1. PENGERTIAN
2) Sistem respirasi
Perubahan tekanan abdomen dan kapasitas rongga toraks setelah
melahirkan menghasilkan perubahan yang sangat cepat pada fungsi
pulmonal. Peningkatan terjadi pada volume residu, ventilasi istirahat, dan
konsumsi oksigen. Terdapat penurunan pada kapasitas inspirasi, kapasitas
vital, dan kapasitas pernapasan maksimum. Dalam 6 bulan pascapartum,
fungsi pulmonal kembali ke kondisi sebelum hamil. Namun, selama
waktu tersebut, pada wanita memiliki respon yang kurang efisien terhadap
olahraga.
Keseimbangan asam basa
Keseimbangan asam basa mengalami perubahan selama persalinan
dan pada masa awal pascapartum. Progesteron selama kehamilan
menciptakan sesuatu kondisi hiperventilasi pada tingkat alveolus,
yang meningkatkan kadar saturasi oksigen tanpa mengubah frekuensi
pernapasan. Kehamilan dicirikan dengan alkalosis respiratorik
(disebabkan oleh penurunan konsentrasi karbondioksida dalam
alveolus) dan asidosis metabolik terkompensasi. Selama persalinan,
kondisi ini mulai berubah dengan peningkatan laktat darah, penurunan
pH, dan hipokapnia (<30 mmHg) sampai akhir kala pertama, kondisi
ini terus berlanjut sampai puerperium awal, tetapi nilai pada keadaan
tidak hamil yang lebih normal (PCO2 35-40 mmHg) tampak dalam
beberapa hari. Penurunan kadar progesteron memperngaruhi
hiperkapnia pascapartum ini, yang disertai dengan peningkatan
kelebihan basa dan bikarbonat plasma. Secara bertahap, pH dan
kelebihan basa meningkat sampai nilai normal dicapai, sekitar 3
minggu setelah melahirkan. Laju metabolik dasar tetap maningkat
selama 1 sampai 2 minggu setelah melahirkan.
Saturasi oksigen
Saturasi oksigen dan nilai PO2 lebih tinggi selama kehamilan. pada
saat persalinan, wanita dapat mengalami penurunan saturasi oksigen,
terutama sekali saat berbaring terlentang. Hal ini disebabkan oleh
penurunan curah jantung pada posisi tersebut. Saturasi oksigen
meningkat dengan cepat setelah melahirkan, sampai 95% selama hari
pertama pascapartum. Kebutuhan oksigen selama masa pascapartum
dapat terjadi, tampaknya berhubungan dengan lamanya dan sulitnya
kala II persalinan. Terjadi peningkatan konsumsi oksigen istirahat
selama masa ini, yang juga mungkin akibat laktasi, anemia, dan faktor
emosional dan psikologis.
3. Sistem reproduksi
Uterus
Segera setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa jaringan
yang hampir padat. Dinding belakang dan depan uterus yang tebal
saling menutup, yang menyebabkan rongga dibagian tengah merata.
Ukuran uterus akan tetap sama selama 2 hari pertama setelah
kelahiran, tetapi kemudian secara cepat ukurannya berkurang oleh
involusi. Keadaan ini disebabkan sebagian oleh kontraksi uterus dan
mengecil nya ukuran masing-masing sel-sel miometrium dan
sebagian lagi oleh proses otolisis, yaitu sebagian material protein
dinding uterus dipecah menjadi komponen yang lebih sederhana
yang kemudian diabsorbsi.
Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks mendatar dan sedikit tonus;
tampak lunak dan edema serta mengalami banyak laserasi kecil.
Serviks ukurannya dapat mencapai dua jari dan ketebalannya sekitar
1 cm. Dalam 24 jam, serviks dengan cepat memendek dan menjadi
keras dan lebih tebal. Mulut serviks secara bertahap menutup,
ukuranya 2 sampai 3 cm setelah beberapa hari dan 1 cm dalam waktu
1 minggu. Pemeriksaan histologi serviks segera setelah melahirkan
menunjukan hampir secara umum terjadi edema dan perdarahan.
Epitel endoserviks secara umum masih dalam kondisi utuh, dengan
sesekali diselingi dengan area yang terkelupas. Pada awal hari
keempat, hipertropi dan hiperplasia glandular yang terjadi selama
kehamilan menyusut, dan perdarahan interstisial direabsorbsi.
Namun, involusi serviks terus berlanjut hingga lebih dari 6 minggu
dengan edema dan infiltrasi sel bundar yang masih terjadi selama
tiga sampai empat bulan.
Pemeriksaan kolposkopik serviks menunjukan adanya ulserasi,
laserasi, memar, dan area kuning dalam beberapa hari setelah
persalinan. lesi-lesi tersebut, yang biasanya lebih kecil dari 4 mm,
lebih sering terlihat pada primipara. Pemeriksaan ulang dalam 6
sampai 12 minggu kemudian biasanya menunjukan penyembuhan
yang sempurna; kondisi ini mengindikasikan reepitalisasi yang cepat
dari jaringan yang mengalami trauma. Laserasi serviks mengalami
penyembuhan dengan proses proliferasi fibroblast.
Terdapat berbagai retraksi epitelium kolumnar eversi (ektropion)
pada awal masa pascapartum. Ketika serviks mengalami
penyembuhan, terdapat kemungkinan jaringan parut yang berbentuk
bintang; mulut serviks pada umumnya lebih lebar, membentuk suatu
celah melintang, dan kemungkinan menganga jika terjadi laserasi.
Tuba fallopi dan ligament
Perubahan histologik pada tuba fallopi menunjukan pengurangan
ukuran sel-sel sekretorik, penurunan ukuran dan jumlah sel-sel silia,
dan atropi epitelium tuba. Setelah 6 sampai 8 minggu, epitelium
mencapai suatu kondisi fase folikular awal siklus menstruasi.
Inflamasi nonbakteri yang sifatnya sementara pada lumen tuba
muncul sekitar hari keempat.
ligamen yang menyokong uterus, ovarium, dan tuba fallopi, yang
telah mengalami ketegangan dan tarikan yang kuat, relaksasi setelah
proses melahirkan. Membutuhkan sekitar 2 sampai 3 bulan agar
ligamen tersebut kembali ke ukuran dan posisi normal.
Pelviks
Struktur penyokong otot dan fasia uterus dan vagina dapat
mengalami cedera selama kelahiran anak. Cedera ini dapat
menyebabkan relaksasi panggul, yang melemahkan dan
memanjangkan struktur penyokong uterus, dinding vagina, rektum,
uretra, dan kandung kemih. Meskipun relaksasi struktur panggul
dapat terjadi pada para wanita yang belum mengalami persalinan
atau melakukan aktivitas seksual, kebayakan kondisi ini sering
merupakan akibat cedera selama proses persalinan yang munculnya
lambat. Tanda dan gejala relaksasi panggul biasanya muncul sekitar
menopause, ketikan terjadi perubahan atropik pada fasia dan
penurunan efek tonik estrogen pada jaringan panggul.
Tipe relaksasi panggul yang sering terjadi adalah rektokel,
enterokel, prolas uterus, uretrokel, dan sistokel. Defek ini akibat
distensi dan putusnya berkas otot, laserasi fasia, ketegangan dan
robeknya pada struktur penyokong. Kondisi tersebut cenderung
memburuk seiring dengan pertambahan waktu.
Otot-otot panggul sangat diperlukan untuk mempertahankan
kontinensi urine saat terjadi peningkatan tekanan intraabdomen
secara tiba-tiba, seperti pada saat batuk atau bersin. Berbagai oto
panggul, yang berada dibawah kontrol volunter, bekerja sama dengan
otot polos uretra guna mempertahankan kontinensi pada wanita
dengan tonus otot yang utuh.
Persalinan berulang meningkatkan resiko terjadinya relaksasi
otot panggul pada wanita. Para wanita yang memilki kekuatan otot
panggul antepartum yang lebih besar cenderung menunjukan
kekuatan yang lebih besar setelah melahirkan per vaginam. Para
wanita yang melakukan latihan otot panggul pascapartum
menunjukan perbaikan kekuaran otot panggul yang lebih besar dari
pada mereka yang tidak melakukan latihan tersebut. Latihan untuk
membantu pemulihan panggul dan tonus otot panggul yang
dianjurkan oleh kegel dapat memperbaiki otot panggul. Latihan
kegel sering kali diajarkan pada klien sebagai terapi untuk gangguan
penyokong panggul seperti inkontinensia stres, sistokel, dan prolaps
uterus.
Vagina dan puerperium
Vagina menjadi lunak dan membengkak dan memiliki tonus yang
buruk setelah persalinan. Setelah tiga minggu, vaskularisasi, edema,
dan hipertropi akibat kehamilan dan persalinan berkurang secara
nyata. ketika sel-sel vagina diperiksa secara mikroskopik, epitelium
tampak atropik sampai minggu ketiga hingga minggu ke empat,
tetapi sel-sel tersebut mencapai kembali indeks estrogen
sebagaimana mestinya pada minggu ke-6 sampai minggu ke-10
pascapartum. defisiensi estrogen yang relatif ini berperan pada
penurunan lubrikasi vagina dan penurunan vasokongesti, yang
menyebabkan penurunan respons seksual pada minggu-minggu awal
setelah melahirkan. vagina bagian bawah pada umumnya mengalami
banyak laserasi superfisial setelah melahirkan; primipura mungkin
memiliki robekan kecil pada fasia di bawahnya dan otot-otot vagina.
kebanyakan dari laserasi tersebut sembuh sendiri sampai
pascapartum minggu ke-6.
Rugae vagina muncul kembali pada pascapartum minggu
keempat, tetapi banyak dari rugae tersebut secara permanen masih
merata, setelah melahirkan, rugae tidak setebal pada nulipara.
mukosa vagina menebal ketika fungsi ovarium kembali dan sering
kali tetap atropik pada wanita yang menyusui sampai mereka
mengalami menstruasi kembali.
Segera setelah melahirkan, introitus vagina mengalami edema
dan eritematosa. jika terdapat laserasi atau episiotomi, kondisi edema
dan eritema-tosa pada introitus vagina makin parah pada area
perbaikan. jika terjadi infeksi atau hematoma, perineum dan introitus
sembuh dengan cepat.
Kebanyakan wanita terbebas dari nyeri perineal setelah satu
bulan pascapartum, walaupun pada beberapa wanita,
ketidaknyamanan mungkin dapat berlangsung sampai lebih dari 6
bulan. lebih dari separuh wanita pascapartum kembali melakukan
aktivitas seksual pada 2 bulan pascapartum dengan waktu median
senggama yang nyaman sekitar 3 bulan pascapartum. kelambatan
penyebuhan perineum dan keutuhan introitus dengan
ketidaknyamanan yang menetap yang melebihi waktu median
dihubungkan dengan laserasi vagina, persalinan dengan forseps,
edema pada perineal lebih dari 4 hari setelah melahirkan, dan infeksi
vagina.
Payudara
Perubahan progresif terjadi pada payudara selama kehamilan
sebagai persalinan laktasi. lobulus payudara berkembang dibawah
pengaruh stimulasi hormon estrogen dan progesteron yang
diproduksi oleh plasenta dan saluran laktiferus terus mengalami
percabangan dan pelebaran. hormon prolaktin yang dilepaskan dari
kelenjar hipofisis anterior, laktogen plasenta manusia (hPL), dan
insulin, semua hormon yang jumlahnya mengingkatkan selama
gestasi, juga berperan pada perubahan payudara. prolaktin memiliki
peran utama dalam memulai laktasi, tetapi kerjanya dihambat selama
kehamilan akibat tingginya kadar estrogen dan progesteron.
Pada bulan terakhir kehamilan, sel-sel parenkim yang terdapat
pada alveoli payudara mengalami hipertropi dan menghasilkan
kolostrum, suatu cairan encer berwarna kuning. penurunan kadar
estrogen dan progesteron yang tiba-tiba pada saat melahirkan dan
pengeluaran plasenta tampaknya memulai laktasi.
4. Sistem Pencernaan
Sistem Gastrointestinal
Ibu akan sering haus dan lapar setelah melahirkan, akibat kehabisan
tenagadan restriksi cairan selama persalinan. Pembatasan asupan
nutrisi dan cairan dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit serta keterlambatan pemulihan fungsi tubuh.
Eliminasi Feses
Konstipasi merupakan suatu hal yang umum terjadi selama
masa pascapartum awal. hal ini akibat relaksasi usus yang
disebabkan oleh kehamilan dan distensi otot abdomen yang
menyebabkan kurangnya bantuan dalam proses eliminasi. proses
fisiologis ini diperparah oleh pembatasan makanan dan cairan
selama masa persalinan, enema sebelum melahirkan, dan medikasi
yang diginakan selama proses persalinan dan pelahiran.
Defekasi mungkin tertunda selama 2 sampai 3 hari setelah
melahirkan. nyeri akibat hemoroid, episiotomi, atau laserasi
perineum, yang umumnya terjadi, makin menghabat defekasi.
kebanyakan wanita pascapartum diberikan pelunak feses atau
laksatif, seperti natrium dokusat, untuk memperlancar eliminasi.
ibu-ibu tersebut harus melakukan kembali kebiasaan defekasi
teratur setelah tonus usus kembali pulih.
5. Sistem Endokrin
Fisiologi Laktasi
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI
diproduksisampai proses bayi menghisap dan menelan.
Refleks maternal yang berperan dalam proses laktasi adalah
refleks produksidan refleks pengeluaran ASI.
Refleks tersebut responsif terhadap kekuatan yangmengatur
laktasi, yaitu isapan. Keduanya melibatkan hormon prolaktin,
yangmerangsang produksi air susu, dan oksitosin, yang berperan
dalam ejeksi(penyemprotan) air susu.
Selama kehamilan,hormon prolaktin dari plasenta meningkat
tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar
estrogen yang tinggi.
Hambatan diproduksinya ASI menghilang setelahkelahiran dan
pengeluaran plasenta, saat kadar progesteron turun praktis.
Setiap kali bayi menghisap payudara, akan merangsang ujung
saraf sensoris disekitar payudara sehingga merangsang kelenjar
hipofisis anterior untukmenghasilkan prolaktin. Prolaktin akan
masuk ke peredaran darah kemudian kepayudara sehingga
menyebabkan sel sekretori di alveoli menghasilkan ASI.
Hormon prolaktin diproduksi oleh kelenjar hipofisis anterior.
Prolaktin akanberada di peredaran darah selama 30 menit setelah
bayi menyusu, sehingga prolaktin dapat merangsang payudara
menghasilkan ASI untuk konsumsi berikutnya, sedangkan untuk
konsumsi pada saat sekarang, bayi meminum ASI yang sudah ada
yaitu yang disimpan pada sinus laktiferus.
Makin banyak ASI yang dikeluarkan dari sinus laktiferus makin
banyak produksi ASI. Dengan kata lain, makin sering bayi menyusu
makin banyak ASI diproduksi. Sebaliknya makin jarang bayi
menghisap, makin sedikit payudara menghasilkan ASI. Jika bayi
berhenti menghisap maka payudara akan berhenti menghasilkan ASI.
Hormon prolaktin umumnya dihasilkan pada malam hari,
sehingga menyusui pada malam hari dapat membantu
mempertahankan produksi ASI. Prolaktin juga akan menekan ovulasi
(fungsi indung telur untuk menghasilkan sel telur), sehingga
menyusui secara eksklusif akan memperlambat kembalinya fungsi
kesuburan danhaid, karena itu, menyusui pada malam hari penting
untuk tujuan menunda kehamilan.
Hormon oksitosin diproduksi oleh kelenjar hipofisis posterior.
oksitosin dihasilkan bila ujung saraf di sekitar payudara dirangsang
oleh isapan. Oksitosin akan dialirkan melalui darah menuju payudara
yang akan merangsang kontraksi ototdi sekeliling alveoli dan
mengeluarkan ASI ke duktus laktiferus.
Oksitosin dibentuk lebih cepat dibanding prolaktin. Keadaan ini
menyebabkanASI di payudara akan mengalir untuk dihisap.Oksitosin
sudah mulai bekerja saat ibuberkeinginan menyusui (sebelum bayi
menghisap). Aliran ASI sebagai responterhadap oksitosin disebut let
down reflex/milk ejection reflex. Jika refleks oksitosintidak bekerja
dengan baik, maka bayi akan mengalami kesulitan untuk
mendapatkanASI. Payudara seolah-olah telah berhenti memproduksi
ASI, padahal payudara tetapmenghasilkan ASI namun tidak mengalir
keluar. Efek penting oksitosin lainnyaadalah menyebabkan uterus
berkontraksi setelah melahirkan sehingga membantumengurangi
perdarahan.
Hormon Plasenta
Setelah kelahiran anak, kadar plasma hormon yang diproduksi
oleh plasenta menurun secara cepat. hPL tidak dapat dideteksi dalam
24jam dan kadar hormon gonadotropin korionik turun dengan cepat.
kadar estrogen turun sampai 90% dalam 3 jam setelah persalinan dan
kemudian secara kontinu menurun secara lambat sampai hari ke-7
pascapartum saat estrogen mencapai kadar yang terendah. estrogen
kembali kekadar fase folikular sekitar tiga minggu pada wanita yang
tidak menyusui. kembalinya kadar normal estrogen lambat pada
wanita yang menyusui. kadar progesteron turun sampai dibawah
kadar fase luteal pada 3 hari pascapartum dan tidak dapat di deteksi
pada hari ke-7 setelah ovulasi pertama, produksi progesteron mulai
kembali.
6. Sistem Urinarius
fungsi ginjal
Selama kehamilan, kadar hormon steroid yang tinggi
berkontribusi terhadap peningkatan fungsi ginjal. setelah kelahiran
anak, fungsi ginjal berkurang sebagian akibat penurunan kadar
hormon steroid. hipotonia dan dilatasi struktur saluran kemih tetap
berlanjut sampai lebih dari 3 bulan. ureter dan piala ginjal tetap
berdilatasi setelah melahirkan, yang akan kembali ke kondisi normal
dalam 3 sampai 6 minggu, walaupun kadang-kadang dapat
berlangsung selama 8 sampai 12 minggu. pada 6 minggu
pascapartum, aliran plasma ginjal, laju filtrasi glomerulus, kreatinin
plasma, dan kadar nitrogen pada umumnya kembali ke keadaan
sebelum hamil.
Psikosis Pascapartum
Angka kejadian terjadinya psikosis post partum ini adalah 1-2 per
1000 dari ibu baru melahirkan, biasanya terjadi dalam 3 bulan pertama
post partum. gejala-gejalanya meliputi agitasi, hiperaktivitas,
insomnia, alam perasaan yang labil, kebingungan, berfikir tidak
rasional, kesulitan meningat atau berkonsentrasi, tidak bisa membuat
keputusan, delusi dan halusinasi gejala tampak terdapat perbaikan 95%
dari ibu dalam 2 sampai 3 bulan. tindakan yang dapat diberikan adalah
dengan ibu dilakukan rawat inap ( hospitalisasi), pemberiaan obat
antipsikotik, sedatif, terapi anti kejang, perawatan bayinya, dukungan
sosial dan psikoterapi.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Identitas klien dan penanggung
Keluhan utama klien saat ini
Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien
multipara
Riwayat penyakit keluarga
2. Pemeriksaan fisik
Kesehatan/penampilan umum ibu
Tanda-tanda vital
Payudara : kekenyalan, suhu, warna merah, nyeri puting
atau pecah-pecah ujungnya
Abdomen : tinggi fundus, kekokohan, kelembutannya
- Periksa bekas luka, bila operasi seksio caesaria
- Palpasi untuk mendeteksi ada tidaknya uterus diatas
pubis
- Palpasi untuk mendeteksi massa, kelembekan
Perineum : edema, peradangan jahitan, nanah
Tungkai/betis : gumpalan pada otot yang menyebabkan
nyeri
Pemeriksaan kaki :
- Adanya vena varises
- Kemerahan pada betis