PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting khususnya di dalam
membangun mental dan mencerdaskan masyarakat Indonesia berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Menurut Kompri (2017:15), pemdidikan adalah usaha
sadar yang dilakukan orang dewasa (pendidik) dalam menyelenggarakan kegiatan
pengembangan diri peserta didik agar menjadi manusia yang paripurna sesuai
dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Sementara menurut Sagala
(2017:3), pendidikan adalah proses mengubah tingkah laku anak didik agar
menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota
masyarakat dalam lingkungan alam sekitar di mana individu itu berada.
Tujuan pendidikan menurut Yamin (2013:1) adalah untuk membangun
tatanan bangsa yang berbalut dengan nilai-nilai kepintaran, kepekaan dan
kepedulian terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan
mempunyai arti khusus yaitu pembelajaran yang melibatkan antara guru sebagai
penyampai dan siswa sebagai penerima.
Faturrohman (2017:36) mengatakan bahwa :
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
oleh pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.
Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk
membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Sedangkan menurut Hamzah dan Uno (2013:142), pembelajaran adalah
proses kegiatan belajar-mengajar yang melibatkan guru dan siswa dalam
pencapaian tujuan /indikator yang telah ditentukan. Sedangkan menurut Amri
(2015:141), pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan
melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Dengan kata lain, pembelajaran
adalah interaksi ilmu antara kedua belah pihak yaitu guru sebagai pentransfer
ilmu dan siswa sebagai penerima dengan tujuan untuk membantu siswa agar
dapat belajar dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menentukan sendiri aturannya (termasuk konsep, teori dan definisi).
Andayani (2015:67) mengatakan bahwa kecenderungan pembelajaran
yang sesuai dengan tuntutan zaman adalah pembelajaran yang diyakini sebagai
suatu pendekatan berorientasi pada praktik, mengasah kognisi afektif dan
psikomotor yang relevan dengan perkembangan murid. Akan tetapi terdapat
kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran.
Contohnya ketika guru ingin menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa
atau guru ingin menerapkan suatu model pembelajaran siswa terkadang kurang
mengerti dengan apa yang kita sampaikan karena siswa menghadapi suatu model
yang belum mereka mengerti. Lalu permasalahan lain ketika guru ingin mengajar
suatu materi, siswa kebanyakan belum siap untuk memulai proses pembelajaran
karena siswa masih sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri.
Berdasarkan hal tersebut, maka banyak masalah yang dihadapi oleh guru
ketika proses pembelajaran berlangsung di kelas salah satunya adalah interaksi,
baik antara guru dan siswa maupun sesama siswa. Salah satu faktor yang
menghalangi interaksi didalam proses pembelajaran adalah masalah keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran. Permasalahan keaktifan siswa ini terjadi di
SMA Negeri 1 Singosari khususnya pada mata pelajaran Sejarah.
Berdasarkan hasil observasi oleh peneliti kepada siswa kelas IPS C/16 v
pada tanggal 9 Agustus 2018 didapatkan temuan bahwa pada waktu pembelajaran
dengan materi pengaruh globalisasi dan perkembangan Iptek, ketika guru
memulai pelajaran dengan menyuruh siswa untuk presentasi tugas kelompok di
depan, terlihat ada 6 siswa yang masih mengobrol dengan temannya karena guru
belum mengkondisikan kelas ketika pembelajaran. Suasana kelas bertambah
gaduh karena terdapat siswa yang kurang aktif dalam mengerjakan tugas
kelompok presentasi yang diberikan oleh guru. Dalam pembelajaran ini, guru
meminta siswa untuk membuat tugas kelompok untuk presentasi akan tetapi
beberapa siswa terlihat belum membuat tugas tersebut sehingga siswa belum aktif
untuk mengikuti pelajaran dengan baik meskipun siswa telah membentuk
kelompok. Hal ini menyebabkan terjadinya kegaduhan pada siswa terutama di
barisan belakang dan ketika pembelajaran dilakukan pada siang sampai sore hari
(pukul 14:45) sehingga beberapa siswa ada yang mengantuk sebanyak 3 siswa.
Menurut Ghaniy Raharja pada wawancara tanggal 10 Agustus 2018, di
kelasnya memang beberapa anak kurang begitu aktif dalam memperhatikan
pembelajaran yang sedang berlangsung terutama siswa yang duduk di bagian
belakang sehingga suasana belajar menjadi kurang nyaman. Dalam pengamatan
peneliti ketika observasi dan pengalaman peneliti ketika melakukan KPL di kelas
IPS C/16 ini terdapat siswa yang biasa-biasa saja, siswa yang rajin dan aktif
dalam pembelajaran bahkan suka apabila diajak diskusi terdiri atas 3 siswa laki-
laki dan 4 siswa perempuan akan tetapi ada pula siswa yang acuh tak acuh,
mengobrol dengan temannya dan tertidur di barisan belakang dan siswa yang
demikian menurut pengamatan peneliti adalah sebanyak 10 siswa laki-laki dan 3
siswa perempuan. Hal senada juga diungkapkan oleh guru mata pelajaran sejarah
yaitu ibu Yenni Priscasari selaku pengajar.
Mengetahui karakteristik siswa pada saat peneliti melakukan observasi dan pada
waktu peneliti melakukan KPL. Karakteristik siswa sendiri telah dipaparkan di
atas bahwa siswa di kelas IPS C/16 ketika peneliti melakukan KPL secara umum
baik akan tetapi masih belum kondusif terutama yang paling belakang.
Oleh karena itu, berdasarkan keadaan diatas, peneliti memilih Picture and
Picture karena cocok untuk mengasah keterampilan siswa karena menurut
Shoimin (2017:123) melalui gambar dapat membantu guru untuk mencapai
tujuan instruksional karena selain merupakan media yang murah dan mudah
diperoleh, juga dapat meningkatkan keaktifan siswa. Model pembelajaran ini juga
dapat meningkatkan keaktifan karena menurut Shoimin (2017:123), model ini
bercirikan inovatif dan kreatif. Dengan demikian siswa dapat meningkat
keaktifannya setelah menggunakan model picture and picture.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah penerapan Picture and Picture untuk meningkatkan keaktifan
belajar sejarah siswa kelas SMA Negeri 1 Singosari ?
2. Bagaimanakah keadaan keaktifan siswa setelah penerapan Picture and Picture
?
C. Manfaat Penelitian
Secara umum penelitian ini memberikan manfaat bagi :
1. Bagi Guru/Tenaga Pendidik
Manfaatnya adalah sebagai pedoman baru dalam pembelajaran sejarah serta
dapat mengasah pengetahuan siswa sehingga pembelajaran sejarah diharapkan
dapat menyenangkan serta menarik
2. Bagi Siswa
Manfaatnya adalah dapat meningkatkan pengetahuan akan sejarah sekaligus
mengasah kemampuan berfikir dan memberikan pengetahuan baru sehingga
siswa diharapkan semakin aktif dalam pembelajaran sejarah.
3. Bagi Pihak Sekolah
Manfaatnya adalah sebagai bahan acuan dalam metode pembelajaran aktif
sehingga pembelajaran yang dilakukan akan semakin aktif melibatkan siswa.
4. Bagi peneliti lainnya
Manfaatnya adalah sebagai bahan referensi penelitian dalam melakukan
penelitian dengan judul yang relevan.
5. Bagi Jurusan Sejarah FIS UM
Manfaatnya adalah sebagai bahan koleksi dan sebagai bahan rujukan sehingga
diharapkan dapat mempermudah penelitian bagi mahasiswa lain dalam
berbagai keperluan yang berkaitan dengan penulisan skripsi dan karya ilmiah
lain.
D. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
1. Ruang lingkup
Di dalam penelitian ini, ruang lingkup yang dipakai oleh peneliti yaitu
Picture and Picture untuk meningkatkan keaktifan belajar sejarah siswa.
Subyek penelitian yaitu kelas IPS C/16 yang berlokasikan di Jl. Ki Hajar
Dewantara, Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.
Dalam penelitian ini penulis mempunyai pembatasan penelitian
sebagai berikut :
a. Penelitian ini hanya terbatas pada lingkup siswa kelas IPS C/16 SMA
Negeri 1 Singosari
b. Penelitian ini hanya berfokus pada penerapan Picture and Picture untuk
meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran sejarah.
c. Penelitian yang dilakukan hanya di sekolah tersebut dan tidak memakai
sekolah lainnya sebagai objek penelitian.
E. Definisi Operasional
1. Model Pembelajaran
Menurut Sagala (2017:175), model diartikan sebagai kerangka
konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan.
Sementara menurut Sagala (2017:175) :
Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan.
Model dapat dipahami sebagai (1) suatu tipe atau desain;
(2) suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk
membantu visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan
langsung diamati; (3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-
data, dan inferensi-inferensi yang dipakai untuk
menggambarkan secara matematis suatu obyek atau
peristiwa; (4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu
sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang
disederhanakan; (5) suatu deskripsi dari suatu sistem yang
mungkin atau imajiner; dan (6) penyajian yang diperkecil
agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk
aslinya.
Model sendiri tersusun atas beberapa planning untuk menunjang
jalannya suatu kegiatan yang akan dilakukan. Dalam masalah ini, peneliti
mengambil model pembelajaran Picture and Picture untuk diterapkan pada
pembelajaran di kelas.
2. Picture and Picture
Menurut Shoimin (2017:122), model picture and picture adalah suatu
model belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan/diurutkan menjadi
urutan logis. Dalam penerapannya, model ini mengajak siswa belajar dengan
menggunakan gambar yang dipasang-pasangkan untuk mengetahui kronologis
suatu peristiwa atau kejadian tertentu. Oleh karena itu menurut Shoimin
(2017:122), model pembelajaran ini mengandalkan gambar yang menjadi
faktor utama dalam proses pembelajaran. Kemudian menurut Istarani (dalam
Kuraidah & Saliadin, 2016: 148), pembelajaran ini memiliki ciri AIKM
(Aktif, Inovatif, Kreatif dan Menyenangkan) sehingga model ini menuntut
akan keaktifan siswa dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, menurut
Shoimin (2017:122), maka dari itu, guru sudah menyiapkan gambar yang akan
ditampilkan, baik dalam bentuk kartu maupun carta ukuran besar.
3. Keaktifan belajar sejarah
KAJIAN PUSTAKA
1. Kelebihan.
a. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa
b. Siswa dilatih berpikir logis dan sistematis
c. Siswa dibantu belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek
bahasan dalam memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir
d. Motivasi siswa untuk belajar semakin dikembangkan
e. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas
2. Kekurangan
a. Memakan banyak waktu
b. Membuat sebagian siswa pasif
c. Munculnya kekhawatiran akan terjadi kekacauan di kelas.
d. Ada beberapa siswa tertentu yang terkadang tidak senang jika disuruh
bekerja sama dengan yang lain.
e. Membutuhkan biaya yang tidak sedikit
B. Keaktifan Belajar
1. Pengertian Keaktifan
Keaktifan sendiri mempunyai kata dasar yaitu aktif. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2010:7), aktif berarti giat. Giat sendiri disini yaitu
giatnya siswa dalam proses belajar-mengajar.
Menurut Hamruni (dalam Suyadi,2015:36), pembelajaran aktif adalah
segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan peserta didik berperan
secara aktif dalam proses pembelajaran, baik dalam bentuk interaksi antar
peserta didik maupun peserta didik dengan guru dalam proses pembelajaran.
Selanjutnya Warsono dan Hariyanto (2012:12), mengatakan bahwa
pembelajaran aktif didefinisikan sebagai metode pembelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
Uno dan Mohamad (2013:106) mengungkakan pembelajaran aktif
merupakan proses pembelajaran dimana seorang guru harus dapat
menciptakan suasana yang sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya,
mempertanyakan, dan juga mengemukakan gagasannya. Proses pembelajaran
pada hakikatnya adalah untuk menumbuhkan kreativitas siswa dalam proses
pembelajaran yang melalui beberapa interaksi dengan orang lain dan
pengalaman dalam proses belajar. Sementara itu menurut Warsono dan
Hariyanto (2012:12), pembelajaran aktif mengkondisikan agar siswa selalu
melakukan pemgalaman belajar yang bermakna dan senantiasa berpikir
tentang apa yang akan dilakukannya selama pembelajaran. Menurut Yamin
(2013:83) belajar aktif mengandung beberapa kiat berguna untuk
menumbuhkan kemampuan belajar aktif pada diri siswa dan menggali potensi
siswa dan guru untuk sama-sama berkembang dan berbagi pengetahuan,
keterampilan serta pengalaman. Oleh karena itu, keaktifan ini sangat penting
artinya karena dengan hal ini akan menambah keasyikan dalam pembelajaran
dan juga agar siswa bisa berkontribusi dalam pembelajaran yang berlangsung.
Proses pembelajaran tentu membutuhkan fisik dan tenaga yang sangat
banyak karena hal ini juga menentukan seberapa besar pelajaran bisa
ditangkap oleh siswa yang bersangkutan. Menurut Uno dan Mohamad
(2013:106), keadaan yang aktif dan menyenangkan tidaklah cukup, jika proses
pembelajaran tidak efektif, yaitu menghasilkan apa yang harus dikuasai oleh
para siswa, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan yang harus dicapai.
Menurut Dwi (2012), keaktifan belajar dalam kegiatan belajar tidak
lain adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif
membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka
hadapi dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa tersebut diharapkan bisa
memahami pelajaran dengan baik dan hal ini sejalan dengan Kurikulum 2013
yang ditetapkan oleh pemerintah yang menitikberatkan siswa untuk aktif
dalam pembelajaran.
2. Jenis-jenis keaktifan
Keaktifan siswa sendiri menurut teori dibagi menjadi beberapa jenis. Paul D.
Dietrich (dalam Yamin, 2013:85-86) membagi keaktifan menjadi 8 jenis,
yaitu :
a. Kegiatan-kegiatan visual: membaca, melihat gambar-
gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran,
mengamati orang lain bekerja, atau bermain.
b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral): mengemukakan suatu
fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian,
mengajukan pertanyaan, memberi saran,
mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi.
c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan: mendengarkan
penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau
diskusi kelompok, mendengarkan suatu instrumen
musik, mendengarkan siaran radio.
d. Kegiatan-kegiatan menulis: menulis cerita, menulis
laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi,
membuat sketsa, atau rangkuman, mengerjakan tes dan
mengisi angket.
e. Kegiatan-kegiatan menggambar: menggambar,
membuat grafik, diagram, peta, pola.
f. Kegiatan-kegiatan metrik: melakukan percobaan,
memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat
model, menyelenggarakan permainan (simulasi),
menari, berkebun.
g. Kegiatan-kegiatan mental : merenungkan, mengingat,
memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor,
menemukan hubungan-hubungan, membuat keputusan.
h. Kegiatan-kegiatan emosional: minat, membedakan,
berani,tenang
dan sebagainya.
Kegiatan-kegiatan visual
o Membaca
o Melihat gambar-gambar
o Mengamati orang lain bekerja
Kegiatan-kegiatan lisan
o Mengemukakan suatu fakta/konsep
o Diskusi
o Menghubungkan suatu tujuan
Kegiatan-kegiatan mendengarkan
o Mendengarkan penyajian bahan
o Mendengarkan percakapan/diskusi kelompok
o Mendengarkan suatu permainan
Kegiatan-kegiatan menulis
o Menulis laporan
o Memeriksa karangan
o Membuat rangkuman
Kegiatan-kegiatan menggambar
o Menggambar
o Pola
o Membuat grafik
Kegiatan metrik
o Melakukan percobaan
o Memilih alat-alat
o Melaksanakan pemeran
Kegiatan-kegiatan mental
o Mengingatkan
o Menganalisis faktor-faktor
o Melihat hubungan-hubungan
Kegiatan-kegiatan emosional
o Minat
o Membedakan
o Berani
3. Manfaat keaktifan belajar
Dalam keaktifan belajar tentu banyak sekali manfaat yang didapatkan
baik oleh guru maupun oleh siswa. Hamalik (2010:91) memaparkan manfaat
keaktifan belajar ini, yaitu :
a) Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
b) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa.
Keunggulan
a. Peserta didik dapat belajar dnegan cara yang sangat
menyenangkan sehingga materi sesulit apapun tidak
sempat “mengernyitkan” kening mereka.
b. Aktifitas yang ditimbulkan dalam active learning
dapat meningkatkan daya ingat peserta didik karena
gerakan dapat mengikat daya ingat pada memori
jangka panjang.
c. Active learning dapat memotivasi peserta didik lebih
maksimal sehingga dapat menghindarkan peserta didik
dari sikap malas, mengantuk, melamun dan sejenisnya.
Kelemahan
a. Hiruk-pikuknya kelas akibat aktivitas yang
ditimbulkan dapat mengacaukan strategi active
learning justru sering kali dapat mengacaukan suasana
pembelajaran, sehingga standar kompetensi tidak
tercapai.
b. Secara rasional memang peserta didik yang belajar
dengan senang hati dapat mencapai prestasi yang
tinggi daripada belajar dalam tekanan atau target
materi. Namun demikian, keleluasaan dengan
penekanan pada aspek menyenangkan memiliki resiko
lebih tinggi, yakni ketidaksediaan peserta didik untuk
belajar lebih keras. Dengan kata lain, konsep belajar
aktif menyenangkan dapat pula membuat peserta didik
lebih menekankan pada pencarian kesenangan dalam
belajar dan melupakan tugas utamanya untuk belajar.
C. Pembelajaran Sejarah
1. Pengertian Sejarah
Sejarah memiliki beberapa pengertian, diantaranya adalah dari Ali
(2005:11) mengatakan bahwa perkataan sejarah dalam bahasa Indonesia
adalah sama dengan history (Inggris), Geschichte (Jerman) atau geschiedenis
(Belanda). Sementara (Kocchar,2005:1) mengatakan bahwa :
Istilah sejarah berasal dari kata Yunani historia yang
berarti informasi atau penyelidikan yang dirancang
untuk mendapatkan kebenaran. Ini hanya “men-
history-kisah tentang usahanya untuk memuaskan
keinginannya untuk kehidupan sosial yang teratur,
untuk memuaskan cintanya untuk kebebasan dan
untuk memuaskan dahaganya untuk keindahan dan
pengetahuan.
Sementara itu menurut Aristoteles, istoria berarti suatu telaah
sistematis mengenai gejala alam, akan tetapi dalam perkembangannya, bahasa
latin scientia lebih sering digunakan untuk penyebutan penelaahan tentang
gejala alam nonkronologis. Adapun kata istoria biasanya diperuntukkan bagi
penelaahan gejala-gejala yang berkaitan dengan manusia dengan urutan
kronologis. (Madjid dan Wahyudi, 2014:7). Lalu menurut Wallace & Fleet
(2012:160), sejarah adalah suatu penjelasan dari bukti yang ada berdasarkan
waktu lampau. Selanjutnya menurut Majid dan Wahyudhi ( 2014:1), sejarah
adalah pengalaman hidup manusia pada masa lalu dan akan terus sepanjang
usia manusia.
“Inilah yang diajarkan oleh sejarah dari pengalaman: bahwa manusia dan
pemerintahan tidak pernah belajar apapun dari sejarah dan prinsip-prinsip
yang didapat darinya”.
2. Pembelajaran Sejarah
Secara umum pembelajaran sejarah adalah suatu kegiatan yang
dilakukan dalam rangka mengenalkan kejadian-kejadian dalam sejarah kepada
siapa saja dan dalam hal ini siswa sebagai penerima. Menurut Kuntowijoyo
(2005) mengatakan bahwa secara umum sejarah mempunyai fungsi
pendidikan, yaitu pendidikan (1) moral, (2) penalaran, (3) politik, (4)
kebijakan, (5) perubahan, (6) masa depan,(7) keindahan dan (8) ilmu bantu.
Pembelajaran sejarah di sekolah sangat penting bagi siswa karena selain
menanamkan rasa kebangsaan,nasionalisme dan pelajaran berharga dari
peristiwa juga membantu siswa dalam memahami ilmu-ilmu lain seperti yang
dikatakan oleh Kuntowijoyo (2005) bahwa :
Belajar sejarah penting untuk ilmu-ilmu jauh, seperti
kehutanan, arsitektur, kedokteran, dan perencanaan
kota. Untuk dapat mengelola hutan dengan baik perlu
dipelajari sejarah pengelolaan hutan di masa lampau,
disamping belajar konsep-konsep baru seperti hutan
sosial. Banyak bangunan lama dicantumkan dalam arsip
di bawah bangunan sipil. Demikian juga untuk
kedokteran masyarakat, penanggulangan epidemi di
masa lalu penting untuk diketahui. Untuk perencanaan
kota, bukan saja bentuk kota lama perlu diketahui, tetapi
bagaimana orang dulu mengatasi banjir di kota,
bagaimana parit-parit dibangun dan bagaimana selokan
bawah tanah dibuat. Sejarah dapat mengantarkan orang
secara baik, karena sejarah memberikan bantuan untuk
berbagai macam disiplin.
Oleh sebab itu, pembelajaran sejarah sangat penting bagi siswa karena
dengan belajar sejarah siswa secara tidak lansung belajar tentang ilmu-ilmu
lain karena menurut Abdullah, dkk (1999: 23), pemahaman terhadap
bagaimana manusia di masa lampau menemukan pengetahuan dan teknologi
bisa memotivasi anak didik untuk lebih mencintai dan menguasai ilmu
teknologi. Siswa tidak hanya memahami ilmu-ilmu lain tetapi juga belajar
tentang perjuangan bangsa Indonesia dan bangsa lain dan secara tidak
langsung siswa telah berhubungan dengan dunia internasional. Dengan belajar
sejarah, siswa diharapkan dapat mengambil pelajaran berharga dari peristiwa
sejarah yang terjadi karena menurut Abdullah (1999: 23), dengan mempelajari
sejarah, orang dapat menghindari kegagalan dan kesalahan yang pernah
sebelumnya dilakukan serta menemukan sumber-sumber baru untuk
merumuskan visi masa depan.
Guru sebagai pengajar tentu harus dapat merancang pembelajaran
sejarah agar lebih menarik. Banyak permasalahan yang terjadi di dalam
pembelajaran sejarah karena bagi siswa sendiri pelajaran sejarah merupakan
pelajaran yang tidak terlalu difavoritkan dan cenderung membosankan.
Menurut Abdullah dkk (1999: 25), sejarah kurang diminati siswa
karena dianggap kurang bermanfaat bagi masa depan dan tidak penting dalam
dunia kerja. Hal ini diperparah dengan guru sebagai pemateri dan pengajar
tidak dapat menguasai materi lebih-lebih guru yang sifatnya hanya membantu
mengajar padahal bukan bidangnya sehingga pembelajaran sejarah di kelas
menjadi kurang maksimal. Menurut Abdullah dkk (1999: 25) mengatakan
bahwa :
Pennguasaan substansi materi merupakan hal yang
esensial dalam pembelajaran sejarah. Di samping itu
diperlukan penguasaan berbagai konsep dalam sejarah
dengan bantuan ilmu-ilmu sosial yang lain (sosiologi,
antropologi, politik), seperti konsep evolusi, revolusi,
nasionalisme, penjajahan, konflik, perjuangan,
musyawarah, keadilan dan lain-lain untuk
menghindarkan kerancuan dan kekeliruan dalam
pemahaman materi.
Untuk itu guru dituntut untuk kreatif dan mampu menguasai materi
pelajaran agar pembelajaran sejara di kelas berlangsung dengan lancar dan
kondusif sehingga siswa senang dengan pembelajaran sejarah yang dilakukan
oleh guru tersebut.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti akan memaparkan terlebih dahulu tentang
rancangan (metode penelitian) yang akan dilakukan sebelumnya. Dalam penelitian
ini, jenis penelitian yang akan digunakan peneliti yaitu penelitian PTK. Menurut
Arikunto (2015: 1), Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang
memaparkan terjadinya sebab-akibat dari perlakuan,sekaligus memaparkan apa
saja yang terjadi ketika perlakuan diberikan, dan memaparkan seluruh proses
sejak awal pemberian tindakan sampai dengan dampak dari perlakuan tersebut.
Untuk penelitian ini, siswa yang akan dijadikan objek penelitian karena menurut
Sanjaya (2015: 10) siswa merupakan hal yang penting sebelum merencanakan
proses pembelajaran. Sehingga, sebelum penelitian, peneliti akan berangkat dari
keadaan siswa di dalam kelas terlebih dahulu. Untuk menrencanakan Penelitian
Tindakan Kelas ini, ada beberapa siklus model yang digunakan seperti model Kurt
Lewin, Kemmis & Taggart, Ebbut dan model McKerman. Akan tetapi untuk
penelitian ini, penulis akan menggunakan model spiral dari Kemmis & Taggart
karena model ini sudah banyak dipakai oleh para peneliti PTK yang lain.
,
Tahap observasi ini dilakukan agar peneliti dapat mengetahui sejauh mana
keaktifan siswa di kelas. Untuk kali ini, penulis akan berfokus untuk melakukan
penelitian keaktifan siswa dengan menggunakan model pembelajaran picture and
picture. Untuk itu peneliti akan membuat instrumen penelitian yang akan
diperlukan dalam penelitian ini.
skor individu
Keaktifan siswa= x 100 %
skor jumlah
Lisan
Mendengarkan
Menulis
Menggambar
Metrik
Mental
Obser
2. Wawancara
a. Wawancara dengan percakapan informal
3. Dokumentasi
a. RPP
Peneliti akan berkolaborasi dengan guru sejarah di SMA Negeri 1 Singosari
untuk bersama-sama menentukan materi yang akan diajarkan untuk penelitian
kali ini dan menyusun RPP. Untuk RPP ini, peneliti menggunakan kurikulum
2013 bidang sejarah wajib untuk kelas XII.
b. Foto-foto kegiatan
Peneliti akan meminta teman sekaligus observer untuk mendokumentasikan
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan SFE ini.
c. Surat Izin Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti akan mengurus surat
izin penelitian. Pertama-tama peneliti akan mengurus surat izin penelitian dari
pihak Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang, lalu setelah
mendapatkan surat izin penelitian, peneliti akan mengurus surat izin penelitian
di sekolah dari pihak Bakesbangpol Kabupaten Malang dan pihak Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Timur Cabang Kabupaten Malang. Setelah
mendapatkan surat izin penelitian dari instansi tersebut, peneliti akan
mengunjungi SMA Negeri 1 Singosari untuk memohon izin penelitian kepada
pihak sekolah melalui Kepala Sekolah. Setelah itu peneliti akan menemui guru
sejarah SMA Negeri 1 Singosari untuk menentukan langkah-langkah
selanjutnya untuk penelitian ini.
Untuk penilaian, peneliti akan menilai siswa sejauh mana siswa mampu aktif
setelah penerapan SFE ini.
1. Analisis data
1. Analisis Data
2. Evaluasi
Pada tahap evaluasi, peneliti akan mengetahui sejauh mana hasil dari
peneapan SFE terhadap keaktifan siswa. Di tahap ini peneliti melakukan
evaluasi mulai dari awal pelaksanaan kegiatan hingga akhir kegiatan. Hal ini
agar setiap pelaksanaan bisa terpantau sejauh mana pengaruh SFE terhadap
keaktifan siswa ketika peneliti menyampaikan materi pembelajaran. Untuk
rumusnya, penulis menggunakan rumus sebagai berikut :
f
P: x 100 %
N
Dimana :
P : angka presentase
F : frekuensi yang sedang dicari presentasenya
N : Number of Chase (jumlah frekuensi / banyaknya individu.
skor individu
Keaktifan siswa= x 100 %
skor jumlah
3. Refleksi
2. Tahapan
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan pembelajaran bersiklus
yang terdiri dari dua siklus untuk mengetahui sejauh mana penerapan Picture and
Picture dapat meningkatkan keaktifan belajar. Untuk itu, peneliti menggunakan
model yang ditulis oleh Arikunto (2015:42). Gambaran model penelitian bersiklus
ini yaitu :
a. Perencanaan
Untuk melaksanakan penelitian ini, peneliti melakukan perencanaan awal
yaitu menentukan materi ajar yang akan dibuat penelitian dengan
berkonsultasi terlebih dahulu kepada guru pengajar di kelas tersebut. Setelah
itu, melakukan pembuatan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
berdasarkan kurikulum 2013 dengan model pembelajaran SFE.
b. Pelaksanaan Tindakan
Setelah melakukan perencanaan, peneliti melakukan pelaksanaan tindakan di
lapangan dengan memantau keterlaksanaan pemberian tindakan tersebut di
kelas dengan menyampaikan materi pembelajaran dengan model ini apakah
siswa antusias dalam pembelajaran.
c. Pengamatan
Selama melakukan penelitian, peneliti akan mengamati keaktifan siswa pada
saat pelaksanaan tindakan. Untuk itu, peneliti akan meminta bantuan kepada
teman sejawat yang membantu dalam penelitian untuk membantu tindakan
yang akan dilakukan dan guru mata pelajaran sejarah untuk mengamati
pemberian tindakan kepada siswa.
d. Refleksi
Setelah melakukan pengamatan, peneliti melakukan refleksi dengan teman
sejawat dan guru mata pelajaran mengenai tindakan yang telah dilakukan
apakah dalam siklus pertama telah ada peningkatan keaktifan. Apabila dalam
penelitian siklus pertama belum ada peningkatan maka dilanjutkan pada siklus
kedua.
Penelitian PTK ini akan terdiri dari 2 siklus yang siklus kedua dijalankan
apabila dalam siklus yang pertama masih menemui kendala. Penelitian ini
dilakukan dengan observasi yaitu wawancara dengan guru mata pelajaran sejarah
dan observasi di kelas.
1. Siklus 1
a. Pendahuluan