Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Konsep Dasar Kehamilan

a. Pengertian

Kehamilan merupakan proses fisiologis yang memberikan

perubahan pada ibu maupun lingkungannya. Dengan adanya kehamilan

maka sistem tubuh wanita mengalami perubahan yang mendasar untuk

mendukung perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim selama

proses kehamilan seseorang (Hutahaean, 2013).

b. Tanda dan Gejala Kehamilan

Tanda dan gejala kehamilan menurut Reeder, Martin dan Griffin

(2018) terbagi menjadi 3 yaitu sebagai berikut:

1) Tanda perkiraan

Tanda perkiraan kehamilan yaitu terjadi supresi menstruasi, mual,

muntah (morning sickness), sering buang air kecil, nyeri tekan pada

payudara, persepsi gerakan janin (queckening), perubahan warna

biru kehitaman pada membran mukosa vagina (tanda chadwick) dan

keletihan.

2) Tanda kemungkinan

Tanda kemungkinan kehamilan yaitu terjadi pembesaran abdomen,

perubahan ukuran, bentuk, konsistensi uterus (tanda hegar), garis

bentuk janin, dibedakan dengan palpasi abdomen dan deteksi bagian

6
7

janin melalui vagina dengan adanya ballottement, pelunakan serviks,

dan kontraksi braxton hicks.

3) Tanda pasti

Tanda pasti kehamilan bila ada suara denyut jantung janin,

pergerakan janin dapat dirasakan oleh pemeriksa dan visualisasi

janin dengan ultrasonografi atau roentgenogram (jarang digunakan).

c. Komplikasi Kehamilan

Komplikasi yang dapat terjadi selama kehamilan menurut Johnson

(2014) yaitu antara lain:

1) Kehamilan ektopik/di luar uterus

Pada kehamilan ektopik, sperma membuahi ovum, namun transisi

dan tuba falopi ke uterus terinterupsi dan zigot menempel di luar

uterus, biasanya dalam tuba.

2) Hyperemesis gravidarum

Mual dan muntah karena meningkatnya hCG dapat menjadi parah.

Mual dan muntah berlangsung melampaui 12 minggu usia kehamilan

dan mengakibatkan berkurangnya berat badan 5% atau lebih dari

sebelum kehamilan.

3) Prematur rupture of membranes (PROM) / ketuban pecah dini

Robeknya selaput ketuban secara spontan sebelum persalinan

berlangsung matur. Jika hal ini terjadi di awal 37 minggu kehamilan

disebut preterm.
8

4) Kelahiran preterm

Kelahiran yang mulai antara kehamilan minggu ke-20 dan 36 disebut

kelahiran preterm. Kondisi-kondisi yang tampaknya menyebabkan

kelahiran preterm antara lain ukuran serviks yang abnormal, riwayat

sebelumnya kelahiran preterm atau persalinan preterm, infeksi atau

fibronektin servikovaginal (protein janin tidak secara normal didapati

dalam jalur vagina setelah 22 minggu, yang merupakan prediktor tinggi

untuk persalinan preterm). Jika persalinan preterm tidak dapat

dihentikan, mortalitas janin meningkat khusunya berkaitan pada paru-

paru yang belum sempurna serta sindrom stres pernapasan (RDS),

menurunya cadangan lemak, dan fungsi organ yang buruk, juga

meningkatnya risiko trauma selama kelahiran.

5) Kondisi perdarahan

a) Placenta previa

Placenta previa yaitu plasenta yang menempel di bagian uterus

bawah dan bukannya bagian atas uterus. Implantasi di atas atau di

dekat mulut serviks akan berisiko terjadi kontraksi uterus bawah

dan dilatasi serviks sebagai persiapan kelahiran kemudian vili

plasenta yang terlepas dari dinding uterus, mengakibatkan sinus

terbuka yang menyebabkan pendarahan di area rahim.

b) Abruptio placenta

Abruptio placenta (pelepasan plasenta) merupakan pelepasan

prematur plasenta dari dinding uterus. Akutnya pendarahan akan


9

menyebabkan kematian janin atau mengancam ibu. Biasanya terjadi

setelah 20 minggu kehamilan, paling sering terjadi di trimester

terakhir.

c) Disseminated intravascular coagulation (DIC)

Disseminated intravascular coagulation (DIC) merupakan

gangguan pembekuan darah akibat trauma terlampau akut

sebagaimana banyak terjadi di kehamilan dengan komplikasi

(seperti lepasnya plasenta atau masuknya kembali alat kontrasepsi

setelah aborsi).

6) Gangguan hipertensi

Kondisi dalam kehamilan yang mengakibatkan krisis hipertensi

(tekanan darah sistol di atas 140 mmHg dan diastol di atas 90 mmHg)

berlangsung dari ringan hingga berat. Hipertensi juga terindikasi ketika

terjadi peningkatan 30 mmHg di atas sistolik sebelum kehamilan atau

15 mmHg di atas diastolik tekanan darah sebelum kehamilan. Kondisi-

kondisi ini mencakup hipertensi kehamilan, pre-eklamsia ringan hingga

parah, eklamsia, dan sindrom hemolisis, meningkatnya enzim hati, dan

trombosit rendah. Jika tidak segera ditangani akan berpotensi terjadi

kematian ibu dan bayi, gagal hati, gugurnya plasenta, gagal ginjal akut,

atau kelahiran preterm.

7) Diabetes selama kehamilan

Diabetes kehamilan terjadi ketika kadar glukosa tinggi terlihat selama

kehamilan. Gejala-gejala kemungkinan mereda dalam beberapa minggu

setelah melahirkan. Namun separuh dari perempuan mengidap diabetes


10

mellitus akan menjadi akut dalam waktu 5 tahun setelah melahirkan.

Diabetes saat kehamilan akan berisiko bagi bayi dengan mengakibatkan

keguguran spontan, terpapar infeksi dari ibu, hidramnio, asidosis

berlebih (ketoacidosis), hipoglisemia akibat pengobatan diabetes pada

ibu menggunakan insulin, menunda makan, olah raga berlebih, atau

hiperglisemia dengan makrosomia (pertumbuhan janin berlebih).

2. Anemia dalam Kehamilan

a. Pengertian

Lowdermilk, Perry dan Cashion (2013) anemia merupakan kelainan

yang umum terjadi dalam kehamilan, terjadi pada sekitar 20-60% wanita.

Anemia kehamilan adalah kadar hemoglobin <11 gr/dL pada trimester I

dan III, atau jika kadar hemoglobin <10,5 gr/dL pada trimester II

(Setiyaningrum, 2013 ; Leveno, 2017).

Astutik dan Ertiana (2018) mendefinisikan anemia dalam kehamilan

yaitu suatu kondisi adanya penurunan sel darah merah atau menurunnya

kadar Hb, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-

organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang.

b. Penyebab

Anemia pada kehamilan disebabkan oleh ekspansi volume plasma

yang relatif lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan massa

hemoglobin dan volume sel darah merah yang menyertai kehamilan

normal (Leveno, 2017). Sedangkan menurut Astutik dan Ertiana (2018)

anemia dalam kehamilan sebagian besar disebabkan oleh bermacam-


11

macam penyebab. Selain disebabkan oleh defisiensi besi, kemungkinan

besar penyebab anemia di antaranya adalah:

1) Penghancuran sel darah merah yang berlebihan dalam tubuh sebelum

waktunya (hemolisis).

2) Kehilangan darah atau perdarahan kronik.

3) Produksi sel darah merah yang tidak optimal.

4) Gizi yang buruk misalnya pada gangguan penyerapan protein dan zat

besi oleh usus.

5) Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang belakang.

c. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala umum anemia pada ibu hamil menurut Astutik dan

Ertiana (2018) di antaranya adalah:

1) Tanda

a) Terjadinya peningkatan kecepatan denyut jantung karena tubuh

berusaha memberi oksigen lebih banyak ke jaringan.

b) Adanya peningkatan kecepatan pernafasan karena tubuh berusaha

menyediakan lebih banyak oksigen pada darah.

c) Pusing akibat kurangnya darah ke otak.

d) Terasa lelah karena meningkatnya oksigenasi berbagai organ

termasuk otot jantung dan rangka.

e) Kulit pucat karena berkurangnya oksigenasi.

f) Mual akibat penurunan aliran darah saluran cerna dan susunan saraf

pusat.

g) Penurunan kualitas rambut dan kulit.


12

2) Gejala

a) Cepat lelah

b) Sering pusing

c) Mata berkunang-kunang

d) Lidah luka

e) Nafsu makan turun

f) Konsentrasi hilang

g) Nafas pendek

h) Keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda.

d. Derajat Anemia

Penentuan anemia tidaknya seorang ibu hamil menggunakan dasar

kadar Hb dalam darah. Dalam penentuan derajat anemia menurut Astutik

dan Ertiana (2018) di antaranya yaitu:

1) Ringan sekali : Hb 10 gr/dL-batas normal

2) Ringan : Hb 8 gr/dL-9,9 gr/dL

3) Sedang : Hb 6 gr/dL-7,9 gr/dL

4) Berat : Hb <5 gr/dL

Setiyaningrum (2013) membagi derajat atau tingkatan anemia sebagai

berikut:

1) Anemia ringan : 9-10 gr/dL

2) Anemia sedang : 7-8 gr/dL

3) Anemia berat : <7 gr/dL


13

e. Klasifikasi Anemia

Setiyaningrum (2013) mengklasifikasikan anemia dalam kehamilan antara

lain:

1) Anemia defisiensi besi

a) Pengertian

Anemia defisiensi besi adalah penurunan jumlah sel darah merah akibat

dari kekurangan zat besi.

b) Penyebab

1) Makanan tidak cukup mengandung zat besi (Fe)

2) Komposisi makanan tidak baik untuk penyerapan

3) Adanya gangguan penyerapan (penyakit usus)

4) Kebutuhan Fe meningkat.

c) Gejala klinis

1) Data subjektif

Ibu mengatakan sering pusing, cepat lelah, lemas, susah bernapas.

2) Data objektif

Konjungtiva pucat, muka pucat, ujung-ujung kuku pucat.

d) Komplikasi

1) Trimester I

Missed abortus, kelainan kongenital, abortus.

2) Trimester II

Partus prematur, perdarahan antepartum , ganggguan pertumbuhan

janin dalam rahim (PJT), asfiksia, gestosis/manifestasi keracunan

karena kehamilan, IQ bayi rendah, dekompensasi kordis.


14

3) Trimester III

Gangguan his primer dan sekunder, janin lahir anemia, persalinan

dengan resiko tinggi, ibu cepat lelah.

e) Pencegahan

1) Sulfas ferrosus 1 tablet/hari

2) Anjurkan makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang banyak

megandung vitamin dan mineral.

3) Pemberian preparat besi.

4) Pemeriksaan kadar Hb pada trimester I dan II.

5) Pemberian vitamin C untuk membantu penyerapan zat besi.

Penyerapan zat besi yang terbaik adalah pada waktu perut kosong.

6) Susu dan antasida dapat mengurangi penyerapan zat besi.

7) Hindari kafein, misalnya kopi dan teh.

8) Sebelum dan selama kehamilan mengkonsumsi makanan yang kaya

zat besi, asam folat dan vitamin B.

2) Anemia megaloblastik

a) Pengertian

Anemia megaloblastik adalah anemia yang terjadi karena kekurangan

asam folat.

b) Gejala

1) Tangan atau kaki kesemutan dan kaku.

2) Kehilangan sensasi sentuh.

3) Kehilangan kemampuan indera penciuman.


15

4) Sulit berjalan dan terlihat goyah.

5) Demensia (kehilangan kemampuan psikis atau mental).

f. Komplikasi Anemia pada Kehamilan

Anemia yang terjadi selama hamil dapat menimbulkan berbagai masalah

yang mengancam ibu maupun janin menurut Putri dan Mudlikah (2019)

komplikasi anemia baik pengaruhnya pada ibu maupun janin antara lain :

1) Perdarahan intrapartum dan postpartum

2) Abortus

3) Kelahiran prematur

4) IUGR (Intra Uterine Growth Restriction) adalah kondisi ketika

pertumbuhan janin di dalam kandungan terhambat.

5) IUFD (Intrauterine Fetal Death) adalah kondisi janin yang meninggal di

dalam kandungan setelah kehamilan berusia 20 minggu.

6) BBLR (berat badan lahir rendah)

7) Bayi lahir dengan cacat bawaan

8) Bayi lahir dengan anemia

9) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan bayi setelah lahir

10) Ibu rentan terkena infeksi masa nifas

11) Pengeluaran ASI berkurang.

g. Pencegahan Anemia pada Kehamilan

Pencegahan anemia selama kehamilan menurut Lowdermilk, Perry dan

Cashion (2013) yaitu dengan mengajarkan pasien perawatan mandiri terkait

sumplemen besi yaitu sebagai berikut:


16

1) Vitamin C (dalam buah, tomat, melon, dan strawberi) dan besi heme (dalam

daging) akan meningkatkan absorpsi suplemen besi, karena itu seringlah

mengonsumsi makanan ini.

2) Gandum, teh, kopi, minuman berkafein lainnya, susu, oksalat (dalam

bayam, dan chard) dan kuning telur akan mengurangi absorpsi besi. Hindari

mengonsumsinya bersamaan dengan suplemen.

3) Besi diserap paling baik saat tidur ketika perut kosong karena itu minum di

antara waktu makan dengan minuman selain teh, kopi, minuman berkafein

lainnya, dan susu.

4) Besi bisa diminum sebelum tidur bila perut terasa tidak enak bila diminum

di antara waktu makan.

5) Jika dosis besi terlewat, minum sesegera mungkin sebelum 13 jam setelah

waktu seharusnya. Jangan menggandakan dosis.

6) Simpan dalam tempat yang tidak dijangkau anak.

7) Besi dapat membuat kotoran berwarna hitam atau hijau tua.

8) Konstipasi umum terjadi. Direkomendasikan untuk mengonsumsi diet yang

kaya serat dan cairan yang cukup.

h. Penatalaksanaan Anemia pada Kehamilan

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada ibu hamil dengan anemia

menurut Putri dan Mudlikah (2019) antara lain:

1) Program pencegahan anemia yang dilakukan oleh pemerintahan Indonesia

adalah pemberian tablet zat besi (sulfas ferosus) 65 mg sebanyak 1x1 tabet

selama 90 hari kehamilan. Pemberian tablet zat besi merupakan salah satu
17

upaya penting dalam pencegahan dan penanggulangan anemia dalam

kehamilan.

2) Anjurkan ibu untuk meminum zat besi pada malam hari untuk mencegah

terjadinya efek samping mual akibat mengkonsumsi zat besi. Anjurkan ibu

untuk meminum tablet zat besi bersamaan dengan jus jeruk atau buah lain

yang mengandung vitamin C agar membantu proses absorbsi zat besi dalam

tubuh serta ingatkan ibu untuk tidak meminum tablet zat besi bersamaan

dengan teh atau kopi karena hal tersebut dapat menghambat penyerapan zat

besi dalam tubuh.

3) Anjurkan ibu untuk makan makanan yang banyak mengandung zat besi

selama hamil. Kandungan zat besi banyak terkandung dalam sumber

makanan hewani seperti daging, ayam, dan ikan. Kemudian untuk sumber

makanan nabati seperti sereal, telur, kacang-kacangan, kedelai, sayuran

berwarna gelap atau hijau, dan beberapa jenis buah kering seperti plum dan

kismis.

4) Apabila ibu terdiagnosis menderita anemia, maka ibu diberikan suplemen

zat besi dan asam fotat. Berikan tablet Fe 60 mg dan asam folat 250 μg

sebanyak 3x1 tablet, apabila dalam 90 hari keadaan anemia ibu membaik,

lanjutkan pemberian tersebut sampai 42 hari postpartum. Namun apabila

keadaan anemia ibu tidak membaik, maka segera pergi ke fasilitas

pelayanan kesehatan untuk mengetahui penyebab pasti anemia yang dialami

ibu.
18

3. Pendidikan Kesehatan

a. Pengertian

Pendidikan kesehatan dapat didefinisikan sebagai proses perubahan

kebiasaan, sikap dan pengetahuan pada diri manusia untuk mencapai

tujuan kesehatan. Artinya pendidikan kesehatan merupakan proses

perkembangan yang dinamis, sebab individu dapat menerima atau

menolak apa yang diberikan oleh perawat (Nirman, 2017).

Notoatmodjo (2012) menggungkapkan pendidikan kesehatan adalah

program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan

(perbaikan), baik didalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi

dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial, budaya, dan politik).

Pendidikan kesehatan juga merupakan suatu kegiatan yang mempunyai

masukan (input), proses, dan keluaran (output).

1) Input adalah sasaran pendidikan (individu,

kelompok, masyarakat, dan pendidik pelaku pendidikan).

2) Proses (upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain).

3) Output (melakukan apa yang diharapkan atau

prilaku).

b. Tujuan

Pendidikan kesehatan bertujuan untuk mempengaruhi 3 faktor

penyebab terbentuknya perilaku menurut Notoadmojo (2012) yaitu :

1) Perubahan Perilaku
19

Perubahan perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai

kesehatan menjadi perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan,

atau dari perilaku negatif ke perilaku yang posiitf., misalnya merokok,

minum-minuman keras, ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya,

ibu tidak mau mengimunisasikan anak balitanyaa, dan sebagainya,

menjadi perilaku yang positif.

2) Pembinaan Perilaku

Pembinaan terutama ditujukan kepada perilaku masyarakat yang sudah

sehat agar tetap dipertahankan kesehatannya, artinya masyarakat yang

sudah mempunyai perilaku hidup sehat (healthy life style) tetap di

lanjutkan atau dipertahankan. Contohnya olahraga teratur, makan

dengan menu seimbang menguras bak mandi secara teratur, membuang

sampat ditempatnya.

3) Pengembangan Perilaku

Pengembangan perilaku sehat ini terutama ditujukan untuk

membiasakan hidup sehat bagi anak-anak. Contoh, bayi yang buang air

atau “pipis”, secara naluri merasa tidak enak (risih) lalu menangis.

Apabila orang tua tidak merespons dalam arti tidak segera mengganti

popoknya, maka lama-kelamaan anak akan berhenti menangis dan tidur

lagi. Untuk selanjutnya apabila buang air kecil lagi anak tidak akan

menangis lagi. Hal ini berarti anak sudah dibiasakan untuk berperilaku

tidak sehat atau jorok.

c. Metode Pendidikan Kesehatan


20

Notoadmojo (2012), menggolongkan metode pendidikan kesehatan

ada 3 (tiga) yaitu:

1) Metode Individual (perorangan)

Metode yang bersifat individual digunakan untuk membina perilaku

baru atau membina seseorang yang mulai tertarik pada suatu perubahan

perilaku atau inovasi. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat

serta dapat membantunya maka perlu menggunakan metode ini. Ada 2

bentuk pendekatannya yaitu :

a) Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counceling)

b) Wawancara (Interview).

2) Metode Kelompok

Dalam memilih metode pendidikan kelompok ini harus diperhatikan

besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dan sasaran.

Ada 2 jenis kelompok berdasarkan besar sasaran pendidikan, yaitu :

a) Kelompok besar, apabila peserta pendidikan kesehatan lebih dari 15

orang dan metode yang baik untuk kelompok besar ini adalah

ceramah dan seminar.

b) Kelompok kecil, apabila peserta kegiatan kurang dari 15 orang dan

metode ini cocok untuk kelompok kecil ini adalah diskusi kelompok,

curah pendapat (snow balling), kelompok-kelompok kecil (buza

group), bermain peran (role play) dan permainan simulasi

(simulation game).

3) Metode Masa

Metode (pendekatan) masa ini cocok untuk mengkomunikasikan pesan-

pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Sasaran ini bersifat


21

umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin,

pekerjaan, status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan. Contoh

metode yang cocok untuk pendekatan masa ini adalah ceramah umum,

berbincang-bincang, simulasi, dan sebagainya.

d. Media Pendidikan Kesehatan

Notoadmojo (2012), membagi media pendidikan kesehatan antara

lain adalah sebagai berikut:

1) Media cetak

Booklet, leaflet, flyer (selebaran), flif chart (lembar balik), rubrik atau

tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, poster, dan foto yang

mengungkapkan informasi kesehatan.

2) Media elektronik

Televisi, radio, video, slide, dan film strip.

3) Media papan (Billboard)

Papan (billboard) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat diisi

dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media papan

disini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng

yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum (bus dan taksi).

4. Konsep Dasar Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2012). Menurut Budiman dan


22

Riyanto (2013) pengetahuan dapat diperoleh seseorang secara alami atau

diintervensi baik langsung maupun tidak langsung. Perkembangan teori

pengetahuan teori pengetahuan telah berlangsung sejak lama. Filsafat

pengetahuan yaitu Plato menyatakan pengetahuan sebagai “Kepercayaan

sejati yang dibenarkan (valid)”.

b. Tahapan Pengetahuan

Tahapan pengetahuan menurut Benjamin S. Bloom (1956) dalam

Budiman dan Riyanto (2013) ada enam tahapan, yaitu sebagai berikut:

1) Tahu (know)

Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan,

definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar,

dan sebagainya. Misalnya ketika seorang perawat diminta untuk

menjelaskan tentang imunisasi campak, orang yang berada pada

tahapan ini dapat menguraikan dengan baik dari definisi campak,

manfaat imunisasi campak, waktu yang tepat pemberian campak, dan

sebagainya.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

tersebut secara benar.

4) Analisis (analysis)
23

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis merujuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk yang baru.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

c. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Budiman dan Riyanto (2013) mengungkapkan faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi pengetahuan diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan didalam dan di luar sekolah (baik formal maupun

nonformal), berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah

proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan

juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

pelatihan. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi

pendidikan seseorang, makin mudah orang tersebut menerima

informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung

untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media

massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula

pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.


24

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana

diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut

akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan

bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak

berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak

diperoleh dipendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada

pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek

juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua

aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap

obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui,

akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut.

Salah satu pendidikan non formal yang dapat meningkatkan

pengetahuan adalah penyuluhan kesehatan atua pendidikan kesehatan.

Pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah suatu kegiatan atau usaha

menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau

individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka

masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan

tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut pada akhirnya

diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku.

2) Informasi / Media Massa 

Informasi adalah suatu yang dapat diketahui, ada pula yang

menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu,

informasi juga dapat didefinisikan sebagai suatu teknik untuk

mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi,


25

mengumumkan, menganalisis dan menyebarkan informasi dengan

tujuan tertentu. Informasi mencakup data, teks, gambar, suara, kode,

program komputer dan basis data. Informasi yang diperoleh baik dari

pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh

jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan

atau peningkatan pengetahuan.

3) Sosial budaya dan ekonomi 

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian

seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.

Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu

fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial

ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4) Lingkungan 

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh

terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada

dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi

timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan

oleh setiap individu.

5) Pengalaman 

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali


26

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi

masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan

memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta

pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan

kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari

keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah

nyata dalam bidang kerjanya.

6) Usia 

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula

daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih

berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih

banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri

menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak

menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual,

pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak

ada penurunan pada usia ini.

d. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek

penelitian atau responden. Sekumpulan jawaban yang diberikan tersebut

dinamakan pengetahuan (Budiman & Riyanto, 2013).


27

Notoatmodjo (2012) menyatakan teknik wawancara atau angket terdiri

dari:

1) Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk

mengumpulkan data, di mana peneliti mendapatkan keterangan atau

informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden),

atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to

face).

2) Angket

Angket adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian

mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut

kepentingan umum (orang banyak). Angket ini dilakukan dengan

mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir-formulir,

diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan

tanggapan, informasi, jawaban, dan sebagainya. Teknik ini lebih cocok

dipakai untuk memperoleh data yang cukup luas, dari kelompok atau

masyarakat yang berpopulasi besar, dan bertebaran tempatnya.

Biasanya pengirimannya dilakukan melalui pos kepada responden.

B. Penelitian Terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Sianipar, Aziz dan Prilia (2016) tentang

pengaruh pendidikan kesehatan tentang anemia pada kehamilan terhadap

pengetahuan ibu hamil di UPT Puskesmas Bukit Hindu Palangka Raya,

menunjukkan bahwa setelah di berikan pendidikan kesehatan terdapat

peningkatan tingkat pengetahuan responden. Di harapkan tenaga kesehatan


28

dapat memberikan pendidikan kesehatan penyuluhan secara langsung

mengunakan metode diskusi atau media Leaflet dan Flipchart (Lembar

Balik).

Penelitian lain dilakukan oleh Egryani, Saktini dan Puspitasari (2017)

tentang pengaruh penyuluhan satu lawan satu terhadap pengetahuan ibu hamil

mengenai anemia di Semarang, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang bermakna antara pengetahuan ibu hamil mengenai anemia

sebelum dan setelah penyuluhan satu lawan satu menggunakan pamflet,

namun tidak terdapat korelasi yang bermakna antara variabel perancu dengan

skor pengetahuan postintervensi.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Trisnawati, Senudin dan Armalan

(2020) tentang peningkatan pengetahuan ibu hamil melalui pendidikan

kesehatan tentang anemia dan penatalaksanaanya pada ibu hamil di Wilayah

Kerja Puskesmas Pembantu Waso Ruteng Kab. Manggarai Nusa Tenggara

Timur, hasil penelitian menunjukkan kesimpulan dari kegiatan pendidikan

kesehatan ini adalah dari pengamatan sejak dimulai sampai berakhirnya

kegiatan semua peserta ibu hamil yang ikut sangat antusias dan aktif selama

kegiatan berlansung dan ibu mampu memahami materi yang disampaikan.

Penelitian yang sama dilakukan oleh Safitri (2020) tentang pendidikan

kesehatan tentang anemia kepada ibu hamil, hasil penelitian menunjukkan

bahwa terdapat peningkatan pengetahuan anemia pada ibu hamil sebagai

upaya pencegahan dan mengenali resiko tinggi atau komplikasi anemia pada

kehamilan secara dini.

Anda mungkin juga menyukai