Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS PATOLOGI DAN KOMPLIKASI PADA KEHAMILAN, NIFAS,

NEONATUS, DAN KESEHATAN REPRODUKSI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Asuhan Kebidanan Kolaborasi pada Kasus Patologi dan Komplikasi

Dosen Pengampu
Hj. Zakiah, M.Keb

Oleh:
Refina Azzahra (P07124220058)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
JURUSAN KEBIDANAN
2022/2023
A. Mekanisme Anemia Berat pada Ibu Hamil
1. Pengertian Anemia Kehamilan
a) Anemia adalah suatu kondisi dimana terdapat kekurangan atau
menurunnya sel darah merah atau hemoglobin.
b) Anemia dalam kehamilan jika kadar Hb kurang dari 11 gr/dL. Kadar
Hb kurang dari 11 gr/dL pada trimester 1 dan 3, dan Hb kurang dari
10,5 gr/dL pada trimester 2.
c) Anemia berat adalah jika kadar hemoglobin pada ibu hamil kurang
dari 7gr%.
2. Proses Terjadinya Anemia Pada Kehamilan
Selama masa kehamilan, akan terjadi peningkatan plasma darah yang
dapat mengakibatkan meningkatnya volume darah ibu. Peningkatan
plasma tersebut tidak seimbang dengan jumlah sel darah merah, sehingga
mengakibatkan terjadinya penurunan kadar hemoglobin yang disebut
dengan anemia.
3. Factor Resiko Anemia Pada Kehamilan
Pada kehamilan terdapat beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko
anemia, di antaranya:
a. Asupan nutrisi yang menyebabkan dapat terjadinya Kurang Energi
Kronik (KEK)
b. Diabetes gestasional
c. Kehamilan multiple/ganda
d. Kehamilan remaja
e. Inflamasi dan infeksi dalam kehamilan
4. Jenis Anemia Pada Kehamilan
a. Anemia karena perdarahan
1) Masa kehamilan
Anemia akibat perdarahan dapat terjadi selama masa
kehamilan (perdarahan antepartum), namun lebih sering terjadi
pada pasca salin (perdarahan post partum/pasca salin). Etiologi
perdarahan antepartum tersering adalah plasenta previa, solusio
plasenta dan perdarahan akibat inflamasi (Crohn’s disease, colitis
ulseratif).
Kehilangan darah selama kehamilan dapat menyebabkan
anemia berat, hingga banyak terjadi kelahiran preterm. Selain itu,
anemia berat juga dapat meningkatkan risiko anemia pasca salin
dan kebutuhan transfuse pada maternal saat peripartum.
b. Anemia Hipoprolleratif
1) Anemia Defisiensi Besi
Anemia defislensi besi merupakan anemia yang paling sering
terjadi saat kehamilan, yang dipicu oleh perubahan fisiologis
maternal.
2) Anemia Defisiensi Asam Folat, Vitamin 812, dan B6
a) Defisiensi Asam Folat
b) Defisiensi Vitamin B12
c) Defisiensi Vitamin B6
c. Anemia Akibat Proses Inflamasi
d. Anemia karena Penyakit Ginjal
5. Tanda Dan Gejala Anemia Berat
a. Pusing akibat kurangnya darah ke otak
b. Adanya peningkatan kecepatan pernafasan karena tubuh berusaha
menyediakan lebih banyak oksigen pada darah
c. Sesak napas
d. Terjadinya peningkatan kecepatan denyut jantung karena tubuh
berusaha memberi oksigen lebih banyak ke jaringan
e. Terasa lelah karena meningkatnya oksigenasi berbagai organ termasuk
otot jantung dan rangka
f. Tekanan darah rendah atau hipotensi
g. Kulit pucat karena berkurangnya oksigenasi
h. Mual akibat penurunan aliran darah saluran cerna dan susunan saraf
pusat
i. Penurunan kualitas rambut dan kulit
j. Kadar Hb <7 gr/dL.
Beberapa jenis anemia mungkin memiliki gejala yang lain :
a. Bradikardi
b. Sembelit
c. Daya konsentrasi rendah
d. Kesemutan
e. Malaise (rasa umum merasa tidak sehat)
f. Memburuknya masalah jantung
g. Nyeri dada
h. Telinga berdengung
i. Tangan dan kaki terasa dingin
6. Komplikasi Anemia Pada Kehamilan
Terhadap ibu yaitu:
a. Bahaya selama kehamilan: Dapat terjadi abortus, persalinan
prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin dalam Rahim, mudah
terjadi infeksi, ancaman dekompensasikordis (Hb<6gr%), mola
hidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum, ketuban
pecah dini (KPD)
b. Bahaya pada saat persalinan : Gangguan his (kekuatan mengejan), kala
pertama dapat berlangsung lama, dapat terjadi partus terlantar, kala
dua berlangsung lama, kala uteri dapat diikuti retensio plasenta,
perdarahan post partum karena otonia uteri, kala empat dapat terjadi
perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri
c. Pada kala nifas :Terjadi sub involusio uteri menimbulkan perdarahan
postpartum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI
berkurang, terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan,
anemia kala nifas, mudah terjadi infeksi mamae.

Terhadap janin yaitu dapat terjadinya BBLR, kematian intrauteri, abortus,


cacat bawaan, dan premature.
7. Penatalaksanaan Anemia Berat
a) Memberikan tablet fe secara rutin
Jika kadar Hb < 10 maka pemberian menjadi 3 tablet sehari
(3 x 1 tablet) selama 90 hari masa kehamilan. Pemberian preparat
tablet Fe (fero sulfat) 60 mg /hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak
1 g % perbulan.
Jika Hb 8g atau kurang pada salah satu kunjungan, dilakukan
pemberian tablet besi menjadi 3 kali 1 tablet perhari selama
kehamilan.
b) Menganjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang
seperti 1 porsi yang berisi nasi, lauk (tempe, telur atau daging), sayur
(bayam, brokoli), buah dan susu atau air putih yang harus dikonsumsi
ibu selama masa kehamilannya, dengan porsi dua kali makanan orang
yang tidak hamil. Serta makanan yang mengandung zat besi seperti
sayuran berdaun hijau (bayam, sawi, kangkung), daging merah, sereal,
telur, dan kacang tanah.
c) Kolaborasi dengan ahli gizi/nutrient untuk pemenuhan nutrisi, jenis
diet tinggi karbohidrat tinggi protein.
d) Kolaborasi dengan dokter SpOG
Melakukan transfusi PRC (packed red cell) diberikan pada HB
<7 g/dL, atau Hb kurang dari 7 g/dL pada pasien dengan gejala, seperti
dekompensasi jantung, serta tidak respon terhadap pemberian besi
intravena. Transfusi darah jarang sekali diberikan kecuali terdapat
tanda-tanda hipovolemia, contohnya akibat perdarahan pasca salin.
Kondisi anemia berat akan menyebabkan oksigenisasi janin yang
abnormal sehingga menyebabkan denyut jantung janin abnormal,
berkurangnya cairan amnion, hipoperfusi janinm hingga kematian
janin.
e) Melakukan evaluasi terapi, dilakukan 2-3 minggu setelah terapi
diberikan, dan pengawasan dilakukan tiap trimester. Respon awal yang
dapat terlihat adalah perubahan klinis pada pasien. Kondisi pasien
akan terlihat lebih sehat dan bugar, tidak pucat, dan nafsu makan
membaik. Selanjutnya, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

Astutik, R., Dwi Ertiana. 2018. Anemia dalam Kehamilan. Jawa Timur: CV. Pustaka
Abadi.ISBN978-602-5570-64-3 https://books.google.co.id/books?
hl=en&lr=&id=6tisDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR5&dq=penatalaksanaan+ane
mia+berat+pada+ibu+hamil&ots=AgcZJdRc4&sig=JyVQwHtApm8GdyNrMn
HJSrqhxJU&redir_esc=y#v=onepage&q=penatalaksanaan%20anemia%20berat
%20pada%20ibu%20hamil&f=false (Diakses: 15Februari2023)
Hurulaini Nurrahman, N., Satria Anugrah, D., Putri Adelita, A., Nurpitri Sutisna, A.,
Detianingsih, Ovtapia, D., Maisaan, F., Wahyudi, K., Nurshifa, G., Eka Sari,
H., Azrah, M., Stela Hidayat, M., Jelita Putri, N. dan Fajar Arfah, C. (2021)
“Faktor Dan Dampak Anemia Pada Anak-Anak, Remaja, Dan Ibu Hamil Serta
Penyakit Yang Berkaitan Dengan Anemia”, Journal of Science, Technology
and Entrepreneur, 2(2). Tersedia pada:
https://ejournal.umbandung.ac.id/index.php/jste/article/view/27 (Diakses:
15Februari2023).
Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
(2019). Panduan Pelayanan Pasca Persalinan bagi Ibu dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. ISBN 978-602-416-774-5.
Purwaningtyas, M. and Prameswari, G. (2017) “Faktor Kejadian Anemia pada Ibu
Hamil”, HIGEIA (Journal of Public Health Research and Development), 1(3),
pp. 43-54. Available at:
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia/article/view/14291 (Accessed:
15February2023).
Rabbania Hiksas, Rima Irwanda, Noroyono Wibowo. Anemia Defisiensi Besi.
Persatuan Obstetri dan Gynekologi Indonesia. Jakarta; 2021:p.58-43. e-ISBN :
978-623-333-041-1
file:///C:/Users/USER/Downloads/a466ecac9cd28df2d9394af05da890d8.pdf
(Diakses: 15Februari2023).

Anda mungkin juga menyukai