Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN POST NATAL CARE

( POST PARTUM NORMAL)

1. Pengertian Postpartum Normal


Postpartum adalah masa sesudah persalinan dapa tjuga disebut
masanifas(puerperium)yaituma sasesudah persalinan yang diperlukan
untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu.
(Bobak,2010).
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah
lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu
(Hadijono,2008)
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan,
waktu kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap
hadirnya anggota keluarga baru (Mitayani, 2009)

2. Tujuan Pengawasan Postpartum


Dalam masa nifas ini penderita memerlukan perawatan dan pengawasan
yang dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah nanti
keluar dari rumah sakit.
Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah:
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologi.
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi
dan perawatan bayi sehat.
d. Untuk mendapatkan kesehatan emosi.

3. Tahapan Postpartum
Secara umum masa nifas dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Puerperium dini (early puerperium), waktunya 24 jam pertama pasca
kelahiran
b. Puerperium intermedial (immediate puerperium), masa setelah 24 jam
sampai satu minggu
c. Late puerperium, waktunya adalah minggu kedua sampai minggu
keenam

4. Adaptasi Fisiologis Postpartum


a. Sistem Kardiovaskular
1) Volume darah
Perubahan volume darah dipengaruhi oleh kehilangan darah saat
persalinan dan pengeluaran edema fisiologi saat kehamilan.
Volume darah yang bertambah (1000-1500 ml) selama kehamilan
akan berkurang sampai 2 minggu postpartum dan kembali ke
kondisi sebelum kehamilan pada bulan ke-6 postpartum.
2) Cardiac Output
Cardiac Output (CO) akan meningkat dibanding saat kehamilan
pada 30-60 menit setelah persalinan, hal ini disebabkan karena
adanya pemutusan sirkulasi uteroplasenta setelah bayi lahir,
cardiac output ini akan menurun dengan cepat mulai minggu ke-2
postpartum dan kembali pada kondisi sebelum kehamilan pada 24
minggu postpartum.
3) Tekanan darah, nadi, dan temperatur
Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:
Parameter Penemuan normal Penemuan abnormal
Tanda- Tekanan darah < 140 / 90 Tekanan darah > 140 / 90
tanda vital mmHg, mungkin bisa naik mmHg
dari tingkat disaat
persalinan 1 – 3 hari post
partum. Suhu > 380 C
Suhu tubuh < 38 0 C Denyut nadi: > 100 X /
Denyut nadi: 60-100 X / menit
menit
Vital Sign sebelum kelahiran bayi :
Suhu :
 saat partus lebih 37,20C
 sesudah partus naik 0,50C
 12 jam pertama suhu kembali normal
 Nadi :
 60 – 80 x/mnt
 ·Segera setelah partus bradikardi
 Tekanan darah : TD meningkat karena upaya keletihan dan
persalinan, hal ini akan normal kembali dalam waktu 1 jam

Vital sign setelah kelahiran anak :


 Temperatur : Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan
menjadi 380C (100,40F) disebabkan oleh efek dehidrasi dari
persalinan.
 Kerja otot yang berlebihan selama kala II dan fluktuasi
hormon setelah 24 jam wanita keluar dari febris.
 Nadi : Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiacc
output. Nadi naik pada jam pertama. Dalam 8 – 10 minggu
setelah kelahiran anak, harus turun ke rata-rata sebelum
hamil.
 Pernapasan : Pernapasan akan jatuh ke keadaan normal
wanita sebelum persalinan.
 Tekanan darah : Tekanan darah berubah rendah semua,
ortistatik hipotensi adalah indikasi merasa pusing atau
pusing tiba-tiba setelah terbangun, dapat terjadi 48 jam
pertama.
b. Sistem Respirasi
1) Keseimbangan asam-basa
Keseimbangan asam-basa mengalami perubahan selama
persalinan dan pada masa awal pascapartum. Progesteron selama
kehamilan menciptakan suatu kondisi hiperventilasi pada tingkat
alveolus, yang meningkatkan kadar saturasi oksigen tanpa
mengubah frekuensi pernafasan. Kehamilan dicirikan dengan
alkalosis respiratorik dan asidosis metabolik terkompensasi.
Selama persalinan, kondisi ini mulai berubah seiring dengan
peningkatan laktat darah, perubahan pH, dan hipokapnia
(<30mmHg) sampai akhir kala pertama. Kondisi ini terus
berlanjut sampai puerperieum awal, tetapi nilai pada keadaan
tidak hamil yang lebih normal (PCO 2 35-40 mmHg) tampak
dalam beberapa hari. Penurunan kadar progesteron
mempengaruhi hiperkapnea pascapartum ini, yang disertai
peningkatan kelebihan basa dan dan bikarbonat plasma darah.
2) Saturasi oksigen
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24
kali per menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat
atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan
atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu
berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu
nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali
apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan
pada masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada
tanda-tanda syok.
c. Sistem Reproduksi
1) Uterus
Satu minggu post partum tinggi fundus uteri teraba di
pertengahan pusat dengan simpisis dengan berat uterus 500 gr.
Dua minggu post partum tinggi fundus uteri tidak teraba lagi
diatas simpisis dengan berat uterus 350 gr. Enam minggu post
partum fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus 50 gr.
2) Cervix
Servik akan mengalami involusi bersama-sama uterus kira kira
minggu ke 6 pasca persalinan .
3) Tuba falopii dan ligamen
Perubahan histologik pada tuba falopii menunjukkan
pengurangan ukuran sel-sel sekretorik, pengurangan ukuran dan
jumlah sel-sel silia, dan atrofi epitelium tuba. Setelah 6-8
minggu, epitelium mencapai pada kondisi folikular awal
menstruasi. Inflamasi nonbakteri yang sifatnya sementara pada
lumen tuba muncul sekitar hari ke empat.
Ligament yang menyokong uterus, ovarium, dan tuba falopii,
yang telah mengalami ketegangan dan tarikan yang kuat,
relaksasi setelah proses melahirkan. Membutuhkan sekitar 2-3
bulan agar ligamen tersebut kembali ke ukuran dan posisi semula.
4) Pelviks
ligamen fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada
waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-
angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak
jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi
karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Tidak
jarang pula wanita mengeluh kandungannya turun.
5) Vagina dan perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara
bertahap ke ukuran sebelum hami, 6-8 minggu setelah bayi lahir.
Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu keempat,
walaupun tidak akan semenonjol pada wanita nulipara.

Kemudian adanya lochea atau cairan sekret yang berasal dari


cavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Macam-macam lochea:
 Lochea rubra (Cruenta ): berisi darah segar dan sisa–sisa
selaput ketuban , sel-sel desidua , verniks kaseosa , lanugo ,
dan mekonium , selama 2 hari post partum.
 Lochea Sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan
lendir, hari 3–7 post partum.
 Lochea serosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi,
pada hari ke 7-14 post partum.
 Lochea alba : cairan putih , setelah 2 minggu
 Lochea purulenta : terjadi infeksi , keluar cairan seperti nanah
berbau busuk.
 Lochea stasis : lochia tidak lancar keluarnya .
d. Sistem Pencernaan
Setelah ibu melahirkan ibu akan merasa kelaparan lebih dari
biasanya karena memang ibu kehilangan energi yang banyak juga
saat melakukan persalinan.
Penurunan tonus otot kolon selama persalinan menyebabkan
motilitas usus menurun, hal ini juga menghambat ibu untuk segera
BAB spontan, waktu rata-rata yang diperlukan untuk kembali normal
adalah 3-4 hari. Selain faktor fisiologis diatas, keinginan menunda
BAB juga dapat terjadi bila ibu mengalami rasa sakit pada daerah
perineum.
e. Sistem Endokrin
1) Fisiologi laktasi
Hormon hipofisis terutama prolaktin meningkat secara progresif
selama kehamilan akan tetap meningkat sampai ibu selesai
menyusui bayi. Peningkatan hormon prolaktin ini disebabkan
karena penurunan hormon esterogen dan progesteron. Pada ibu
yang melaksanakan progam laktasi menstruasi akan dimulai pada
minggu ke 36 dan pada ibu non laktasi akan dimulai pada minggu
ke 12.
2) Hormon plasenta dan ovarium
Keadaan hormon plasenta menurun dengan cepat setelah
persalinan seperti hPL (human plasenta laktogen), hCG (human
corionik gonadotropin), estrogen dan progesteron, kadar
esterogen dan progesteron dapat mencapai kadar terendahnya
pada minggu pertama post partum.
3) Perubahan hormon lainnya (GnRH, Tyroid hormon, dan
Cortikosteroid)
f. Sistem Urinaria
1) Fungsi ginjal
Fungsi ginjal yang mulai menurun akibat kehamilan ibu
akan berlanjut sampai waktu satu bulan post partum, hal ini
diakibatkan oleh adanya tekanan atau desakan dari tubuh bayi
terutama saat akan memasuki masa partum hingga proses
lahirnya sang bayi.
Adaptasi yang pertama adalah pada komponen atau
kandungan urin, BUN akan meningkat akibat proses involusi,
yaitu terjadi pemecahan sel-sel otot uterus, hal ini juga
mengakibatkan proteinuria sampai +1 pada ibu.
Selama hingga 12 jam post partum, ibu akan mengalami
kehilangan cairan terutama karena penurunan kadar estrogen,
diuresis yang terjadi dapat menurunkan berat badan ibu hingga
2,25 kg, karena timbunan cairan ekstrasel akan hilang selama
proses kelahiran bayi.
2) Uretra dan kandung kemih
Ibu akan mengalami penurunan keinginan BAK selama 24 jam
pertama, hal ini disebabkan oleh penekanan bagian terbawah bayi
(terutama kepala) yang menekan bladder saat persalinan, hal ini
menyebabkan sensitivitas syaraf detrusor menurun terhadap
volume urin di kandung urin, selain itu ditambah adanya laserasi
di perineum dan luka episiotomi yang menyebabkan ibu malas
untuk BAK. Syaraf dan otot dinding bladder ini akan kembali
setelah 5-7 hari post partum. Dinding kandung kemih terlihat
edema, sehingga menimbulkan obstruksi dan menyebabkan
retensi urine,dilatasi ureter dan pyelum kembali normal dalam
2minggu.
g. Sistem Musculoskeletal
1) Otot abdomen
Diantara yang terjadi pada ibu hamil adalah Diastasis muskulus
rectus abdominis yang terjadi akibat proses kehamilan itu sendiri,
pada masa nifas ini jarak yang terjadi karena pembesaran
abdomen akan kembali mengecil.
2) Otot uterus
3) Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena
kontraksi dan retraksi otot-ototnya. Perubahan uterus setelah
melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Diameter
Berat Bekas Keadaan
Involusi TFU
Uterus Melekat Cervix
Plasenta
Setelah plasenta Lembek
Sepusat 1000 gr 12,5 cm
lahir
Pertengahan pusat Dapat dilalui
1 minggu 500 gr 7,5 cm
symphisis 2 jari
Dapat
2 minggu Tak teraba 350 gr 5 cm dimasuki 1
jari
Sebesar hamil 2
6 minggu 50 gr 2,5 cm
minggu
8 minggu Normal 30 gr

4) Otot ekstremitas
Relaksasi sendi terutama pada sendi panggul yang terjadi selama
persalinan akan kembali stabil pada minggu ke 6-8 post partum
h. Sistem Neurosensory
Sakit kepala adalah keluhan yang sering dirasakan ibu pasca
persalinan hal ini diakibatkan oleh adanya preeklamsi, stress,
kehilangan cairan serebrospinal saat spinal anesthesi. Sakit kepala ini
akan berkurang pada hari ke 1-3 sampai beberapa minggu pasca
melahirkan, tergantung dari penyebab atau tindakan yang dilakukan
sebelumnya.
i. Sistim integument
Cloasma pada kehamilan kadang-kadang menghilang pada akhir
kehamilan. Hiperpigmentasi pada aerola dan linea nigra mungkin
tidak susut hilang secara sempurna setelah kelahiran bagian daripada
dada, abdomen, pinggul dan paha mungkin menghilang tetapi
kadang-kadang tidak hilang. Tidak normalnya vascular seperti spider
angiomas (revi), palmar interna dan regresi epulis umum dalam
respon terhadap aliran yang deras menurun.
j. Sistim imun dan hematologi
Hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht) akan meningkat
hingga 7 hari pasca persalinan karena ibu kehilangan plasma darah
dalam jumlah besar saat melahirkan, keadaan ini akan kembali
normal ketika ibu sudah melewati minggu ke 8 post partum. Adaptasi
lain yang terjadi pada ibu adalah kadar leukosit yang akan meningkat
sebagai respon tubuh atas volume darah yang keluar saat sang bayi
lahir, peningkatan ini dapat mencapai hingga 12.000/mm3 ,
sedangkan untuk faktor pembekuan dan fibrinogen juga akan
mengalami peningkatan agar kehilangan darah bertambah parah dan
perlukaan pada organ reproduksi segera menutup, peningkatan faktor
pembekuan ini juga perlu diwaspadai, karena akan rawan terjadi
tromboembolisme pada ibu.
5. Pathway Post Partum Normal
6. Adaptasi Psikologis Postpartum
Perubahan psikologi masa nifas terbagi menjadi dalam 3 tahap yaitu:
a. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini
terjadi interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal
ini dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak
memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing saling
memperhatikan bayinya dan menciptakan hubungan yang baru.
b. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk
menguasai keterampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu
berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air
kecil atau buang air besar.
c. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil
tanggung jawab terhadap bayi.
Sedangkan stres emosional pada ibu nifas kadang-kadang
dikarenakan kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung
dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu.
Manifestasi ini disebut dengan post partum blues dimana terjadi pada
hari ke 3-5 post partum

7. Adaptasi keluarga
a. Peran transisi menjadi orang tua
1) Fase Antisipasi
Fase antisipasi orang tua, membuat keputusan dan harapan,
membagi pekerjaan/ tugas dalam keluarga terutama saat bayi tiba
dirumah. Pasangan mengalami perasaan yang mendalam,
berbagai tantangan dan tanggung jawab.
2) Fase Honeymoon
Terjadi kasih sayang antara ortu dan dan bayi yang diperoleh
melalui kontak lama dan intim, fokus ortu lebih banyak pada
pengembangan hubungan baru dengan bayi, menggali anggota
keluarga yang baru.
3) Fase Plateau dan Disengagement
Fase plateau berlangsung singkat dan sulit diamati, pada fase ini
orang tua dapat menilai apakah mereka mampu atau tidak
menjalankan peran sebagai orang tua.
b. Konsep menjadi orang tua
Selama periode postpartum, tugas dan tanggung jawab baru
muncul dan kebiasaan lama perlu diubah atau ditambah dengan yang
baru. Ibu dan ayah, orang tua harus mengenali hubungan mereka
dengan bayinya. Bayi perlu perlindungan, perawatan dan sosialisasi.
Periode ini ditandai oleh masa pembelajaran yang intensif dan
tuntutan untuk mengasuh. Lama periode ini bervariasi, tetapi
biasanya berlangsung selama kira-kira empat minggu.
Periode berikutnya mencerminkan satu waktu untuk bersama-
sama membangun kesatuan keluarga. Periode waktu meliputi peran
negosiasi (suami-istri, ibu-ayah, saudara-saudara) orang tua
mendemonstrasikan kompetensi yang semakin tinggi dalam
menjalankan aktivitas merawat bayi dan menjadi lebih sensitif
terhadap makna perilaku bayi. Periode berlangsung kira-kira selama
2 bulan.

c. Penerimaan peran menjadi orang tua


1) Adaptasi ayah
Selama periode postpartum, tugas dan tanggung jawab baru
muncul dan kebiasaan lama perlu diubah atau ditambah dengan
yang baru. Ibu dan ayah, orang tua harus mengenali hubungan
mereka dengan bayinya. Bayi perlu perlindungan, perawatan dan
sosialisasi. Periode ini ditandai oleh masa pembelajaran yang
intensif dan tuntutan untuk mengasuh. Lama periode ini
bervariasi, tetapi biasanya berlangsung selama kira-kira empat
minggu.
Periode berikutnya mencerminkan satu waktu untuk
bersama-sama membangun kesatuan keluarga. Periode waktu
meliputi peran negosiasi (suami-istri, ibu-ayah, saudara-saudara)
orang tua mendemonstrasikan kompetensi yang semakin tinggi
dalam menjalankan aktivitas merawat bayi dan menjadi lebih
sensitif terhadap makna perilaku bayi. Periode berlangsung kira-
kira selama 2 bulan.
2) Adaptasi Ibu
Selama hari hari pertama melahirkan, sebagian besar ibu
secara total merasakan bahwa semua perhatiannya terserah
kepada kebutuhan bayi dan meninggalkan bayinya hanya dalam
waktu singkat. Seorang ibu menghabiskan waktu untuk
mengagumi bayinya, baik saat bayinya bangun maupun tidur. Ibu
yang dulunya masih takut dan merasa tidak yakin, kini dengan
cepat berubah menjadi sosok ibu yang mengetahui semua atribut
khusus dan isyarat dari bayinya yang baru lahir serta mulai
member respon yang sesuai.
3) Adaptasi Sibling
 0 – 2 tahun, tidak sadar dengan kehamilan ibunya dan belum
tahu terhadap penjelasan.
 2 – 4 tahun, berespon terhadap perubahan pada tubuh ibu dan
tingkah lakunya.
 4 – 5 tahun, senang mendengarkan denyut jantung janin,
belajar perkembangan bayi.
 Sekolah, kenyataan dan bagaimana terjadinya kehamilan dan
persalinan.
 Adolescence, Negatifistik terhadap senang akan penampilan
ibunya

4) Adaptasi Kakek-Nenek
Hubungan antara pasangan dengan orangtuanya akan menjadi
dekat ketika adanya kehamilan. Pasangan merasa nyaman
dengan dukungan dan nasihat dari orangtuanya atas kebingungan
dan kekhawatiran yang mereka alami di awal kehamilannya.
Namun demikian, disisi lain akan timbul pula konflik internal
mengenai batasan orangtua terlibat dalam kehidupan mereka.
Untuk mencegah terjadinya konflik, maka dibuat suatu
kesepakatan mengenai apa yang akan dilakukan berdasarkan
pengalaman dan perkembangan pengetahuan yang positif
terhadap kehamilan dan perawatan bayi.

d. Ciri-ciri Family Centre Maternity Care di ruang Pospartum


1. Melaksanakan kelas untuk pendidikan prenatal orang tua.
2. Mengikut serta keluarga dalam perawatan kehamilan,
3. persalinan, dan nifas.
4. Mengikut sertakan keluarga dalam operasi.
5. Mengatur kamar bersalin sepeti suasana rumah.
6. Menetapkan peraturan yang flexibel.
7. Menjalankan system kunjungan tidak ketat.
8. Mengadakan kontrak dini bayi dan orang tua.
9. Menjalankan rooming-in (Ruang rawat gabung untuk ibu
hamil).
10. Mengikut sertakan anak-anak dalam proses perawatan.
11. Melibatkan keluarga dalam perawatan NICU.
12. Pemulangan secepat mungkin dengan diikuti Follow-up
e. Discharge Planning
Rencana Pemulangan (RP) merupakan bagian pelayanan
perawatan, yang bertujuan untuk memandirikan klien dan
mempersiapkan orang tua untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional bayi bila pulang.
Waktu yang terbaik untuk memulai rencana pulang adalah hari
pertama masuk rumah sakit. Klien belum dapat dipulangkan sampai
dia mampu melakukan apa yang diharapkan darinya ketika di rumah.
Oleh karena itu Rencana Pemulangan harus didasarkan pada :
1. Kemampuan klien untuk melakukan aktifitas sehari-hari dan
seberapa jauh tingkat ketergantungan pada orang lain
2. Ketrampilan, pengetahuan dan adanya anggota keluarga atau
teman
3. Bimbingan perawat yang diperlukan untuk memperbaiki dan
mempertahankan kesehatan, pendidikan, dan pengobatan.
Cara-cara penyampaian Rencana Pemulangan adalah :
1. Gunakan bahasa yang sederhana, jelas dan ringkas
2. Jelaskan langkah-langkah dalam melaksanakan suatu perawatan.
3. Perkuat penjelasan lisan dengan instruksi tertulis
4. Motivasi klien untuk mengikuti langkah-langkah tersebut dalam
melakukan perawatan dan pengobatan.
5. Kenali tanda-tanda dan gejala komplikasi yang harus dilaporkan
pada tim kesehatan.
6. Berikan nama dan nomor telepon yang dapat klien hubungi
f. Home care
1. Ibu baru pulang dari rumah sakit
a. Keputusan bersama antara tenaga kesehatan dengan
ibu/keluarga.
b. Perawat memberikan informasi tentang ringkasan proses
persalinan, hasil dan info lain yang relevan.
c. Mengulang kembali bilamana perlu.
2. Kunjungan postnatal rutin
a.  Kunjungan rumah dilakukan minimal 2x setiap hari.
b. Mengajarkan ibu dan keluarga tentang perawatan bayi baru
lahir.
c.  Mengajarkan ibu untuk merawat diri.
d. Memberikan saran dan nasehat sesuai kebutuhan dan realistis.
e. Perawat harus sabar dan telaten menghadapi ibu dan bayi.
f. Melibatkan keluarga saat kunjungan rumah.

8. Asuhan keperawatan klien Post Partum Normal yang berhubungan


dengan masalah keperawatan:
a. Pengkajian
- Biodata Klien
Biodata klien berisi tentang: Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan,
Suku, Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur,
Pendidikan, Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal
Pengkajian.
- Alasan masuk
Alasan yang membuat pasien datang dan ingin berobat, pada
mastitis ibu ingin memreriksakan payudaranya
- Keluhan Utama
Untuk mengetahui apa yang dirasakan pasien tersebut bisa
memperberat keadaan klien atau tidak
- Riwayat kesehatan sekarang dan lalu
- Riwayat Kesehatan Keluarga
- Riwayat perkawinan
Status perkawinan yang kurang jelas akan berkaitan dengan
psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses nifas
- Riwayat KB
Untuk mengetahui jenis KB yang pernah digunakan, dan lamanya
berapa tahun
- Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui tanggal haid normal terakhir, uraian haid
normal terakhir, dan pengalaman haid sebelumnya
- Riwayat kehamilan
Berapa kali ibu hamil, apa pernah abortus, jumlah anak, cara
persalinan yang lalu, penolong persalinan keadaan nifas lalu
- Riwayat persalinan
Ada kelainan atau tidak
- Riwayat nifas
Apakah pernah terdapat kelainan atau pada payudara berupa kaku
payudara atau puting susu lecet atau kemerahan, bila iya terjadi
pada hari keberapa
- Pola Nutrisi dan cairan
Kaji tentang nafsu makan, jenisnya, ada pantangan atau tidak,
bagi ibu nifas minum 3 liter/hari, 2 liter didapat dari air minum,
dan 1 liter didapat dari kuah sayur dan buah
- Pola Eliminasi
BAB harus ada dalam 3 hari post partum
- Pola Istirahat
Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
- Personal hygiene
Untuk mencegah adanya infeksi
- Pola psikologis
Untuk mengetahui respon ibu terhadap bayinya
- Penggunaan obat-obatan/ rokok
Apakah ibu pernah mengkonsumsi rokok dan obat-obatan seama
hamil
- Pemeriksaan Fisik
 TTV
 Kepala
 Wajah
Keadaan wajah pucat atau tidak, ada oedema/tidak dn eksema
grividarum
 Mata
 Konjunctiva pucat/tidak, sklera kuning/tidak
 Hidung
 Telinga
 Payudara
Nyeri teka memerah atau tidak,
 Abdomen
Ada bekas luka /tidak, terdapat strie atau linia nigra atu tidak
 Vulva
Untuk mengetahui apakah ada luka perineum dan lochea sesuai
dengan hari nifas
 Anus
 Ekstremitas
Ada oedema atau tidak
 Lochea
Warna dan baunya
- Pemeriksaan Laboratorium
- Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika
Hb < 10 g% dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit,
Trombosit.
- Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine.

b. Diagnosa Keperawatan
 Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
 Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan
saluran kemih.
 Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya
mobilisasi; diet yang tidak seimbang; trauma persalinan.
 Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka
episiotomi; involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.
 Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post
partum.
 Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan;
perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
 Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
c. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Intervensi
Keperawatan Hasil
Nyeri akut b/d NOC : Pain Management
agen injuri fisik v  Pain Level, §  Lakukan pengkajian nyeri secara
(peregangan v  Pain control, komprehensif termasuk lokasi,
perineum; luka v  Comfort level karakteristik, durasi, frekuensi,
episiotomi; Setelah dilakukan kualitas dan faktor presipitasi
involusi uteri; askep selama …x 24 (PQRST)
hemoroid; jam, diharapkan nyeri §  Observasi reaksi nonverbal dari
pembengkakan berkurang ketidaknyamanan
payudara). Kriteria Hasil : §  Gunakan teknik komunikasi
v Mampu mengontrol terapeutik untuk mengetahui
nyeri (tahu penyebab pengalaman nyeri pasien
nyeri, mampu §  Ajarkan tentang teknik non
menggunakan tehnik farmakologi
nonfarmakologi untuk §  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
mengurangi nyeri, §  Motivasi untuk meningkatkan asupan
mencari bantuan) nutrisi yang bergizi.
v Melaporkan bahwa nyeri §  Tingkatkan istirahat
berkurang dengan §  Latih mobilisasi miring kanan miring
menggunakan kiri jika kondisi klien mulai
manajemen nyeri membaik
v Mampu mengenali nyeri ·    Kaji kontraksi uterus, proses
(skala, intensitas, involusi uteri.
frekuensi dan tanda ·    Anjurkan pasien untuk membasahi
nyeri) perineum dengan air hangat sebelum
v Menyatakan rasa berkemih.
nyaman setelah nyeri ·    Anjurkan dan latih pasien cara
berkurang merawat payudara secara teratur.
v Tanda vital dalam ·    Jelaskan pada ibu tetang teknik
rentang normal merawat luka perineum dan
TD : 120-140 /80 – 90 mengganti PAD secara teratur setiap
mmHg 3 kali sehari atau setiap kali lochea
RR : 16 – 24 x/mnt keluar banyak.
N   : 80- 100 x mnt ·    Kolaborasi dokter tentang
   T    : 36,5o C – 37,5 o pemberian analgesik
C
Resiko defisit v  Fluid balance Fluid management
volume cairan v  Hydration ·    Obs Tanda-tanda vital setiap 4 jam.
b/d Setelah dilakukan ·    Obs Warna urine.
pengeluaran askep selama …x 24 ·    Status umum setiap 8 jam.
yang jam, Pasien dapat ·    Pertahankan catatan intake dan
berlebihan; mendemostrasikan output yang akurat
perdarahan; status cairan membaik. ·    Monitor status hidrasi
diuresis; Kriteria evaluasi: tak ( kelembaban membran mukosa,
keringat ada manifestasi nadi adekuat, tekanan darah
berlebihan. dehidrasi, resolusi ortostatik ), jika diperlukan
oedema, haluaran urine ·    Monitor masukan makanan / cairan
di atas 30 ml/jam, kulit dan hitung intake kalori harian
kenyal/turgor kulit ·    Lakukan terapi IV
baik. ·    Berikan cairan
·    Dorong masukan oral
·    Beritahu dokter bila: haluaran urine
< 30 ml/jam, haus, takikardia,
gelisah, TD di bawah rentang
normal, urine gelap atau encer gelap.
·    Konsultasi dokter bila manifestasi
kelebihan cairan terjadi.
·    Pantau: cairan masuk dan cairan
keluar setiap 8 jam.
Perubahan pola Setelah dilakukan ·      Kaji haluaran urine, keluhan serta
eleminasi BAK askep selama …x 24 keteraturan pola berkemih.
(disuria) b/d jam, Pola eleminasi ·      Anjurkan pasien melakukan
trauma (BAK) pasien teratur. ambulasi dini.
perineum dan Kriteria hasil: ·      Anjurkan pasien untuk membasahi
saluran kemih. eleminasi BAK lancar, perineum dengan air hangat sebelum
disuria tidak ada, berkemih.
bladder kosong, ·      Anjurkan pasien untuk berkemih
keluhan kencing tidak secara teratur.
ada. ·      Anjurkan pasien untuk minum
2500-3000 ml/24 jam.
·      Kolaborasi untuk melakukan
kateterisasi bila pasien kesulitan
berkemih.
Perubahan pola Setelah dilakukan ·    Kaji pola BAB, kesulitan BAB,
eleminasi BAB askep selama …x 24 warna, bau, konsistensi dan jumlah.
(konstipasi) b/d jam, Pola eleminasi ·    Anjurkan ambulasi dini.
kurangnya (BAB) teratur. ·    Anjurkan pasien untuk minum
mobilisasi; diet Kriteria hasil: pola banyak 2500-3000 ml/24 jam.
yang tidak eleminasi teratur, feses
seimbang; lunak dan warna khas ·    Kaji bising usus setiap 8 jam.
trauma feses, bau khas feses, ·    Pantau berat badan setiap hari.
persalinan. tidak ada kesulitan ·    Anjurkan pasien makan banyak
BAB, tidak ada feses serat seperti buah-buahan dan sayur-
bercampur darah dan sayuran hijau.
lendir, konstipasi tidak
ada.

Gangguan Setelah dilakukan ·   Kaji toleransi pasien terhadap


pemenuhan askep selama …x 24 aktifitas menggunakan parameter
ADL b/d jam, ADL dan berikut: nadi 20/mnt di atas frek nadi
immobilisasi; kebutuhan beraktifitas istirahat, catat peningaktan TD,
kelemahan. pasien terpenuhi secara dispnea, nyeri dada, kelelahan berat,
adekuat. kelemahan, berkeringat, pusing atau
Kriteria hasil: pinsan.
-   Menunjukkan ·   Tingkatkan istirahat, batasi aktifitas
peningkatan dalam pada dasar nyeri/respon
beraktifitas. hemodinamik, berikan aktifitas
-   Kelemahan dan senggang yang tidak berat.
kelelahan berkurang. ·   Kaji kesiapan untuk meningkatkan
-   Kebutuhan ADL aktifitas contoh: penurunan
terpenuhi secara kelemahan/kelelahan, TD stabil/frek
mandiri atau dengan nadi, peningaktan perhatian pada
bantuan. aktifitas dan perawatan diri.
-   frekuensi ·   Dorong memajukan
jantung/irama dan Td aktifitas/toleransi perawatan diri.
dalam batas normal.
-   kulit hangat, merah ·   Anjurkan keluarga untuk membantu
muda dan kering pemenuhan kebutuhan ADL pasien.
·   Jelaskan pola peningkatan bertahap
dari aktifitas, contoh: posisi duduk
ditempat tidur bila tidak pusing dan
tidak ada nyeri, bangun dari tempat
tidur, belajar berdiri dst.

Resiko infeksi Setelah dilakukan · Pantau: vital sign, tanda infeksi.


b/d trauma askep selama …x 24
jalan lahir. jam, Infeksi tidak · Kaji pengeluaran lochea, warna, bau
terjadi. dan jumlah.
Kriteria hasil: tanda · Kaji luka perineum, keadaan jahitan.
infeksi tidak ada, luka
episiotomi kering dan
bersih, takut berkemih · Anjurkan pasien membasuh vulva
dan BAB tidak ada. setiap habis berkemih dengan cara
yang benar dan mengganti PAD
setiap 3 kali perhari atau setiap kali
pengeluaran lochea banyak.
· Pertahnakan teknik septik aseptik
dalam merawat pasien (merawat
luka perineum, merawat payudara,
merawat bayi).
9. Daftar Isi
 Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC).
United States of America: Mosby.
 Meidian, JM. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States
of America: Mosby.
 Bobak, Loudewik Jensen, 2004. Keperawatan Maternitas, Edisi 4.
Jakarta : EGC.
 Hadijono, Soerjo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Bina Pustaka
 Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

 Rahayu, Tutik. 2010. Adaptasi Psikologis Dan Fisiologis Ibu Post
Partum. http://fik. unissula.ac.id/download/ADAPTASI
%20PSIKOLOGIS%20DAN%20FISIOLOGIS%20IBU
%20POSTPARTUM.ppt, diakses tanggal 15 Maret 2013.
 Yunitasari, Esty Esty. 2011. Asuhan Keperawatan Post Partum.
http://ners.unair.ac.id/materi kuliah/ASUHAN%20KEPERAWATAN
%20POST%20PARTUM.pdf, diakses 15 Maret 2013.

Anda mungkin juga menyukai