ATONIA UTERI
DI SUSUN OLEH
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
1. Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat- berdinding tebal- muskular-
pipih- cekung dan tampak seperti bola lampu/buah peer terbalik yang
terletak di pelvis minor di antara kandung kemih dan rectum. Uterus
normal memiliki bentuk simetris- nyeri bila ditekan, licin dan teraba
padat.
Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu fundus uteri yaitu bagian
corpus uteri yang terletak di atas kedua pangkal tuba fallopi, corpus
uteri merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri dan
berbentuk segitiga, dan seviks uteri yang berbentuk silinder. Dinding
belakang, dinding depan dan bagian atas tertutup peritoneum
sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan kandung kemih.
Untuk mempertahankan posisinya uterus disangga beberapa
ligamentum, jaringan ikat dan peritoneum. Ukuran uterus tergantung
dari usia wanita, pada anak-anak ukuran uterus sekitar 2-3 cm,
nullipara 6-8 cm dan multipara 8-9 cm. Dinding uterus terdiri dari
tiga lapisan yaitu peritoneum- miometrium/lapisan otot dan
endometrium.
a. Peritoneum
Meliputi dinding rahim bagian luar, menutupi bagian luar uterus,
merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh
darah limfe dan urat saraf, meliputi tuba dan mencapai dinding
abdomen.
1) Lapisan otot
a) Lapisan luar : seperti “Kap” melengkung dari fundus uteri
menuju ligamentum
b) Lapisan dalam : berasal dari osteum tuba uteri sampai
osteum uteri internum
c) Lapisan tengah: terletak di antara kedua lapisan tersebut
membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim.
Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan
vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka dan
sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit
rapat dengan demikian perdarahan dapat terhenti.
2) Semakin ke arah serviks otot rahim makin berkurang dan
jaringan ikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak antara
osteum uteri internum anatomikum yang merupakan batas dan
kavum uteri dan kanalis servikalis dengan osteum uteri
histologikum (dimana terjadi perubahan selaput lendir kavum
uteri menjadi selaput lendir serviks) disebut istmus. Istmus
uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim dan meregang
saat persalinan.
3) Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh
tonus otot rahim sendiri, tonus ligamentum yang menyangga,
tonus otot-otot dasar panggul- ligamentum yang menyangga
uterus adalah ligamentum latum, ligamentum rotundum (teres
uteri) ligamentum infindibulo pelvikum (suspensorium ovarii)
ligamentum kardinale machenrod, ligamentum sacro uterinum
dan ligamentum uterinum.
a) Ligamentum latum
Merupakan lipatan peritoneum kanan dan kiri uterus
meluas sampai ke dinding panggul, ruang antara kedua
lipatan berisi jaringan ikat longgar dan mengandung
pembuluh darah limfe dan ureter, ligamentum latum
seolah-olah tergantung pada tuba fallopi, terdiri dari otot
polos dan jaringan ikat, fungsi ligamentum latum yakni
untuk menahan uterus dalam posisi antefleksi
b) Ligamentum infundibulo pelvikum
Terbentang dari infundibulum dan ovarium menuju
dinding panggul, menggantung uterus ke dinding panggul,
antara tuba fallopi dan ovarium terdapat ligamentum
ovarii proprium
c) Ligamentum kardinale machenrod
Dari serviks setinggi osteum uteri internum menuju
panggul, menghalangi pergerakan uterus ke kanan dan ke
kiri, tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus
d) Ligamentum sacro uterinum
Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale
machenrod menuju os sacrum
e) Ligamentum vesika uterinum
Dari uterus menuju ke kandung kemih, merupakan
jaringan ikat yang agak longgar sehingga dapat mengikuti
perkembangan uterus saat hamil dan persalinan
b. Miometrium
Tersusun atas lapisan-lapisan serabut otot polos yang
membentang ketiga arah (longitudinal, trasversa, dan oblik) dan
saling menjalin dengan jaringan ikat yang elastis dan pembuluh
darah sepanjang dinding uterus dan menyatu dengan lapisan
dalam endometrium yang padat.
Tidak
Tidak
Rujuk ke RS segera
Dampingi ibu ke tempat rujukan
Lanjutkan pemberian infuse + 20 IU oksitosin minimal 500 cc/ jam
sampai habis 1,5 liter. Selanjutkan 125 cc/jam hingga mencapai tempat
rujukan. Berikan minum untuk rehidrasi.
Selama perjalanan dapat dilakukan Kompresi Aorta Abdominalis
1.1.9 Pencegahan
Atonia uteri dapat dicegah dengan Manajemen Aktif Kala III, yaitu :
1. Memberikan obat oksitosin 10 IU segera setelah bahu bayi lahir;
2. Melakukan penegangan tali pusat terkendali;
3. Masase uterus segera setelah plasenta dilahirkan agar uterus tetap
berkontraksi.
2. Implementasi
Setelah rencana tindakan kebidanan tersusun, selanjutnya rencana
tindakan tersebut dilaksanakan sesuai dengan situasi yang nyata untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan tindakan,
Bidan dapat langsung melaksanakan kepada orang lain yang dipercaya
dibawah pengawasan orang yang masih seprofesi dengan Bidan.
(Nursalam, 2001:63)
3. Evaluasi
a. Tidak terjadi perdarahan
b. Rasa nyeri yang dirasakan klien dapat teratasi
c. Tidak terjadi shock hipovolemik dan tidak ada ansietas
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Atonia uteri adalah dimana terjadinya kegagalan otot rahim yang
menyebabkan pembuluh darah pada bekas implantasi plasenta terbuka
sehingga menimbulkan perdarahan.
2. Faktor penyebab terjadinya atonia uteri salah satunya :
a. Overdistensio uterys seperti: gemeli makrosomia,polihidroamnion atau
paritas tinggi.
b. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.
c. Multipara dengan jarak kelahiran pendek
d. Partus lama/partus terlantar
e. Malnutrisi
Sehingga dengan banyaknya penyebab ini diharapkan dapat
diminamilisir
3. Tanda dan gejala atonia uteri antara lain: perdarahan pervaginam,
konsistensi rahim lunak, fundus uteri naik dan terdapat tanda-tanda syok.
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan postpartum dini,
kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol
perdarahan setelah melahirkan.