c) Create a schedule
Aktivitas pada tahap ini antara lain (1) membuat timeline
penyelesaian proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa
siswa agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing siswa ketika mereka
membuat langkah yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta
siswa untuk membuat penjelasan atau alasan tentang pemilihan suatu cara.
d) Monitor the students and the progress of the project
Pengawasan dilakukan oleh guru selama siswa menyelesaikan proyek.
Pengawasan dapat dilakukan dengan cara memfasilitasi siswa pada setiap
proses dan berperan sebagai mentor bagi setiap aktivitas siswa. Rubrik
yang merekam seluruh aktivitas siswa yang penting dapat disusun untuk
mempermudah proses monitoring.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id17

e) Assess the outcome


Penilaian dilakukan untuk mengukur ketercapaian standar, mengevaluasi
kemajuan masing-masing siswa, memberi umpan balik tingkat pemahaman
siswa yang telah dicapai, dan membantu guru untuk menyusun strategi
pembelajaran berikutnya.
f) Evaluate the experience
Pada akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil proyek yang telah dijalankan. Refleksi dilakukan
baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini siswa diminta
mengungkapkan perasaan dan pengalaman selama kegiatan proyek. Guru dan
siswa mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama
proses pembelajaran sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru
untuk menjawab pertanyaan esensial yang diajukan. Langkah-langkah tersebut
dapat dijelaskan seperti gambar berikut 2.2.

PENENTUAN MENYUSUN MENYUSUN


PERTANYAAN PERENCANAAN JADWAL
MEDASAR PROYEK

EVALUASI MENGUJI HASIL MONITORING


PENGALAMAN

Gambar 2.2 langkah model pembelajaran project-based learning

4) Kelebihan Model Pembelajaran Project-Based Learning


Gulbahar & Tinmaz (2006) menyatakan bahwa kelebihan model
pembelajaran Project based learning antara lain mengurangi proporsi penilaian
pada aspek ujian tertulis, peserta didik belajar berdasarkan pengalaman, proses
pembelajaran student center, menghadirkan proses pembelajaran yang demokratis,
commitproses
peserta didik berpartisipasi aktif, to user pembelajaran lebih menarik dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id18

bermakna, dan memberikan kesempatan peserta didik untuk memecahkan


permasalahan nyata. Menurut Yam (2010) kelebihan model pembelajaran project
based learning yaitu membantu peserta didik dalam meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah. Peserta didik dihadapkan pada permasalahan nyata di sekitar
peserta didik dan diharapkan peserta didik berfikir untuk menemukan
penyelesaian. Model pembelajaran project-based learning memfasilitasi peserta
didik untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi, mengembangkan
pengalaman belajar, dan mengorganisasi proyek. Altun, Turgut, & Buyukkasap
(2009) menyatakan bahwa model pembelajaran project-based learning
memfasilitasi peserta didik untuk berperan penuh dalam merancang proyek dan
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan proyek yang dirancang, sehingga
peserta didik diberikan kepercayaan penuh terhadap pengerjaan proyek. Yilmaz &
Nihal, (2013). menyatakan bahwa kelebihan model pembelajaran project-based
learning yaitu memotivasi peserta didik dan materi yang dipelajari dapat tertanam
kuat pada ingatan peserta didik

5) Kekurangan Model Pembelajaran Project-Based learning


Kekurangan model pembelajaran project-based learning antara lain; 1)
Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan pembelajaran proyek
sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru; 2) Pemecahan masalah
kehidupan masih memerlukan ide dari spesialis atau diajarkan di sekolah
terpisahkan dari masalah kehidupan nyata; 3) Memilih topik yang tepat sesuai
dengan kebutuhan peserta didik; 4) Bahan pelajaran sering meluas sehingga
dapat mengaburkan pokok materi yang dibahas; 5) Diskusi dan penyelidikan
membutuhkan waktu yang relatif lama dalam menggali ide dan konsep; 6)
Memerlukan fasilitas dan sumber-sumber belajar yang memadai (Susanti, 2008).
Alat dan bahan yang digunakan dalam pembelajaran project-based learning
cukup banyak, sehingga memb utuhkan biaya yang cukup tinggi. Kekurangan
model pembelajaran project-based learning yaitu peserta didik kesulitan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id19

dalam hal pengaturan waktu, karena model pelaksanaan model pembelajaran


project-based learning membutuhkan waktu relatif lama. Perbedaan
pemahaman antar peserta didik merupakan salah satu kekurangan model
pembelajaran project-based learning (Altun, Turgut, & Buyukkasap, 2009).
Aziz, et al., (2013) menyatakan bahwa guru memerlukan persiapan khusus dan
peserta didik membutuhkan waktu yang relatif lama dalam mengerjakan proyek.

2. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kemajuan dalam bidang IPTEK dituntut berkembangnya media pembelajaran
di sekolah maupun di institusi lainnya dalam menyampaikan sebuah pembelajaran
atau informasi. Sekolah-sekolah yang memiliki sarana-prasarana yang lengkap
tentunya akan lebih efektif dan efisien. Penggunaan media pembelajaran akan
mempengaruhi baik buruknya kualitas pembelajaran. Menurut Anitah (2010: 8) kata
media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang
berarti sesuai yang terletak di tengah (antara dua pihak atau kutub) atau suatu alat.
Media juga diartikan sebagai perantara atau penghubung antara dua pihak, yaitu
sumber pesan dan penerima pesan. Criticos dalam Daryanto (2013: 6) menjelaskan
media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan
dari komunikator menuju komunikan. Berdasarkan pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu benda atau komponen yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dalam proses belajar.
Namun demikian, media bukan hanya berupa alat atau bahan saja, akan tetapi
hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan. Gerlach dan
Ely (1980; 244) menyatakan: “ A medium, concieved is Lany person, material or
event that establishs condition which enable the learner to acquire knowledge, skill
and attidute”. Menurut Gerlach secara umum media itu meliputi orang, bahan,
peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa
commit to user
memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Jadi dalam pengertian ini media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id20

bukan hanya alat perantara seperti tv, radio, slide, bahan cetakan, akan tetapi meliputi
orang atau manusia sebagai sumber belajar atau juga berupa kegiatan semacam
diskusi, seminar, karyawisata, simulasi dan lain sebagainya yang dikondisikan untuk
menambah pengetahuan dan wawasan, mengubah sikap siswa atau untuk menambah
keterampilan.
Menurut Boove dalam Sanaky (2009: 3) media pembelajaran adalah sebuah alat
yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Heinich
mengemukakan dalam Arsyad (2013: 4) media pembelajaran adalah perantara yang
membawa pesan atau informasi bertujuan instruksional atau mengandung maksud-
maksud pengajaran antara sumber dan penerima. John (1988: 14) menyimpulkan
bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat, maupun metode atau teknik yang
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi
komunikasi edukatif antara guru dan peserta didik atau warga belajar dapat
berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna.
Dengan demikian pengertian media pembelajaran adalah adalah sarana
penyampaian pesan pembelajaran kaitannya dengan model pembelajaran langsung
yaitu dengan cara guru berperan sebagai penyampai informasi dan dalam hal ini guru
sebaiknya menggunakan berbagai media yang sesuai. Media pembelajaran adalah alat
bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau keterampilan
pembelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.

b. Ciri-ciri media pembelajaran


Menurut Angkowo dan Kosasih (2007: 11) ciri-ciri khusus suatu media
pembelajaran berbeda menurut tujuan dan pengelompokannya. Ciri-ciri media dapat
dilihat menurut kemampuannya membangkitkan rangsangan pada indera penglihatan,
pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan. Maka secara umum ciri-ciri
media pembelajaran adalah bahwa media itu dapat diraba, dilihat, didengar dan
diamati melalui pancaindera. Disamping itu, ciri-ciri media juga dapat dilihat
commit to user
menurut harganya, lingkup sasarannya dan kontrol oleh pemakai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id21

Menurut Gearlch dan Ely dalam Arsyad (2013: 14) ciri-ciri media pembelajaran
sebagai berikut:
1) Ciri fiksatif
Ciri fiksatif merupakan kemampuan media merekam, menyimpan,
melestarikan dan merekonstruksikan suatu peristiwa atau objek. Peristiwa
yang kejadiannya hanya sekali memungkinkan dapat disusun kembali untuk
keperluan pembelajaran.
2) Ciri manipulatif
Kemampuan media dari ciri manipulatif memerlukan perhatian
sungguh-sungguh karena apabila terjadi kesalahan dalam pengaturan urutan
kejadian atau pemotongan bagian-bagian yang salah, maka akan terjadi
kesalahan penafsiran yang akan membingungkan siswa.
3) Ciri distributif
Ciri ini memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan
melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut dapat disajikan
kepada sejumlah siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama.
Dapat disimpulkan bahwa masing-masing media mempunyai ciri ataupun
karakteristik penggunaan yang harus diperhatikan oleh guru. Sangat penting untuk
mengetahui karakteristik sebuah media. Hal ini dikarenakan guru harus
menyesuaikan media apa yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan di kelas.
Media pembelajaran yang biasa digunakan dalam pembelajaran memiliki ciri
seperti yang dikemukakan oleh Arsyad (2013: 7) adalah sebagai berikut:
1) Media pembelajaran memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal
sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat,
didengar atau diraba dengan panca indera;
2) Media pembelajaran memiliki pengertian non fisik yang dikenal dengan
software (perangkat lunak), yaitu kandungan fisik yang terdapat dalam
perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada peserta
didik;
3) Penekanan media pembelajaran terdapat pada visual dan audio;
4) Media pembelajaran memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar
baik di dalam maupun di luar kelas;
5) Media pembelajaran digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi
guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran;
6) Media pembelajaran dapat digunakan secara massal (misalnya: radio,
televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya: film, slide, video,
OHP), atau perorangan (misalnya: modul, komputer, radio, tape/kaset,
video recorder);
7) Sikap, perbuatan, organisasi, strategi dan manajemen yang berhubungan
commit to user
dengan penerapan suatu ilmu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id22

Berdasarkan ciri-ciri di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran


sebagai komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi
instruksional di lingkungan peserta didik yang dapat menumbuhkan stimulus belajar
pada peserta didik.

c. Jenis-jenis Media Pembelajaran


Terdapat beberapa jenis media pembelajaran yang bisa dimanfaatkan oleh guru.
Klasifikasi jenis media pembelajaran pada umumnya didasarkan pada sifat,
karakteristik, pesan yang disampaikan, bisa juga dari tingkat kesukaran media itu
sendiri. Mengenai jenis-jenis media pembelajaran ini, terdapat beberapa ahli yang
mengklasifikasikannya secara beragam. Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai
(2009: 3) ada beberapa jenis media pembelajaran. Pertama, media grafis seperti
gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain. Kedua,
media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat, model susun,
diorama dan lain-lain. Ketiga, media proyeksi seperti slide, film strips, film, OHP dan
lain-lain. Keempat, penggunaan dan pemanfaatan lingkungan sebagai media
pembelajaran.
Leshin, Pollock dan Reigeluth dalam Arsyad, (2013: 36). mengklasifikasikan
media kedalam lima kelompok yatu;
1) Media berbasis manusia (guru, instruktur, tutor, main peran, kegiatan
kelompok, field-trip);
2) Media berbasis cetak (buku, alat bantu kerja, buku penuntun dan lembaran
lepas);
3) Media berbasis visual (buku, alat bantu kerja, bagan, grafik, peta, gambar,
transparansi, slide);
4) Media berbasis audio visual (video, film, program slide-tape, televisi);
5) Media berbasis komputer (pengajaran dengan bantuan komputer, interaktif
video, hypertext). Salah satu ciri dari media ini adalah membawa pesan
atau informasi kepada penerima. Sebagian diantaranya memproses pesan
atau informasi yang diungkapkan oleh peserta didik. Dengan demikian,
media ini disebut media interaktif.
Briggs dalam Arief S. Sadiman (2009: 34) mengklasifikasikan jenis-jenis media
berdasarkan stimulus atau rangsangan yang dapat ditimbulkan dari media itu sendiri,
commit to user
yaitu kesesuaian rangsangan tersebut dengan karakteristik peserta didik, tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id23

pembelajaran, bahan dan transmisinya. Briggs mengidentifikasi 13 macam media


yang digunakan dalam PBM, yaitu: objek, model, suara langsung, rekaman audio,
media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film rangkai,
film bingkai, film, televisi dan gambar.
Kemp dan Dayton dalam Arsyad (2011: 46) mengelompokkan media ke dalam
8 jenis, yaitu; (1) media cetakan (buku teks, lembaran penuntun, penuntun belajar,
penuntun instruktur, brosur, newsletter, teks terprogram), (2) media pajang (papan
tulis, flip chart, papan magnet, papan kain, papan buletin dan pameran), (3) proyektor
transparansi atau OHP, (4) rekaman audio tape, (5) seri slide dan film strips, (6)
penyajian multi- image, (7) rekaman video dan film hidup, (8) komputer. Dengan
mengetahui beberapa jenis media yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran, maka dapat membantu guru mengidentifikasi jenis media mana yang
dianggap sesuai dengan materi yang akan diajarkan kepada peserta didiknya
dengan harapan media tersebut dapat mencapai tujuan dalam pembelajaran.

d. Pertimbangan Memilih media


Dalam memilih media pembelajaran harus secara relevan dengan kondisi siswa
dan cultur siswa, karena pemilihan media pembelajaran yang efektif akan
meningkatkan kualitas dalam proses pembelajaran. Menurut Sudjana dan Rivai
(2009: 5) dalam memilih media untuk kepentingan pengajaran sebaiknya
memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut:
1) Ketepatannya dengan tujuan pengajaran, artinya media pengajaran dipilih
atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan (pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis);
2) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran, artinya bahan pelajaran bersifat
fakta, prinsip, konsep dan generalisasi;
3) Kemudahan memperoleh media;
4) Keterampilan guru dalam menggunakannya;
5) Tersedia waktu untuk menggunakannya;
6) Sesuai dengan taraf berpikir peserta didik.
Menurut Wilkinson dalam Angkowo dan Kosasih, (2007: 15) ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam memilih media pembelajaran yakni :
commit to user
1) Tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id24

Media yang dipilih hendaknya menunjang tujuan pembelajaran yang


dirumuskan. Tujuan yang dirumuskan ini adalah kriteria yang paling pokok,
sedangkan tujuan pembelajaran yang lain merupakan kelengkapan dari
kriteria utama ini.
2) Ketepatgunaan
Jika materi yang akan dipelajari adalah bagian-bagian yang penting
dari benda, maka gambar seperti bagan dan slide dapat digunakan. Apabila
yang dipelajari adalah aspek yang menyangkut gerak, maka media film atau
video akan tepat.
3) Keadaan Siswa
Media akan efektif digunakan apabila tidak tergantung dari beda Inter
individual antar siswa, misalnya kalau siswa tergolong tipe auditif/visual
maka siswa yang tergolong auditif dapat belajar dengan media visual dan
siswa yang tergolong visual dapat juga belajar dengan menggunakan media
auditif.
4) Ketersediaan
Walaupun suatu media dinilai sangat tepat untuk mencapai tujuan
pembelajaran, media tersebut tidak dapat digunakan jika tidak tersedia.
Menurut Wilkinson, media merupakan alat mengajar dan belajar, peralatan
tersebut harus tersedia ketika dibutuhkan untuk memenuhi keperluan siswa
dan guru.
5) Biaya
Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan menggunakan media,
hendaknya benar-benar seimbang dengan hasil-hasil yang akan dicapai.
Guru memiliki peran untuk mengarahkan media yang digunakan
mempermudah belajar siswa, sehingga media tidak terkesan sebagai hiburan saja.
Menurut Sanjaya (2012: 226) agar media pembelajaran digunakan untuk
membelajarkan siswa, maka ada sejumlah prinsip yang harus dilakukan, di
antaranya:
1) Media yang digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Media tidak digunakan sebagai alat
hiburan, atau tidak semata-mata dimanfaatkan untuk mempermudah guru
menyampaikan materi, akan tetapi benar-benar untuk membantu siswa
belajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
2) Media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran.
Setiap materi pembelajaran materi pembelajaran memiliki kekhasan dan
kekompleksan. Media yang akan digunakan harus sesuai dengan
kompleksitas materi pembelajaran.
3) Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kondisi
siswa. Siswa yang memiliki kemampuan mendengar yang kurang baik,
akan sulit memahami pelajaran manakala digunakan media yang kurang
commit to user
bersifat aditif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id25

4) Media yang digunakan harus memperhatikan efektivitas dan efisien.


Setiap media yang dirancang oleh guru perlu memperhatikan efektivitas
penggunaannya.
5) Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam
mengoperasikannya.
Dengan demikian penggunaan media pembelajaran harus dipandang dari
sudut kebutuhan siswa, karena kebanyakan yang terjadi di lapangan media
pembelajaran yang disiapkan hanya dari sudut kepentingan guru. Sehingga pesan
yang terkandung dalam pembelajaran dapat diterima dengan baik oleh siswa.

e. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran.


Menurut Levie dan Lentz dalam Arsyad (2013: 16) mengemukakan empat
fungsi media pembelajaran khususnya media visual yaitu :
1) Fungsi atensi, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian peserta didik
untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan
makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
2) Fungsi afektif, yakni media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan
peserta didik ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar.
Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap peserta
didik.
3) Fungsi kognitif, terlihat dari temuan-temuan penelitian yang
mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar
pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan
yang terkandung dalam gambar.
4) Fungsi kompensatoris, yakni terlihat dari hasil penelitian bahwa media
visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu
peserta didik yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan
informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
William Burton dalam Usman (2009: 27) memberikan petunjuk dalam
pemilihan alat peraga (media pembelajaran) yang akan digunakan hendaknya
memperhatikan hal-hal berikut:
1) Alat-alat yang dipilih harus sesuai dengan kematangan dan
pengalaman peserta didik serta perbedaan individual dalam kelompok;
2) Alat yang dipilih harus tepat, memadai dan mudah digunakan;
3) Harus direncanakan dengan teliti dan diperiksa lebih dahulu;
4) Penggunaan alat peraga disertai kelanjutannya seperti dengan diskusi,
analisis dan evaluasi;
5) Sesuai dengan batas kemampuan biaya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id26

Selanjutnya menurut Leshin, Pollock & Reigeluth dalam Arsyad, ( 2013:


36) media dapat diklasifikasikan ke dalam lima kelompok, yaitu:
1) Media berbasis manusia: guru, instruktur, tutor, main peran, kegiatan
kelompok, fielad-trip;
2) Media berbasis cetak: buku, penuntun, buku latihan, alat bantu kerja,
lembaram lepas;
3) Media berbasis visual: buku, bagan, grafik, gambar, peta,
transparansi, slide;
4) Media berbasis audio-visual: video, film, program slide-tape, televisi;
5) Media berbasis komputer: pengajaran dengan bantuan komputer,
interaktif video.
Beberapa kriteria pemilihan dan penggunaan media pembelajaran di atas,
dapat kita lihat bahwa antara media pembelajaran dan faktor-faktor pengajaran
lainnya sangat erat kaitannya dan merupakan jalinan yang berantai. Adanya
kriteria pemilihan media seperti yang dikemukakan di atas, guru akan lebih
mudah menggunakan media yang dianggap tepat untuk membantu mempermudah
tugas-tugasnya dalam melaksanakan PBM. Pemilihan dan penggunaan media
pembelajaran didasarkan pada tujuan pengajaran yang ingin dicapai, keterampilan
guru dalam menggunakannya, taraf berpikir peserta didik dan ketersediaan waktu
untuk menggunakannya. Apabila media pembelajaran yang akan dipakai oleh
guru disesuaikan dengan prinsip-prinsip di atas, maka proses belajar mengajar
akan menjadi lebih bermakna dalam meningkatkan pemahaman peserta didik dan
tujuan pembelajaran pun akan tercapai dengan lebih optimal.

3. Media Pembelajaran Flashcard.


Flashcard merupakan terobosan dalam bidang pendidikan dalam pembelajaran,
karena dalam pelaksanaaannya menggunakan kartu sebagai alat bantu belajar. Menurut
Nurseto (2012: 8) media pembelajaran flashcard adalah media pembelajaran berbentuk
kartu yang berisi rangkaian pesan dan berukuran (25x30cm). flashcard dapat juga
dilengkapi dengan gambar, gambar yang ditampilkan dalam kartu tersebut adalah
gambaran tangan atau foto yang sudah ada dan ditempelkan pada lembaran kartu
flashcard. Selanjutnya Indriana (2011: 68) menjelaskan bahwa selain dalam bentuk
commit to user
rangkaian kata, media pembelajaran flashcard dapat pula dalam bentuk kartu dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id27

bergambar pada bagian depan dan dilengkapi dengan keterangan pada bagian belakang
kartu.
Yulianti (2012: 49) menjelaskan bahwa dengan menggunakan media
pembelajaran flashcard memiliki banyak manfaat diantaranya mengasah kecerdasan
otak (kognisi) maupun kecerdasan sosial anak. Adapun secara terperinci manfaatnya
penggunaan media flashcard diantaranya:
1) Mengasah kemampuan bersosialisasi
Permainan flashcard dilakukan secara bersama-sama sehingga dapat
mengasah kemampuan bersosialisasi pada siswa.
2) Menjalin kedekatan
Permainan kartu yang dilakukan secara bersama-sama antara guru
dan siswa dapat menjalin ikatan kedekatan emosional sehingga dapat
mengembangkan konsep diri yang positif baginya.
3) Belajar mematuhi aturan
Belajar mematuhi aturan dan memahami aturan yang berlaku pada
permainan sehingga siswa dapat belajar disiplin dengan aturan mainnya.
4) Menambah wawasan
Pengetahuan siswa menjadi bertambah karena siswa tidak mudah
jenuh dan dapat melihat sumber dari sudut pandang yang lain.
Dari pendapat tersebut, bahwa media flashcard adalah salah satu media
pembelajaran yang berbentuk kartu, berisi rangkaian pesan dan berukuran tertentu.
Flashcard terdiri dari 2 bagian yakni bagian depan dan bagian belakang. Flashcard
dapat berbentuk kartu bergambar pada bagian depan dan dilengkapi dengan keterangan,
penjelasan maupun perintah pada bagian belakang kartu. Flashcard merupakan kartu
permainan yang dilakukan dengan cara menunjukkan kartu secara cepat untuk memicu
otak agar dapat merima informasi yang ada di hadapan mereka. Sehingga media
flashcard sangat efektif dalam pembelajaran karena menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan, memberikan pengalaman bermakna, mengembangkan kemampuan
berpikir kritis siswa dalam kehidupan di masyarakat maupun juga kemampuan
bersosialisasi siswa.
Namun terdapat kelemahan dalam penggunaan media flashcard. Nurseto
(2012:8) menyebutkan kelemahan flashcard hanya cocok untuk kelompok kecil siswa,
tidak lebih dari 30 orang siswa. Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti menggunakan
commit
flashcard yang berukuran besar, yakni to user
50x30cm saat menjelaskan pembelajaran, jadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id28

dengan menggunakan kartu flashcard yang berukuran besar, pada saat kegiatan
eksplorasi semua siswa dapat melihat dengan jelas flashcard yang disampaikan oleh
guru. Selain itu pada saat diskusi, setiap kelompok (4-5 siswa) disajikan kartu
flashcard diskusi agar siswa dapat fokus mendiskusikan permasalahan dalam diskusi
kelompok sesuai dengan kartu flashcard.
Pembuatan sebuah media pembelajaran, diperlukan tahap-tahap dalam
pelaksanaanya agar media yang dihasilkan dapat terbentuk sesuai harapan. Nurseto
(2012: 9) menjelaskan cara pembuatan media pembelajaran flashcard adalah sebagai
berikut:
1) siapkan kertas yang agak tebal seperti kertas duplek atau dari bahan
kardus, kertas ini berfungsi untuk menyimpan atau menempelkan
gambar- gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2) kertas tersebut di beri tanda dengan pensil atau spidol dan
menggunakan penggaris, untuk menentukan ukuran 25x30 cm.
3) potong-potonglah kertas duplek tersebut dengan gunting atau kater
hingga tepat berukuran 25x30 cm.
4) buatlah kartu-kartu tersebut sejumlah gambar yang akan ditempelkan
atau sejumlah materi yang dibutuhkan.
5) jika objek gambar langsung dibuat dengan tangan, maka kertas alas
tadi perlu dilapisi dengan kertas halus untuk menggambar, misalnya
kertas hvs, kertas concort atau kertas karton.
6) mulailah menggambar dengan menggunakan alat gambar seperti kuas,
cat air, spidol, pensil warna, atau membuat desain dengan ukuran yang
sesuai lalu setelah selesai ditempelkan pada alas tersebut.
7) jika gambar yang akan ditempel memanfaatkan yang sudah ada,
misalnya gambar-gambar yang di jual di toko, majalah, maka
selanjutnya gambar- gambar tersebut tinggal di potong sesuai dengan
ukuran, lalu ditempelkan menggunakan perekat atau lem kertas.
8) pada bagian akhir adalah tulisan pada bagian belakang kartu-kartu
tersebut sesuai dengan nama objek pada halaman muka.
Pendapat tersebut dalam tahapan pembuatan media flashcard, dapat diberikan
pengembangan agar pembelajaran lebih optimal sebagai berikut: (1) siapkan kertas
yang agak tebal, dalam penelitian ini peneliti menggunakan kertas kardus berukuran
50x30 cm untuk sebuah media flashcard; (2) potong kardus tersebut sesuai ukuran; (3)
pilihlah gambar yang sesuai pada materi pembelajaran dan tempelkan pada bagian
depan media flashcard; (4) pada bagian belakang kartu flashcard berilah pernyataan
commit
atau kata kunci sesuai dengan objek pada kartutoflashcard
user bagian depan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id29

Pada saat pembelajaran menggunakan media flashcard memerlukan langkah-


langkah (sintaks) sehingga pembelajaran dapat terlaksana secara efektif dan efisien.
Yulianti (2012: 49) menjelaskan langkah pembelajaran dengan media flashcard sebagai
berikut:
1) Pastikan kita dan anak dalam kondisi senang.
2) Mulai dengan mengambil 5 kartu sesuai kategori dan bacakan sambil
tunjukkan kepada siswa dalam tempo yang secepat-cepatnya.
3) jangan terlalu bersemangat dengan memberikan puluhan kartu sekaligus.
4) Ulangi membacakan kartu di waktu yang lain.
5) Mulai ganti satu persatu kartu kita dengan kategori lain, atau bahasa yang
lain sehingga semua kartu sudah kita berikan kepada siswa.
6) selalu berikan apresiasi pada anak.
Dalam penelitian ini, media flashcard dalam menjelaskan materi dengan ukuran
masing-masing kartu 50x30 cm. Pada saat kegiatan diskusi juga menggunakan media
flashcard dan kelompok siswa bertugas memecahkan permasalahan pada kartu
flashcard diskusi yang telah ditentukan. Pembelajaran ekonomi dengan menggunakan
media flashcard mampu mengembangkan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap
serta dimensi tindakan siswa melalui rancangan pembelajaran yang menyenangkan,
merangsang kecerdasan siswa dan mengembangkan kemampuan bersosialisasi sesuai
dengan tujuan pembelajaran ekonomi.

4. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Pembelajaran yang berkualitas ditentukan cara pembelajaran yang
disampaikan oleh guru sehingga siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
Hal ini sejalan dengan pendapat Widoyoko (2012: 25) bahwa proses pembelajaran
melibatkan dua subjek yaitu guru dan siswa akan menghasilkan suatu perubahan
pada diri siswa sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran. Perubahan yang terjadi
pada diri siswa sebagai akibat kegiatan pembelajaran bersifat non-fisik seperti
perubahan sikap, pengetahuan maupun kecakapan. Berbagai perubahan yang terjadi
pada siswa sebagai hasil proses pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
output dan outcome. Output merupakan kecakapan yang dikuasai siswa yang segera
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id30

dapat diketahui setelah mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan outcome adalah


prestasi sosial siswa dalam masyarakat yang merupakan hasil pembelajaran yang
bersifat jangka panjang.
Menurut Anni (2009: 85) hasil belajar adalah perubahan perilaku yang
diperoleh peserta didik setelah proses pembelajaran. Perolehan aspek-aspek
perubahan perilaku tersebut tergantung apa yang dipelajari oleh peserta didik.
perubahan perilaku tersebut dapat berupa dalam ranah kognitif (berfikir), afektif
(sikap), dan psikomotorik (keterampilan).
Selanjutnya Bloom dalam Masidjo (1995: 92) membagi hasil belajar dalam tiga
kawasan yaitu kawasan atau ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga kawasan
tersebut lazim disebut hirarkhi (taxonomy) tujuan pendidikan. Sekitar tahun 1990
murid Benjamin Bloom yaitu Lorin Anderson dan David Krathwohl merevisi
Taksonomi Bloom pada domain kognitif dan revisinya diterbitkan tahun 2001.
Perbedaan mendasar antara taksonomi yang baru atau revisi dengan taksonomi yang
lama alah dalam hal pemisahan antara dimensi pengetahuan (knowledge) dan dimensi
proses kognitif (cognitive processes).
Jadi dalam taksonomi yang lama kedua dimensi tersebut disatukan dalam
kategori pengetahuan sehingga kategori pengetahuan berbeda dari kategori-kategori
yang lain, seperti yang dinyatakan oleh Krathwohl (2002: 213) yaitu: “In the original
Taxonomy, the Knowledge category emboided bot nun and verba aspects”. (Dalam
Taksonomi awal, kategori Pengetahuan baik kata benda maupun kata kerja dijadikan
satu aspek). Krathwohl (2002: 214) kemudian menyatakan:
“The net knowledge dimension, however, contains for instead of Three main
category. Three of hem include the substance of the subcategories of kowledge in
the original framework. But The Ade recognized to use the terminologi, and to
recognize the distinctions of cognitive psychology that developer Ice the original
framework bas devised. A Forth, and net category, Metacognitive knowledge,
provides a distinction that bas not widely recognized at the Time the original
scheme bas developer”.
(Dimensi baru pengetahuan, bagaimanapun, berisi empat dan bukan tiga kategori
utama. Tiga dari dimensi pengetahuan tersebut termasuk bagian dari sup kategori
commit to user
pengetahuan, tetapi ketiganya kemudian disusun kembali dengan menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id31

sebuah terminologi untuk mengenali perbedaan dari kognitif psikologi yang telah
berkembang sejak kerangka kerja itu dibuat. Kategori keempat, atau yang baru, yakni
pengetahuan metakognitif, berisi perbedaan yang tidak dikenal secara luas pada saat
skema awal dikembangkan).
Taksonomi Bloom versi revisi, menurut Krathwohl (2002: 213) terdapat
pemisahan antara dimensi pengetahuan (knowledge) dan dimensi proses kognitif.
Dimensi pengetahuan mencakup : (1) Pengetahuan Faktual (factual knowledge)
meliputi pengetahuan terminologi (knowledge of terminology) dan pengetahuan detail
unsur-unsur (kejadian, subyek, waktu, detail tertentu), (2) Pengetahuan Konseptual
(conceptual knowledge) meliputi pengetahuan klasifikasi dan kategori (knowledge of
classification and categories), pengetahuan prinsip dan generalisasi (knowledge of
principles and generalization), serta pengetahuan teori, model dan struktur
(knowledge of theories, model and structures), (3) Pengetahuan prosedural
(procedural knowledge) meliputi pengetahuan tentang ketrampilan bidang tertentu
dan algoritma (knowledge of subject spesifik skills and algoritma), pengetahuan
tentang teknik dan metode pada bidang tertentu (knowledge of subject spesifik
techniques and methods), dan pengetahuan kriteria pengetahuan kriteria penggunaan
prosedur secara tepat (knowledge of kriteria for determinis Chen to use appropriate
procedures), (4) Pengetahuan metakognitif (metacognitive knowledge). Meliputi
pengetahuan strategi (strategi knowledge), pengetahuan tugas kognitif, termasuk
pengetahuan konteks dan kondisi (knowledge about cognitive task, including
contextual and conditional knowledge), dan pengetahuan tentang diri sendiri (self-
knowledge).
Telah disebutkan sebelumnya bahwa dalam taksonomi yang baru seluruh aspek
proses kognitif dipisahkan dari dimensi pengetahuan. Jumlah dan jenis pres kognitif
tetap sama seperti dalam taksonomi lama, hanya kategori analisis dan evaluasi ditukar
tempat dan kategori sintesis kini dinamai membuat (Create). Krathwohl (2002: 214)
menyatakan :
“Application, Analysis, and Evaluation Ade retained, baut in their verba forms
commit
as Apply, Analyze, and Evaluate. to userChangde palces with evaluation and
Synthesis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id32

bas renamed Create. Alk the original sub categories Ade replaced with
gerunds, and called cognitive processes.”
(Aplikasi, Analiis, dan Evaluasi masih dipertahankan, tetapi dalam bentuk kata kerja
dan ketiganya menjadi Mengaplikasi, Menganalisis, dan Mengevaluasi. Sintesis
berubah tempat dengan Evaluasi dan diganti namanya dengan Mencipta.semua sub-
kategori digantikan dengan bentuk kata kerja dengan imbuhan –ing, dan disebut
proses kognitif).
Dijelaskan oleh Krathwohl (2002: 215) bahwa dimensi proses kognitif
mencakup: (1) menghafal (remember) adalah menarik kembal informasi tersimpan
dalam memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang paling
rendah tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar “mengingat” bisa menjadi bagian
belajar bermakna, tugas mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek
pengetahuan yang lebih luas dan bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi.
Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif: mengenali (recognizing) da
mengingat (recalling); (2) Memahami (Understand) adalah mengkonstruk makna
atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan
pengetahuan baru ke dam skema yang ada dalam pemikiran siswa. Kategori
memahami mencakup tujuh proses kognitif: menafsirkan (interpreting), memberikan
contoh (exemplifying), mengklasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing),
menarik inferensi (inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan
(explaining); (3) Mengaplikasikan (Apply) adalah mencakup penggunaan suatu
prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Oleh karena itu
mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Namun tidak berarti
bahwa kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan prosesdural saja. Kategori ini
mencakup dua macam proses kognitif: menjalankan (executung) dan
mengimplementasikan (implementing); (4) Menganalisis (analyze) adalah mengiakan
suatu permasalahan atau objek ke unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling
keterkaitan atar unsur-unsur tersebut. Terdapat tiga macam proses kognitif yang
tercakup dalam menganalisis: menunaikan (differentiating), mengorganisir
(organizing), dan menemukan pesan tersirat (attributting); (5) mengevaluasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id33

(evaluate) adalah membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang
ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini: memeriksa
(checking) dan mengkritik (critiquing); (6) membuat (create) adalah menggabungkan
berapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang
tergolong dalam kategori ini, yaitu: membuat (generating), merencanakan (planning),
dan memproduksi.
Kawasan kedua adalah ranah afektif menurut Bloom dan Krathwohl dalam
Masidjo (1995: 92) diabagi menjadi lima macam sebagai (1) penerimaan (receiving)
yang mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk
memperhatikan rangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan
oleh guru; (2) partisipasi (responding) yang mencakup kerelaan untuk memperhatikan
secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan: (3) penilaian / penentuan sikap
(evaluating) yang mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap
sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penelitian itu; (4) organisasi (Organization)
mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan
pegangan dalam kehidupan; (5) pembentukan pola hidup (characterization by a value
or value complex) mencakup nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa sehingga menjadi
milik pribadi (internalize) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam megatur
kehiduan sendiri.
Kawasan ketiga adalah ranah psikomotorik. Menurut klasifikasi Simpson dalam
Masidjo (1995: 92) bahwa ranah psikomotorik ini meliputi berbagai tingkah laku dari
yang terendah sampai tertinggi, yaitu prestasi (perception), kesiapan (set), gerakan
terbimbing (guided respons), gerakan terbiasa (mechanical respons), gerakan yang
kompleks (complex response), penyesuaian pola gerakan (adjustment), dan kreativitas
(creativity). Kawasan psikomotorik adalah hubungan dengan keterampilan motorik,
manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi syaraf dan koordinasi
badan. Miles dalam Dimyati dan Mudjiono (2010: 217), mengemukakan bahwa
tujuan kawasan psikomotorik ada empat yaitu: (1) gerakan tubuh yang mencolok
adalah merupakan gerakan tubuh yang menekankan kepada kekuatan, kecepatan, dan
commityang
ketepatan tubuh; (2) ketepatan gerak to userdikoordinasikan adalah merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id34

keterampilan yang berhubungan dengan urutan atau pola dari gerakan yang
dikoordinasikan, dan biasanya berhubungan dengan gerakan mata, telinga dan badan;
(3) berangkat komunikasi nun verbal adalah merupakan kemampuan mengadakan
komunikasi tanpa kata. Perangkat kondomisasi nun verbal ini,siswa diminta untuk
menunjukkan kemampuan berkomunikasi menggunakan bantuan gerakan tubuh tanpa
menggunakan alat bantu; (4) kemampuan berbicara adalah merupakan kemampuan
yang berhubungan dengan secara lisan. Siswa harus mampu menunjukkan kemahiran
memilih dan menggunakan kata atau kalimat sehingga informasi, ide atau yang
dikomunikasikan dapat diterima secara mudah. Perubahan yang diakibatkan oleh
proses pembelajaran dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk perubahan
pemahaman, pengetahuan, sikap, tingkah laku, maupun keterampilan dan aspek-
aspek lain yang ada pada diri orang yang belajar. Selanjutnya menurut Djamarah dan
Zain (2006: 121), bahwa untuk mengukur tingkat ketuntasan belajar dari aspek
aaspek tersebut adalah sebagai berikut.
1) Istimewa/maksimal apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan dapat
dikuasai oleh siswa 100%.
2) Baik sekali/optimal apabila sebagian besar dapat dikuasai siswa yaitu 76% -
99%.
3) Baik/minimal apabila bahan pelajaran yang dikuasai siswa sebesar 60% - 76%.
Kurang apabila bahan pelajaran yang dikuasai siswa sebesar < 60%.
Dari beberapa pengertian hasil belajar tersebut, disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang
bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat
kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti
dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif mata pelajaran ekonomi. Instrumen
yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif adalah tes.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id35

b. Macam-Macam Hasil Belajar


Pengertian evaluasi selalu dikaitkan dengan tiga terminologi yang saling
berkaitan, yaitu assestment, Test dan measurentment sebagaimana dikemukakan oleh
Linn, Gronlund dan Devis (2002: 32) sebagai berikut:
“Assestment: Lany of variety of procedures used to obtain informatif about student
performance. Test: an instrumen or systematic procedure for measuring a sampel
of behavior by posing a set of qustions in a uniform manner. Measurement: the
process of obtaining a numerical description of the degree to which an individual
processes a partikular characteristic.”
(Assestment/penilaian adalah salah satu dari berbagai prosedur yang digunakan
untuk mendapatkan informasi tentang perbuatan siswa. Tes merupakan sebuah
instrumen atau prosedur yang sistematis yang digunakan untuk mengukur perilaku
sikap dengan pertanyaan yang seragam. Measurentment/pengukuran: proses untuk
memperoleh tingkat deskripsi data (angka) dari suatu proses khusus terhadap
karakteristik individual).
Stufflebeam dan Skinkfield (2005: 159) menyatakan mengenai pengertian
evaluasi adalah sebagai berikut:
“Evaluation is the process of delineating, obtaining, and providing descriptive and
judgemental information about the Worth and nefrit of som object’s goals, design,
implementation, and impacts in order to Gide decision makin, serve needs for
accountability, and promote understanding of the involved phenomena.”
(Evaluasi merupakan suatu proses mendiskripsikan, mengumpulkan, dan
menyajikan deskripsi dan informasi yang menentukan nilai dan manfaat beberapa
tujuan objek, desain, implementasi, dan dampak yang berguna untuk pembuatan
keputusan, penyajian berbagai keperluan untuk pertanggungjawaban dan
mempromosikan pemahaman terhadap fenomena yang terlibat).
Berdasarkan beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi dan
pengukuran mempunyai peran yang sangat penting dalam pembelajaran dan dalam
dunia pendidikan digunakan untuk berbagai tujuan utama antara lain menilai prestasi
individu siswa dan menilai kinerja dari siswa. Linn, Gronlund dan Devis (2002: 47)
membahas peran penilaian dan evaluasi seperti yang dinyatakan sebagai berikut:
“Measurenment and assesment Lay and important rol in the instructional program of
commit
the school.They provide information that to
camuser
be used in a variety of Educational
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id36

decisions.”(pengkuran dan Penilaian mempunyai peranan yang sangat penting dalam


program pembelajaran di Sekolah, menyedakan informasi yang dapat dipergunakan
dalam berbagai macam keputusan pendidikan).
Bentuk penilaian berdasarkan fungsinya ada dua yaitu formatif dan sumatif.
Mansell, James dan The Assesstment Reform Group dalam Shafiq dan Siddiquah
(2011: 76) menyatakan:
“The First The of assessment Mainaky conveys eh information about the
learning of the students to those other Ethan the teacher and students: the
parental, Institute of higher Education, and employers. Formative assessment ,
however, is not the assessment of the learning, baut the assessment for learning
and the primary purpose era is the improvement of students learning.”
(Jenis pertama formatif dari penilaian terutama menyampaikan informasi tentang
pembelajaran siswa kepada pihak selain guru dan siswa: orang tua, lembaga
pendidikan tinggi, dan penyatuan. Penilaian formatif bukan penilaian pembelajaran,
tetapi penilaian untuk belajar dan tujuan utamanya adalah peningkatan pembelajaran
siswa).
Black et al dalam Shafiq dan Siddquah (2011: 76) selanjutnya menyatakan:
“Contrary to summative assessment, where the focus is Mainly ranking and
cerification, formatif assessment is designed to enhance students learning by
providing feedback and adjusting teaching for the learner’s needs. It also aims
at enabling the students to assess the learning of themselves and their pers, thus
making it possible for the students to modify their learning strategis.”
(berbeda dengan penilaian sumatif, yang fokusnya terutama peringkat dan sertifikasi,
penilaian formatif dirancang untuk meningkatkan belajar siswa dengan memberikan
umpan balik dan menyesuaikan mengajar untuk kebutuhan siswa. Hal ini juga
bertujuan mengaktifkan siswa untuk menilai diri sendiri dan belajar dari rekan-rekan,
sehingga memungkinkan bagi siswa untuk memodifikasi strategi belajar para siswa).
Menurut Suharsini Arikunto (2010: 26) terdapat dua alat evaluasi yaitu teknik
tes dan non tes. Alat evaluasi dikatakan baik apabila mampu mengevaluasi sesuatu
yang dievaluasi dengan hasil seperti keadaan yang dievaluasi. Teknik nun-tes
menurut Suharsini Arikunto (2010: 27) meliputi: 1) skala peringkat (ranting scale);
2) kuesioner (qusioner); 3) daftar cocok (check lis); (4) wawancara (interview); (5)
pengamatan (observation). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id37

Anderson (2007: 425) menyatakan: “Test is Comprehensive assessment of an


individual or to an entri program evaluation effort.” (tes adalah penilaian yang
komprehensif terhadap seorang individu atau untuk mengevaluasi seluruh program
usaha). Kriteria tes yang baik harus memenuhi kriteria validitas, reabilitas, dan
objektivitas. Suatu tes dikatakan valid jika tes itu mengukur apa yang sesungguhnya
diukur, dikatakan reliable jika tes itu memperlihatkan hasil yang sama (tetap) ketika
diberikan pada waktu yang berbeda terhadap individu/kelompok yang sama, dan
objektivitas jika penilaian dari dua orang atau lebih terhadap suatu jawaban yang
diberikan, sama atau menunjukkan hasil yang sama (Ibrahim dan Nana Syaodih S.,
2003; 93).
Teknis tes menurut Chabib Thoha (1996: 55) adalah sebagai berikut:
1) Tes tertulis : pelaksanaan tes ini guru menyiapkan butir-butir tes secara tertulis dan
siswa memberikan jawaban tertulis. Penilaian atau evaluasi tertulis ini dapat
dilaksanakan dalam tes bentuk objektif dan tes uraian. Tes bentuk objektif terdiri
dari empat jenis, yaitu: (a) Tes benar/salah, (b) Tes pilihan ganda, (c) Tes
menjodohkan, (d) Tes melengkapi/jawaban singkat.
2) Tes Lisan : berupa pertanyaan secara lisan dan siswa langsing menjawab secara
lisan pula, tes ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok.
3) Tes Perbuatan : dilakukan dalam bentuk pemberian tugas kepada siswa, misalnya
siswa diminta melakukan membuat sesuatu yang berkaitan dengan keterampilan.
Beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah
prosedur yang digunakan berupa tes yang berbentuk tertulis, lisan dan perbuatan
maupun non tes yang meliputi skala bertingkat, kuesioner, daftar cocok, wawancara,
dan pengamatan untuk mendapatkan tingkat deskripsi angka yang mencerminkan
karakteristik individual seseorang yang berguna untuk menentukan keputusan,
penyajian keperluan untuk pertanggung jawaban dan mempromosikan pemahaman
terhadap fenomena yang terlibat. Berdasarkan fungsi, tes dapat dibagi menjadi tes
formatif dan tes sumatif. Evaluasi ataupun pengukuran yang dilakukan melalui tes
dan nun tes berfungsi dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam program
pembelajaran di sekolah, menyediakan informasi yang dapat dipergunakan dalam
berbagai macam keputusan pendidikan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id38

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi hasil Belajar.


Perkembangan siswa dapat dilihat dari hasil belajar belajar pada suatu mata
pelajaran. Sehingga perlu diketahui hasil belajar siswa itu sendiri. Sugihartono, dkk.
(2007: 76), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar sebagai
berikut :
1) Faktor Internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar. Faktor internal meliputi aktor jasmaniah dan psikologi.
2) Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal
meliputi : faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
Sejalan dengan pendapat diatas Syah (2008: 132) menjelaskan bahwa hasil
belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu :
1) Faktor dalam diri siswa yang meliputi kemampuan yang dimiliki siswa,
motivasi belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan faktor psikis.
2) Faktor dari luar siswa atau faktor lingkungan. Salah satu lingkungan belajar
yang dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah adalah kualitas
pengajaran.
Sementara faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Dimyati dan
Mudjiono (1999: 197) maupun Sumardi Suryabrata (2002: 233) adalah faktor yang
bersumber dari dalam maupun dari luar seseorang. Faktor internal meliputi faktor
fisik seperti pancar indra dan kondisi fisik umum, faktor psikologis misalnya
kemampuan non kognitif, meliputi minat, motivasi, kepribadian dan kemampuan
kognitif yang mencakup bakat atau kemampuan khusus intelegensi atau kemampuan
umum. Faktor eksternal mencakup faktor fisik berupa kondisi tempat belajar, sarana
dan prasarana, materi pembelajaran, dan kondisi lingkungan belajar, dan faktor sosial
misalnya pengaruh budaya dan dukungan sosial.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah
faktor yang berasal dari diri seseorang itu sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah
faktor yang berasal dari luar diri seseorang. Faktor internal meliputi: (a) Faktor
kesehatan (b) faktor Intelegensi (c)commit
FaktortoMotivasi
user Belajar, (d) Faktor Kejelasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id39

Tujuan. Faktor eksternal meliputi: (a) faktor keluarga, (b) lingkungan sekolah, (c)
Lingkungan Masyarakat, (d) Faktor Sumber Belajar.

5. Mata Pelajaran Ekonomi


a. Pengertian Ilmu Ekonomi
Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013 menyebutkan ilmu
ekonomi yaitu ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya yang bervariasi, dan berkembang dengan sumber daya yang ada
melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dan/atau distribusi.
Pembelajaran ekonomi ialah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
memilih dan menciptakan kemakmuran. Menurut Smith dalam Ismawanto (2013:
32), secara sistematis ilmu ekonomi mempelajari tingkah laku manusia dalam
usahanya untuk mengalokasikan sumber-sumber daya yang terbatas guna mencapai
tujuan tertentu. Ini yang banyak dikenal sebagai teori ekonomi klasik. Dalam
analisisnya, Adam Smith banyak menggunakan istilah-istilah normatif seperti: nilai
(value), kekayaan (welfare), dan utilitas (utility) berdasarkan asumsi berlakunya
hukum alami.
Menurut Samuelson dalam Ismawanto (2013: 34), mendefenisikan ilmu
ekonomi secara rinci, yaitu: “Ilmu Ekonomi adalah suatu studi mengenai bagaimana
orang-orang dan masyarakat membuat pilihan, dengan cara atau tanpa penggunaan
uang, dengan menggunakan sumber daya yang terbatas tetapi dapat digunakan dalam
berbagai cara untuk menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa dan
mendistribusikannya untuk keperluan konsumsi sekarang dan di masa mendatang,
kepada berbagai orang dan golongan masyarakat. Ilmu Ekonomi menganalisis biaya
dan keuntungan dan memperbaiki corak penggunaan sumber-sumber daya.”

b. Lingkup Materi Ekonomi


Agar tujuan pembelajaran dapat tersampaikan secara efektif pada siswa maka
guru perlu memilih model pembelajaran yang tepat dengan menggunakan media
yang sesuai. oleh karena itu perlucommit to user
diketahui terlebih dahulu tentang karakteristik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id40

materi pembelajaran ekonomi. Ruang lingkup mata pelajaran Ekonomi kelas X


adalah Permasalahan pokok ekonomi, Ekonomi Mikro dan Ekonomi Makro. Materi-
materi ekonomi kelas X meliputi :
1) Konsep ilmu ekonomi.
2) Masalah ekonomi.
3) Pelaku kegiatan ekonomi.
4) Pasar dan terbentuknya harga pasar
5) Bank, lembaga keuangan bukan bank dan otoritas jasa keuangan.
6) Sistem pembayaran dan alat pembayaran.
7) Manajemen.
8) Koperasi.

c. Sistem dan alat pembayaran


1) Sistem pembayaran.
Menurut Pasal 1 UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dalam
Ismawanto (2013: 171) sistem pembayaran adalah suatu sistem yang mencakup
seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme, yang digunakan untuk
melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul
dari suatu kegiatan ekonomi. Secara garis besar, sistem pembayaran dibagi
menjadi dua jenis, yaitu sistem pembayaran tunai dan sistem pembayaran non-
tunai. Perbedaan mendasar dari kedua jenis sistem pembayaran tersebut terletak
pada instrumen yang digunakan. Pada sistem pembayaran tunai instrumen yang
digunakan berupa uang kartal, yaitu uang dalam bentuk fisik uang
kertas dan uang logam, sedangkan pada sistem pembayaran non-tunai instrumen
yang digunakan berupa alat pembayaran menggunakan kartu APMK (Alat
Pembayaran Menggunakan Kartu), Cek, Bilyet Giro, Nota Debet, maupun uang
elektronik.
2) Alat pembayaran
Menurut Ismawanto (2013: 174) alat pembayaran dibagi menjadid dua,
yaitu alat pembayaran tunai dan non tunai. Alat pembayaran tunai berupa uang
kartal tersebut masih berperan penting dalam lalu lintas pembayaran dalam
transaksi sehari-hari yang tentu saja bernilai kecil. Sedangkan alat pembayaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id41

nontunai adalah alat pembayaran dengan tidak memakai uang kartal (uang kertas
dan logam), yang terdiri atas paper based (Cek/BG), APMK (Alat Pembayaran
Menggunakan Kartu), dan uang elektronik.
3) Peran Bank Indonesia dalam Sistem Pembayaran.
Peran Bank Indonesia dalam sistem pembayaran di Indonesia bertujuan
untuk mewujudkan sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman, dan andal.
Dalam Pasal 8 UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia disebutkan
bahwa Bank Indonesia mempunyai tugas mengatur dan menjaga kelancaran
sistem pembayaran. Tugas Bank Indonesia tersebut, ditentukan dalam Pasal 15
Nomor 23 Tahun 1999, bahwa dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran
sistem pembayaran, Bank Indonesia berwenang untuk melakukan hal-hal berikut.
a) Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaraan jasa
sistem pembayaran;
b) Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan
laporan tentang kegiatannya;
c) Menetapkan penggunaan alat pembayaran.
4) Penyelenggarakan Sistem Pembayaran non tunai oleh Bank Indonesia
a) BI sebagai Penyelenggara BI-RTGS
Sejak dioperasikan oleh Bank Indonesia pada tanggal 17 November
2000, BI-RTGS berperan penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi
pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang
termasuk High Value Payment System (HVPS) atau transaksi bernilai besar,
yaitu transaksi Rp 100 juta ke atas dan bersifat segera (urgent). Bank Indonesia
Real Time Gross Settlement merupakan suatu sistem transfer dana elektronik
antarpeserta dalam mata uang rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara
seketika per transaksi secara individual.
b) BI sebagai Penyelenggara SKN – BI
SKN merupakan sistem kliring antarbank untuk alat pembayaran cek,
Bilyet Giro, nota debet lainnya dan transfer kredit antar bank. SKNBI adalah
commit
Sistem Kliring Nasional Bank to user yang meliputi Kliring Debet dan
Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id42

Kliring Kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.


c) BI Sebagai Penyelenggara BI-SSSS
BI-SSSS merupakan sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk
penatausahaannya dan penatausahaan surat berharga secara elektronik dan
terhubung langsung antara Peserta, Penyelenggara dan Sistem Bank Indonesia
- Real Time Gross Settlement (Sistem BI-RTGS). BI-SSSS menggabungkan
sistem transaksi Bank Indonesia dengan sistem penatausahaan Surat Berharga.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 43

B. Penelitian Yang Relevan

No Penulis Judul penelitian Hasil penelitian Persamaan dan Kontribusi/manfaat


perbedaan penelitian
1 B. T. Wang, C. Let‘s Go Traveling – Hasil penelitian tersebut diketahui Persamaan pada Memberikan
W. Teng, and Project-Based bahwa melalui penerapan model penelitian ini adalah gambaran mengenai
Y. H. Lin Learning in a pembelajaran project-based learning menggunakan penerapan model
(2015) Taiwanese dalam kegiatan belajar mengajar mengggunakan pembelajaran
Classroom. dapat meningkatkan kreatifitas siswa metode pengembangan project-based
dalam diskusi kelompok, hal tersebut dan sesuai dengan learning dalam
terlihat dari interaksi aktif siswa observasi yang pembelajaran dan
yang terlibat dalam sebuah diskusi. dilakukan oleh peneliti diharapkan dapat
Penerapan model pembelajaran bahwa guru dan siswa meningkatkan hasil
project-based learning dalam sangat tergantung pada belajar siswa
kegiatan belajar mengajar dapat buku teks/LKS.
meningkatkan prestasi siswa, selain Perbedaan pada
itu siswa dapat menerapkan apa yang penelitian ini adalah
telah mereka pelajari di kelas pada model project based
mata pelajaran bahasa Inggris. learning berbantuan
media pembelajaran
flashcard

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 44

2 Ahmet Sukru The Effect of Project Hasil penelitian ini adalah terdapat Persamaan penelitian Memberikan
Ozdemir, Filiz Based Learning in peningkatan nilai yang signifikan ini adalah adalah gambaran tentang
Yildiz dan “ratio, proportion antara nilai pretest dan posttest, menggunakan bagaimana
Sevda Goktepe and percentage” Unit selain itu pembelajaran berbasis penilaian pretest dan mengembangkan
Yildiz (2015) on Mathematics proyek lebih efektif daripada posttest pada model keterampilan
Success and Attitude. tradisional metode pengajaran pada project-based learning komunikasi siswa
prestasi matematika siswa dan pada pelajaran dalam pembelajaran
memiliki sikap positif terhadap matematika. sehingga memberikan
pelajaran. Perbedaan pada dampak positif
penelitian ini adalah terhadap prestasi yang
project based learning diperoleh siswa dan
berbantuan media memperkuat landasan
pembelajaran teori dalam model
flashcard project based
learning.
3 Yılmaz Cakici An Investigation of Hasil penelitian tersebut diketahui Persamaan penelitian memberikan
dan Nihal the Effect of Project- bahwa terdapat perbedaan yang ini adalah model gambaran tentang
Turkmen Based Learning signifikan antara siswa yang project-based learning bagaimana siswa
(2013) Approach on diajarkan dengan model lebih efektif dan dapat SMA dapat
Children’s pembelajaran project-based memberikan motivasi dilibatkan dalam
Achievement and learning dengan siswa yang bagi siswa, perbedaan proyek-proyek

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 45

Attitude in Science. diajarkan dengan menggunakan penelitian ini adalah penelitian berbasis
model konvensional akan tetapi model pembelajaran penyelidikan dalam
sikap siswa bersifat konstan. Siswa project-based learning proses pembelajaran
yang diajar dengan model diterapkan pada ekonomi.
pembelajaran project-based Sekolah Dasar mata
learning memiliki prestasi yang pelajaran sains
lebih baik dari pada siswa yang
diajarkan dengan model
pembelajaran konvensional atau
tradisional.
4 Holly R.Henry, I Know This Hasil penelitian ini merupakan Persamaan pada Memberikan
dkk (2012) Supposesd to be More penelitian kualitatif dimana siswa penelitian ini adalah gambaran tentang
Like the Real World, diberi pengalaman langsung untuk penggunaan model peran guru dalam
But....: Student memecahkan suatu permasalahan project based- membantu
perceptions of a kemudian menganalisis data untuk learning, perbedaan menyelesaikan
Project Based menemukan solusi dari pada peelitian ini permasalahan
Learning permasalahan itu. Hasil penelitian adalah project-based masalah proyek pada
Implementation in an ini selanjutnya akan dikembangkan learning berbantuan siswa dan membantu
Undergraduate model project-based learning media pembelajaran memperkuat
Materials Science menggunakan modul dan buletin flashcard. landasan teori
dengan bentuk penelitian

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 46

eksperimen ditinjau dari


kemampuan verbal dan motivasi
belajar siswa.
5 Monchai Online Project-based Hasil penelitian ini menunjukkan Persamaan dengan Memberikan
Tiantong dan Learning Model bahwa pembelajaran proyek penelitian ini adalah gambaran tentang
Sumalee Siksen Based on Student’s berbasis pembelajaran project- penggunaan model penggunaakan model
(2013) Multiple Intelligence based learning efektif untuk project-based learning pembelajaran
meningkatkan prestasi belajar secara online pada project-based
siswa, memperoleh pengetahuan pembelajaran learning
melalui pembelajaran aktif, Teknologi dan menggunakan
memperoleh pengetahuan Informasi, perbedaan internet sebagai
interdisipliner dan multidisipliner, dengan penelitian ini sumber belajar.
bertanggung jawab dalam adalah penggunaan
pembelajaran, memperoleh model pembelajaran
keterampilan komunikasi dan project-based learning
metode pengambilan keputusan, dan dengan menggunakan
meningkatkan percaya diri bagi multiple intelligence
mahasiswa. pada pembelajaran.
6 Paivi Promoting Penelitian ini menghasilkan Persamaan penelitian Memberikan
Hakkaranein Meaningful Learning pembelajaran dengan menggunakan ini adalah gambaran tentang
(2011) Throught Video video yang didukung dengan model pengembangan model kemampuan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 47

Production-Supported project-based learning akan pembelajaran project- akademik siswa


Project based meningkatkan pemahaman siswa based learning bagus akan
learning dalam pembelajaran. penelitian menggunakan video, mempunyai motivasi
selanjutnya akan dikembangkan perbedaan project tinggi, sebaliknya
model pembelajaran project-based based learning siswa yang
learning dengan menggunakan berbantuan media mempunyai
menggunakan modul dan buletin pembelajaran kemampuan
ditinjau dari kemampuan verbal dan flashcard. akademik rendah
motivasi berprestasi. akan memiliki
motivasi rendah,
sehingga peran guru
dalam memberikan
motivasi sangat
berpengaruh dalam
penelitian ini.
7 Kusnadi & Implementation of Hasil penelitian ini menunjukkan Persamaan penelitian memperkuat
Yanti Kartika Project based project-based learning dapat ini adalah model landasan teori.model
L learning Model to meningkatkan penguasaan konsep pembelajaran project- pembelajaran
Improve Student’s dan motivasi siswa. Keterbatasan based learning di project-based
Learning Outcome dalam penelitian ini adalah tidak terapkan untuk learning.
and Motivation of adanya produk siswa dan merubah suasa

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 48

Junior High School keterbatasan waktu. pembelajaran siswa


on the Diversity of agar lebih aktif dan
Life Concept tidak terkesan
monoton, perbedaan
penelitian ini adalah
model pembelajaran
project-based learning
menggunakan media
pembelajaran
flashcard yang berisi
materi, gambar dan
hasil analisis.
8 Dodigovic Vocabulary Learning Hasil penelitian ini menunjukkan Persamaan pada Kontribusi terhadap
(2013) with Electronic bahwa bahwa belajar vocabulary penelitian ini adalah penelitian ini media
Flashcards: Teacher menggunakan flashcard electronic media pembelajaran flashcard adalah
Design vs Student dengan melibatkan guru dan siswa flashcard dibuat oleh memperkuat
Design dapat meningkatkan hasil belajar guru yang berfungsi landasan teori media
bahasa inggris. untuk memberikan pembelajaran
stimulus siswa agar flashcard.
aktif dalam kelompok,
perbedaan pada

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 49

penelitian ini media


flashcard yang dipakai
masih dibuat secara
tradisonal oleh guru
dengan menggukan
kertas.
9 Maryam The Effect of Using Hasil penelitian ini menunjukkan Persamaan dengan Kontribusi terhadap
Eslahcar Vocabulary Flash perbedaan yang signifikan antara penelitian ini adalah penelitian ini adalah
Komachali dan Card on Iranian Pre- kelompok eksperimen dan penggunaan media memperkuat
Mohammadreza University Students‟ kelompok kontrol. Siswa dalam flashcard dalam landasan teori.
Khodareza Vocabulary kelompok eksperimen yang diajar kegiatan pembelajaran.
(2012) Knowledge, dengan bantuan media flashcard Perbedaan dengan
memiliki pengetahuan yang lebih penelitian ini adalah
baik dalam memahami kosakata. media pembelajaran
Sehingga dalam penggunaan media flashcard dalam
pembelajaran flashcard memahami kosa kata
menyebabkan pemahaman kosakata pada mata pelajaran
yang lebih tinggi dalam menguasai bahasa inggris.
kosakata.
10 Anisa Alfiatun Penggunaan Media Hasil penelitian ini menunjukkan Persamaan pada Kontribusi terhadap
Nurrohmah Flashcards Untuk media flashcards dapat penelitian ini adalah penelitian ini adalah

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 50

(2012) Meningkatkan meningkatkan keterampilan menggunakan kertas memperkuat


Keterampilan membaca aksara jawa gambar yang berisi landasan
Membaca Aksara meningkatkan keterampilan keterangan gambar, teori.tentang media
Jawa membaca aksara jawa perbedaan penelitian pembelajaran
ini adalah penerapan flashcard.
media pembelajran
flashcard pada mata
pelajaran bahasa jawa.
11 Dyah Pembelajaran Menulis Hasil penelitian ini menunjukkan Persamaan pada Kontribusi terhadap
Lyesmaya Laporan Pengamatan bahwa project-based learning dapat penelitian ini adalah penelitian ini adalah
(2012) Dengan Pendekatan menjadikan pembelajaran lebih membuat analisis memperkuat
Proyek Sebagai bermakna dan meningkatkan dalam pembelajaran landasan teori media
Upaya Menumbuh- komunikasi tertulis siswa sekolah proyek. Perbedaan pembelajaran
kembangkan Nilai- dasar serta dapat digunakan sebagai pada penelitian ini flashcard
Nilai Karakter sarana untuk melakukan tindakan adalah tidak adanya
moral. tolak ukur nilai dalam
penilaian siswa.
12 Baiq Fatmawati The Ability Design Hasil penelitian ini menunjukkan Persamaan dengan Kontribusi terhadap
dan Nuryani Project for bahwa kreativitas siswa dan penelitian ini adalah penelitian ini adalah
Rustaman Improvement Creative kreativitasnya meningkat setelah penggunaan media memperkuat
(2011) Thinking Skills melakukan implementasi model flashcard dalam landasan teori.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 51

Through Project- project-based learning. kegiatan


Based Learning pembelajaran.
Perbedaan dengan
penelitian ini adalah
media pembelajaran
flashcard digunakan
dalam memahami
kosa kata pada mata
pelajaran bahasa
inggris.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id52

B. Kerangka Pemikiran

Dalam proses pembelajaran di Sekolah Menengah Atas, setiap guru mengharapkan


agar kualitas output lulusannya mempunyai hasil yang baik. Guru sebagai fasilitator
belajar seharusnya dapat menciptakan kualitas pembelajaran yang baik, Sehingga setiap
guru harus terus mengembangkan kompetensinya agar dapat diaplikasikan pada
pembelajaran yang ada di Sekolah. Faktor penunjang pembelajaran di sekolah adalah
penggunaan model pembelajaran dan penggunakan media pembelajaran yang efektif
sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Umunya model pembelajaran yang
diterapkan tidak bisa maksimal dalam melaksanakan proses pembelajaran dan
pemanfaatan media pembelajaran yang diggunakan oleh guru masih bersumber pada
buku LKS yang belum bisa mengarahkan siswa untuk dapat membangun pengetahuan.
Dari kelemahan tersebut memungkinkan adanya upaya untuk melakukan pengembangan
model pembelajaran project-based leanring berbantuan media pembelajaran flashcard
untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Model project based learning adalah sebuah model pembelajaran yang dilakukan
dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian
dilakukan pemecahan masalah berbentuk proyek oleh siswa yang diharapkan dapat
menambah keterampilan siswa dalam pencapaian materi pembelajaran. Media
pembelajaran flashcard memungkinkan siswa untuk belajar secara aktif dan madiri,
karena pembelajaran flashcard menyediakan waktu yang cukup untuk siswa belajar
memahami isi pembelajaran. Model project-based learning berbantuan media
pembelajaran flashcard, mampu mengakomodir kemampuan siswa dalam
mengaplikasikan konsep dan meningkatkan hasil belajar siswa, karena model
pembelajaran project based learning berbantuan media pembelajaran flashcard dapat
mengaplikasikan pelaksanaan pembelajaran yang menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
Berdasarkan pada uraian di atas, akan dilakukan penelitian tentang pengembangan
model pembelajaran project-based learning berbantuan media pembelajaran flashcard.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id53

Sehingga dapat meningkatkan hasil belajar eknomi di SMA kabupaten Boyolali.


Kerangka pemikiran dalam melaksanakan kegiatan penelitian dilihat pada Gambar 2.3.

Membutuhkan pelaksanaan model project-based learning berbantuan


media pembelajaran flashcard pada mata pelajaran ekonomi di SMA
Kabupaten Boyolali.

Pengembangan prototype model pembelajaran project-based learning


berbantuan media pembelajaran flashcard untuk meningkatkan hasil
belajar ekonomi.

Tidak Valid

Uji coba terbatas dan luas pengembangan prototype model pembelajaran


project-based learning berbantuan media pembelajaran flashcard untuk
meningkatkan hasil belajar ekonomi.

Valid

Hasil prototype yang sudah divalidasikan model pembelajaran project-


based learning berbantuan media pembelajaran flashcard untuk
meningkatkan hasil belajar ekonomi.

Efektifitas model pembelajaran project-based learning berbantuan media


pembelajaran flashcard untuk meningkatkan mata pelajaran ekonomi

Meningkatkan hasil belajar mata pelajaran ekonomi

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Model Pembelajaran Project Based Learning


Berbantuan Media Pembelajaran Flashcard.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id54

C. Model Hipotetik

Model hipotetik masih bersifat dugaan yaitu rekayasa secara teoritis dan gagasan-
gagasan/pertimbangan masukan para ahli dan praktisi yang diserap dari kegiatan diskusi
kelompok yang terfokus, maka diajukan model hipotetik pengembangan model
pembelajaran project-based learning berbantuan media pembelajaran flashcard sebagai
berikut :

Pengembangan model pembelajaran project-based learning berbantuan media pembelajaran flaschard

Tahap I : Tahap II : Tahap III :


Tahapan Evaluasi/Pengujia
Studi Pendahuluan Pengembangan
Pengem- n Model
Model
bangan

Studi Kepustakaan 1. Prototype Produk


Eksperimen
Pretest
Survei Pendahuluan : Treatment
- Pemanfaatan media pembelajaran Post-test
masih lemah, 2. Validasi Produk
Isi - Siswa kurang tertarik pada materi,
Pengem 3. Revisi Produk
- Minat membaca siswa kurang,
bangan
- pembelajaran masih menggunakan 4. Uji Coba Produk
metode pengajaran langsung, 5. Revisi Produk

6. Evaluasi dan
Analisis Kebutuhan Penyempurnaan

Model pembelajaran project based learning berbantuan media pembelajaran flashcard efektif
sasaran digunakan dalam proses pembelajaran

Sasaran Gambar 3.2. Model Hipotetik Pengembangan


commit to user

Anda mungkin juga menyukai