Anda di halaman 1dari 15

RESUME BUKU PSIKOLOGI

“PSIKOLOGI PENGASUHAN ANAK”

DISUSUN OLEH:

THORIQ HALMAR

NPM:200102040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HAMZANWADI

2021
TUGAS RESUME BUKU PSIKOLOGI PENGASUHAN ANAK

1. Judul buku : psikologi pengasuhan anak


2. Tahun terbit : juli 2009
3. Penulis : rifa hidayah,m.si.,psi
4. Editor : endah kurniawatip.,m.si.
5. Desain sampul : robait usman
6. Penerbit : UIN-Malang press
7. Alamat penerbit : malang
8. Jumlah halaman : 298
9. Cetakan : ke-1

RUANG LINGKUP PEMBAHASAN


Buku ini terbit dengan tebal 298 halaman dan terdiri dari 12 bab yg masing masing
bab saling terkait sehingga menjadikan buku ini mudah di pahami,bab-bab yg
terdapat dalam buku”psikologi pengasuhan anak”ini yaitu:

BAB 1 : memahami dinamika perkembangan anak


BAB 2 : peran keluarga dalam pengasuhan anak
BAB 3 :perkembangan anak dan implikasinya pada pengasuhan anak
BAB 4 :memahami perkembangan remaja
BAB 5 :memahami perbedaan individual
BAB 6 :konsep diri dan penyesuaian social anak
BAB 7 :menghindarkan anak dari kekerasan
BAB 8 :mengembangkan keberkatan anak
BAB 9 :membantu anak mengatasi sulit belajar
BAB 10 :penanganan anak berkesulitan membaca
BAB 11 :mengatasi kecemasan anak dalam menghadapi tes
BAB 12 :urgensi agama dalam upaya penanggulangan remaja nakal
BAB 1
MEMAHAMI DINAMIKA PERKEMBANGAN ANAK

A. Pendahuluan

Pada dasarnya setiap manusia diberikan kemampuan- kemampuan tertentu oleh Allah swt. Setiap anak
yang telah diciptakan-Nya memiliki potensi dan bakat di dalam dirinya yang perlu dikembangkan.
Memahami perkembangan dan pertumbuhan dalam psikologi pendidikan sangat penting. Perubahan
yang terjadi pada keduanya sangat relevan dan berpengaruh dalam pendidikan. Dengan memahami
perkembangan secara menyeluruh dari mulai anak-anak sampai tingkat dewasa akan memudahkan
individu untuk mengenal individu lain.

B. Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia

Perkembangan merupakan terjemahan dari developmental. Perkembangan berorientasi pada


psikologis/kejiwaan atau mental, sedangkan pertumbuhan merupakan terjemahan dari growth yang
lebih berorientasi pada aspek fisik/jasmani seperti perubahan struktur faali, misalnya: berat badan,
bentuk tubuh, dan lain-lain.

Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif, yaitu peningkatan ukuran dan struktur. Tidak
hanya secara fisik namun juga ukuran dan struktur organ dalam dan otak meningkat. Sedangkan
perkembangan berkaitan dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif. Ia dapat didefinisikan sebagai
deretan progresif dari perubahan yang teratur dan koheren. “Progresif” menandai bahwa perubahannya
terarah, membimbing mereka maju dan bukan mundur. “Teratur” dan “koheren” menunjukkan adanya
hubungan nyata antara perubahan yang terjadi dan yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
Meskipun keduanya mempunyai makna yang berbeda, tetapi keduanya sulit dipisahkan. Hal ini
disebabkan keduanya saling terkait, dan pada peristiwa perubahan faali diikuti dengan perubahan fungsi
psikologis, misalnya perilaku psikologis dan perubahan fungsi psikologis diikuti dengan pertambahan
umur kronologis.

C. Perkembangan Anak

Setiap manusia berkembang secara individual dan tidak Sama antara satu dengan yang lain, ada yang
berkembang secara Wajar, cepat dan ada pula yang lambat perkembangannya. Secara fisik, anak usia
balita sedang mengalami masa pertumbuhan yang sangat pesat. Pertumbuhan otak dan kepala anak
lebih cepat dari pada pertumbuhan organ yang lain. Pertumbuhan otak anak menurut banyak ahli, sejak
lahir sudah mencapai 25% ukuran dewasa, Pada usia 18 bulan sudah mencapai 50%, pada usia 6 tahun
mencapai 90% dan pada usia 18 tahun mencapai 100%. Mengingat hal tersebut, maka keberhasilan anak
dalam menghadapi tantangan fisik mempunyai arti yang lebih luas bagi anak dan merasa berani
mencoba hal-hal lain yang mengembangkan kecerdasannya, oleh karena itu pemenuhan kebutuhan fisik
bagi anak sangat diperlukan karena akan mempengaruhi pertumbuhan fisiknya. Pemenuhan kebutuhan
fisik dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan makanan, minuman, udara segar, gizi, istirahat, dan
semacamnya. Bila orangtua menginginkan anaknya tumbuh normal dan sehat dari sisi kejiwaannya,
anak harus dihargai dan dilindungi dari tindak kekerasan, baik kekerasan dalam bentuk fisik maupun
verbal dengan tidak mendidik anak secara budaya otoriter.

 Anak jika ditinjau segi emosionalnya masih bersifat egosentris. Pada saat-saat tertentu anak ingin
mengekspresikan emosinya dan perlu mendapatkan perhatian yang tepat. Bahkan masa berikutnya
meskipun secara emosional relatif tenang akan tetapi emosi anak meninggi dan kadang sulit dihadapi.
Karena itulah bimbingan secara tepat dengan penuh kasih sayang pada anak akan dapat mengakibatkan
emosi anak akan berkembang dengan sehat.

D.gangguan perkembangan

 faktor intern(semua faktor yg berada di dalam diri anak tersebut)yg meliputi Faktor fisik dan
factor psikis
 faktor ekstern :semua faktor yg berada di luar diri,seperti factor keluarga.

BAB 2

PERAN KELUARGA DALAM PENGASUHAN ANAK

A. Pendahuluan

Anak termasuk individu unik yang mempunyai eksistensi dan memiliki jiwa sendiri, serta
mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan iramanya masingmasing
yang khas. Masa kehidupan anak sebagian besar berada dalam lingkup keluarga. Karena itu, keluargalah
yang paling menentukan terhadap masa depan anak, begitupula corak anak dilihat dari perkembangan
sosial, psikis, fisik, dan relegiusitas juga ditentukan oleh keluarga.

B. Pola Pengasuhan Anak

Pola asuh yang baik dan sikap positif lingkungan serta penerimaan masyarakat terhadap
keberadaan anak akan menumbuhkan konsep diri positif bagi anak dalam menilai diri sendiri. Anak
menilai dirinya berdasarkan apa yang dialami dan dapatkan dari lingkungan. Jika lingkungan masyarakat
memberikan sikap yang baik dan positif dan tidak memberikan label atau cap yang negatif pada anak,
maka anak akan merasa dirinya cukup berharga sehingga tumbuhlah konsep diri yang positif.

C. Peran Keluarga dalam Pengasuhan Anak,

Beberapa peran keluarga dalam pengasuhan anak adalah sebagai berikut:


1. Terjalinnya hubungan yang harmonis dalam keluarga melalui penerapan pola asuh Islami sejak dini,
yakni:
a) Pengasuhan dan pemeliharan anak dimulai sejak pra konsepsi pernikahan. Ada tuntunan bagi
orangtua laki-laki maupun perempuan untuk memilih pasangan yang terbaik sesuai tuntutan agama
dengan maksud bahwa orangtua yang baik kemungkinan besar akan mampu mengasuh anak dengan
baik pula.

b) Pengasuhan dan perawatan anak saat dalam kandungaan,setelah lahir dan sampai masa masa-
dewasa dan seterusnya diberikan dengan memberikan kasih sayang sepenuhnya .. dan membimbing
anak beragama menyembah Allah swt.

c) Memberikan pendidikan yang terbaik pada anak, terutama . pendidikan agama. Orangtua yang salih
adalah model terbaik untuk memberi pendidikan agama kepada anak-anak. Penanaman jiwa agama
yang dimulai dari keluarga, semenjak anak masih kecil dengan cara membiasakan anak dengan tingkah
laku yang baik. Dengan mencontoh keteladan Rasulullah saw, sebagai keteladanan yang terbaik,
orangtua hendaknya memberikan keteladanan bagi anak. Salah satu contoh keteladanan Rasulullah saw
adalah dengan menanamkan nilai-nilai akhlakul karimah.

BAB 3
perkembangan anak dan implikasinya pada pengasuhan anak

A.Pendahuluan

Beberapa ahli psikologi membagi tentang priodisasi anak menjadi dua kelompok yaitu masa anak awal
dan anak akhir.masa kanak-kanak awal adalah masa secara umum kronologis ketika seorang berumur
antara 2-6 tahun. Kehidupan anak pada masa ini dikategorikan sebagai masa bermain, karena hampir
seluruh waktu dipergunakan untuk bermain. Masa akhir anak-anak (6-12 tahun), masa ini sering disebut
sebagai masa sekolah.

B.perkembangan anak usia dini

Tugas perkembangan menurut havighurst adalah tugas tugas yang muncul pada setiap priode
perkembangan individu selama hidupnya.muncul tugas perkembangan pada diri seseorang juga sangat
dipengaruhi oleh adanya: Kematangan fisik, tuntutan kultur dari masyarakat, dan nilai serta aspirasi
individu. Individu yang mampu menyelesaikan tugas perkembangan dalam periode perkembangan
tertentu akan membuat individu bahagia dan membantu individu untuk menyelesaikan tugas
perkembangan berikutnya. Namun jika individu tidak mampu menyelesaikan tugas pada masa tertentu
akan menghambat tugas perkembangan berikutnya.
BAB 4
memahami perkembangan remaja

A.Pendahuluan

Siswa sekolah menengah termasuk kategori usia remaja ( berusia antara 12-20 tahun). Masa remaja
sering pula disebut adolesensi (Lat. Adolescere = adultus = menjadi dewasa atau dalam masa
perkembangan menjadi dewasa). Masa remaja mempunya tempat yang tidak jelas dalam rangkaian
proses perkembangan Seseorang, masa ini merupakan masa peralihan atau transisi dar masa anak ke
masa dewasa (Monks dkk., 1987). Havighurst (Hurlock 1973) menitikberatkan pada tugas perkembangan
pada mas remaja, yaitu Suatu rangkaian tugas yang harus diselesaikan oleh remaja, tugas
perkembangan pada masa remaja di antaranya adalah mampu menerima kondisi fisiknya dan
mempergunakan secara efektif, mencapai kemandirian emosi dan finansial dari orang tua, dan
mempersiapkan untuk berkeluarga.

B. Perkembangan Remaja
Ciri-ciri remaja menurut Havigurst adalah sebagai berikut:

a. Pertumbuhan fisik
Pertumbuhan fisik pada remaja jelas terlihat pada tungkai dan tangan, tulang kaki dan tangan, otot-otot
tubuh berkembang pesat, sehingga anak kelihatan bertubuh tinggi, tetapi kepalanya masih mirip dengan
anak-anak.

b.Perkembangan seksual
Tanda-tanda perkembangan seksual pada laki-laki antar, Jain alat produksi spermanya mulai
berproduksi, meng, alami mimpi basah yang pertama. Sedangkan pada wanit rahimnya sudah bisa
dibuahi karena sudah mendapatka menstruasi,

c. Cara berpikir kausalitas


Remaja sudah mulai berpikir kritis sehingga ia akan melawan bila orangtua, guru, lingkungan, masih
menganggapnya anak kecil. Remaja akan menanyakan kenapa hal itu dilarang.

d. Emosi,
Keadaan emosi remaja masih labil. Manifestasi emosi yang sering muncul pada remaja antara lain
hightened emotionality (meningkatnya emosi) yaitu kondisi emosinya berbed dengan keadaan
sebelumnya.

e.Kehidupan sosial remaja, mereka mulai tertarik kepad lawan jenisnya.

f. Menarik perhatian lingkungan.

g. Terikat dengan kelompok.Remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik kepada kelompok
sebayanya.
BAB 5
memahami perbedaan individual

A. Pendahuluan

Manusia mengenal adanya individual differences. Perbedaan antar individu tersebut meliputi kebutuhan
dan keinginan atau hasrat masing-masing yang berbeda. Perbedaan individual sangat dikenal dalam
dunia pendidikan. Masing-masing individu memiliki perbedaan sendiri-sendiri, karena itu perlakuan
terhadap individu menganut prinsip “individual differences”. Perbedaan individu akan dapat dilihat dari
hal-hal sebagai berikut:

1. Perbedaan kemampuan. Perbedaan kemampuan antara individu yg satu eengan yg lain. Perbedaan
kemampuan tersebut dapat dilihat dari:

a. Perhatian.
b. Pengamatan.
Ada beberapa karakteristik individu dalam melakukan pengamatan, yaitu: 1) Tipe visual. Lebih mudah
belajar dengan cara melihat, 2) Tipe auditif. Lebih mudah belajar dengan cara pendengaran, 3) Tipe
gustative. Memiliki der penciuman yang tajam, 4) Tipe faktil. Lebih mudah belajar melalui perabaan, dan
5) Tipe olfaktoris (pengecapan).
c. Ingatan.
d. Intelegensi dan bakat khusus.

2. Perbedaan motivasi.

3. Perbedaan fisik dan jenis kelamin.

4. Lingkungan.

B. Hereditas

1. Pengertian Hereditas

Hereditas adalah proses penurunan/pemindahan cirri-ciri khas generasi yang satu ke generasi
berikutnya dengan melalui plasma benih. Jadi yang diturunkan adalah stukturnya dan bukan
perilakunya.

C. Lingkungan

Adanya perbedaan individual, dilihat dari bakat, minat ,motivasi, kecerdasan, lingkungan fisik dan kelas
sosial. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perbedaan individual. Yang
termasuk lingkungan adalah lingkungan keluarga,lingkungan sosial maayarakat dan lingkungan sekolah
dan lingkungan fisik
BAB 6
konsep diri dan penyesuaian social anak

A.Pendahuluan

Masalah yang muncul di negara Indonesia saat ini sangat kompleks, mulai dari permasalahan politik,
ekonomi, keamanan hingga masalah bencana alam yang sering terjadi di beberapa daerah, misalnya
banjir, kebakaran hutan, gempa bumi maupun gelombang tsunami di berbagai daerah, seperti di Aceh
dan Sumatra Utara. Bencana yang telah terjadi tidak hanya menimbulkan kerugian secara fisik/material,
tetapi juga menimbulkan trauma psikologis pada manusia: tua, dewasa, remaja bahkan pada kehidupan
anak-anak, banyak anak kehilangan orangtua, dan menjadi anak yatim piatu.

Anak merupakan generasi penerus bangsa. Apabila kebutuhan anak terpenuhi secara baik maka
alangkah indahnya dunia, namun pada kenyataannya tidak semua anak terpenuhi kebutuhannya. Ada
beberapa anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya, di antaranya anak korban bencana alam, anak-anak
pengungsi, . korban kekerasan dan pelecehan seksual, pelacur anak, anak yang mengalami cacat fisik
maupun mental yang tidak mendapat perlakuan sebagaimana mestinya, anak-anak yang tinggal di
daerah kumuh dengan kehidupan ekonomi rendah, kehidupan anak yang kehilangan orang tua/ditinggal
meninggal oleh orangtua (anak yatim).

B. Perkembangan Konsep Diri Anak

Beberapa ahli psikologi membagi masa anak menjadi dua masa, yaitu: masa anak awal dan masa anak
akhir. Masa kanakkanak awal secara umur kronologis adalah saat anak berumur : antara 2-6 tahun.
Kehidupan anak pada masa ini dikategorikan sebagai masa bermain, karena hampir seluruh waktu
dipergunakan untuk bermain. Masa akhir anak-anak (6-12 Tahun), di mana masa ini sering disebut
sebagai masa sekolah.

Anak, menurut definisi Konvensi Hak-hak Anak PBB adalah “...setiap manusia yang berusia di bawah 18
tahun kecuali berdasarkan Undang-Undang yang berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa
dicapai lebih awal”. Hal ini berarti menunjukkan bahwa Konvensi PBB menetapkan usia di bawah 18
sebagai anak-anak, namun tetap memberi ruang bagi masing-masing negara untuk menentukan batasan
tersebut. Tetapi, PBB juga menekankan negara-negara anggotanya untuk menyelaraskan peraturan
mereka sesuai dengan Konvensi Hak Anak ini.

C.Konsep Diri

Konsep diri adalah penilaian individu mengenai dirinya sendiri, bukan hanya gambaran deskriptif. Brooks
mendefinisikan konsep diri sebagai “those physical, social, and psychological perceptions of ourselves
that we have derived from experiences and our interaction with others”, yakni konsep diri adalah
pandangan dan perasaan seseorang tentang dirinya baik yang sifatnya psikologis, sosial, maupun fisik.
(Rahmad,1996)

D. Langkah-langkah perawatan dan pengembangkan konsep diri positif bagi anak


Orangtua sebagai pihak yang paling bertanggung jawab pada kehidupan anak. Untuk menghilangkan
penghambat perkembangan konsep diri positif anak diperlukan berbagai kerja sama dari semua pihak
termasuk lingkungan internal (kepribadian anak), dan eksternal anak terutama lingkungan masyarakat
dan penerimaan sosial. Masyarakat harus bisa membantu anak untuk tidak terpengaruh dengan
pelabelan/cap bahwa anak adalah anak yang hanya butuh belas kasihan orang lain, sebab hal ini akan
membuat anak memiliki konsep diri yang negatif.

BAB 7
menghindarkan anak dari kekerasan

A. Pendahuluan

Kekerasan merupakan bagian yang terjadi dalam kehidupan manusia yang selalu menjadi permasalahan
menarik untuk selalu dikaji. Kekerasan mempunyai rentang yang amat luas, mulai dari sekedar
membahas reaksi sampai kepada kekerasan terencana, baik yang melibatkan satu orang korban, sampai
sekian ribu orang meninggal seketika, baik yang dilakukan oleh orang asing maupun oleh suami atau
ayah kandung, baik yang dilakukan oleh orang normal cenderung cerdas, ataupun yang dilakukan oleh
mereka yang menderita gangguan psikologis akut, bahkan kekerasan dapat terjadi di manapun dan oleh
siapapun, termasuk anak-anak.

B. Tayangan-tayangan Kekerasan dalam Televisi

Harus diakui memang ada unsur yang bersifat positif, terutama dari segi pendidikan yang diberikan
televisi. Banyak orang: tua menceritakan bagaimana anak-anaknya jadi semangat belajar dengan adanya
tayangan Indosat Galileo setiap Minggu malam, atau LG PRIMA di Indosiar. Dengan menonton televisi,
anak memahami bahaya narkoba dan cara kerja para pengedar melalui program pemberitaan di televisi.
Ini adalah beberapa daftar manfaat edukatif positif yang diberikan televisi melalui program-program
tertentu. Tetapi, tayangan yang ada di televisi kebanyakan mengardung unsur kekerasan dengan
banyaknya penampilan pembunuhan, pertikaian, perkelahian pelajar, dan sebagainya, yang bisa
memberikan dampak negatif bagi para pemirsa, tak terkecuali anakanak. Coleman dan Cressey (1987)
mengemukakan bahwa dalam rangka kriminalitas, mendudukkan kekerasan sebagai salah satu bagian
dalam kriminalitas. Kriminalitas tersebut terbagi dalam tiga bentuk, yaitu: a) Kriminalitas yang disertai
kekerasan (violent Crime), meliputi: pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, dan perampokan, b)
Kriminalitas yang berhubungan dengan hak milik (property crime), seperti pencurian dan pencopetan: c)
Kriminalitas yang berhubungan dengan pelanggaran norma atau kepentingan umum (victimless crime),
seperti pelacuran, korupsi, perdagangan obat terlarang dan sebagainya.
Televisi memang memberikan dampak yang positif dan negatif bagi masyarakat. Dampak yang positif
tentu akan memberikan keuntungan, akan tetapi dampak yang negatif yang menghambat
perkembangan anak dan menimbulkan agresifitas seharusnya untuk dihindari. Oleh karena itu, tayangan
kekerasan dan pornografi yang ada di media termasuk televisi sebaiknya dihentikan. |
BAB 8
mengembangkan keberkatan anak

A. Pendahuluan

Pada dasarnya setiap manusia diberikan kemampuan-kemampuan tertentu oleh Allah swt. Setiap anak
yang telah diciptakan Allah swt memiliki potensi dan bakat di dalam dirinya Yang perlu dikembangkan.
Anak berbakat (the gifted) memiliki keista. mewaan yang lebih tinggi dibanding dengan anak yang lain.
Ke. istemewaan anak berbakat bukan hanya inteligensi yang tinggi akan tetapi mencakup aspek
intelektual juga mencakup kemampuan kreatif, kompetensi sosial, kecerdasan praktikal, kemampuan
artistik, kemampuan musikal, dan kemampuan psikomotor skill (Munich, 2000).

B. Dasar Teori: Keberbakatan

Keberbakatan mempunyai pengertian yang sangat komplek dan bukan merupakan faktor tunggal. Istilah
keberbakatan dala bahasa Inggris adalah giftedness dan untuk anak berbakat digune. kan istilah gifted
children. Bakat adalah kemampuan yang men: pakan suatu yang bersifat “inherent” dalam diri
seseorang, dibawa sejak lahir dan terkait dengan struktur otak (Semiawan, 1997) Keberbakatan menurut
definisi USOE (Munadir, 1982) adalah mereka yang oleh orang-orang profesional diidentifikasi sebagai
anak berbakat yang mampu mempunyai prestasi yang tinggi yang karena mempunyai kemampuan-
kemampuan unggul Anak-anak tersebut memerlukan program pendidikan yang berdiferensiasi dan/atau
layanan di luar jangkauan program sekolah biasa agar dapat merelisasikan sumbangan mereka terhadap
masyarakat untuk teknik pengembangan diri sendiri.

C.Pengembangan dan Pelayanan Anak Berbakat

1.Pengembangan keberbakatan di Indonesia

Kegiatan keberbakatan dari tahun ketahun telah dilaksanakan. Di dalam sejarah keberbakatan dapat kita
lihat pada masamasa awal banyak didirikan sekolah khusus dengan pengayaan kurikulum yang berbasis
psikologi. Pelaksanaan tersebut terutama pada negara-negara berkembang seperti perancis, belgium,
Switzerland. Di Amerika setelah berakhirnya perang dunia II, nasib anak yang berbakat mendapat
penanganan yang lebih serius. Tokoh yang berpengaruh antara lain: James B (Harvard University),
Terman. Perhatian Amerika pada anak anak berbakat di tahun 1970-an lebih terarah. Tahun 1958
Amerika terdorong mengadakan konferensi pendidikan untuk menemukan anak yang berbakat.
Pemunculan kelas-kelas anak berbakat mulai tumbuh di berbagai daerah di Amerika sampai pada
program pasca sputnik menghasilkan prestasi manusia Amerika mendarat di bulan. Minat terhadap
pendidikan anak berbakat setelah pasca stupnik meningkat dan membawa perubahan yang berarti
BAB 9
membantu anak mengatasi sulit belajar

A.Pendahuluan

Menurut undang undang system pendidikan nasional (sisdiknas)no,20 tahun 2003,bab2 pasal
3,pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka men. | cerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertagwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, : beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang . demokratis serta bertanggung jawab.

B. Definisi Kesulitan Belajar

The National Joint Committee Learning Disabilities (NJCLD) mendefinisikan kesulitan belajar adalah
sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan nyata dalam kemahiran dan
penggunaan kemampuan untuk mendengarkan, bercakapcakap, membaca, menulis, menalar, atau
kemampuan dalam bidang matematika. Gangguan tersebut diduga disebabkan oleh adanya disfungsi
sistem syaraf pusat. Meskipun suatu kesulitan belajar mungkin terjadi bersamaan dengan adanya
kondisi lain yang mengganggu (misalnya dengan gangguan sensoris, tuna grahita, hambatan sosial dan
emosional) atau berbagai pengaruh lingkungan (misalnya perbedaan budaya, pembelajaran yang tidak
tepat, berbagai faktor psikogenetik), berbagai hambatan tersebut bukan penyebab utama atau
pengaruh langsung.

D. Teori Kesulitan Belajar

Untuk melihat tinjuan dari psikologi perlu melihat aspek perkembangan psikologi ditinjau dari aspek
perkembangan anak. Teori perkembangan, meliputi:

*Kesulitan belajar akibat kelambatan kematangan dari fungsi neurologis, motorik, kognitif, dan afektif.

* Adanya tuntutan lingkungan sosial (termasuk orangtua dan sekolah) untuk mencapai prestasi
akademik sebelum mencapai kematangan dan kesiapan yang tidak sesuai dengan perkembangan.

*Semua individu memiliki tahapan tahapan perkembangan yang alami dan waktu kematangan berbagai
ketrampilan, karena itu problem belajar anak mungkin merupakan kelambatan dalam perkembangan
dari proses tertentu.
BAB 10
penanganan anak berkesulitan membaca

A.Pendahuluan

Keberhasilan proses pembelajaran di sekolah merupakan tanggung jawab


bersama;pendidik,masyarakat,orang tua maupun pemerintah. Bagi anak yang secara mental dan fisik
sehat akan lebih mudah mencapai keberhasilan dalam proses belajar. Tetapi, bagi siswa yang
berkebutuhan khusus atau mengalami kesulitan belajar dengan adanya pendidikan khusus yang
jumlahnya masih terbatas maka aktivitas belajar dapat menjadi beban yang berakibat pada putus
sekolah.

B.Disleksia
1.pengertian disleksia

Banyak tokoh yang mengungkapkan pendapatnya mengenai disleksia.istilah disleksia berasal dari bahasa
yunani,yaitu”dys”yang berarti “sulit dalam” dan lex (berasal dari legein, yang artinya “berbicara"). Jadi,
menderita disleksia berarti menderita kesulitan yang berhubungan dengan kata atau simbol-simbol tulis.
Istilah disleksia dikemukakan dalam berbagai pendapat, yaitu disleksia dianggap sebagi kesulitan belajar
spesifik, kesulitan membaca, dan disleksia perkembangan (developmental dyslexsia).

C.Kesulitan Membaca:Pendekatan Teori Kognitif Dan Teori Sensori Motorik

Studi disleksia berdasarkan neuropatologi otak dari individu yg terkena disleksia.gangguan kesulitan
membaca/disleksia menurut tokoh biologi terletak pada gangguan fungsi otak, pada belahan otak
sebelah kiri, dan terkadang otak di belahan otak kanan. Perkembangan disleksia dalam bahasa yang
berbeda bersumber - dari biologis: gangguan pada otak kiri yang berhubungan dengan proses fonologi.
Bagian otak yang diduga berkaitan dengan terjadinya disleksia, antara lain: (a) Corpus Callosum kiri, (b)
Lobus parietotemporal kiri, berperan dalam proses pencocokan antara fonem dan grafem (grapheme):
(c) Lobus temporal kiri, berperan dalam proses fonologis dasar: (d) Lobus pre-frontal, pusat output dari
semua kemampuan seseorang.
Bagi ahli psikologi kognitif dan neuroscientist sampai sekarang menyetujui bahwa disleksia mempunyai
sumber yang sama dalam bahasa yang berbeda, yaitu: penurunan aktifitas dalam korteks kiri, bagian
otak dihubungkan dengan tulisan ke suara (Paulesu et al, 2001, Shaywitz et al, 1998).

D. Penanganan Anak Berkesulitan Membaca

Mengingat kompleksnya permasalahan kesulitan belajar membaca membutuhkan penanganan secara


multidisipliner dari : berbagai bidang keilmuan, di antaranya: (a) psikologi, (b) medis, (c) pendidikan, (d)
speach therapy/terapi wicara. Penanganan terhadap kasus disleksia membutuhkan pelayanan yang
kompleks tidak hanya pada pelatihan fonologi, tetapi juga pada sensorimotoriknya yang mencakup
visual-auditori. Anak-anak disleksia membutuhkan instruksi yang sistematis dan alpikasi yang bisa
diberikan dalam konteks literatur yang baik dan diintegrasikan dengan tulisan. Menurut Green
(Wadlinton, 2002) bahwa program yang efektif untuk siswa yang terkena disleksia adalah dengan
menggunakan instruksi multi sensor, seperti visual, kinestetik, auditori, kinestetik, dan metode lain.

BAB 11
mengatasi kecemasan anak dalam menghadapi tes

A.PENDAHULUAN

Kecemasan menghadapi tes merupakan keluhan yang sering dialami siswa di sekolah dalam seluruh
tingkat pendidikan, mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi (Hyland,1999), Fenomena di
Indonesia terlihat pada sebagian besar pelajar tingkat menengah di Indonesia saat menghadapi ujian
akhir nasional sebagian pelajar di landa kecemasan (hyland,1999)

B. Kajian Teori — Kecemasan menghadapi tes

Kecemasan menghadapi tes merupakan kecemasan yang bersifat state anxiety yaitu cemas menghadapi
situasi yang tidak pasti dan tidak menentu terhadap kemampuannya dalam menghadapi tes, berupa
emosi yang kurang menyenangkan yang dialami oleh individu saat menghadapi tes dan bukan
kecemasan sebagai sifat yang melekat pada kepribadiannya. Kecemasan menghadapi tes merupakan
pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan mengenai kekhawatiran/ketegangan, berupa perasaan
cemas,

Efektivitas Ayat al-Our'an dalam Menurunkan Kecemasan Menghadapi Tes

Efektivitas al-Our'an dalam penurunan kecemasan menghadapi tes secara psikologi dapat dijelaskan
juga melalui teori elaboration likelihood model yang dikemukakan oleh Petty. Menurut teori ini ada dua
jalur proses pesan yang dapat dipilih individu, guna untuk memikirkan tentang pesan yang disampaikan.
Pemilihan ini didasarkan pada urgensi dan relevansi pesan. Proses pertama apabila individu memberikan
perhatian penuh terhadap pesan dan argumentasinya dan karenanya ia menerima persuasif melalui
jalur sentral (central route). Jika pesan informasi dianggap penting dan sesuai dengan kebutuhan
personal maka akan terjadi central route. Lewat jalur sentral akan terjadi pemikiran secara hatihati dan
mendalam terhadap isi pesan tersebut, mereka akan memutuskan apakah isinya disetujui atau tidak
oleh belief. Proses persuasif pada rute ini dipengaruhi oleh kualitas argumentasinya dan sejauh mana
argumentasi yang disampaikan meyakinkan. Central route akan berhasil jika hanya kualitas argumen
sangat meyakinkan. Proses kedua adalah lewat jalur periferal (peripheral route). Tanpa pemikiran yang
mendalam, hampir otomatis, di mana persuasi mendapat respon langsung dari individu. Proses persuasif
pada jalur ini tergantung pada kehadiran tokoh kunci .
BAB 12
urgensi agama dalam upaya penanggulangan remaja nakal

A. Pendahuluan

Masa remaja biasanya dianggap sebagai masa yang indah, menyenangkan namun penuh permasalahan.
Secara psikologis masa remaja dianggap sebagai masa transisi (peralihan), antara dewasa dan anak-anak
(Waseso, 1989). Masa remaja disebut juga Sturm and Drang, artinya masa di mana terdapat ketegangan
emosi yang tinggi yang disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam keadaan fisik dan bekerjanya
kelenjar-kelenjar yang terjadi pada waktu ini (Soesilowindradini, 1991). Pada posisi ini remaja menjadi
tidak stabil, agresif, sensitif, dan timbul konflik antara berbagai sikap dan nilai, ketegangan emosional
serta cepat mengambil tindakan yang ekstrem. Manifestasi emosi yang sering muncul pada remaja
dapat menimbulkan kenakalan.

Urgensi Agama bagi Kehidupan Remaja

Agama wajib dijadikan pegangan bagi remaja yang bermasalah. Kondisi psikologis remaja yang sedang
bermasalah akan mewarnai kehidupan beragama remaja. Berbagai penelitian dan fakta kehidupan telah
membuktikan betapa pentingnya agama bagi kehidupan remaja. Johnstons dalam penelitiannya
membuktikan bahwa seorang remaja yang taat menjalankan perintah ajaran agamanya dan menjauhi
larangan agamanya dapat melindungi dan menolong dirinya dari masa remaja yang penuh risiko
(Johnstons, 2000).

Dinamika perkembangan agama remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a) pengaruh
pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial, termasuk pendidikan orangtua, tradisi-tradisi
sosial, tekanan lingkungan sosial yang disepakati lingkungan itu, b) berbagai pengalaman yang
membentuk sikap keagamaan, terutama pengalaman-pengalaman mengenai keindahan, keselarasan,
kebaikan di dunia ini, konflik moral, dan pengalaman emosi beragama, c) kebutuhan yang belum
terpenuhi terutama kebutuhan keamanan, cinta kasih, harga diri serta ancaman kematian, dan d).
berbagai proses pemikiran verbal atau faktor intelektual (Thoules, 1995).
penutup

buku ini tampil dengan sangat menarik disertai dengan bahasanya yg mudah di pahami dan mudah di
cerna oleh semua kalangan khususnya para mahasiswa.
di dalam buku ini setiap bab di bahas secara rinci yg memudahkan para pembaca memiliki pemahaman
secara komperhensif.

Anda mungkin juga menyukai