3. Etiologi
1) Teori penurunan hormon
Terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron
pada 1-2 minggu sebelum partus dimulai. Progesteron bekerja
sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan
kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar
progesteron turun.
2) Teori plasenta menjadi tua
Hal tersebut akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah
hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
4) Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia
otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenter.
5) Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus
Frankerhauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya
oleh kepala janin, akan timbul konterkasi uterus.
6) Induksi partus (Induction of labour) Partus dapat pula ditimbulkan
dengan jalan:
a. Gagang laminaria : beberapa laminaria dimasukkan dalam
kanalis srvikalis dengan tujuan merangsang fleksus Frankerhauser
b. Amniotomi : pemecahan ketuban 3)Oksitosin drip : pemberian
oksitosin menurut tetesan per infus
4. Patofisiologi & Patoflow (jika ada)
1) Kala I (kala pembukaan)
a. Tanda dan gejala:
- His sudah Adekuat
- Penipisan dan pembukaan serviks sekurang-kurangnya 3 cm
- Keluar cairan dari vagina dalam bentuk lendir bercampur darah
b. His dianggap Adekuat bila :
- His bersifat teratur, minimal 2x tiap 10 menit dan berlangsung
sedikitnya 40 detik
- Uterus mengeras pada waktu kontraksi, sehingga tidak
didapatkan cekungan lagi bila dilakukan penekanan diujung jari
- Serviks membuka.
c. Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase:
a) Fase laten: berlangsung selama 8 jam.
Pembukaan terjadi sangat lembut sampai mencapai ukuran
diameter 3 cm.
b) Fase aktif dibagi dalam 3 fase lagi, yakni :
(1) Fase akselerasi: dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm
menjadi 4 cm
(2) Fase dilaktasi maksimal: dalam waktu 2 jam pembukaan
brlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
(3) Fase diselarasi: pembukaan menjadi lambat kembali.
Dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap
(10cm)
c) Fase – fase tersebut dijumpai pada primigavida.
Pada multigrafida pun terjadi demikian, akan tetapi fase
laten, aktif, dan diselerasi terjadi lebih pendek. Pemeriksaan
dalam
(1) Perabaan serviks
a. Lunak dan pendataran serviks
b. Masih tebal atau tipis
c. Pembukaan dan arah serviks
(2) Ketuban
a. Sudah pecah atau belum
b. Pembukaan hampit lengkap : pecahkan ketuban
(3) Bagian terendah dan posisinya
a. Leopold 3 dan 4
b. Kepala: keras, bulat teraba sutura
c. letak kepala: penurunan kadar bidang hodge, ada
caput succadeneum atau tidak, berapa besarnya
d. Bokong dikenal: lunak, deminatornya tulang
sacrum
(4) Sifat flour albus
(5) Keadaan patologis: tumor, kekakuan serviks, halangan
penurunan bagian terendah Pemeriksaan dalam idealnya
dilakukan minimal 4 jam sekali Bidang Hodge: untuk
menentukan sampai dimanakah bagian terendah janin
turun dalam panggul
HI: bidang hodge yang sudah dibentuk pada lingkaran
PAP dengan bagian atas simfisis dan
promontorium
H II: sejajar dengan hodge I, setinggi bagian bawah
simfisis
H III: sejajar hodge I, II, setinggi spina ischiadica kiri
dan kanan
HIV: sejajar bidang hodge I, II, III setinggi os
coccygeus
2) Kala II
Persalinan kala II dimilai ketika pembukaan lengkap dan berakhir
dengan lahirnya seluruh janin
Tanda dan gejala :
- Ibu ingin meneran
- Perineum menonjol
- Vulva dan anus membuka
- Meningkatnya pengeluaran darah dan lender
- Kepala telah turun didasar panggul
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2-3
menit sekali, kepala janin biasanya sudah masuk diruang panggul,
maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang
secara reflektoris menimbulkan rasa meneran.
Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 45 –60 menit, dan
multipara 15-30 menit.
3) Kala III (kala uri)
a) Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta.
b) Kontraksi dengan amplitudo sama dengan kala I dan II
c) Terjadi penciutan permukaan kavum uteri (tempat implantasi
plasenta)
Pelepasan plasenta
a) Menurut Matthew Duncan: dimulai dari pinggir plasenta (margina)
b) Menurut Schutze: dimulai dari tengah
c) Kombinasi keduanya
Cara Menguji
a) Perasat Kustner
Tangan kanan: tali pusat, tangan kiri → fundus uteri taki pusat masuk
kembali → belum lepas, tetap/tidak masuk → lepas
b) Perasat Klein
Ibu dimnta mengedan → tali pusat turun kebawah, berhenti
mengedan → tali pusat tetap → lepas tali pusat mesuk kembali →
belum lepas
c) Peerasat Strassinan
Tangan kanan → menarik sedikit tali pusat tangan kiri → mengetok-
ngetok fundus uteri terasa getaran : belum lepas
Tanda pelepasan plasenta
a) Perubahan entuk uterus dan TFU
Setelah bayi dilahirkan dan sebelum meomitrium menyesuaikan
dengan perubahan ukuran rongga uterus, uterus berada dalam bentuk
diskoid dan TFU berada dibawah umbilikus. Setalah uterus
berkontraksi dan plasenta didorong kebawah, bentuk uterus menjadi
globular dan TFU menjadi diatas pusat ( sering kali mengarah kesisi
kanan ). Biasanya plasenta lepas dalam 15 – 30 menit, dapat
ditunggu sampai 1 jam.
b) Tali pusat memanjang
Semburan darah yamg tiba – tiba yang diikuti dengan
memanjangnya tali pusat keluar vagina menandakan kelepasan
plasenta dari dinding uterus.
c) Semburan darah tiba – tiba
Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar bersama bantuan dari gravitasi.
Semburan darah yang tiba – tiba menandakan bahwa kantung yang
terjadi retroplasenta telah robek ketika plasenta memisah.
Hal-Hal yang perlu diperhatikan
a) Perdarahan
b) Kelengkapan plasenta
c) Ada tidaknya plasenta suksenturiata
d) Kontraksi rahim, lakukan massage ringan pada korpus uteri
e) Pengosongan kandung kemih >> mencegah atonia uteri
f) Pemberian uterotunika bila perlu
g) Observasi ruptur perineium atau luka episiotomi yang ada >>
hecting
Tertinggalnya sebagian jaringan plasenta
a) Perdarahan peurperium berkepanjangan
b) Bahaya infeksi
c) Polip plasenta
d) Degenerasi gana >> kuriokarsinoma
4) Kala IV
Kala IV adalah kala pemulihan masa yang kritis ibu dan anaknya, bukan hanya
proses pemulihan secara fisisk setelah melahirkan tetapi juga mengawali
hubungan yang baru selama satu sampai dua jam. Pada kala IV ibu masih
membutuhkan pengawasan yang intensive karena perdarahan dapat terjadi,
misalnya karena atonia uteri, robekan pada serviks dan perineum. Rata-rata
jumlah perdarahan normal adalah 100 – 300 cc, bila perdarahan diatas 500 cc
maka dianggap patologi. Perlu diingat ibu tidak boleh ditinggalkan sendiri dan
belum boleh dipindahkan ke kamarnya.
Hal – hal yang harus diperhatikan
a) Kontraksi uterus harus baik
b) Tidak ada perdarahan pervagina atau alat genetalia lain
c) Plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap
d) Kandung kemih harus kosong
e) Luka perineum terawat baik, tidak ada hematoma
f) Bayi dalam keadaan baik
g) Ibu dalam keadaan baik
Patway
5. Tanda dan Gejala
Menurut JNPK-KR (2017), tanda dan gejala persalinan sebagai
berikut:
a. Rasa sakit karena his datang lebih kuat, sering, teratur dengan jarak
kontraksi yang semakin pendek.
b. Keluarnya lendir bercampur darah (blood show) karena robekan-
robekan kecil pada serviks.
c. Ketuban pecah dengan sendirinya.
d. Pada pemeriksaan dalam didapati perubahan serviks (perlunakan,
pendataran, dan pembukaan serviks
6. Komplikasi
13) Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencanakan kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah ditetapkan di lakukan dengan cara melibatkan pasien.
S = Data yang disampaikan langsung oleh klien/keluarga
O = Berdasarkan outcome yang diharapkan
DAFTAR PUSTAKA
JNPK-KR. 2017. Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta: Depkes.
RI. Kurniawan, Ari. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:
Pusdik SDM Kesehatan.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pusat Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pusat Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pusat Pengurus Pusat PPNI