Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN & ASUHAN KEPERAWATAN

GERONTIK DENGAN HIPERTENSI

Dosen Pengampu : Yuli Ernawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep

DISUSUN OLEH:

NAMA : FEBRI TRISAPUTRA

NIM : PN.200843

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA HUSADA
YOGYAKARTA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI

A. Mind Mapping Konsep Lansia.


LANSIA

Pengertian Perkembangan Lansia


Lanjut usia adalah seseorang yang memiliki usia 60
2) Tahap Penuaan : Semua orang akan mengalami proses menjadi tua.
tahun keatas (kemenkes RI, 2016)
3) Tahap penurunan : Masa tua merupakan masa hidup manusia yang
terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran
Batasan/Klasifikasi lansia fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat
1. WHO (1999) melakukan tugasnya sehari-hari lagi dan sebagian besar dipengaruhi
1) Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun, oleh faktor genetik
2) Usia tua (old) :75-90 tahun,
3) Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.
2. Depkes RI (2005) Permasalahan lansia di Indonesia
1) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,
2) Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas, 1) Masalah fisik

2) Masalah kognitif ( intelektual )

3) Masalah emosional
Ciri-ciri lansia
1) Lansia merupakan periode kemunduran.
2) Lansia memiliki status kelompok Tujuan pelayanan kesehatan lansia
minoritas.
1) Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf yang setinggi-
3) Menua membutuhkan perubahan peran. tingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan.

4) Penyesuaian yang buruk pada lansia 2) Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas-aktifitas fisik dan mental

3) Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia yang menderita suatu
Pendekatan perawatan pada lansia penyakit atau gangguan, masih dapat mempertahankan kemandirian yang
1) Pendekatan Fisik optimal.

2) Pendekatan Psikologis 4) Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan perhatian pada lansia
yang berada dalam fase terminal sehingga lansia dapat mengadapi kematian
3) Pendekatan Sosial dengan tenang dan bermartabat.
Etika pada pelayanan kesehatan lansia LANSIA Fisik
1) Empati Terjadi gangguan dan penurunan pada sistem indra,
2) Non maleficience integument, muskuloskletal, kardivaskuler, respirasi,
pencernaan dan metabolism, perkemihan, saraf,
3) Otonomi reproduksi
P
E
R
U Psikologis
Teori Penuaan B
A 1) Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan
1) Teori Biologi
H seksual
1) Teori seluler A
N 2) Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang
2) Sintesis Protein (Kolagen dan Elastis) serta diperkuat oleh tradisi dan budaya.
L
3) Keracunan Oksigen A 3) Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam
N
4) Sistem Imun S kehidupan.
I
5) Teori Menua Akibat Metabolisme 4) Pasangan hidup telah meninggal.
A
2) Teori Psikososial 5) Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau
masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi,

Peran Sosial Pekerjaan


Sosial
Akibat berkurangnya fungsi indera maka muncul Pada umumnya perubahan ini diawali ketika
gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada Dibedakan menjadi 5 tipe kepribadian masa pensiun. Meskipun tujuan idealpensiun
lansia sehingga sering menimbulkan keterasingan adalah agar para lansia dapat menikmati hari
Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction
jika keterasingan terjadi akan semakin menolak tua atau jaminan hari tua, namun dalam
personality)
untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kadang- kenyataannya sering diartikan sebaliknya,
Tipe Kepribadian Mandiri (Independent karena pensiun sering diartikan sebagai
kadang terus muncul perilaku regresi
personality kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan,
Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent peran, kegiatan, status dan harga diri.
personality Reaksisetelah orang memasuki masa pensiun
lebih tergantung dari model kepribadiannya
Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility
personality),
B. Mind Mapping Hipertensi.

MANIFESTASI KLINIS DEFINISI ETIOLOGI


1. Sakit kepala (rasa berat di Hipertensi atau tekanan darah tinggi 1. Genetik
tengkuk) adalah peningkatan tekanan darah 2. Obesitas
2. Pandangan kabur atau ganda sistolik lebih dari 140 mmHg dan
3. Stress karena lingkungan
3. Tinnitus (telinga berdengung) tekanan darah diastolik lebih dari
4. Palpitasi 90 mmHg pada dua kali 4. Hilangnya elastisitas jaringan
5. Kelelahan pengukuran dengan selang waktu
6. Nausea lima menit dalam keadaan cukup
7. Epitaksis istirahat/tenang
PENATALAKSANAAN
1. Pengaturan diet
PEMERIKSAAN PENUNJANG 2. Penurunan berat badan
3. Olahraga
1. Pemeriksaan laboratorium
HIPERTENSI 4. Memperbaiki gaya hidup
2. EKG
yang kurang sehat
3. Foto Rontgen

ASUHAN
KEPERAWATAN
KOMPLIKASI
1. Penyakit jantung DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Gagal ginjal PENGKAJIAN 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera
3. Gangguan otak 1. Identitas pasien dan keluarga fisiologis
4. gangguan mata 2. Keluhan utama 2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
4. Riwayat kesehatan Dahulu
4. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan
5. Riwayat Kesehatan Keluarga dengan disfungsi intestinal Gangguan perfusi
6. Pemeriksaan fisik jaringan
C. Rencana Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
.
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri
pencidera fisiologis selama 3x24 jam diharapkan masalah nyeri Observasi
yang dirasakan pasien dapat teratasi dengan
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kriteria hasil : intensitas nyeri
2. Identifikasi respon nyeri non verbal
Tingkat Nyeri 3. Identifikasi faktor yang memperberat dan
meringankan nyeri
Indicator A T
Terapeutik
Keluhan nyeri 2 4
Meringis 2 4 4. Berikan teknik non-farmakologi untuk mengurangi
nyeri
Kesulitan tidur 2 4 5. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
6. Fasilitasi istrahat dan tidur
Edukasi
7. Jelaskan strategi meredakan nyeri
8. Ajarkan teknik nonfarmakologis
Kolaborasi
kolaborasi pemberian analgesik
No SDKI SLKI SIKI
2. Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 Observasi
berhubungan dengan perubahan jam diharapkan pasien tidak mengalami sesak 1. Identifikasi tanda dan gejala penurunan curah jantung
irama jantung nafas dengan kriteria hasil :
2. Monitor tanda-tanda vital secara rutin
Indikator A T
3. Monitor distritmia jantung, termasuk gangguan ritme
Tekanan nadi 3 5 dan konsuksi jantung
Wajah pucat 3 5 4. Monitor status pernafasan terkait adanya gejala gagal
jantung
5. Monitor sesak nafas, kelelahan, takipnea dan
orthopnea
Terapeutik
6. Posisikan pasien semi fowler
7. Dorong aktivitas yang tidak bersaing pada pasien gagal
jantung
Lakukan teknik relaksasi untuk mengatasi stress
No SDKI SLKI SIKI
3 Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 Manajemen energi
dengan ketidaseimbangan suplai jam diharapkan toleransi aktivitas meningkat Observasi
oksigen dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengalami
kelelahan
Indikator A T
2. Monitor pola dan jam tidur
Kemudahan dalam melakukan 3 5 3. Monitor kelelahan fisik dan emosional
aktivitas Terapeutik
4. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
Keluhan lelah 3 5
5. Lakukan latihan rentang gerak pasif/aktif
Kekuatan tubuh bagian atas 6. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
dan bawah Edukasi
7. Anjurkan tirah baring
8. Anjurkan melakukan aktiitas secara bertahap
Kolaborasi
9. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan

No SDKI SLKI SIKI


.
4. Resiko ketidakseimbangan cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen cairan
berhubungan dengan disfungsi selama 3x24 jam diharapkan keseimbangan
Observasi
intestinal cairan meningkat dengan kriteria hasil :
1. Monitor status hidrasi
Indicator A T
2. Monitor berat badan harian
Asupan cairan 2 4 3. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Haluaran urine 2 4
Terapeutik
Edema 2 4
4. Catat intake output dan hitung balance cairan
5. Berikan asupan cairan sesuai keutuhan
6. Berikan cairan intravena jika perlu

Kolaborasi

kolaborasi pemberian diuretik


DAFTAR PUSTAKA

Adrian, J. (2019). Hipertensi Esensial : Diagnosa Dan Tatalaksana Terbaru Pada

Dewasa.

Aspiani, R. yuli. (2016). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular.

Azizah & Lilik Ma’rifatul, (2011). Keperawatan LanjutUsia. Edisi 1. Yogyakarta : Graha

Ilmu

Darmojo RB, Mariono, HH (2004). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi ke-3.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Depkes RI (2005). Pedoman pembinaan Kesehatan Lanjut Usia. Jakarta

Kemenkes RI (2014).Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Pusat Data dan Informasi

Kemenkes RI. Jakarta

Khairunnisa, A. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi di Ruang Angsoka

di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

Nugroho, Wahjudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan

Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan

Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria

Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Trianto, (2014). Pelayanan Peperawatan Pagi Penderita Hipertensi.Jakarta: Bumi Aksara.

Tantut Susanto. (2013). Keperawatan Gerontik. Digital Repository. Universitas Jember.

Undang-Undang No 13 (1998).

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG

KESEJAHTERAAN LANJUT USIA

Anda mungkin juga menyukai