Anda di halaman 1dari 11

2015

STRATEGI
PEMBELAJARAN
Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)

LUTFI KOTO
STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI (SPI)

Oleh : Lutfi Koto

A. Pengertian Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)

1. Penngertian SPI Menurut Para Ahli

a. Wina Sanjaya (2012 : 196)


Strategi pembelejaran inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekan pada proses berfikir secara kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyaan

B. Ciri-ciri SPI

Berikut ini ciri-ciri SPI menurut Wina sanjaya (2012 : 196) adalah
sebagai berikut :
1. Strategi pembelajaran menenkankan kepada aktifitas siswa secara
maksima untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri
menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran,
siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan
guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti
dari materi pelajaran itu sendiri.
2. Seluruh aktifitas yang dilakukan siswa diserahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan
demikian, strategi pembelajaran menempatkan guru bukan sebagai sumber
belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
Aktifitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab
antara guru dan siswa. Oleh karena itu kemampuan guru dalam
2

menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan


inkuiri.
3. Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah
mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis, dan kritis,
atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses
mental. Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya
dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka
dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya
menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuan
berfikir secara optimal; namun sebaliknya, siswa akan dapat
mengembangkan kemampuan berfikirnya manakala ia bisa menguasai
materi pelajaran.
Lebih lanjut, Wina Sanjaya menjelaskan strategi pembelajaran inkuiri
akan efektif apabila :
1. Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu
permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demikian dalam strategi
pembelajaran inkuiri penguasaan materi pelajaran bukan sebagai tujuan
utama pembelajaran, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu
pembuktian.
2. Jika bahan pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap
sesuatu.
3. Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki
kemauan dan kemampuan berfikir. Strategi inkuiri akan kurang berhasil
diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemamapuan untuk
berfikir.
4. Jika jumlah siswa yang belajar tidak terlalu banyak sehingga bisa
dikendalikan oleh guru.
5. Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan
yang berpusat pada siswa.
3

C. Prinip-prinsip penggunaan SPI

SPI merupakan strategi yang menekankan kepada pengembangan


intelektual anak (Wina sanjaya : 2012). Menurut Piaget (dalam Sanjaya 2012)
Perkembangan mental anak dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu (1) maturation,
(2) physical experience, (3) sosial experience, (4) equilibration. Berdasarkan
teori yang dikemukakan oleh piaget diatas, Wina Sanjaya berpendapat bahwa
terhadap beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dalam
penggunaan SPI, yaitu :
1. Berorientasi pada Pengembangan Intelektual
Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan
kemampuan berfikir. Dengan demikian, strategi pembelajaran ini selain
berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses
pembelajaran dengan menggunakan strategi inkuiri bukan ditentukan oleh
sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi seajuh
mana siswa beraktifitas mencari dan menemukan sesuatu. Makna dari
“sesuatu” yang harus ditemukan oleh siswa melalui prose berfikir adalah
sesuatu yang dapat ditemukan, bukan sesuatu yang tidak pasti, oleh sebab
itu setiap gagasan yang dikembangkan adalah gagasan yang dapat
ditemukan.
2. Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik
interaksi antra siswa meupun interaksi berarti menempatkan guru bukan
sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur
interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan (directing) agar siswa
mengembangkan kemampau berfikirnya melalui interaksi mereka.
Kemampuan guru untuk mengatur interaksi pekerjaan mudah. Sering guru
terjebak oleh kondisi yang tidak tepat oleh kondisi interaksi itu sendiri.
Misalnya interaksi hanya berlangsung pada siswa yang hanya berlangsung
antar siswa yang mempunyai kemampuan berbicara saja walaupun pada
kenyataan pemahaman siswa tentang substansi permasalahan yang
4

diberikan sangat kurang; atau guru justru menanggalkan peran sebagai


pengatur interaksi itu sendiri.
3. Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan SPI adalah
guru sebgai penanya. Sebab, kemampuan siswa unuk menjawab setiap
pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berfikir.
Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah
inkuiri sangat diperlukan. Berbagai jeis dan teknik bertanya perlu dikuasai
oleh setiap guru, apakah itu bertanya hanya sekedar untuk meminta
perhatian siswa, bertanya untuk melacak, bertanya untuk mengembagnkan
kemampuan, atau bertanya untuk menguji.
4. Prinsip Belajar untuk Berfikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar
adalah proses berfikir (learning how to think), yakni proses
mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan;
baik otak reptil, otak imbik, maupun otak neokortek. Pembelajaran berfikir
adalah pemanfaatan dan pengunaan otak secara maksimal. Belajar yang
hanya cenderung memanfaatkan otak kiri, misalnya dengan memaksa anak
untuk berfikir logis dan rasional, akan membuat anak dalam posisi “kering
dan hampa”. Oleh karena itu, belajar berfikir logis dan rasional perlu
didukung oleh pergerakan otak kanan, misalnya dengan memasukkan
unsur-unsur yang dapat memerangi emosi, yaitu unsur estetika melalui
proses belajar yang menyenangkan dan menggairahkan.
5

5. Prinsip Keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan.
Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan
kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan
logika nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang
menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus
dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah mengembangkan hipotesis
dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.

D. Langkah Pelaksanaan SPI

Berikut ini langkah-langkah penggunaan SPI menurut Wina Sajaya


(2012 : 201) adalah : (1) orientasi, (2) merumuskan masalah, (3) mengajukan
hipotesis, (4) mengumpulkan data, (5) menguji hipotesis, (6) merumuskan
kesimpulan. Lebih lanjut Wina Sanjaya menjelaskan langkah-langkah
penggunaan SPI sebagai berikut :
1. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau
iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan
agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Berbeda pada tahapan
prepation dalam strategi pembelajran ekspositori (SPE) sebagai langkah
untuk mengkondisikan agar siswa siap menerima pelajaran, pada langkah
orientasi dalam SPI, guru merangsang dan mengajak siswa untuk berfikir
memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat
penting. Keberhasilan SPI sangat tergantung pada kemauan dan
kemampuan itu tak mungkin proses pembelajran akan berjalan dengan
lancar. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini
adalah :
a. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat
dicapai oleh siswa.
6

b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa


untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah
inkuiri serta tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri
serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah
sampai dengan merumuskan kesimpulan.
c. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan
dalam rangka memberikan motivasi belajar.
2. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada
suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan
adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu.
Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan
masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari
jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting
dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan
memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya
mengembangkan mental melalui proses tersebut siswa akan memperoleh
pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental
melalui proses berfikir. Dengan demikian, teka-teki yang menjadi masalah
dalam berinkuiri adalah teka-teki yang mengandung konsep yang jelas
yang harus dicari dan ditemukan. Ini penting dalam pembelajaran inkuiri.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah,
diantaranya :
a. Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Siswa akan
memiliki motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan dalam
merumuskan masalah yang hendak dikaji. Dengan demikian, guru
sebaiknya tidak merumuskan sendiri masalah pembelajaran, guru
hanya memberikan topik yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana
rumusan masalah yang sesuai dengan topik yang telah ditentukan
sebaiknya diserahkan kepada siswa.
7

b. Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang


jawabannya pasti. Artinya, guru perlu mendorong agar siswa dapat
merumuskan masalah yang menurut guru jawaban sebenarnya sudah
ada, tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawabannya secara pasti.
c. Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah
diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Artinya, sebelum masalah itu
dikaji lebih jauh melalui proses inkuiri, guru perlu yakin terlebih
dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-
konsep yang ada dalam rumusan masalah. Jangan harapkan siswa
dapat melakukan tahapan inkuiri selanjutnya, manakala ia belum
paham konsep-konsep yang terkandung dalam rumusan masalah.
3. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk berfikir pada
dasarnya sudah dimili sejak individu itu lahir. Potensi berfikir itu dimulai
dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengira-ngira
(berhipotesis) dari suatu permasalahan. Manakala individu dapat
membuktikan tebakannya, maka ia akan sampai pada posisi yang bisa
mendorong untuk berfikir lebih lanjut. Oleh sebab itu, potensi untuk
mengembangkan kemampauan menebak pada setiap individu harus dibina.
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan
kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan
mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat
merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai
perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji,
perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus
memiliki landasan berfikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang
dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berfikir logis itu
sendiri akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimliki
serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu yang kurang
8

mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional


dan logis.
4. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi
pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang
sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data
bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi
juga membutuhkan ketekunan dan menggunakan potensi berfikirnya. Oleh
sebab itu, tugas dan peran guur dalam tahapan ini adalah mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berfikir
mencari informasi yang dibutuhkan. Sering terjadi kemacetan berinkuiri
adalah manakala siswa tidak apresiasif terhadap pokok permasalahan.
Tidak apresiasif itu biasanya ditunjukkan oleh gejala-gejala ketidak
bergairahan dalam belajar. Manakala guru menemukan gejala-gejala
ketidak semacam ini, maka guru hendaknya secara terus-menerus
memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui penyuguhan
berbagai jenis pertanyaan secara merata kepada seluruh siswa sehingga
mereka terangsang untuk berfikir.
5. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang
dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh
berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis
adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan.
Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan
kemampuan berfikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan
bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh
data yang ditemukan dan dapat dipertanggung-jawabkan.
6. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan
yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Menurumuskan
9

kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran. Sering


terjadi, oleh karena banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan
kesimpulan yang dirumuskan tidak berfokus terhadap masalah yang
hendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat
sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data yang relevan.

E. Peran Guru dalam SPI

Menurut Zalfendi dkk (2011 : 262) dalam SPI guru berperan sebagai
berikut :
1. Menstimulir dan menantang siswa untuk berfikir
2. Memberikan fleksibelitas atau kebebasan unutk berinisiatif dan bertindak
3. Menentukan diagnosa kesulitan-kesulitan siswa dan membantu
mengatasinya
4. Mengidentifikasi dan menggunakan “teach able moment” sebaik-baiknya.

Lebih lanjut Zalfendi menyatakan, hal-hal yang perlu distimulir dalam


proses belajar melalui “inquiry” adalah sebagai berikut :
1. Otonomi siswa
2. Kebebasan dan dukungan pada siswa
3. Sikap keterbukaan
4. Percaya kepada diri sendiri dan kesadaran akan dihargai
5. Self-concept
10

F. Keunggulan dan Kelemahan SPI

Adapun keunggulan dan kelemahan SPI menurut Wina Sanjaya (2012 :


208) adalah sebagai berikut :
2. Keunggulan SPI

a. SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada


pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara
seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih
bermakna.
b. SPI dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan
gaya belajar mereka.
c. SPI merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan
psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses
perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
d. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani
kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Artinya,
siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat
oleh siswa yang lemah dalam belajar.
3. Kelemahan SPI

a. Jika SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit


mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
b. Strategi ini sulit merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur
dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
c. Kadang-kadang dalam mengimplemetasikannya, memerlukan waktu
yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan
waktu yang telah ditentukan.
d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran, maka SPI akan sulit diimplementasikan
oleh setiap guru.

Anda mungkin juga menyukai