PENDAHULUAN
jalan lahir yang terjadi selama atau setelah persalinan kala III. Sebagian besar
perdarahan pada masa nifas (75-80%) adalah akibat adanya atonia uteri.
Sebagaimana kita ketahui bahwa aliran darah uteroplasenta selama masa kehamilan
adalah 500-800 ml/menit, sehingga bisa kita bayangkan ketika uterus itu tidak
berkontraksi selama beberapa menit saja, maka akan menyebabkan kehilangan darah
yang sangat banyak. Sedangkan volume darah manusia hanya berkisar 5 - 6 liter
saja.1,2,3
tercampur dengan air ketuban dan terserap pada pakaian atau kain alas (1).. Darah
tersebut tercampur dengan cairan amnion atau dengan urin. Darah juga tersebar pada
spons, handuk, dan kain, di dalam ember dan di lantai. Volume darah yang hilang
juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin ibu. Seseorang ibu dengan
kadar hemoglobin normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah,
Semua wanita yang usia kehamilannya lebih dari 20 minggu beresiko untuk
1
masih tetap tinggi di negara lainnya terutama negara berkembang termasuk di
Indonesia.2
besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan dan
kebanyakan terjadi pada wanita dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun serta wanita dengan jarak persalinan yang berdekatan yaitu kurang dari 2
tahun.
dan sekunder.
pascapersalinan primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan
perdarahan masa nifas, atau perdarahan pascapersalinan lambat, atau PPP kasep).
utama Perdarahan pascapersalinan sekunder adalah robekan jalan lahir dan sisa
plasenta.1,2,3
2
BAB II
ATONIA UTERI
2.1. DEFINISI
rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari
3
Gambar 1 : Perdarahan akibat Atonia Uteri
Uterus terbentuk seperti buah avokad/ pir sedikit gepeng, ke arah antefleksi
Dindingnya terdiri atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus 7-7,5 cm, lebar sekitar
5,25 cm, tebal 2,5 cm, dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus dalam keadaan
vagina, demikian pula korpus uteri ke depan dan membentuk sudut dengan serviks
uteri).
4
Gambar 2 : Anatomi Uteri
Uterus terdiri dari fundus, korpus, dan serviks uteri. Fundus adalah bagian
berkembang, rongganya disebut kavum uteri. Serviks uteri terdiri atas, pars vaginalis
serviks uteri yang dinamakan porsio dan pars supravaginalis serviks uteri yaitu
Saluran yang terdapat pada serviks disebut kanalis servikalis berbentuk sebagai
saluran dengan panjang 2,5 cm. Pintu saluran serviks sebelah dalam disebut ostium
Secara histologik uterus terdiri atas (dari dalam ke luar), endometrium dikorpus
uteri dan endoserviks di serviks uteri, myometrium (otot- otot polos), dan lapisan
5
Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar- kelenjar dan jaringan dengan
uteri dan mempunyai arti penting dalam siklus haid pada seorang wanita dalam masa
kemudian tumbuh lagi pada fase proliferasi dan selanjutnya ke fase sekretorik.
Lapisan otot- otot polos dibagian dalam berbentuk sirkuler, dan dibagian luar
berbentuk logitudinal. Diantara kedua lapisan itu terdapat lapisan otot oblik,
berbentuk anyaman, dan lapisan ini paling penting pada persalinan oleh karena
sesudah plasenta lahir, uterus berkontraksi kuat dan menjepit pembuluh- pembuluh
Uterus dalam rongga pelviks disokong oleh jaringan ikat dan ligamen yang
uterus adalah :
yang terpenting, mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat
tebal, dan berjalan dari serviks dan puncak vagina ke arah lateral dinding pelviks.
menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks bagian
uterus dalam antefleksi dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan, ke
daerah inguinal kiri dan kanan. Pada kehamilan kadang- kadang terasa sakit di
daerah inguinal.
6
4. Ligamentum rotundum sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang meliputi
tuba, berjalan dari uterus ke arah sisi, tidak banyak mengandung jaringan ikat.
Isthmus adalah bagian uterus antara serviks dan korpus uteri, yang diliputi oleh
peritoneum viserale. Di tempat inilah dinding uterus dibuka saat seksio sesarea
peritoneum viserale yang membentuk suatu rongga yang disebut kavum Douglasi
yang menonjol jika ada cairan (darah atau asites) atau ada tumor di daerah tersebut.
ascendens arteri uterine disebelah lateral, kanan dan kiri uterus. Bersama-sama
dengan arteri-arteri tersebut diatas terdapat vena-vena yang kembali melalui pleksus
7
2.3. EPIDEMIOLOGI
kurangnya 2/3 dari semua perdarahan postpartum disebabkan oleh atonia uteri.
Upaya penanganan perdarahan postpartum akibat atonia uteri harus dimulai dengan
mengenal ibu yang memiliki kondisi yang berisiko terjadinya atonia uteri. Jika
seorang wanita memiliki salah satu dari kondisi-kondisi yang berisiko tersebut, maka
postpartum. Meskipun demikian, sekitar 20% atoni uteri postpartum dapat terjadi
lahir.
4. Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemia, atau menderita penyakit
menahun.
8
5. Mioma uteri mengganggu kontraksi rahim disebabkan mioma yang paling sering
berkontraksi.
korion saat intrapartum yang potensial akan menjalar pada otot uterus sehingga
2.5. PATOFISIOLOGI7
Pada awal persalinan estrogen akan meningkat dalam darah, hal ini
celah antar sel-sel miometrium, dan pembentukan prostaglandin lebih banyak lagi,
kehamilan) meningkat lebih dari 100 kali selama kehamilan dan mencapai
oksitosin, dan peregangan uterus pada akhir kehamilan juga dapat meningkatkan
plasma ibu tidak lebih tinggi dari kadar prapersalinan yaitu sekitar 25pg/mL.
sinyal pada saraf aferen yang dipancarkan ke nukleus supraoptik dan paraventrikel
meningkatkan sekresi oksitosin. Kadar oksitosin plasma meningkat dan lebih banyak
9
oksitosin tersedia untuk bekerja pada uterus. Dengan demikian, terjadi umpan balik
positif yang membantu persalinan dan berakhir setelah hasil konsepsi dikeluarkan.
Oksitosin meningkatkan uterus dengan dua cara:1) bekerja langsung pada sel otot
prostaglandin di desidua.
hipotonia uteri yang jika tidak tertangani akan jatuh menjadi atonia uteri. Atonia uteri
darah yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila
10
2.6. GAMBARAN KLINIS2
diakibatkan kurangnya tonus miometrium tanpa disertai akibat lainnya. (9) Pada
palpasi uterus ditemukan fundus uterus lembek atau mengembang tanpa adanya
kontraksi.
1) Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang terjadi pada kasus atonia uteri sangat banyak dan darah tidak
merembes. Yang sering terjadi adalah darah keluar disertai gumpalan, hal ini
terjadi karena tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti pembeku
darah.
Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan yang membedakan atonia
menggumpal
11
4) Terdapat tanda-tanda syok
Hipotensi, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan
lain-lain.
12
2.7. PENATALAKSANAAN8
masih dalam keadaan sadar, sedikit anemis, atau sampai menjadi syok hipovolemik
berat. Perdarahan yang lebih dari 1000 cc atau 1500 cc (20-25% volume darah) akan
darah diperlukan segera. Tindakan pertama yang dilakukan tergantung pada keadaan
13
ringger laktat dan oksitosin 20 waktu penatalaksanaan aktif kala tiga
unit dalam 500cc RL dan metergin intramuskuler. Oksitosin
intravena akan bekerja segera untuk
menyebabkan uterus berkontraksi.
Ringger laktat akan membantu
memulihkan volume cairan yang hilang
selama atoni. Jika uterus wanita belum
berkontraksi selama 6 langkah pertama,
sangat mungkin bahwa ia mengalami
perdarahan postpartum dan memer-
lukan penggantian darah yang hilang
secara cepat.
7. Mulai lagi kompresi bimanual Jika atoni tidak teratasi setelah 7
interna atau pasang tampon langkah pertama, mungkin ibu
uterovagina. mengalami masalah serius lainnya.
Tampon uterovagina dapat dilakukan
apabila penolong telah terlatih.
Rujuk segera ke rumah sakit.
8. Buat persiapan untuk merujuk Atoni bukan merupakan hal yang
segera sederhana dan memerlukan perawatan
gawat darurat di fasilitas dimana dapat
di fasilitas dimana dapat dilaksanakan
bedah dan pemberian darah.
9. Teruskan cairan intravena hingga Berikan infus 500cc cairan pertama
ibu mencapai tempat rujukan dalam waktu 10 menit. Kemudian ibu
memerlukan cairan tambahan, setidak-
tidaknya 500cc/jam pada jam pertama,
dan 500cc/jam pada jam-jam
berikutnya. Jika tidak menpunyai cukup
persediaan cairan intravena, berikan
cairan 500 cc yang ketiga tersebut
secara perlahan, hingga cukup untuk
sampai di tempat rujukan. Berikan ibu
minum untuk tambahan rehidrasi.
14
10. Lakukan laparotomi : Pertimbangan antara lain paritas,
pertimbangan antara tindakan kondisi ibu, jumlah perdarahan.
mempertahankan uterus dengan
ligasi arteri uterin/ hipogastrika
dengan histerektomi.(3)
1. Resusitasi
Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina dan lubang
15
Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan
Gambar 2 :
Kompresi
Bimanual Interna
Jika uterus berkontraksi, pantau ibu dengan seksama selama kala empat.
3. Uterotonika
16
reseptor oksitosin. Pada dosis rendah oksitosin menguatkan kontraksi dan
diberikan lewat infus RL, sebanyak 20 IU, jika sirkulasi kolaps bisa
oksitosin sangat sedikit, biasa ditemukan nausea dan vomitus. Jika oksitosin
tidak mampu untuk menghasilkan tonus uterus yang adekuat maka terapi
lini kedua harus diberikan. Pilihan terapi lini kedua bergantung pada efek
secara IM 0,25 mg, dapat diulang setiap 5 menit sampai dosis maksimum
1,25 mg, dapat juga diberikan langsung jika diperlukan (IM) atau IV bolus
0,125 mg. Obat ini dikenal dapat menyebabkan vasospasme perifer dan
hipertensi, dapat juga menimbulkan nausea dan vomitus. Obat ini tidak
17
maksimum 2 mg. Pemberian secara rektal dapat dipakai
18
kontraindikasi terhadap penggunaannya. Beberapa efek samping yang
sulfat dan nifedipin, yang mencegah masuknya kalsium kedalam sel, maka
19
Tamponade uterus sangatlah aman, sederhana, dan efektif untuk
banyak variasi teknik, beberapa prinsip dasar harus diikuti. Letakkan kain
kasa diantara plastik bag steril ataupun sarung tangan yang dapat
24-48 jam kemudian dan tidak didapatkan komplikasi yang berat. Cara ini
cavum uteri. Kondom diiisi dengan cairan garam fisiologis sebanyak 250-
vagina. Bila perdarahan berlanjut tampon kassa akan basah dan darah
drip oksitosin sampai dengan 6 jam kemudian. Diberikan kateter lepas 24-
20
48 jam kemudian, pada kasus dengan perdarahan berat kondom dapat
5. Operatif
atraumatik yang besar dan benang absorbable yang sesuai. Arteri dan
latum lateral vasa uterina. Saat melakukan ligasi, hindari rusaknya vasa
kedua dapat dilakukan jika langkah diatas tidak efektif dan jika terjadi
rahim dan cabang arteri uterina yang menuju ke servik, jika perdarahan
21
b. Ligasi Arteri Iliaka Interna
bebas berjarak 1,5-2 cm. Hindari trauma pada vena iliaka interna.
Risiko ligasi arteri iliaka adalah trauma vena iliaka yang dapat
22
Gambar 4 : Tempat Ligasi A. Iliaka Interna
c. Teknik B-Lynch
Modifikasi asli teknik ini muncul seperti jahitan Square Cho (Cho,
23
kasus perdarahan postpartum sekunder 11. Metode Operasi berhasil pada
semua kasus tanpa komplikasi, dan 4 dari 5 pasien dapat hamil kembali.
menunjukkan kelainan.
diperkenalkan teknik kompresi uterus yang simple dan cepat yang diberi
no. 2 dan jarum bundar. Oleh Agus Sulistiyono dkk tahun 2010 diperoleh
metode ini angka keberhasilan mencapai 100 % yang dimana pada akhirnya
d. Histerektomi
operatif. Insidensi mencapai 7-4 per 10.000 kelahiran, dan lebih banyak
25
Masase fundu uteri segera setelah plasenta lahir (maksimal 15 detik)
Tidak
Uterus kontraksi ? Ya
Evaluasi rutin
Tidak
Evaluasi/bersihkan bekuan darah/selaput ketuban
Kompresi bimanual interna (KBI) : maks. 5 menit
Uterus kontraksi ? Ya
Pertahankan KBI selama 1-2 menit
Keluarkan tangan secara hati-hati
Lakukan pengawasan kala IV
Tidak
Tidak
Ya
Uterus kontraksi ? Pengawasan kala IV
Tidak
Perdarahan
Histerektomi
26
2.8.PROGNOSIS
Prognosis bergantung pada jumlah darah yang hilang (sesuai dengan rasio
2.9. PENCEGAHAN
III. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cochrane yang membandingkan pasien
yang mendapat oksitosin profilaktik saat kala III dengan pasien yang tidak mendapat
oksitosin ternyata terjadi penurunan rata-rata jumlah darah yang hilang, perdarahan
postpartum, dan kebutuhan akan oksitosin tambahan dibandingkan dengan yang tidak
oksitosin sebelum pengeluaran plasenta dapat mengurangi jumlah darah yang hilang
dan juga jumlah tranfusi postpartum yang dibutuhkan. Beberapa penelitian lain justru
Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan
postpartum dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai terapi.
Manajemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan,
pencegahan atonia uteri yaitu onsetnya yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan
tekanan darah atau kontraksi tetani seperti ergometrin. Pemberian oksitosin paling
bermanfaat untuk mencegah atonia uteri. Pada manajemen kala III harus dilakukan
pemberian oksitosin setelah bayi lahir. Aktif protokol yaitu pemberian 10 unit IM, 5
unit IV bolus atau 10-20 unit per liter IV drip 100-150 cc/jam.Analog sintetik
oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti sebagai uterotonika untuk
27
mencegah dan mengatasi perdarahan pospartum dini. Karbetosin merupakan obat
pemberian karbetosin bolus IV dengan oksitosin drip pada pasien yang dilakukan
28
BAB III
3.1. KESIMPULAN
jalan lahir yang terjadi selama atau setelah persalinan kala III
3. Atonia uteri ialah lemahnya tonus atau lemahnya kontraksi rahim, yang
setelah melahirkan
7. Atonia uteri ditandai dengan adanya perdarahan massif pervaginam yang
interna, histerektomi.
9. Prognosis pasien pada atonia uteri bergantung pda jumlah darah yang hilang
(disesuaikan dengan rasio berat badan pasien), komplikasi yang terjadi, dan
keberhasilan terapi.
3.2. SARAN
29
Ibu hamil disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter ahli kebidanan,
perdarahan postpartum atonia uteri. Jika seorang wanita memiliki salah satu
Meskipun demikian, sekitar 20% atoni uteri postpartum dapat terjadi pada
DAFTAR PUSTAKA
30
3. Karkata K. Made. Perdahan Pascapersalinan. In: Ilmu Kebidanan. Edisi
2001
Edition. 2002
7. Guyton C.Arthur, Hall E.John. Buku Ajar fisiologi Kedokteran. Jakarta: ECG.
2007
dan Ginekologi.
10. Albert E.Reece, John C.Hobbins. Clinical Obstetrics the Fetus & Mother.
31